Pengertian Hukum, Subjek Hukum, Objek Hukum, Unsur Hukum, Hak Kebendaan
Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya
penggunannya pada saat tertentu diindahkan oleh masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran itu.
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan
kewajiban sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak.
Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat menjadi
pokok dari suatu hubungan hukum yang biasanya berbentuk benda atau hak yang dapat
dimiliki dan dikuasai oleh subjek hukum.
Hak kebendaan adalah hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan
dapat dipertahankan terhadap siapa pun, misalnya hak milik, hak hipotek, dan hak
jaminan utang (zakelijkrecht).
Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka perjanjian
tersebut harus diuji dengan beberapa syarat. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat
syarat untuk sahnya suatu perjanjian, yaitu:
a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. suatu hal tertentu;
d. suatu sebab yang diperkenankan.
Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat subyektif karena kedua syarat tersebut
harus dipenuhi oleh subyek hukum. Sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut sebagai
syarat obyektif karena kedua syarat ini harus dipenuhi oleh obyek perjanjian.
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi
sama dengan objek perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu
disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata
dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik bergerak maupun tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang aka nada, menjadi jaminan pemenuhan hutangnya
terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa
benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian antara pihak-pihak.
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda “wanprestastie”, yang artinya tidak dipenuhinya
prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu di dalam
suatu perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun perikatan
yang timbul karena undang-undang. Faktor yang penyebab wanprestasi ada dua, yaitu :
a. Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.
b. Karena keadaan memaksa (evermacht), force majeure, terjadi di luar kemampuan
debitur. Debitur tidak bersalah.
Jenis jaminan ada dua macam. Pertama, Jaminan Perorangan; Kedua, Jaminan
Kebendaan.
a. Jaminan Perorangan (Personal Guarantee)
Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang atau kreditur
dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang
atau debitur. Contoh Jaminan Perorangan: Bank Z memberikan kredit sebesar 2
Miliar rupiah kepada PT X berdasarkan perjanjian kredit dengan jangka waktu 1
(satu) tahun. Untuk menjamin atau menanggung pelunasan utang PT X kepada Bank
Z, Bank Z meminta kepada pihak ketiga yaitu Komisaris bernama A dan Direktur
bernama B untuk menjadi penjamin atau penanggung utang PT X. Kemudian Bank Z
mengadakan perjanjian penjaminan atau penanggungan utang dengan A dan B untuk
menjamin dan menanggung utang PT X jika PT X lalai membayar utangnya.
b. Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan ialah jaminan yang objeknya berupa baik barang bergerak
maupun tidak bergerak yang khusus diperuntukan untuk menjamin utang debitur
kepada kreditur apabila dikemudian hari debitur tidak dapat membayar utangnya
kepada kreditur. Sebagaimana disebutkan di atas, benda debitur yang dijaminkan bisa
berupa benda bergerak maupun tidak bergerak. Untuk benda bergerak dapat
dijaminkan dengan gadai dan fidusia, sedangkan untuk benda tidak bergerak
khususnya tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dibebankan
dengan hak tanggungan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda, benda yang Berkaitan Dengan
Tanah) dan untuk benda tidak bergerak bukan tanah seperti kapal laut dengan bobot
20 m3 atau lebih dan pesawat terbang serta helikopter dibebankan dengan hak hipotik.
Hukum dagang merupakan kaidah hukum ekonomi yang cakupannya tradisional dan
sempit karena hanya meliputi persoalan dagang atau jual beli saja. Hukum dagang masuk
dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum perikatan. Hukum dagang tidak
melingkupi apa apa yang ada di luar dunia usaha atau bisnis dalam lintas perdagangan.
Oleh sebab itu banyak ahli yang berpendapat bahwa Hukum Bisnis adalah hukum dagang
yang diperluas karena ia tak hanya mencakup persoalan jual beli tetapi hal lain seperti
dijelaskan di atas.
5. Jenis Perusahaan.. persekutuan perdata.. CV.. Firma dan PT (liat Undang Undang No.40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
Konsolidasi adalah dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai
gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara perusahaan
baru tersebut mengambil alih aset hak dan kewajiban dari 2 perusahaan yang bubar
tersebut. Saat ini dalam perkembangannya, kebutuhan masyarakat setiap harinya menjadi
tolak ukur betapa beragamnya media menjadi tujuan utama orang-orang. Keberagaman
jenis perusahaan semakin terlihat jelas, dan banyak pula diantaranya yang memiliki
orientasi keuntungan dalam berbisnis. Integrasi yang terjadi dalam perusahaan atau
pemusatan kepemilikan perusahaan, berarti lebih sedikit perusahaan yang memiliki
media. Perusahaan media menjadi bentuk perusahaan yang lebih besar, yang memiliki
bentuk perushaan lain yang beroperasi di area bisnis berbeda. Pemusatan media telah
memengaruhi hubungan antara beberapa jenis organisasi media dengan satu orang
konglomerat didalamnya.
Merger adalah suatu proses penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu
perusahaan saja, dimana perusahaan tersebut mengambil dengan cara menyatukan saham
berupa aset dan non aset perusahaan yang di merger. Perusahaan yang melakukan merger
dengan perusahaan lainnya harus memiliki paling tidak 50% saham dan sisanya bisa di
miliki oleh investor dari luar perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan
melanjutkan nama dan identitasnya, perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset
maupun kewajiban perusahaan yang dibeli.