Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rendy Andika

NIM : 1961414

Kelas : Manajemen SDM KS1 A 2019

1. Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental ata
kognitif yang mengusung pada pemilihan jalur perbuatan antara beberapa pilihan
yang tersedia. Definisi lain dari pengambilan keputusan atau Decision Making yaitu
suatu proses pemikiran dalam pemulihan dari beberapa alternatif atau kemungkinan
yang paling sesuai dengan nilai atau tujuan individu untuk mendapatkan hasil atas
solusi tentang prediksi kedepan. Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas
dua, yaitu :

Tujuan yang bersifat tunggal, terjadi apabila keputusan yg dihasilkan hanya


menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya
dgn masalah lain. Tujuan yang bersifat ganda, terjadi apabila keputusan yg dihasilkan
itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yg diambil itu
sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih, yang bersifat tidak kontradiktif.

2. Kekuasaan adalah gagasan politik yang berkisar pada sejumlah karakteristik.


Karakteristik tersebut mengelaborasi kekuasaan selaku alat yang digunakan
seseorang, yaitu pemimpin (juga pengikut) gunakan dalam hubungan
interpersonalnya. Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau
kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan
untuk mencapai kepentingannya sendiri. Kendati politik punya kans merusak, politik
sesungguhnya tidaklah buruk. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap
menolak bahwa politik mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset
mengindikasikan bahwa politik kantor muncul dan ia punya dampak terukur dalam
perilaku organisasi. Politik adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu
tercapai. Ketidakmenentuan dan konflik adalah alamiah dan tidak terelakkan. Politik
adalah mekanisme guna mencapai persetujuan. Politik melibatkan diskusi-diskusi
informal yang memungkinkan orang mencapai kesepakatan dan membuat keputusan
yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ataupun tidak.
3. Konflik Buruh Dengan PT Megariamas Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam
Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-Gabungan Serikat Buruh Independen
(SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa, Selasa (23/9) siang ‘menyerbu’ Kantor
Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Utara di Jl Plumpang
Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Mereka menuntut
pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang mempekerjakan
mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).

Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q,


Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui Kasudin
Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster yang
mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan
kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 4/1994 tentang THR.

“Kami menuntut hak kami untuk mendapatkan THR sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dan jangan dikarenakan ada konflik internal kami tidak mendapatkan THR, karena
setahu kami perusahaan garmen tersebut tidak merugi, bahkan sebaliknya. Jadi kami minta
pihak Sudin Nakertrans Jakut bisa memfasilitasi kami,” jelas Abidin, koordinator unjuk rasa
ketika berorasi di tengah-tengah rekannya yang didominasi kaum perempuan itu, Selasa
(23/9) di depan kantor Sudin Nakertrans Jakut. Sekedar diketahui ratusan buruh perusahaan
garmen dengan memproduksi pakaian dalam merek Sorella, Pieree Cardine, Felahcy, dan
Young Heart untuk ekspor itu telah berdiri sejak 1989 ini mempekerjakan sekitar 800
karyawan yang mayoritas perempuan.

Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan buruh ini
juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang pada karyawan.
Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan karena dinilai terlalu vokal.
Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen dilanjutkan ke Pengadilan Hubungan
Industrial. Karena itu, pihak manajemen mengancam tidak akan memberikan THR kepada
pekerjanya.

Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke kantor


Sudin Nakertrans Jakut. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin Nakertrans
Jakut, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya perwakilan buruh diterima
oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat kantornya. Dalam peryataannya di
depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan menampung aspirasi para pengunjuk
rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. "Pasti kami akan bantu, dan kami
siap untuk menjadi fasilitator untuk menyelesaikan masalah ini," tutur Sahut.

Selain itu, Sahut juga akan memanggil pengusaha agar mau memberikan THR karena
itu sudah kewajiban. “Kalau memang perusahaan tersebut mengaku merugi, pihak
manajemen wajib melaporkan ke pemerintah dengan bukti konkret,” kata Saut Tambunan
kepada beritajakarta.com usai menggelar pertemuan dengan para perwakilan demonstrasi.

Sesuai peraturan, karyawan dengan masa kerja di atas satu tahun berhak menerima
THR. Sementara bagi karyawan dengan masa kerja di bawah satu tahun di atas tiga bulan,
THR-nya akan diberikan secara proporsional atau diberikan sebesar 3/12X1 bulan gaji.
Karyawan yang baru bekerja di bawah tiga bulan bisa daja dapat tergantung dari kebijakan
perusahaan.

Saut menambahkan, sejauh ini sudah ada empat perusahaan yang didemo karena
mangkir membayar THR. “Sesuai dengan peraturan H-7 seluruh perusahaan sudah harus
membayar THR kepada karyawannya. Karena itu, kami upayakan memfasilitasi. Untuk kasus
karyawan PT Megariamas Sentosa memang sedang ada sedikit permasalahan sehingga
manajemen sengaja menahan THR mereka. Namun, sebenarnya itu tidak boleh dan besok
kami upayakan memfasilitasi ke manajemen perusahaan.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk kawasan Jakarta Utara tercatat ada sekitar 3000
badan usaha atau perusahaan di sektor formal. Untuk melakukan monitoring, pihaknya
menugaskan 15 personel pengawas dan 10 personel mediator untuk menangani berbagai
kasus seperti kecelakaan kerja, pemutusan hubungan kerja, tuntutan upah maupun upah
normatif dan THR. “Kami masih kekurangan personel, idealnya ada 150 personel pengawas
dan 100 personel mediator,” tandas Saut Tambunan

Analisis

Dengan membaca artikel diatas kita mendapatkan salah satu contoh kasus suatu
konflik yang terjadi dalam suatu organisasi perusahaan, didalam kasus ini terlihat bahwa
seorang pemimpin berlaku tidak bertanggung jawab, tidak adil dan tidak jujur terhadap
bawahannya dalam memimpin dan menjalankan suatu perusahan. Mereka beretika tidak baik
dengan tidak memberikan hak para buruh, berbohong pada buruh, tidak memberikan hak
THR, bisa memecat buruh yang menurut mereka terlalu vokal dengan mudah dan senantiasa
mempermainkan para bawahannya terutama buruh dengan bertindak sangat tidak bijaksana
sebagai seorang yang memiliki kekuasaan di dalam perusahaan. Kasus seperti ini jelas sangat
berpengaruh terhadap terjadinya sebuah konflik. Kasus etika dan sikap pemimpin adalah
penyebab utama terjadinya konflik dalam kasus ini. Bila kasus seperti ini semakin banyak
maka semakin banyak pula buruh yang akan menjadi korban para pemilik perusahaan yang
tidak bertanggung jawab dan bertindak sewenang-wenang seperti contoh kasus diatas. Bila
kasus ini tidak selesai dengan cara mediator atau jika dengan cara mediator maka perlu
adanya proses hukum karena pemilik telah melanggar hak seseorang dan telah melanggar
hukum yang berlaku tentang pemberian THR kepada tenaga kerja. Mungkin ini adalah salah
satu solusi yang mungkin bisa menyelesaikan konflik dalam perusahaan seperti ini dan
sebaiknya para pengusaha memperlakukan bawahannya dengan sebaik-baiknya dengan
memberikan hak sesuai dengan kewajiban mereka di perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai