Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PENGELOLAAN RUANG RAWAT LCA

Oleh :

KELOMPOK 5

Roland Sahertian 14901201


Rut Martafina Jambormia 29
Sanry Zusana Komsary 14901210
Serly Adriana Tungga 24
Stela Tutupoly 14901210
Stevy Matheos Pasalbessy 05
Tensya Talapessy 14901210
Theophillia S Mayaut 45
Tika Indriyani 14901210
Tiyandi 46
Trifena Nource Lestuny 14901210
15
14901210
47
14901210
48
14901210
32
14901210
10
14901201
07

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2022

BAB III

PEMBAHASAN

Case Study
Kelompok 5 : R.LCA
Ruang LCA merupakan ruang rawat multi. Jumlah tenaga perawat sebanyak 15 orang dengan
tingkat pendidikan S1 Ners 9 orang dan DIII Keperawatan 6 orang dengan masa kerja 1 tahun
sampai 13,1 tahun. Ruang LCA memiliki 20 bed terdiri dari ruang kelas I, II, VIP, Geriatri.
Memiliki fasilitas kamar mandi disetiap kamar. BOR 75% dengan derajat ketergantungan
pasien terdiri dari minimal care 10 orang, partial care 3 orang dan total care 2. berdasarkan
hasil observasi didapatkan belum optimalnya pelaksanaan handover dan belum optimal
kepatuhan perawat menggunakan apd setiap melakukan tindakan
A. Gaya dan Kompetensi Pemimpin
Gaya pemimpin yang tepat digunakan terkait kasus ini adalah gaya
transformasional. Dimana dalam kasus ini didapatkan masalah terkait belum
optimalnya pelaksanaan hand over dan belum optimalnya kepatuhan perawat
menggunakan APD setiap melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan penurunan
pelayanan dalam patien safety di rumah sakit terkhusus di ruangan LCA. Berdasarkan
penelitian dari Sri Mulyatiningsih dan Usman Sasyari pada tahun 2021 mengenai
gaya kepemimpinan yang efektif dalam meningkatkan keselamatan pasien didapatkan
hasil bahwa gaya kepemimpinan yang efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien
adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kesimpulan Gaya kepemimpinan
transformasional berkontribusi positif untuk iklim keselamatan.
Kepemimpinan transformasional muncul dalam kondisi yang senantiasa
berubah dan perubahan tersebut semakin dinamis. Sebagaimana dinamisnya upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien yang disesuaikan dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
Kepemimpinan transformasional menurut Marquis & Houston, (2012) adalah
kepemimpinan yang loyal, memiliki visi dan mampu memberdayakan orang lain
dengan visinya. menyamakan visi baru dan memberikan energi yang diperlukan untuk
menggerakan unit organisasi menuju tujuan ogranisasi dalam hal ini keselamatan
pasien. Hal ini seiring dengan upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien
yang dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yangmemerlukan adanya manajer keperawatan dengan kepemimpinan yang memilik
inovasi dan visioner. Kepemimpinan, budaya keselamatan pasien, dan iklim yang
kondusif untuk inovasi dalam perawatan pasien diperlukan untuk memajukan hasil
keselamatan pasien yang positif (Younger, S., 2019).
Adapun kompetensi kepala ruangan yang tepat dalam kasus ini adalah perawat
yang mampu mengepalai sebuah ruangan rawat inap, kepala ruangan bertanggung
jawab melakukan koordinasi dan menilai kinerja staf dalam meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan (Arwani 2005 dalam Ika Purwanto, 2021). Kompetensi kepala
ruangan yang berkaitan dengan kolaborasi menurut Marquis dan Houston 2000 dalam
Ika Purwanto, 2021 adalah pengarahan yaitu kepala ruangan memberikan motivasi,
komunikasi efektif, melakukan pendelegasian tugas, mengelola konflik, dan
melaksanakan peran kolaborasi.
Menurut Edison dkk (2017) usaha untuk memenuhi unsur kompetensi seorang
kepala ruangan harus memenuhi unsur-unsur :
a. Pengetahuan (Knowledge) yaitu memiliki pengetahuan yang didapatkan
dari belajar secara formal dan dari pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
bidang pekerjaan yang ditanganinya terutama dalam pengelolaan sumber
daya manusia keperawatan. Seperti pelatihan manajemen bangsal dan
memiliki kemauan untuk meningkatkan pengetahuan.
b. Keahlian (skill) yaitu memiliki keahlian terhadap bidang pekerjaan yang
ditanganinya dan mampu menanganinya secara detail dan harus memiliki
kemampuan (Ability) memecahkan masalah dan menyelesaikannya
dengan cepat dan efisien
c. Sikap (Attitude) menjunjung tinggi etika organisasi, dan memiliki sikap
positif (ramah dan sopan) dalam bertindak. Seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan dengan benar dalam tugasnya merupakan
gambaran suatu sikap yang tidak bias dipisahkan dan merupakan suatu
bagian yang penting bagi jasa layanan keperawatan dan memiliki pengaruh
yang besar untuk kemajuan rumah sakit.

B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Berdasarkan kasus di atas maka dapat di simpulkan fungsi manajemen yang di
gunakan adalah fungsi Planning (Perencanaan). Untuk membentuk organisasi yang
kuat dan bertahan lama diperlukan suatu planning yang matang. Dalam ilmu
manajemen perencanaan mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mengejar
suatu hasil yang diinginkan. Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dengan mengambil metode yang strategis guna
mencapai tujuan tersebut. Planning adalah suatu fungsi yang mencakup proses
menentukan sasaran, kebijakan, produk, jasa, alat-alat, pengeluaran, jadwal, lokasi,
personalia, hubungan organisasi. (Supriyatna, 2008 dalam Khairul Akbar dkk , 2021)

C. Model Praktik Keperawatan Profesional


Model praktik keperawatan professional yang tepat digunakan pada ruangan
LCA berdasarkan observasi pada kasus ini dimana hasil observasi yang didapatkan
pada ruangan LCA merupakan ruang rawat multi dengan tenaga perawat 15 orang
yang terdiri dari perawat profesi ners dan perawat diploma serta berdasarkan derajat
ketergantungan pasien terdiri dari minimal care 10 orang, partial care 3 orang dan
total care 2 orang, data ini menunjukan keberagaman Pendidikan perawat dan derajat
ketergantungan pasien sehingga menggunakan model asuhan keperawatan tim.
Model metode asuhan keperawatan tim adalah metode yang terdiri atas
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Kelebihan dalam metode tim yaitu memungkinkan pelayanan
keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan,
memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim.
Konsep metode tim terdiri dari ketua tim sebagai perawat professional harus
mampu menggunakan berbagai Teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang
efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim, peran kepala ruangan penting dalam model tim sehingga
model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan (Nursalam,2011).

D. Gaya Pengelolaan Konflik


1. Langkah-langkah pengelolaan konflik terkait kasus ini adalah :
Pengkajian
a. Analisis situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui
pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-
masing. Tentukan jika situasinya dapat diubah.
b. Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelakan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah
utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah
tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
d. Identifikasi
Mengelola perasaan
Hindari respon emosional : marah, sebab setiap orang mempunyai respon
yang berbebda terhadap kata-kata ekspresi dan tindakan
e. Intervensi
a) Masuk dalam konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi
b) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling
sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.
2. Strategi Penyelasaian Konflik
dalam penyelesaian konflik startegi yang dipakai terkait kasus ini adalah strategi
kolaborasi. Startegi ini merupakan strategi “Win-win solution”. Dalam
kolaborasi, kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan Bersama dan bekerja
sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya
suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi
kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari
situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam
menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok atau
seseorang.

E. Perhitungan Kebutuhan SDM Keperawatan


Perencanaan SDM keperawtaan adalah Perencanaan yang bertujuan untuk
memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan, baik kuantitas maupun kualita
tersedia pada saat diperlukan. Banyak Rumah sakit yang memiliki sumber daya yang
berlebih menyebabkan beban biaya terlalu berat dan kurang cepat dalam merespon
perubahan lingkungan. Bagi Rumah sakit yang kekurangan tenaga kerja akan
mengalami kesulitan menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan tepat waktu. Kelebihan
maupun kekurangan tenaga kerja dalam Rumah sakit mengindikasikan bahwa
perencanaan SDM belum dilaksanakan dengan baik. Perencanaan SDM menjadi dasar
dalam keputusan dalam rekrutmen, seleksi dan penempatan karyawan (Badriyah,
2015).
Perencanaan SDM harus dilakukan secara sistematis dan strategis yang
berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja/pegawai dimasa yang akan
datang dalam suatu organisasi dengan menggunakan sumber informasi yang tepat,
guna penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas sesuai yang dibutuhkan.
Perencanaan SDM diartikan sebagai cara untuk mencoba menetapkan keperluan
tenaga kerja untuk suatu periode tertentu, baik secara kualitas maupun kuantitas
dengan cara tertentu. Perencanaan ini dimaksudkan agar organisasi terhindar dari
kelangkaan tenaga kerja pada saat dibutuhkan maupun kelebihan tenaga kerja pada
saat kurang dibutuhkan (Noer, 2017)
Milkovich dan Nystrom (dalam Badriyah, 2015) mendefenisikan perencanaan
SDM adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan
pengontrolan yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai,
penempatan pegawai dengan benar, waktu yang tepat yang secara otomatis lebih
bermanfaat. Dari beberapa pengertian tersebut, maka perencanaan SDM adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk meramalan kebutuhan
tenaga kerja dimasa yang akan datang dalam jumlah dan kompetensi sesuai yang
dibutuhkan.
Konsep kebutuhan tenaga perawat merupakan suatu bentuk perencanaan
kebutuhan tenaga kerja perawat pada suatu ruangan. Beberapa metode perhitungan
kebutuhan tenaga kerja perawat yaitu : Mugianti (2016)

a. Struktur Organisasi di Ruangan LCA

Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap

Kepala Ruangan

Penanggung Jawab Shift

Perawat Pelaksana

Skema 3.1 Struktur Organisasi Ruangan LCA

Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang rawat inap Ruangan LCA
adalah model asuhan keperawatan Tim.
b. Jumlah tenaga dan tingkat pendidikan di Ruangan LCA
No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1 S. Kep Ners 9 60%
2 D III Keperawatan 6 40%
Jumlah 15 100%

Tabel 3.1 Jumlah tenaga dan tingkat pendidikan Ruangan LCA

Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan perawat diruang LCA


adalah profesi Ners berjumlah 9 orang dengan presentase 60% tingkat
pendidikan D3 keperawatan berjumlah 6 orang dengan presentase 40 % dari
keseluruhan tenaga kerja perawat di Ruang LCA.

1. Perhitungan jumlah BOR (Bed Occupancy Ratio)


Jumlah hari perawatan
BOR= x 100 %
Jumlah bed Per iode( lama waktu dalam bulan)

= 75% x20
= 15
Maka, jumlah rata-rata pasien harian: 15 orang

2. Perhitungan rata-rata jumlah pasien


Jumlah pasien=BOR x Jumlah bed
= 75% x20
= 15
Maka, jumlah rata-rata pasien harian: 15 orang

Tingkat Ketergantungan Jumlah Pasien


Minimal Care 10 orang
Parsial Care 3 orang
Total Care 2 orang

3. Perhitungan total jam perawatan pasien


a. Jam perawatan pasien langsung (JWPL)

JWPL=( 2 x jumlah pasien minimal care ) + ( 4 x jumlah pasien parsial care ) +(6 x jumlah pasien t
Tingkat Jam Jumlah Pasien Jumlah
Ketergantunga Perawatan
n
Minimal Care 2 jam 10 orang 20
Parsial Care 4 jam 3 orang 12
Total Care 6 jam 2 orang 12
44 jam

b. Jam perawatan pasien tidak langsung (JWPTL)


JWPTL=2 x jumlah pasien
= 2 jam x15 orang = 30 jam

c. Jam pendidikan pasien (JPP)


JPP=0,25 x jumlah pasien

= 15 orang x 0,25 = 3,75 jam

d. Total jam perawatan pasien/hari


JWPL+ JWPTL+ JPP
Jumlahtotal jam perawatan pasien=
Jumlah pasien

42 jam+16 jam+ 3,25 jam


=
13 pasien
44 jam+30 jam+3,75 jam
15 pasien
77,75 jam 61,25
= = 5,18
15 pasien 13
jam/klien/hari

4. Metode Douglas
Bagi pasien rawat inap, standar waktu pelayanan pasien antara lain:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24jam, dengan
kriteria: pasien dapat melakukan sendiri kebersihan diri,mandi, ganti
pakaian, makan, minum, penampilan secara umum baik, tidak perlu
diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan.
b. Perawatan intermediate memerlukan waktu: 3-4/24 jam, dengan
kriteria: pasien memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-
hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan
agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri bantuan
dalam pendidikan kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24jam, dengan
kriteria: pasien tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-hari,
semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan pasien sakit berat,
pasien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam.
Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan klasifikasi pasien:
Shift Minimal Care Parsial Total Care Jumlah
Care Perawat

Pagi 10 orang x 0,17 3 orang x 2 orang x 3, 23 (3


0,27 0,36 orang)
Siang 10 orang x 0,14 3 orang x 2 orang x 2,45 (2 orang)
0,15 0,30
Malam 10 orang x 0,07 3 orang x 2 orang x 1, 4 (1 orang)
0,10 0,20

Maka, jumlah tenaga yang dibutuhkan berdasarkan rumus Douglas


yaitu :
= 3 orang + 2 orang + 1 orang = 6 orang perawat/hari

5. Metode Gillies

Rumus kebutuhan tenaga keperawatan


A×B×C F
= =H
(C−D)× E G
Keterangan:
A : Rata-rata jumlah perawatan/ Pasien per hari.
B : Rata-rata jumlah pasien perhari.
C : Jumlah hari/ tahun.
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat.
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat.
F : Jumlah perawatan yang diberikan perawat pertahun.
G : Jumlah jam kerja efektif pertahun.
H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut.

Jumlah total jam perawatan x jumlah rata−rata pasienharian x 365 hari


( 365− jumlah hari libur setahun ) x jam kerja
4,71 jam x 13 orang x 365 hari 5 ,18 jam x 15 orang x 365 hari
( 365−73 ) x 7 jam
= ( 365−73 ) x 7 jam
28,360,5
= = 13,87 orang (14 orang)
2044

Rumus Lokakarya PPNI


( Jumlah total jam perawatan x jumlah hari minggu setahun ) x 7 hari x ( jum lah tempat tidur x BOR)
+125
Hari kerja efektif per minggu x jumlah total jam per minggu
( 5 ,18 jam x 52 minggu ) x 7 hari x (20 tempat tidur x 75 %)
+ 125 %
41minggu x 40 jam/minggu
( 4,71 jam x 52 minggu ) x 7 hari x(19 tempat tidur x 70,55 %)
+125 %=
41 minggu x 40 jam /minggu
269,36 x 7 hari x 15
+ 125 %
1640

244,92 x 7 hari x 13,40 28.282,8


+125 % = +125 %
1640 1640
22973,4
+125 %= 17,24 + 1,25 = 18,49 (18 orang)
1640

F. Analisa SWOT
 Analisa SWOT :
1. Faktor internal
a. Strength
1) Rumah sakit Immanuel Bandung sudah terakreditasi ISO dan
PARIPURNA
2) Adanya visi misi dan filosofi Rumah Sakit Immanuel
3) Terdapat kepala ruangan dan kualifikasi sarjana keperawatan Ners dan
D3
4) Jumlah pengalaman kerja 1tahun – 13,1 tahun
5) Jumlah tenaga perawat S1 9 orang D3 keperawatan 6 orang
6) Kapasitas tempat tidur 20 bed
7) BOR 75%
8) Terdiri dari ruang kelas I, II, VIP, Geriatri
9) Menggunakan model asuhan keprawatan model TIM
10) Memiliki 2 akses pintu masuk dan pintu keluar yaitu area barat
b. Weskness KELEMAHAN
1) Belum optimal kepatuhan perawat menggunakan APD setiap melakukan
tindakan
2) Belum optimalnya pelaksanaan handover

2. Faktor external
a. Opportunity PELUANG
1) Adanya organisasi PPNI yang menaungi perawat
2) Adnya UU RI NO 38 Taahn 2014 tentang keperawatan
3) Penggunaan teknologi moderrn untuk memepermudah proses perawatan
4) Adanya kerja sama antar rumah sakit dengan perguruan tinggi dalam
pendidikan tingkat lanjut
5) Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan bagi
perawat yang lulusan D3
6) Masyarakat mulai kritis terhadap informasi kesehatan yang di dapatkan di
tempat pelayanan kesehatan
b. Threat ANCAMAN
1) Adanya undang-undang perlindungan konsumen dalam UU No. 8 Tahun
2009 tentang perlindungan konsumen.
2) Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat di dalam hal sarana dan
prasarana serta pelayanan yang prima.
3) Banyaknya review kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang
mudah diakses oleh pengguna sosial media.

 Rumusan Masalah
No Faktor Bobot Ranting Skor

Faktor internal

Strengths ( Kekuatan)

1 Rumah sakit Immanuel 0,07 3 0,21


Bandung sudah terakreditasi
ISO dan PARIPURNA

2 Adanya visi misi dan filosofi 0,08 3 0,24


Rumah Sakit Immanuel

3 Tingkat pendidikan di Ruang 0,08 3 0,24


LCA Ners berjumlah 9 orang
dan D3 berjumlah 6 orang

4 Jumlah masa kerja 1th – 13,1 0,07 3 0,21


th

5 Jumlah tenaga perawat S1 9 0,09 3 0,27


orang D3 keperawatan 6
orang

6 Kapasitas tempat tidur 20 0,08 2 0,16


bed

7 BOR 75% 0,07 4 0,28


8 Terdiri dari ruang kelas I, II, 0,07 3 0,21
VIP, Geriatri

9 Menggunakan model asuhan 0,08 3 0,24


keprawatan model TIM

10 Memiliki 2 akses pintu 0,07 2 0,14


masuk dan pintu keluar yaitu
area

Total Score kekuatan 0,76 2,2

Weskness (kelemahan)

1 Belum optimal kepatuhan 0,13 4 0,52


perawat menggunakan APD
setiap melakukan tindakan

2 Belum optimalnya 0,11 4 0,44


pelaksanaan handover

Total score kelemahan 0,24 0,96

Faktor External

Opportunity (peluang)

1 Adanya organisasi PPNI 0,13 3 0,39


yang menaungi perawat
2 Adnya UU RI NIO 38 Tahun 0,10 3 0,3
2014 tentang keperawatan

3 Penggunaan teknologi 0,12 4 0,48


moderrn untuk
memepermudah proses
perawatan

4 Adanya kerja sama antar 0,08 4 0,32


rumah sakit dengan
perguruan tinggi dalam
pendidikan tingkat lanjut

5 Adanya kesempatan untuk 0,13 3 0,39


melanjutkan pendidikan dan
pelatihan bagi perawat yang
lulusan D3

6 Masyarakat mulai kritis 0,11 3 0,33


terhadap informasi kesehatan
yang di dapatkan di tempat
pelayanan kesehatan

Total score peluang 2,21

1 Adanya undang-undang 0,12 2 0,24


perlindungan konsumen
dalam UU No. 8 Tahun 2009
tentang perlindungan
konsumen

2 Persaingan antar rumah sakit 0,11 2 0,22


yang semakin ketat di dalam
hal sarana dan prasarana
serta pelayanan yang prima.

3 Banyaknya review kepuasan 0,10 2 0,2


pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang mudah
diakses oleh pengguna sosial
media.

Total score ancaman 1 0,66

Intepretasi dari table EFE diatas didapatkan skor 2, 87 yang berarti bahwa ruang LCA
menerima dengan baik peluang yang ada dan menghindari ancaman.

O (2,21 )
3
Kuardan III 2 Kuardan I

1
3 2 1 1 2 3
W (0,96 ) S (2,2)
-0,45
1,24
1

2
Kuardan IV Kuardan II

T (2,66 )
Berdasarkan hasil matriks IFE dan EFE dan dari diagram kartesius diatas ruangan
LCA berada di posisi kuadran II yaitu strategi diversification strategy. Perusahaan
atau organisasi pada posisi ini meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan
masih memiliki kekuatan dari segi internal.
G. Perumusan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dari kajian situasi yang telah dilakukan, maka masalah-masalah yang
ditemukan antara lain :
a. Belum optimalnya pelaksanaan Handover
b. Belum optimal kepatuhan perawat mengunakan alat pelindung diri (APD)
setiap melakukan tindakan keperawatan
c. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) diruang LCA
2. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, menggunakan rumus CARL. Rumusnya
adalah

CxAxRxL

C : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)


A : Kemudahan masalah yang ada (mudah di atasi atau tidak)
R : Kesiapan dari tenaga pelaksana
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain

No Alternative pemecahan Masalah C A R L Score Ket

1. Belum Optimalnya kepatuhan perawat


menggunakan alat pelindung diri (APD) 5 5 5 4 500 I
setiap melakukan tindakan keperawatan

2. Belum optimalnya pelaksanaan Handover 5 5 4 4 400 II

3. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) di


4 4 3 4 192 III
Ruangan LCA

Keterangan :
a. Sangat penting :5
b. Penting :4
c. Cukup Penting :3
d. Kurang Penting :2
e. Sangat Kurang Penting :1

Berdasarkan skrining yang telah dilakukan terhadap alternative


penyelesaian masalah atau renacana strategi diatas maka didapatkan rencana
strategi yang dapat digunakan menyelesaikan masalah-masalah yang
ditemukan di Ruang LCA, antara lain :

1. Belum optimalnya kepatuhan perawat menggunakan alat pelindung diri


(APD) setiap melakukan tindakan keperawatan
2. Beluim optimalnya pelaksanaan Handover
3. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) di Ruangan LCA
H. Solusi Pemecahan Masalah
1. Belum optimal pelaksanaan Handover
Perencanaan:
a. Kontrak waktu dengan kepala ruangan dan perawat ruangan untuk
mengadakan diskusi terkait hand over
b. Mengkoordinasikan dengan KaRu terkait rencana demonstrasi hand over

Pelaksanaan:

a. Melakukan diskusi dengan kepala ruangan dan perawat terkait hand over
b. Menyampaikan informasi terkait hand over
c. Melakukan demonstrasi tentang pelaksanaan hand over
2. Belum optimal penggunaan alat pelindung diri (APD) setiap melakukan tindakan
keperawatan
Perencanaan:
a. Melakukan diskusi dengan kepala ruangan dan CI dan perawat terkait
pentingnya penggunaan APD
b. Melihat format SOP
c. Mencari literature, teori atau jurnal terkait dengan masalah

Pelaksanaan:

a. Kontrak waktu dengan perawat ruangan untuk mengadakan desiminasi saat


pergantian shift pagi
b. Melakukan desiminasi tentang pentingnya penggunaan APD
3. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) di ruang LCA
Perencanaan:
a. Mengkoordinasi dengan kepala ruangan dan CI mengenai SDM diruang LCA
b. Mencari literature teori dan jurnal terkait SDM
c. Mengajukan proposal tentang kebutuhan tenaga kerja diruangan LCA
Pelaksanaan:
a. Kontrak waktu dengan kepala ruangan, CI, dan perawat ruangan untuk
mengadakan diskusi
b. Melakukan diskusi tentang SDM
I. Fishbone Analysis

1. Belum optimalnya penggunaan alat pelindung diri (APD) setiap melakukan tindakan keperawatan

MAN MATERIAL
Pelaksanaan tindakan
keperawatan tidak
sesuai SOP
Ada perawat yang tidak
nyaman menggunakan
handscooen
SOP jarang
dibaca Ketidakpatuhan
Pada handscoon
terdapat serbuk putih perawat dalam
yang berlebihan penggunaan APD
dalam melakukan
tindakan
keperawatan
Pada saat
pemasangan infuse
tidak menggunakan Perawat tidak saling
Saat pengambilan
handscoon mengingatkan
darah tidak
pentingnya
menggunakan
menggunakan APD
hanscoon

METHODE ENVIRONMENT
2. belum optimal dilakukannya proses hand over

MAN MACHINE MATERIAL

Kurang informasi terkait


MPKP
Ketidaktepatan waktu
datang saat dinas Kurang kesadaran

Belum optimal
dilakukannya proses
hand over oleh
perawat

Ketidaklengkapan
perawat dinas di setiap
shift saat hand over Dilakukan tapi tidak
sesuai standart
Kebiasaan

METHOD MEASUREMENT ENVIRONMENT


3. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) di ruang LCA

MAN MATERIAL

Belum adanya
pembuatan informasi
Jumlah perawat tidak lowongan pekerjaan
sesuai berdasarkan dengan website RS
hitungan PPNI yaitu 18
tetapi tenaga di ruangan
hanya 15 orang

Kurangnya sumber
daya manusia
(SDM) di Ruang
Rajawali

Belum dibukanya
Belum adanya
lowongan pekerjaan
pembuatan website
terkait penambahan
mengenai lowongan
tenaga perawat
pekerjaan

METHODE MACHINE
J. Planning of action

No Masalah Indikator
Tujuan Strategi Kegiatan Metode Sasaran Waktu P. Jawab
. Keberhasilan

1. Ketidakoptimalan Kepala ruangan 1. Melakukan Perencanaan: Resosialisa Kepala 17 1. Diskusi Kelompok


pelaksanaan hand dan seluruh staff diskusi si Ruangan Januari berjalan 5
1. Kontrak waktu
over oleh perawat mengetahui dan dengan KaRu dan staff 2022 dengan baik
dengan kepala
memahami terkait Hand 2. Diskusi
ruangan dan
pentingnya over Redemonst dihadiri oleh
perawat ruangan
proses hand over rasi kepala ruangan
2. Melakukan untuk mengadakan
dalam pelayanan 3. Hand Over
demonstrasi diskusi terkait hand
yang di lakukan dilakukan
hand over over
setiap hari
2. Mengkoordinasika
n dengan KaRu
terkait rencana
demonstrasi hand
over

Pelaksanaan:

1. Melakukan diskusi
dengan kepala ruangan
dan perawat terkait
hand over

2. Menyampaikan
informasi terkait hand
over

Melakukan
demonstrasi tentang
pelaksanaan hand over

2. Ketidakpatuhan Seluruh perawat Melakukan Perencanaan: Desiminasi 15 perawat 18 1. Desiminasi Kelompok


perawat dalam diharapkan diskusi (Ceramah, Januari berjalan tepat 5
d. Melakukan
penggunaan Alat memahami dengan kepala Diskusi, 2022 waktu
diskusi dengan
Pelindung Diri pentingnya ruangan, CI, Tanya 2. Kegiatan
kepala ruangan
(APD) dalaam penggunaan dan dan ketua jawab) dihadiri oleh
dan CI dan
melakukan pemeliharaan TIM agar >5 orang
perawat terkait
tindkaan APD demi selalu
pentingnya
keperawatan keselamatan mengingatkan
penggunaan APD
perawat dan perawat
e. Melihat format
pasien dalam
SOP
penggunaan
f. Mencari
alat pelindung literature, teori
diri dalam atau jurnal terkait
melakukan dengan masalah
tindakan Pelaksanaan:
keperawatan
1. Kontrak waktu
dengan perawat
ruangan untuk
mengadakan
desiminasi saat
pergantian shift
pagi
2. Melakukan
desiminasi
tentang
pentingnya
penggunaan APD
3. Kurangnya Meningkatkan Melakukan Perencanaan: Melakukan Kepala 19 1. Diskusi Kelompok
sumber daya SDM khususnya pertemuan diskusi Bagian Januari berjalan tepat 5
d. Mengkoordinasi
manusia (SDM) di ruangan LCA dan berdiskusi HRD/ 2022 waktu
dengan kepala
diruangan LCA dengan kepala Bagian 2. Diskusi
ruangan dan CI
ruangan penunjanga dihadiri oleh
mengenai SDM
terkait diruang LCA n kepala ruangan
kurangnya e. Mencari literature kepegawaia 3. Ada proposal
tenaga teori dan jurnal n yang akan
perawat terkait SDM diajukan untuk
didalam f. Mengajukan penambahan
ruangan proposal tentang tenaga perawat
berdasarkan kebutuhan tenaga diruangan
perhitungan kerja diruangan
yang LCA
dilakukan Pelaksanaan:

4. Kontrak waktu
dengan kepala
ruangan, CI, dan
perawat ruangan
untuk
mengadakan
diskusi
5. Melakukan
diskusi tentang
SDM
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Khairul dkk. 2021. Manajemen POAC pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus
BDR di SMP Negeri 2 Praya Barat Daya). Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil
Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan
Pembelajaran Vol. 7, No. 1 : Maret 2021.

Edison, Emron., dkk. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Alfabeta

Mila, Badriyah. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia.

Mugianti, S. 2016. Modul bahan ajar cetak_manajemen dan kepemimpinan dalam praktik
keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik.

Mulyatiningsih, Sri dan Usman Sasyari. 2021. Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Dalam
Meningkatkan Keselamatan Pasie. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik (JIKA)
Vol.4 No.1 (April 2021)

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik. Keperawatan


Profesional. Edisi Ketiga. Jakarta. Salemba Medika.

Purwanto, Ika. 2021. Manajemen Sumber Daya Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

Anda mungkin juga menyukai