Oleh :
KELOMPOK 5
BANDUNG
2022
BAB III
PEMBAHASAN
Case Study
Kelompok 5 : R.LCA
Ruang LCA merupakan ruang rawat multi. Jumlah tenaga perawat sebanyak 15 orang dengan
tingkat pendidikan S1 Ners 9 orang dan DIII Keperawatan 6 orang dengan masa kerja 1 tahun
sampai 13,1 tahun. Ruang LCA memiliki 20 bed terdiri dari ruang kelas I, II, VIP, Geriatri.
Memiliki fasilitas kamar mandi disetiap kamar. BOR 75% dengan derajat ketergantungan
pasien terdiri dari minimal care 10 orang, partial care 3 orang dan total care 2. berdasarkan
hasil observasi didapatkan belum optimalnya pelaksanaan handover dan belum optimal
kepatuhan perawat menggunakan apd setiap melakukan tindakan
A. Gaya dan Kompetensi Pemimpin
Gaya pemimpin yang tepat digunakan terkait kasus ini adalah gaya
transformasional. Dimana dalam kasus ini didapatkan masalah terkait belum
optimalnya pelaksanaan hand over dan belum optimalnya kepatuhan perawat
menggunakan APD setiap melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan penurunan
pelayanan dalam patien safety di rumah sakit terkhusus di ruangan LCA. Berdasarkan
penelitian dari Sri Mulyatiningsih dan Usman Sasyari pada tahun 2021 mengenai
gaya kepemimpinan yang efektif dalam meningkatkan keselamatan pasien didapatkan
hasil bahwa gaya kepemimpinan yang efektif untuk meningkatkan keselamatan pasien
adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kesimpulan Gaya kepemimpinan
transformasional berkontribusi positif untuk iklim keselamatan.
Kepemimpinan transformasional muncul dalam kondisi yang senantiasa
berubah dan perubahan tersebut semakin dinamis. Sebagaimana dinamisnya upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien yang disesuaikan dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
Kepemimpinan transformasional menurut Marquis & Houston, (2012) adalah
kepemimpinan yang loyal, memiliki visi dan mampu memberdayakan orang lain
dengan visinya. menyamakan visi baru dan memberikan energi yang diperlukan untuk
menggerakan unit organisasi menuju tujuan ogranisasi dalam hal ini keselamatan
pasien. Hal ini seiring dengan upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien
yang dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yangmemerlukan adanya manajer keperawatan dengan kepemimpinan yang memilik
inovasi dan visioner. Kepemimpinan, budaya keselamatan pasien, dan iklim yang
kondusif untuk inovasi dalam perawatan pasien diperlukan untuk memajukan hasil
keselamatan pasien yang positif (Younger, S., 2019).
Adapun kompetensi kepala ruangan yang tepat dalam kasus ini adalah perawat
yang mampu mengepalai sebuah ruangan rawat inap, kepala ruangan bertanggung
jawab melakukan koordinasi dan menilai kinerja staf dalam meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan (Arwani 2005 dalam Ika Purwanto, 2021). Kompetensi kepala
ruangan yang berkaitan dengan kolaborasi menurut Marquis dan Houston 2000 dalam
Ika Purwanto, 2021 adalah pengarahan yaitu kepala ruangan memberikan motivasi,
komunikasi efektif, melakukan pendelegasian tugas, mengelola konflik, dan
melaksanakan peran kolaborasi.
Menurut Edison dkk (2017) usaha untuk memenuhi unsur kompetensi seorang
kepala ruangan harus memenuhi unsur-unsur :
a. Pengetahuan (Knowledge) yaitu memiliki pengetahuan yang didapatkan
dari belajar secara formal dan dari pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
bidang pekerjaan yang ditanganinya terutama dalam pengelolaan sumber
daya manusia keperawatan. Seperti pelatihan manajemen bangsal dan
memiliki kemauan untuk meningkatkan pengetahuan.
b. Keahlian (skill) yaitu memiliki keahlian terhadap bidang pekerjaan yang
ditanganinya dan mampu menanganinya secara detail dan harus memiliki
kemampuan (Ability) memecahkan masalah dan menyelesaikannya
dengan cepat dan efisien
c. Sikap (Attitude) menjunjung tinggi etika organisasi, dan memiliki sikap
positif (ramah dan sopan) dalam bertindak. Seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan dengan benar dalam tugasnya merupakan
gambaran suatu sikap yang tidak bias dipisahkan dan merupakan suatu
bagian yang penting bagi jasa layanan keperawatan dan memiliki pengaruh
yang besar untuk kemajuan rumah sakit.
B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Berdasarkan kasus di atas maka dapat di simpulkan fungsi manajemen yang di
gunakan adalah fungsi Planning (Perencanaan). Untuk membentuk organisasi yang
kuat dan bertahan lama diperlukan suatu planning yang matang. Dalam ilmu
manajemen perencanaan mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mengejar
suatu hasil yang diinginkan. Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dengan mengambil metode yang strategis guna
mencapai tujuan tersebut. Planning adalah suatu fungsi yang mencakup proses
menentukan sasaran, kebijakan, produk, jasa, alat-alat, pengeluaran, jadwal, lokasi,
personalia, hubungan organisasi. (Supriyatna, 2008 dalam Khairul Akbar dkk , 2021)
Kepala Ruangan
Perawat Pelaksana
Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang rawat inap Ruangan LCA
adalah model asuhan keperawatan Tim.
b. Jumlah tenaga dan tingkat pendidikan di Ruangan LCA
No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1 S. Kep Ners 9 60%
2 D III Keperawatan 6 40%
Jumlah 15 100%
= 75% x20
= 15
Maka, jumlah rata-rata pasien harian: 15 orang
JWPL=( 2 x jumlah pasien minimal care ) + ( 4 x jumlah pasien parsial care ) +(6 x jumlah pasien t
Tingkat Jam Jumlah Pasien Jumlah
Ketergantunga Perawatan
n
Minimal Care 2 jam 10 orang 20
Parsial Care 4 jam 3 orang 12
Total Care 6 jam 2 orang 12
44 jam
4. Metode Douglas
Bagi pasien rawat inap, standar waktu pelayanan pasien antara lain:
a. Perawatan minimal memerlukan waktu: 1-2 jam/24jam, dengan
kriteria: pasien dapat melakukan sendiri kebersihan diri,mandi, ganti
pakaian, makan, minum, penampilan secara umum baik, tidak perlu
diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan.
b. Perawatan intermediate memerlukan waktu: 3-4/24 jam, dengan
kriteria: pasien memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-
hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan
agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri bantuan
dalam pendidikan kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24jam, dengan
kriteria: pasien tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-hari,
semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan pasien sakit berat,
pasien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam.
Nilai standar jumlah perawat per shift berdasarkan klasifikasi pasien:
Shift Minimal Care Parsial Total Care Jumlah
Care Perawat
5. Metode Gillies
F. Analisa SWOT
Analisa SWOT :
1. Faktor internal
a. Strength
1) Rumah sakit Immanuel Bandung sudah terakreditasi ISO dan
PARIPURNA
2) Adanya visi misi dan filosofi Rumah Sakit Immanuel
3) Terdapat kepala ruangan dan kualifikasi sarjana keperawatan Ners dan
D3
4) Jumlah pengalaman kerja 1tahun – 13,1 tahun
5) Jumlah tenaga perawat S1 9 orang D3 keperawatan 6 orang
6) Kapasitas tempat tidur 20 bed
7) BOR 75%
8) Terdiri dari ruang kelas I, II, VIP, Geriatri
9) Menggunakan model asuhan keprawatan model TIM
10) Memiliki 2 akses pintu masuk dan pintu keluar yaitu area barat
b. Weskness KELEMAHAN
1) Belum optimal kepatuhan perawat menggunakan APD setiap melakukan
tindakan
2) Belum optimalnya pelaksanaan handover
2. Faktor external
a. Opportunity PELUANG
1) Adanya organisasi PPNI yang menaungi perawat
2) Adnya UU RI NO 38 Taahn 2014 tentang keperawatan
3) Penggunaan teknologi moderrn untuk memepermudah proses perawatan
4) Adanya kerja sama antar rumah sakit dengan perguruan tinggi dalam
pendidikan tingkat lanjut
5) Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan bagi
perawat yang lulusan D3
6) Masyarakat mulai kritis terhadap informasi kesehatan yang di dapatkan di
tempat pelayanan kesehatan
b. Threat ANCAMAN
1) Adanya undang-undang perlindungan konsumen dalam UU No. 8 Tahun
2009 tentang perlindungan konsumen.
2) Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat di dalam hal sarana dan
prasarana serta pelayanan yang prima.
3) Banyaknya review kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang
mudah diakses oleh pengguna sosial media.
Rumusan Masalah
No Faktor Bobot Ranting Skor
Faktor internal
Strengths ( Kekuatan)
Weskness (kelemahan)
Faktor External
Opportunity (peluang)
Intepretasi dari table EFE diatas didapatkan skor 2, 87 yang berarti bahwa ruang LCA
menerima dengan baik peluang yang ada dan menghindari ancaman.
O (2,21 )
3
Kuardan III 2 Kuardan I
1
3 2 1 1 2 3
W (0,96 ) S (2,2)
-0,45
1,24
1
2
Kuardan IV Kuardan II
T (2,66 )
Berdasarkan hasil matriks IFE dan EFE dan dari diagram kartesius diatas ruangan
LCA berada di posisi kuadran II yaitu strategi diversification strategy. Perusahaan
atau organisasi pada posisi ini meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan
masih memiliki kekuatan dari segi internal.
G. Perumusan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dari kajian situasi yang telah dilakukan, maka masalah-masalah yang
ditemukan antara lain :
a. Belum optimalnya pelaksanaan Handover
b. Belum optimal kepatuhan perawat mengunakan alat pelindung diri (APD)
setiap melakukan tindakan keperawatan
c. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) diruang LCA
2. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah, menggunakan rumus CARL. Rumusnya
adalah
CxAxRxL
Keterangan :
a. Sangat penting :5
b. Penting :4
c. Cukup Penting :3
d. Kurang Penting :2
e. Sangat Kurang Penting :1
Pelaksanaan:
a. Melakukan diskusi dengan kepala ruangan dan perawat terkait hand over
b. Menyampaikan informasi terkait hand over
c. Melakukan demonstrasi tentang pelaksanaan hand over
2. Belum optimal penggunaan alat pelindung diri (APD) setiap melakukan tindakan
keperawatan
Perencanaan:
a. Melakukan diskusi dengan kepala ruangan dan CI dan perawat terkait
pentingnya penggunaan APD
b. Melihat format SOP
c. Mencari literature, teori atau jurnal terkait dengan masalah
Pelaksanaan:
1. Belum optimalnya penggunaan alat pelindung diri (APD) setiap melakukan tindakan keperawatan
MAN MATERIAL
Pelaksanaan tindakan
keperawatan tidak
sesuai SOP
Ada perawat yang tidak
nyaman menggunakan
handscooen
SOP jarang
dibaca Ketidakpatuhan
Pada handscoon
terdapat serbuk putih perawat dalam
yang berlebihan penggunaan APD
dalam melakukan
tindakan
keperawatan
Pada saat
pemasangan infuse
tidak menggunakan Perawat tidak saling
Saat pengambilan
handscoon mengingatkan
darah tidak
pentingnya
menggunakan
menggunakan APD
hanscoon
METHODE ENVIRONMENT
2. belum optimal dilakukannya proses hand over
Belum optimal
dilakukannya proses
hand over oleh
perawat
Ketidaklengkapan
perawat dinas di setiap
shift saat hand over Dilakukan tapi tidak
sesuai standart
Kebiasaan
MAN MATERIAL
Belum adanya
pembuatan informasi
Jumlah perawat tidak lowongan pekerjaan
sesuai berdasarkan dengan website RS
hitungan PPNI yaitu 18
tetapi tenaga di ruangan
hanya 15 orang
Kurangnya sumber
daya manusia
(SDM) di Ruang
Rajawali
Belum dibukanya
Belum adanya
lowongan pekerjaan
pembuatan website
terkait penambahan
mengenai lowongan
tenaga perawat
pekerjaan
METHODE MACHINE
J. Planning of action
No Masalah Indikator
Tujuan Strategi Kegiatan Metode Sasaran Waktu P. Jawab
. Keberhasilan
Pelaksanaan:
1. Melakukan diskusi
dengan kepala ruangan
dan perawat terkait
hand over
2. Menyampaikan
informasi terkait hand
over
Melakukan
demonstrasi tentang
pelaksanaan hand over
4. Kontrak waktu
dengan kepala
ruangan, CI, dan
perawat ruangan
untuk
mengadakan
diskusi
5. Melakukan
diskusi tentang
SDM
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Khairul dkk. 2021. Manajemen POAC pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus
BDR di SMP Negeri 2 Praya Barat Daya). Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil
Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan
Pembelajaran Vol. 7, No. 1 : Maret 2021.
Edison, Emron., dkk. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Alfabeta
Mila, Badriyah. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia.
Mugianti, S. 2016. Modul bahan ajar cetak_manajemen dan kepemimpinan dalam praktik
keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik.
Mulyatiningsih, Sri dan Usman Sasyari. 2021. Gaya Kepemimpinan Yang Efektif Dalam
Meningkatkan Keselamatan Pasie. Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik (JIKA)
Vol.4 No.1 (April 2021)