Makalah Filsafat Ipa
Makalah Filsafat Ipa
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. I Ketut Mahardika, M. Si.
Oleh :
Muhammad Fiky Mayshandy (170210104033)
Nurswantari Putri Utami (170210104034)
Afina Aninnas (170210104044)
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat
IPA dengan judul “Metode Konsep Sains, Eksplanasi Sains, dan Sains”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Sistem pencernaan pada manusia dan fisiologi sistem pencernaan pada
manusia................................................................................................................3
2.2 Proses pencernaan makanan pada manusia..........................................................9
2.3 Metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak didalam sel..................................12
2.4 Pengendalian saraf pada proses pencernaan makanan.........................................14
2.5 Gangguan pada sistem pencernaan manusia........................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................23
3.2 Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang konsep sains
1.3.2 Untuk mengetahui tentang eksplanasi sains
1.3.3 Untuk mengetahui tentang sains
1.3.4 Untuk mengetahui metode konsep sains
1.3.5 Untuk mengetahui hubungan antara metode konsep sains, eksplanasi sains,
dan sains
1.4 Manfaat
3
menghasilkan ekspansi lapisan bisa antara piring dan gelas uji. Secara perlahan,
gelas mendingin disertai dengan pendinginan udara di dalamnya, yang hasilnya
busa mengecil.
Catatan uji ini dapat dianggap sebagai argumen yang berdasar atas
peristiwa yang dapat dijelaskan oleh fakta-fakta hasil eksperimen. Secara garis
besar, ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu fakta-fakta yang bersifat
khusus (gelas, piring dan busa) dan uniformitas yang direpresentasikan dalam
hukum-hukum umum (argumen tentang hukum gas dan hukum-hukum lain yang
merumuskan tentang perubahan panas antara benda dengan temperatura yang
berbeda , sifat elastis dari busa dsb.
Eksplanasi semacam ini juga dapat dianggap sebagai deductive
nomoligical character. Penjelasan tentang gambar pada cermin atau pelangi,
semua penjelasan ini dapat termasuk dibawah hukum refleksi atau refraksi.
Contoh hukum umum (general law) adalah “ketika logam dipanaskan dibawah
tekanan yang konstan maka volume akan bertambah”.
b. Eksplanasi probabilistik
Dalam eksplanasi ini, ada hukum-hukum umum yang dapat berlaku jika berada
dalam kondisi tertentu. Sebagai contoh: kasus meredanya serangan demam alergi
dalam sebuah kasus dapat dikenali dan kemudian dijelaskan dengan mengacu
pada pemberian 8 miligram Chlortrimeton. Namun jika kita ingin
menghubungakan kejadian sebelumnya dengan explanandum dan kemudian untuk
memantapkan arti penting dari eksplanatory ini kemudian, kita tidak dapat
memunculkan sebuah hukum umum bahwa penggunaan 8 miligram antihistamin
itu selalu (pasti) akan menghambat serangan demam alergi. Kita hanya
mengemukakan hanya generalisasi kira-kira dari kejadian itu dimana penggunaan
obat kemungkinan besar (probabilitas tinggi) akan berdampak meredanya
serangan demam.
Ekplanasi probablilistik ini adalah nomological oleh karena ini
mensyaratkan adanya hukum umum, akan tetapi karena hukum umum ini lebih
bersifat statistik daripada sebuah kepastian yang universal, hasil dari argumen
ekplanatori lebih induktif daripada deduktif dalam karakter.
6
terhadap kecepatan ini sebelumnya terjalin dengan efek dari pedagang pada
Indian. Pos-pos dagang dibiarkan (didiami) pada suku-suku tak bersenjata – atas
belas kasihan dari mereka yang membeli senjata, sebuah kebenaran yang oleh
Indian ditulis dalam bentuk darah, dan kemudian suku-suku yang jauh dan
terasing memberikan sambutan pada para pedagang. Di sini tidak diebtukan
adanya sebuah hukum-hukum umum namun jelas bahwa eksplanasi singkat ini
mengangkat fakta-fakta khusus seperti suku terasing dan jauh telah mendengar
kemujaraban dan kegunaan dari senjata api, dan di situ tidak ada pola kebudayaan
ata kelembagaan yang mencegah pemakaian senjata api oleh suku-suku tersebut;
namun sebagai tambahan, catatan-catatan ini juga bertumpu pada asumsi -
bagaimana umat manusia condong untuk berperilaku dalam situasi datangnya
bahaya dan kesempatan, yang diacu oleh Turner.
e. eksplanasi genetik
Dalam rangka untuk membuat kejadian dalam fenomena sejarah itu dapat
dipahami, seorang sejarahwan akan sering menawarkan sebuah eksplanasi genetik
yang bertujua memperlihatkan tahapan-tahapan pokok dalam sebuah rangkaian
peristiwa yang akan menjadi sebuah fenomena (yang dihadirkan kembali). Contoh
adalah karya dari H Boemer Luther and the Reformation, dimana dia
menerangkan bahwa hingga akhir abad ke-19, indulgences masih merupakan
suatu kuantitas yang belum diketahui, dalam pandangan para sarjana yang
menanyakan pada dirinya sendiri, darimana ini berasal? Jawaban diberikan oleh
Adol Gottlob yang memecahkan persoalan dengan menanyakan kepada dirinya
sendiri apa yang membuat Paus dan Uskup menawarkan indulgences? Sebagai
dampaknya, asal dan perkembangan dari kuantitas yang tidak diketahui semakin
terang dan keraguan – yang melekat pada makna asli, semakin menghilang
Asal dari indulgences harus dilacak sejak dari abad ke-9, saat Paus merasa
prihatin dengan peperangan meawan Islam. Para pejuang Muslim telah
diyakinkan oleh ajaran Islam bahwa jika merka terbunuh di peperangan maka ruh
mereka akan langsung masuk surga; namun para pejuang Kristen masih takut
bahwa dia masih bisa kalah (tersesat) jika belum memperoleh penebusan dosa.
Untuk menghapus keraguan tersebut, Paus Johanes VII pada tahun 877
9
menjanjikan adanya pengampunan dosa bagi para ksatria Salib yang terbunuh di
pertempuran. Keikutsertaan dalam Perang Salib sama dengan penebusan dosa,
remisi atas dosa akan diberikan sebagai imbalan atas ekspedisi melawan musuh
geraja. Oleh karena itu, dikenalkan indulgence Salib yang merupakan tanda remisi
terhadap dosa bagi semua yang ikut dalam perang agama. Pada era berikutnya
berkembang keyakinan bahwa siapapun yang mendapat indulgence tidak hanya
mendapat remisi atas segala dosa dari geraja namun juga terbebas dari api neraka.
Keuntungan dari indulgence ini kemudian berkembang pada siapapun yang secara
fisik tidak mampu berperang, bisa menyumbang dana yang diperlukan untuk
mengirimkan seorang prajurit di perang salib: pada tahun 1199 Paus Innocent III
memperkenalkan pembayaran uang sebagai jumlah kualifikasi untuk keuntungan
indulgences perang salib.
Saat perang salib usai, muncul cara baru untuk memperoleh dana melalui
indulgences. Ada sebuah lembaga yang disebut dengan jubilee indulgences untuk
memperingati setiap seratur tahun, demi keuntungan para peziarah yagn datang ke
Roma. Pada tahun 1300, indulgences ini telah menghasilkan banyak uang dan
interval jubilee ini diperpendek, tidak 100 namun menjadi 50, 33 bahkan 25
tahun. Dan pada sejak tahun 1393, jubilee indulgences tidak hanya dilakukan di
Rome namun juga dimana-mana di Eropa, melalui agen-agen khusus yang
diberdayakan untuk memberikanpengampunan dosa melalui pembayaran
sejumlah uang. Pada tahun 1477, deklarasi Sixtus VII mnyatakan indulgences
dapat membebaskan seseorng, bahkan orang yang sudah mati dari api neraka.
Catatan genetik semacam ini dapat memberikanpemahaman sebuah
fenomena sejarah. Dalam eksplanasi genetik, setiap tahap harus diperlihatkan
menuju ke berikutnya dan dengan demikian dikaitkan dengan tahap berkutnya
dengan sebuah prinsip-prinsip umum yang membuat (keterkaitan) tahap
berikutnya itu masuk akal.
f. eksplanasi oleh karena sebab-motiv
Jenis eksplanasi ini lebih sering dianggap sebagai sui generis, yaitu eksplanasi
dari aksi dalam pengertian aksi yang berdasar akal sehat, yang akan mencakup
10
ujung akhir yang akan digapai oleh seorang agen dan arah alternatif dari aksi yang
dia yakini terbuka kepadanya.
2.3 Metode Konsep Sains
Metode sains adalah cara untuk mendapatkan atau menemukan
pengetahuan yang benar danbersifat ilmiah. Metode sains mensyaratkan asas dan
prosedur tertentu yang disebut kegiatanilmiah.
Adapun langkah-langkah metode sains secara garis besar adalah:
(1) menemukan masalah dan merumuskan masalah
(2) mengumpulkan keterangan untuk memecahkan masalah
(3) menyusun dugaan atau hipotesa
(4) menguji dugaan dengan melakukan percobaan atau eksperimen
(5) menarik kesimpulan
(6) menguji kesimpulan dengan mengulang percobaan
2.4 Hubungan Antara Metode Konsep Sains, Eksplanasi Sains, dan Sains
11
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA