Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ILMU KALAM
Dibimbing oleh

Dr. H. Syamsun Ni'am, M.Ag

Disusun oleh

1. Lailatun Ni’mah
2. Sa’adatul Zulfa
3. Zuhratul Imaniah
4. Yulia Rizqi Amanillah
5. Khairina Maulida .N.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


DAFTAR ISI

Daftar isi …...……………………………………..……….………………….2

Kata Pengantar………………………………………………………………...3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……...…………………...………………………………..4


1.2 Rumusan masalah…………...……………………………….....................4
1.3 Tujuan penulisan...…………….………………………………………….4

BAB II Pembahasan

BAB III Penutup

3.1Kesimpulan.....………...………….…...………………………………….20

Daftar Pustaka…………….……………..…………………………………..21
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan rahmat Allah Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Masa pemerintahan Nabi dan Khulafaur Rasidin ” dalam rangka menyelesaikan tugas
mata kuliah Ilmu Kalam.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Kalam. Yang telah memberikan tugas kepada kelompok kami sehingga kita
dapat mengetahui lebih mendalam tentang Masa pemerintahan Nabi dan Khulafaur
Rasidin .

Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun
tidak disengaja, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen maupun teman-teman
mahasiswa. Cukup sekian yang bisa kami ucapkan sebagai kata pengantar, kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam tulisan kami.

Wassalaamu’alaikum wr.wb.

TIM PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Harun Nasution , kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik
yang menyangkut peristiwa pembunuhan “ Usman bin Afan” yang berbuntut pada
penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara
Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi Perang Siffin yang berakhir
dengan keputusan tahkim.
Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul
adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti siapa yang kafir
dan siapa yang bukan kafir. Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam
Islam, yaitu:
1. Aliran Khawarij
2. Aliran Mur’jiah
3. Aliran Mutazilah
Sejak saat itulah , mulai muncul aliran – aliran kalam yang sampai kini masih
eksis keberadaannya. Oleh karenanya disini kami akan menjelaskan mulai dari
Kepemimpinan Nabi Muhammad beserta Khulafaur Rasidin hingga penyebab munculnya
berbagai aliran kalam yang ada.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan biografi serta kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
2. Jelaskan biografi serta kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq
3. Jelaskan biografi serta kepemimpinan Umar bin Khattab
4. Jelaskan biografi serta kepemimpinan Usman bin Affan
5. Jelaskan biografi serta kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang biografi serta kepemimpinan
Nabi Muhammmad dan Khulafaur Rasidin.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang sebab-sebab yang
melatarbelakangi munculnya aliran-aliran kalam.
II
PEMBAHASAN

2. 1 NABI MUHAMMAD SAW

Nabi Muhammad SAW. adalah putra dari Sayyid ‘Abdullah dan Sayyidatul
Aminah. Nabi Muhammad SAW. dilahirkan (tahun gajah menurut perhitungan tahun
Qomariyah) pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal, ini pendapat sebagin besar sejarawan.1

Nabi kita diberi nama Ahmad oleh ibunya, sesuai dengan mimpinya sebelum
melahirkan, tetapi sang kakek Abdul Munthalib, menamainya Muhammad (orang yang
terpuji). Walaupun orang-orang Arab telah tahu nama ini, tetapi meraka belum pernah
menamakan anak-anak mereka dengan nama ini.

Dalam sejarah, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang tokoh
agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah dan paganis di Jazirah
Arab. Dia adalah Muhammad bin ‘Abdullah, rasul terakhir dan penutup para nabi.
Perjalanan kehidupannya adalah sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat penting bagi
umat manusia. Secara umum, kepemimpinannya dapat dibagi ke dalam dua periode, yaitu
periode Mekkah dan Madinah. Periode Mekkah adalah masa yang dimulai dari
diangkatnya beliau menjadi Rasul hingga hijrah ke Madinah. Sedangkan periode
Madinah adalah masa ketika Nabi Muhammad berada di Madinah hingga beliau wafat.

Kepemimpinan Muhammad SAW. pada masa hidupnya telah memberikan arti


penting dalam sejarah peradaban manusia pada umumnya, dan Islam pada khususnya.
Kepemimpinan beliau dipandang tidak hanya sebatas sebagai pemimpin agama, akan
tetapi juga sebagai pemimpin negara. Dengan kata lain, kepemimpinannya tidak hanya
sebagai Rasul, melainkan juga sebagai negarawan.

Nabi Muhammad Sebagai Negarawan

1 Al Mas’udi, Tarikh, Mesir, 1346 H. Jil I, hal 271; Ibn Khaldun, Tarikh Beirut, 1996, Jil I, Hal 85 dalam buku
Muhammad Saw Rasul Terakhir, Majid Ali khan , Pustaka, Bandung, hal 43.
Sebagai kepala Negara Muhammad saw selalu mengedepankan musyawarah, hal
ini dapat dipahami dari firman Allah dalam surah Asyuura 38 yang artinya:

“Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Allah dan mendirikan salat, sedangkan
urusan mereka selesaikan/putuskan dengan musyawarah diantara mereka, dan mereka
menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan mereka”.(QS.Asyuura:38).

Bahkan, dalam musyawarah Muhammad saw mengikuti pendapat suara terbanyak


meskipun berbeda pendapat dengan pendapat pribadi beliau dari kutipan tersebut
mengandung arti bahwa Muhammad saw sebagai pemimpin Negara dan sekaligus
seorang utusan Allah tidak berbuat sewenang-wengan dan memanfaatkan kedudukannya
tersebut.

Dan bukti betapa piawainya dan bijaksananya beliau dalam bernegara adalah

a) Ketika perombakan dan pembangunan ka’bah

Sesudah mengalami banjir besar yang turun dari gunung, menimpa dan merekatkan
dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuh. Tindakan demikian itu dirasakan
adalah suatu keharusan, walaupun masih serba takut dan ragu. Karena Kuraisy takut
kalau bangunannya diperkuat, pintunya diringgikan dan diberi atap, dewa Ka’bah yang
suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka.
Namun karena hal ini, menjadi keharusan untuk merombak dan memperbaiki
Ka’bah. Sudut-sudut Ka’bah itu oleh Kuraisy dibagi menjadi empat bagian, tiap bagian
mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali. Sebulum bertindak
melakukan perombakan mereka masih ragu , khawatir akan mendapatkan bencana.
Kemudian Walid Bin Mughirah tampil ke depan dengan sedikit takut-takut. Setelah ia
berdo’a kepada dewa-dewanya mulai ia merombak bagian sudut selatan.

Namun setelah sampai pagi tidak terjadi apa-apa, mereka beramai-ramai


merombaknya. Dalam kegiatan ini nabi Muhammmad Saw. juga ikut membawa
batu.setelah banguna itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkkan Hajar
Aswad. Maka timbullah perselisihan diantara mereka. Abu Umayyah bin al-Muhgirah
akhirnya membuat keputusan bahwa “ Serahkanlah putusan kamu ini kepada orang yang
pertama sekali memasuki pintu safa ini.”
Tatkala mereka Nabi Muhammad SAW. ternyata orang yang memasuki tempai
itu. Mereka berseru: “Ini Al-Amin; kami dapat menerima keputusannya.”
Namun hal ini tidak yang seperti mereka bayangkan, “Kemarikan sehelai kain”.
Setelah kain itu dihamparkan dan diambil batu itu dan kemudian diangkat bersama-sama
setiap dua kabilah memegang ujung kain tali ini. Lalu Nabi mengeluarkan batu itu dan
meletakkkannya di tempatnya. Dengan demikian perselisihan berakhir dan bencana dapat
dihindarkan.

b) Piagam Madinah

Manuskrip sejarah mencatat, awal mula kebijakan politik di dunia yang sesuai dengan
prinsip dasar fitrah dan nilai kemanusiaan adalah Piagam Madinah. Konsepsi kebijakan
Politik yang dicetuskan Rasulullah dalam Piagam adalah benar-benar menggemparkan
para sceientist generasi umat manusia di era berikutnya, bukan hanya sceientist muslim
yang terkesimak dengan pesan-pesan dari butir-butir piagam, bahkan orang-orang non
muslim yang notabene memusuhi Islam kerap terjerat dengan keindahan pesan Piagam
Madinah. Namun demikian Kemunculan piagam madinah, jika ditelusuri, bukanlah hasil
pemikiran manusia belaka, melainkan terinspirasi dari pesan-pesan al-Quran. Maka
sangatlah wajar jika salah satu butir Piagam menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi
dalam menentukan hukum adalah Allah dan Rasul-Nya. Karena keindahan pesan-pesan
Piagam merupakan turunan dari konsep al-Quran yang dikejewantahkan dalam realita
kehidupan sosial oleh Pembawa rahmat bagi seluruh alam.

Kondisi Aqidah Pada Masa Nabi Muhammad Saw.


Masa Rasulullah Saw. merupakan periode pembinaan akidah dan peraturan-
peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang
kabur dikembalikan langsung kepada Rasulullah SAW sehingga berhasil menghilangkan
perpecahan antar umatnya. Masing-masing pihak akan mempertahankan kebenaran
pendapatnya dengan dalil-dalil, sebagaimana telah terjadi dalam agama-agama sebelum
Islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk menaati Allah SWT dan Rasul-Nya
serta menghindari perpecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam segala
bidang dan menimbulkan kekacauan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfal: 46,


َ ‫َوَأ ِطيعُوا هَّللا َ َو َرسُولَهُ َواَل تَنَازَ عُوا فَتَ ْف َشلُوا َوت َْذه‬
‫َب ِري ُح ُك ْم َواصْ بِرُوا ِإ َّن هَّللا َ َم َع الصَّابِ ِرين‬

“ Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

Perbedaan pendapat memang dibolehkan tetapi jangan sampai terjadi


pertengkaran, terutama dalam masalah akidah. Demikian pula dalam menghadapi agama
lain, kaum Muslimin harus bersikap tidak membenarkan apa yang mereka samapikan
dan tidak pula mendustainya. Yang harus dikatakan Muslimin adalah telah beriman
kepada Allah dan wahyu-Nya yang juga telah diturunkan kepada mereka. Tuhan Islam
dan Tuhan mereka adalah Satu(Esa).

Bila terjadi perdebatan haruslah dihadapi dengna nasihat dan peringatan. Berdebat
dengan cara baik dan dapat menghasilkan tujuan dari perdebatan, sehingga terhindar dari
pertengkaran. Allah SWT berfirman dalam surah Al Nahl:125,yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Nabi Muhammad SAW Ketika Wafat


Berita tentang wafatnya Rasul sungguh sulit dipercaya, Sebenarnya Muslim
sendiri dalam keadaan bingung. Setelah mendengar pidato Abu Bakar dan yakin sudah
bahwa Nabi Muhammad SAW sudah wafat.
Rasulullah SAW masih di dalam rumah, belum lagi selesai dimakamkan dan
pintu juga oleh keluarganya sudah ditutup. Dari golongan Ansar ingin dari golongannya
yang menjadi khalifah, begitupula dengan golongan muhajirin. Akhirnya terjadi suasana
yang sidikit menegangkan.
Lalu Abu bakar memulai pembicaraannya:
“... QS. Jadi kami Muhajirin dan Ansar, saudara-saurara kami seagama, bersama-sama
penolong kami dalam menghadapi musuh. Apa yang telah kalian katakan, bahwa segala
kebaikan ada pada Anda sekalian, itu sudah pada tempatnya. Andalah dari seluruh bumi
ini yang patut dipuji. Dalam hal ini orang Arab hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Jadi
dari pihak kami para amir dan pihak kalian para wazir.”
Ketika itu juga Ia mengangkat tangan Umar bin Khattab dan tngan Abu Ubaidah
bin al-Jarrah, sambil duduk diantara keduanya. Dikhawatirkan akan membawa
pertentangan, Umar berkata dengan suaranya yang lantang:
“Abu Bakar, bentangkanlah tanganmu!”
“Abu Bakar, bukankah nabi yang menyuruhmu memimpin Muslimin salat?
Andalah penggantinya (khalifah). Kami akan memberikan ikrar kepada orang yang
paling disukai oleh Rasulullah diantara kita semua ini.”
kata-kata ini ternyata sangat menyentuh hati jamaah Muslimin yang hadir, karena
benar-benar dapat melukiskan kehendak Nabi sampai pada hari terakhir orang
melihatnya. Dengan demikian pertentangan di kalangan mereka dapat dihilangkan. Pihak
Muhajirin datang memberikan ikrar, disusul oleh pihak Ansar yang ju8ga datang
memberikan ikrar.

2.2 ABU BAKAR AS-SIDDIQ

Biografi
Nama asli beliau adalah Abdullah ibn Abi Quhafah Usman .Mengenai nama as-
Siddiq dikatakan bahwa nama panggilan itu diberikan pada masa Jahiliyyah, karena
beliau orang yang selalu menjunjung tinggi kebenaran. Beliau dilahirkan dua tahun
beberapa bulan setelah kelahiran Nabi SAW. Ada sebuah riwayat yang menjelaskan
tentang ciri-ciri fisik beliau , bahwa beliau adalah pria yang jujur, tubuhnya langsing,
pipinya cekung dan agak bungkuk, wajahnya kurus kering dan cekung, matanya dalam,
dahinya menonjol dan tangan bagian belakangnya tidak berdaging.
Al-Harith meriwayatkan bahwa Ali ra, berkata: Orang pertama ( dari pria
dewasa ) yang masuk Islam adalah Abu Bakar.
Sekelompok sahabat dan tabi’in menyatakan bahwa Abu Bakarlah yang pertama kali
masuk Islam dari golongan pria dewasa, Ali dari golongan anak-anak, sedang Khadijah
dari golongan perempuan.

Keistimewaan Abu Bakar As- Shiddiq


Ash- shabi berkata: Allah memilih Abu Bakar dengan empat sifat yang tidak di berikan
kepada orang lainnya: Allah memberinya nama as-Siddiq dan tidak memberikan kepada
yang lainnya, Ia adalah Sahabat yang menyertai Rasul SAW di gua, Ia adalah sahabat
yang terdekat ketika hijrah, dan Rasulullah SAW menyuruh beliau menjadi imam shalat
yang disaksikan oleh kaum muslimin.

Kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq


Abu Musa al-Ash’ari ra’ berkata: Rasulullah SAW, sedang sakit sehingga beliau tidak
mampu mengimami. Maka beliau berkata, “ Suruhlah Abu Bakar dan biarlah dia menjadi
imam sembayang”.
Ibn Mas’ud berkata: Ketika Rasulullah SAW wafat, kaum Ansar berkata, Biarkan ada
seorang amir dari kami dan seorang dari kalian. Lalu Umar ibn al-Khattab ra’ datang
kepada mereka dan berkata, Wahai orang-orang Ansar, apakah kamu tidak tahu
Rasulullah SAW telah menyuruh Abu Bakar untuk memimpin orang-orang shalat
(menjadi imam)? Maka hendaklah kalian dengan senang hati memberikan kah istimewa
kepada Abu Bakar? Maka orang-orang Ansar menjawab, Kami memohon perlindungan
kepada Allah sehingga kami harus memberikan hak istimewa kepada Abu Bakar. Oleh
karenanya di bai’atlah Abu Bakar As- Shiddiq sebagai khalifah yang pertama.

Peristiwa sepanjang kekhalifahan


1. Perang melawan orang yang menolak mengeluarkan zakat.
Handhalah ibn Ali al-Laythi berkata bahwa Abu Bakar telah mengirim Khalid dan
memerintahkan kepadanya untuk memerangi manusia karena meninggalkan salah
satu rukun Islam.
2. Pengumpulan Al-Qur’an
Abu Bakar memerintahkan umar dan za’id untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-
Qur’an yang masih berpencaran, karena beliau khawatir disebabkan banyaknya
para qori’ yang meninggal dalam perang yamamah.

WAFAT
Aisyah ra’ berkata: Permulaan menyebarnya penyakit Abu Bakar ketika beliau mandi
pada hari senin tanggal 7 Jumada Akhir di hari yang sangat dingin. Kemudian beliau
demam selama 15 hari dan tidak keluar untuk sembayang. Beliau meninggal pada malam
selasa delapan hari sebelum akhir bulan Jumada Akhir pada tahun 13 H, ketika beliau
berusia 63 tahun.

2.3 UMAR BIN KHATTAB

Biografi

Beliau adalah Umar bin Al-khathab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Ruyyah
bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay Abu Hafz
Al-‘adawi.Julukan beliau adalah Al-Faruq.Adapun ibunya bernama Hantamah binti
Hisyam binti Al-Mughirah,kakak dari Abu Jahal bin Hisyam. Sifat Beliau adalah orang
yang sangat tawadhu’ kepada Allah.Kehidupan dan makanannya sangat sederhana.Beliau
sangat tegas dalam urusan Agama Allah.

Kekhalifahan Umar bin Khattab


Umar masuk islam ketika berumur dua puluh tahun,beliau mengikuti perang badar
dan peperangan yang terjadi setelahnya bersama Rasulullah.Beliau juga pernah diutus
untuk berangkat bersama sebagian tentara untuk memata-matai dan mencari informasi
tentang musuh dan terkadang menjadi pimpinan dalam tugas ini.Beliaulah yang pertama
kali digelari Amirul Mukminin.Beliaulah pertama kali membuat pertanggalan
hijriyah,mengumpulkan manusia untuk sholat terawih berjama’ah,orang yang pertama
kali keliling di malam hari mengontrol rkyat di Madinah,yang pertma kali membawa
tongkat pemukul untuk memberi pelajaran dan menghukum yang salah,pertama kali yang
mendera peminum khomr 80 kali cambukan,membuat undang-undang
perpajakn,menentukan gaji tetap.

Beliau berhasil menakhlukkan banyak wilayah di negeri Syam, diantaranya, Damasskus,


Yordania,Baisan,Thobariyah,al-Jabiyah,Ramalah,Asqolan,Gazza,daerah pesisir al-quds,
Ba’labak,Homa,Qinsir,Halab dan Athaqiyah.

Wafat

Ketika umar selesai melaksanakan ibadah haji,pada tahun 23 H hijriyah beliau


sempat berdo’a kepada Allah di abthah,mengadu kepada Allah tentang usianya yang telah
senja,kekuatannya telah melemah,semantara rakyatnya tersebar luas dan beliau takut
tidak dapat melaksankan tugas dengan sempurna.Dan beliau menginginkan mati syahid
di Madinah.Ini adalah perkara yang sulit namun Allah lemah lembut kepada
hambanya.Akhirnya beliau di tikam oleh Abu lu’lu’ah Fairuz seorang yang awalnya
beragama Majusi dan tinggal di Romawi.Beliau di makamkan di kamar nabi samping
makam Abu Bakar setelah mendapat izin dari ummul mu’minin ‘Aisyah.

2.4 USMAN IBN AFFAN

Biografi
Nama beliau adalah Usman ibn Affan . Beliau lahir pada bulan ke 6 tahun gajah
dan beliau adalah salah satu orang dari As- Sabiqun al- Awwalun karena ajakan Abu
Bakar As-Siddiq. Beliau menikah dengan Ruqoyyah putri ke 4 Rasulullah SAW, dan
Ruqoyyah meninggal pada malam perang badar, yang pada saat itu beliau ikut serta
dalam perang sehingga beliau meminta izin kepada Nabi untuk pulang karena istrinya
sedang sakit. Rasulullah memberi kabar gembira akan kemenangan kaum Muslimin pada
perang badar, pada saat istrinya di makamkan di Madinah. Kemudian Nabi menikahkan
Usman dengan putrinya sekaligus adik dari Ruqoyyah yang bernama Ummu Kultsum,
dan Ummu Kultum meninggal pada tahun ke 9 H. Karenanya beliau dikenal dengan
sebutan Dhun Nurain ( Pemilik Dua Cahaya ).

Para Ulama berkata : Kami tidak mengenal seorangpun yang menikahi dua putri
Rasul selain Usman, karena alasan itulah beliau di kenal dengan sebutan Dhun Nurain
( Pemilik Dua Cahaya ).

Kekhalifahan Usman ibn Affan

Beliau di bai’at sebagai khalifah tiga malam setelah pemakaman Umar.


Diriwayatkan bahwa orang-orang berkumpul bersama, selama tiga hari itu, dengan Abd
ar-Rahman ibn Auf, memberinya nasehat dan berbicara 4 mata dengannya. Tidak
seorangpun dari para pengambil keputusan yang duduk sendirian bersamanya yang
terlihat menyamai Usman. Ketika Abd ar-Rahman ibn Auf membaiatnya, semua orang
orang menyetujui atas di baiatnya Usman. Menurut riwayat Az-Zuhri beliau menjabat
sebagai Khalifah selama 12 tahun.

Pada masa kekhalifahannya , Rai telah dikuasainya, yang sebelum dan


sesudahnya telah hilang. Pada tahun ini pula banyak benteng Byzantium yang telah
dikuasainya. Selain itu pada tahun 26 H , Usman ibn Affan melebarkan dan memperluas
al- Masjid al- Haram dan membeli sisi-sisinya (yang berdampingan) untuk perluasan.

Wafat
Pada tahun 35 H, terjadinya pembunuhan terhadap Usman. Usman dibunuh di
waktu siang hari pada hari tasriq , kemudian dimakamkan di Hash Kawkab yang berada
di Madinah. Pada saat itu beliau berumur 82 tahun. Dijelaskan dalam riwayat Az-Zuhri
bahwa : Aku berkata kepada Sa’d ibn al- Musayyab, Bisakah kamu ceritakan bagaimana
Usman terbunuh? Apa yang orang-orang ketahui dan apa yang dia ketahui? Dan kenapa
para Sahabat gagal menolongnya? Kemudian Sa’d ibn al- Musayyab menjawab: Usman
terbunuh dengan cara yang tidak adil, yang membunuhnya adalah orang-orang yang
dholim . Aku bertanya mengapa ini bisa terjadi? Dia berkata, Ketika Usman ditunjuk,
sekelompok sahabat tidak senang dengan janjinya, karena Usman sering menyukai orang-
orangnya. Yakni beliau sering menunjuk orang-orang dari Bani Umayyah yang tidak
memiliki hubungan baik dengan Nabi, yakni memilih suku dari pamanya dari pihak
bapaknya.

Pada saat pemerintahannya, Usman sedikit demi sedikit mulai menunjuk


kerabatnya untuk menduduki jabatan-jabatan penting dan memberikan kepada mereka
keistimewaan-keistimewaan lain yang menyebabkan timbulnya protes-protes dan
kritikan-kritikan rakyat secara umum. Selanjutnya Berkobarlah fitnah besar di tengah
kaum muslimin yang dikobarkan oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman
yang pura-pura masuk Islam. Dia kemudian menaburkan keraguan di tengah manusia
tentang akidah mereka dan mengecam Usman dan para gubernurnya. Dia dengan gencar
mengajak semua orang untuk menurunkan Usman dan menggantinya dengan Ali sebagai
usaha menabur benih fitnah dan benih perpecahan.

Abd ar- rahman ibn Mahdi berkata: Ada dua sifat Usman yang tidak dimiliki oleh
Abu Bakar dan Umar yakni: pertama ketenangan dirinya hingga beliau dibunuh dan yang
kedua adalah usahanya mengumpulkan orang-orang untuk menyatukan mushaf. Sehingga
jadilah mushaf pertama yang dibukukan adalah Mushaf Usmani.

2.5 ALI BIN ABI THALIB


Biografi

Dia bernama Ali bin Abi Thalib-nama Abu Thalib sendiri adalah Abdu Manaf-bin
Abdul Muthalib-ia bernama Syaibah-bin Hasyim-dia bernama ‘Amr-bin Abdul Manaf-
dia bernama Al Mughirah-bin Qushaiy-nama aslinya adalah Zaid-bin Kilab bin Murrah
bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah. Ali bin Abi
Thalib dipanggil Abu Husein dan Abu Turab oleh Rasulullah. Sedangkan ibunya adalah
Fathimah binti Asad bin Hasyim. Dia adalah seorang wanita Bani Hasyim yang
melahirkan seorang Bani Hasyim. Dia masuk Islam dan hijrah.

Ali bin Abi Thalib adalah orang tua dengan kepala botak, banyak mengarang
syair, tidak begitu tinggi, perutnya besar, jenggotnya lebat memenuhi kedua bahunya,
putih laksana kapas, kulitnya sawo matang. Ali adalah salah satu dari sepuluh orang yang
mendapat jaminan surga. Dia adalah menantu Rasul dan satu diantara orang-orang yang
masuk Islam di awal lahirnya Islam. Abu Ya’la meriwayatkan dari Ali bin Abi Abi
Thalib bahwa dia berkata : Rasulullah diangkat menjadi rasul pada hari Senin, sedangkan
saya masuk Islam pada hari Selasa. Tatkala dia masuk Islam umurnya baru sepuluh
tahun. Ada juga yang mengatakan 9, 8, bahkan ada yang menyatakan lebih muda dari itu.
Al Hasan bin Zaid bin Al Hasan berkata : Ali tidak pernah menyembah berhala sama
sekali karena dia memang masih kecil diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad). Dia adalah seorang
ulama Rabbaniyyin. Seorang pejuang yang gagah berani, seorang zuhud yang terkenal,
seorang orator ulung. Dia adalah seorang pengumpul Al Qur’an dan dia bacakan kepada
Rasulullah. Dia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 586 hadits.

Dan Ali bin Abi Thalib terbunuh dan wafat saat usianya 63 tahun, ada juga yang
mengatakan 64, 65, 67. Bahkan ada yang mengatakan Ali beliau wafat pada usia 58
tahun.

Pembaiatan Sebagai Khalifah dan Masalah Yang Muncul

Ibnu Sa’ad berkata : Ali dibaiat sebagai khalifah sehari setelah terbunuhnya
Utsman di Madinah. Semua sahabat membaiatnya sebagai khalifah. Disebutkan bahwa
Thalhah dan Zubair membaiatnya dengan sangat terpaksa dan bukan dengan suka rela.
Kemudian keduanya keluar pergi menuju Mekkah disertai Aisyah. Mereka pergi ke
Basrah untuk menuntut mati pembunuh Utsman. Kabar ini sampai ke Ali, beliau
kemudian pergi menuju Iraq dan berhasil menemui Thalhah, Zubair dan Aisyah serta
pengikutnya. Peristiwa ini dikenal dengan Perang Jamal yang terjadi pada tahun 36 H.
Pada perang itu Zubair dan Thalhah terbunuh. Ali sendiri berada di Basrah selama 15 hari
kemudian kembali ke Kufah. Setelah itu muncul pemberontakan yang dilakukan oleh
Mu’awiyah di Syam. Setelah berita tersebut sampai ke Ali maka beliau meluncur
menyambut para pemberontak dan mereka bertemu di Shiffin. Perang antara dua pasukan
tersebut berlangsung selama beberapa hari.

Kemudian orang-orang yang datang dari Syam mengangkat Al Qur’an dan


mereka mengajak semua pihak untuk berhukum dengan apa yang ada di dalam Al
Qur’an. Ini adalah tipu muslihat yang dilakukan oleh Amr bin Ash. Pasukan yang sedang
bertempur akhirnya segan untuk melanjutkan perang dan mereka menyerukan untuk
melakukan perdamaian. Ali mengutus Abu Musa sebagai juru runding, sedangkan
Mu’awiyah mengutus Amr bin Ash . mereka menulis surat kesepakatan agar bertemu di
Adzruah di penghujung tahun. Pasukan ini kemudian berpencar. Mu’awiyah kembali ke
Syam dan Ali kembali ke Kufah. Namun kaum Khawarij pengikut Ali menyatakan
memisahkan diri karena tidak setuju untuk bertahkim (proses pengambilan keputusan)
kecuali dengan hukum Allah. Mereka membuat basis pasukan di Harura’. Ali mengutus
Ibnu Abbas untuk menemui mereka. Dalam adu argumentasi tentang proses tahkim, Ibnu
Abbas mampu mengalahkan mereka sehingga banyak diantara mereka yang kembali
bergabung dengan pasukan Ali, namun sebagian ada yang tetap di tempat itu lalu mereka
berangkat menuju Nahrawan. Ali mengejar mereka dan mampu membunuh mereka
disana.

Pada bulan Sya’ban kedua utusan bertemu di Adzruh. Hadir dalam pertemuan itu
antara lain Sa’ad bin Abi Waqash dan Abdullah bin Umar serta yang lainnya dari
kalangan sahabat. Amr bin Ash meminta Abu Musa untuk melakukan pidato pertama kali
sebagai tipu muslihat darinya. Dia berbicara dan menyatakan memecat Ali. Lalu Amr bin
Ash maju dan menetapkan Mu’awiyah sebagai khalifah. Kemudian yang hadir berpencar
dengan keputusan ini. Kini Ali menghadapi konflik diantara kalangan sahabatnya.
Hingga dia menggigit jari jemarinya, dia telah melakukan tindakan ceroboh dan telah
diperdaya oleh kelompok Mu’awiyah.

Kemudian kaum Khawarij mengambil 3 orang sebagai wakil mereka : Abdur


Rahman bin Muljam Al Muradi, Al Burak bin Abdullah At Tamimi serta Amr bin Bakir
At Tamimi. Mereka sepakat untuk membunuh Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu
Sufyan dan Amr bin Ash. Ibnu Muljam berkata “Saya akan menjadi wakil kalian untuk
membunuh Ali!”, Al Burak berkata “Saya akan membunuh Mu’awiyah.”, sedangkan
Amr bin Bakir berkata “Saya akan membunuh Amr bin Ash.”. Ketiganya sepakat bahwa
pembunuhan itu hendaknya dilakukan pada tanggal 11 atau 17 Ramadhan. Ketiganya
segera bergerak menuju ke kota tempat ketiga orang itu berada. Ibnu Muljam menuju
Kufah. Dia bertemu dengan kawan-kawannya dari kalangan Khawarij dan meminta agar
mereka tidak membocorkan rahasianya hingga tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H.

Ali bangun menjelang subuh, saat itulah Ibnu Nabbah sang muadzdzin datang
untuk mengetuk pintu rumah Al. Dia berkata “Shalat! Shalat!”, Ali keluar dari pintu dan
berseru “Wahai manusi, shalat! shalat!”. Saat itu Ibnu Muljam datang dan segera
menebasnya dengan pedang. Sabetan pedangnya mengenai kening dan wajah Ali hingga
sampai ke otaknya. Lalu orang-orang mengepung Ibnu Muljam dari segala arah. Ali
sempat bertahan 2 hari, Jum’at dan Sabtu. Beliau meninggal pada malam Ahad dan
disemayamkan di perumahan pemerintah di Kufah pada malam hari. Sedangkan Ibnu
Muljam dihukum dengan cara dipotong semua kaki dan tangannya, lalu diikat di pohon
kurma dan dibakar (menurut riwayat Ibnu Sa’ad)

Faktor-Faktor Munculnya Ilmu Kalam

Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya aliran dalam ilmu kalam, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam umat Islam sendiri yang
dikarenakan :
a. Adanya kepentingan kelompok atau golongan.

Kepentingan kelompok pada umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu aliran,


sangat jelas dimana Syi’ah sangat berlebihan dalam mencintai dan memuji Ali bin
Abi Thalib, sedangkan Khawarij sebagai kelompok yang sebaliknya.
b. Adanya kepentingan politik.

Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan politik pada zaman khalifah Utsman
bin Affan yang menyebabkan wafatnya beliau, kepentingan ini bertujuan sebagai
sumber kekuasaan untuk menata kehidupan. Karna faktor politik juga dapat
memunculkan madzhab-madzhab pemikiran di lingkungan umat Islam khususnya
pada awal perkembangannya. Maka persoalan imamah (khilafain), menjadi persolan
tersendiri dan khas yang menyebabkan perbedaan pendapat, bahkan perpecahan di
lingkungan umat Islam. Permasalahan ini dimulai ketika ketika Rasulullah
meninggal dunia serta peristiwa terbunuhnya Utsman dimana antara golongan yang
satu dengan yang lain saling mengkafirkan dan menganggap golongannya yang
paling benar. Berkenaan dengan itu, para ulama antara lain ‘Amir al-Najjar
berkesimpulan bahwa penyebab tumbuh dan berkembangnya aliran kalam adalah
pertentangan dalam bidang politik, yakni mengenai imamah dan khilafah.
c. Adanya pemahaman dalam Islam yang berbeda.

Perbedaan ini terdapat dalam hal pemahaman ayat Al-Qur’an, sehingga berbeda
dalam menafsirkan pula. Mufassir satu menemukan penafsiranya berdasarkan hadits
yang shahih, sementara mufassir yang lain penafsirannya belum menemukan hadits
yang shahih. Bahkan ada yang mengeluarkan pendapatnya sendiri atau hanya
mengandalkan rasional belaka tanpa merujuk kepada hadits.
d. Mengedepankan akal. Dalam hal ini akal digunakan setiap keterkaitan dengan
kalam sehingga terkesan berlebihan dalam penggunaan akal, seperti aliran
Mu’tazilah.
Faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar umat Islam :
a. Akibat adanya pengaruh keagamaan dari luar islam.
Paham keagamaan non-islam yang dimaksudkan adalah paham keagamaan Yahudi
dan Nasrani, yang mengatakan bahwa sejak Islam tersebar luas, terjadi kontak
dengan lingkungan lokalnya. Di Syiria misalnya, pemikiran islam mulai dipengaruhi
oleh pemikiran Kristen Hellenistik, dan di Iraq dipengaruhi oleh doktrin-doktrin
Gnostik. Demikian pula pandangan Goldziher orang Jerman yang mengatakan
bahwa banyak ucapan dan cara berfikir kenasranian dimasukkan ke dalam hadits-
hadits yang dikatakan berasal dari nabi Muhammad.
b. Kelompok-kelompok Islam yang pertama, khususnya Mu’tazilah, perkara utama
yang mereka tekankan ialah mempertahankan Islam dan menolak hujjah mereka
yang menentangnya. Negeri-negeri Islam terjajah dengan semua pemikiran-
pemikiran ini dan setiap kelompok berusaha untuk membenarkan pendapatnya dan
menyalahkan pendapat kelompok lain. Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah
melengkapkan diri mereka dengan senjata ilmu Falsafah, lalu Mu’tazilah
mempelajarinya agar mereka dapat mempertahankan Islam dengan senjata yang
telah digunakan oleh pihak yang menyerang.

c. Ahli-ahli Kalam memerlukan Falsafah dan Mantiq (ilmu logik), hingga memaksa
mereka untuk mempelajarinya supaya dapat menolak kebatilan-kebatilan (keraguan-
keraguan) yang ada di dalam ilmu berkenaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Sebagai kepala Negara Muhammad saw mengajarkan untuk selalu
mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan apapun.
3.1.2 Perbedaan pendapat memang dibolehkan tetapi jangan sampai terjadi
pertengkaran, terutama dalam masalah akidah. Bila terjadi perdebatan
haruslah dihadapi dengna nasihat dan peringatan.
3.1.3 Khulafaur Rasidin adalah 4 sahabat Nabi yang mengganti tempuk
kepemimpinan setelah wafat-Nya Nabi Muhammad sebagai kepala
pemerintahan.
3.1.4 Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya aliran dalam ilmu kalam, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
3.1.5 Faktor internal diantaranya: Adanya kepentingan kelompok atau golongan.
Adanya kepentingan politik.
Adanya pemahaman dalam Islam yang berbeda.
Mengedepankan akal
3.1.6 Faktor eksternal diantaranya: Adanya pengaruh keagamaan dari luar islam
Kelompok-kelompok Islam yang pertama
Ahli-ahli Kalam memerlukan Falsafah ,mantiq.
DAFTAR PUSTAKA

Al Mas’udi.1996. Muhammad Saw Rasul Terakhir.Bandung: Pustaka.


As-Suyuti, Jal Ad-Din.2003. Sejarah Khulafaur Rasidin.Jakarta:Lintas Pustaka.
Rozak,Abdul,Rosihon Anwar.2001. Ilmu Kalam.Bandung:Pustaka Setia.
As-Suyuti,Imam.2003.Tarikh Khuilafa.Jakarta Timur: Pustaka Al-Kausar.
Saifudin,Mujtaba.2010.Kisah Tauladan Umar bin Khattab. Surabaya:Pembina Swaja.
Asrohah,hanun.2012.Bahan Ajar Ilmu Kalam.Mojokerto:CV.Sinar Mulia.

Anda mungkin juga menyukai