Konsep Asuhan Keperawatan Retinoblastoma
Konsep Asuhan Keperawatan Retinoblastoma
KEPERAWATAN ANAK II
DOSEN PENGAMPU
OLEH
KELOMPOK VI
SARINA (S.0019.P.024)
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
BAB II
KONSEP MEDIS
1. Pengertian Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang mengenai
syaraf embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma muncul dari sel-sel retina
imatur yang dapat meluas ke struktur lain dalam bola mata hingga ekstraokular.
Retina tidak memiliki sistem limfatik, sehingga penyebaran tumor retina baik secara
langsung ke organ sekitar (vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan,
orbita, parenkim otak) maupun metastasis jauh melalui rute hematogen. (Permono,
Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, & Abdulsalam, 2006).
2. Etiologi Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter dan non
herediter. Retinoblastoma herediter meliputi pasien dengan riwayat keluarga positif
dan yang mengalami mutasi gen yang baru pada waktu pembuahan. Bentuk herediter
dapat bermanifestasi sebagai penyakit unilateral atau bilateral. Pada bentuk
herediter, tumor cenderung terjadi pada usia muda. Tumor unilateral pada bayi
lebih sering dalam bentuk herediter, sedangkan anak yang lebih tua lebih sering
mengalami bentuk non-herediter. (Permono et al., 2006).
Gen RB1 merupakan tumor supresor pertama yang dikloning. RB1 tersusun
dari 183 kilobase DNA genomic, 27 exons dan kode untuk 110 kd protein p110,
dengan 928 asam amino. Pengaturan transkripsi dan proliferasi sel berhubungan
dengan fosforilasi protein RB. Yang terlibat dalam proses tersebut adalah E2F1,
faktor transkripsi yang mengatur siklus sel selama G1, histone deasetilase 1, dan
downstream cell-cycle-speific kinases. Hilangnya pRB mengakibatkan sel-sel lepas
kendali dan mitosis (Lanzkowsky 2016). Pada kebanyakan sel, hilangnya pRB dapat
dikompensasi dengan mengekspresikan faktor protein lainnya. Akan tetapi,
khusus pada prekursor sel kerucut retina, mekanisme kompensasi cukup minim,
sehingga mitosis sel menyebabkan kanker (Permono et al., 2006).
Patogenesis retinoblastoma diidentifikasi dengan mempelajari retinoblastoma
herediter. Diketahui bahwa 40% dari pasien retinoblastoma merupakan
retinoblastoma herediter, dengan predisposisi menghasilkan tumor yang disebar
sebagai dominan autosom. Carrier dari retinoblastoma mempunyai risiko
membentuk retinoblastoma multilateral dibandingkan dengan populasi umum, dan
meningkatkan risiko terkena penyakit osteosarkoma dan soft-tissue sarcomas.
Sedangkan 60% dari pasien retinoblastoma muncul secara sporadis atau non
herediter (selalu mengenai salah satu mata pasien) dan retinoblastoma non
herediter tidak ada risiko terkena kanker yang lain.
b. Pembedahan
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat
merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.
3) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,
bilik mata depan, iris, lensa dan pupil.
Pada retinoblastoma didapatkan:
4) Pemeriksaan pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang
paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
5) Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan
retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
6) Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata
meningkat.
B. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
1. Nyeri akut(L.0077)
Tingkat Nyeri L.08066
Ekspektasi Menurun
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun sedang Meningkat
menurun meningkat
Kemampuan
menuntaskan 1 2 3 4 5
aktivitas
Cukup Cukup
Meningkat sedang Menurun
meningkat menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap
1 2 3 4 5
protektigelisahf
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri
1 2 3 4 5
sendiri
Diafhoresis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi
1 2 3 4 5
(tertekan)
Perasaan takut
mengalami cedera 1 2 3 4 5
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Perineum terasa
1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba
1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berpikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5