Anda di halaman 1dari 14

Tipe atau Macam Kepemimpinan

Oleh Daqoiqul Misbah*


*Mahasiswa UIN Syahid Jakarta

Tipe atau macam kepemimpinan sangatlah unik untuk dibicarakan, karena dari sini kita bisa menelisik
lebih jauh tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Ada banyak sekali tipe
kepemimpinan yang saya sebutkan. Untuk lebih jelasnya simaklah keterangan di bawah ini.

Secara Umum
Secara umum tipe kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tipe,yaitu :
a.       Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan tanpa menghiraukan kepentingan anggota kelompok
sama sekali. Keputusan senantiasa berada ditangan pemimpin, anggota kelompok cederung dijadikan
sebagai alat untuk mengekploitir tujuan kelompok semata, sehingga tipe ini mempunyai kekuasaan
absolute.
b.      Tipe Laizess Faire
Tipe Laizess faire ini memberikan kebebasan yang terlalu luas bagi anggota kelompok, sehingga
kelompok seolah-olah  tidak mempunyai seorang pemimpin, sehingga anggota kelompok cenderung
memperlihatkan perilaku agresif yang tinggi.
c.       Tipe Demokratis
Tipe demokratis merupakan pola kepemimpinan yang sama mementingkan tercapainya tujuan kelompok
seoptimal ,mungkin dengan mengikuti sertakan seluruh partisipasi anggota, daya dan segenap
kemampuan tanggung jawab bersama. Itulah sebabnya ciri utama gaya kepemimpinan ini adalah
pendistribusian wewenang dan tanggung jawab pemimpin pada sejumlah anggota, tanpa mengurangi
partisipasi dan tanggung jawab terhadap kelompok secara keseluruhan.

Tipe Kepemimpinan Menurut Blake dan Mouton


Blake dan Mouton mengemukakan lima tipe pemimpin, yaitu.

1. Tipe Improverished
Merupakan perilaku kepemimpinan dengan segala tindakannya yang kurang berkualitas baik ditinjau dari
segi kerjsamanya dengan anggota kelompok maupun dari segi pencapaian tujuan kelompok itu sendiri.
Kepemimpinan seperti ini dapat disebut sebagai kepemimpinan plinplan.
2. Tipe Ujung tombak Kelompok
Kepemimpinan yang menganggap faktor manusia sebagai robot pekerja tujuan kelompok. Ciri-cirinya
adalah kejam, mengeksplottir anggota kelompok, tidak manusiawi, menstruktur batas waktu kerja tak
terbatas, memberikan sangsi beret terhadap kegagalan dan kelalaian, bertipe hubungan impersonal.
3. Tipe Manusiawi
Merupakan pemimpin yang sangat mementingkan keharmonisan hubungan antar pribadi sesama
anggota dan mengesampingkan tujuan utama kelompok. Cirinya adalah sangat menghargai eksis-tensi
individu sebagai pribadi bersikap lunak, rumah dan penuh kesopanan, penampilan sebagai manusia
(penyayang manusia), rela berkorban demi kepentingan anggota, punya tenggang rasa yang tinggi.
4. Tipe Team Builder
Tipe ini sangat mementingkan tujuan dan keharmonisan hubungan sosial anggota kelompok. Target
tujuannya harus tercapai dan hubungan sosial tetap terbina, harmonis dan penuh keakraban. Tipe ini
adalah yang paling baik dan tidak perlu disangsikan lagi efektivitasnya, apalagi bila digabungkan dengan
pola pendekatan situasional.

5. Tipe The Middle of the Roader


Tipe ini membuat perilaku perimbangan antara tujuan dan hubungan sosial anggota kelompok. Keduanya
sama dianggap penting dan perlu dicapai secara bersamaan. Tipe ini tidak jauh berbeda dengan gaya
kepemimpinan demokratis kalau tidak boleh dikatakan identik.

Tipe kepemimpinan menurut Sahertian


1. Tipe Nomothetic’s
Tipe ini, pemimpin sangat menekankan pada persyaratan institusi yang ada dan konformitas kelakuannay
sesuai dengan yang diharapkan. Kalau perlu mengorbankan kepentingan lainnya demi tujuan institusi
yang bersangkutan. Pemimpin seperti ini memegang teguh wewenangnya sebagai pemimpin dan kalau
perlu memaksakan sangsi yang ekstrinsik sifat-sifatnya.
2.Tipe Ideoghraphis
Tipe ini perhatian pemimpin terhadap individu lebih besar dibandingkan dengan tuntutan organisasi.
Wewenangn yang dimiliki oleh pemimpin dilihat sebagai yang didelegasikan dan hubungannya anggota
dijalin dengan orientasi terhadap kebutuhan anggota lain.
3.Tipe Transaksional
Merupakan kombinasi antara gaya kepemimpina di atas. Pemimpin menekankan pentingnya tujuan
institusi dan pada saat yang bersamaan berharap pula kepribadian tidak akan diperkosa dalam usaha
mencapai tujuan tersebut.

Tipe kepepimpinan menurut Max Weber


1.Tipe Kharismatik
Pemimpin diangkat berdasarkan atas suatu kepercayaan bahwa dia dapat memberikan berkat ilmu gaib
yang dimilikinya, untuk keselamatan masyarakat. Keberhasilan dan prestasi yang dimilikinya
menimbulkan orang lain kagum dan terpesona, sehingga dia dianggap orang yang berilmu gaib.
Charisma yang dimiliki oleh pemimpin itu sebenarnya merupakan factor raditas yang dibawa sejak lahir.

2. Tipe Tradisional
Tipe ini, merupakan kepemimpinan yang diterima secara warisan dan dipercayai sepenuhnya oleh
masyarakat. Misalnya kepemimpinan dalam masyarakat "keraton Jawa, ninik mamak dalarn masyarakat
Minangkabau, ketua marga di Batak, dll. Pemilihan pemimpin pada umumaya tidak mempertimbangkan
syarat yang harus dipenuhi sebagaimana layaknya, akan tetapi yang paling penting adalah menjaga
kelestarian budaya masyarakat. Mengangkat pemimpin baru menurut alur budaya setempat merupakan
suatu bentuk pelanggaran adat istiadat yang pada umumnya orang tidak berani melanggarnya.

3. Tipe Rasional-Legal
Tipe ini, pemimpin yang dipilih berdasarkan pada dua prinsip, yaitu secara rasional dan legal.
Rasional, karena pemimpin dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tingkat pendidikan, kecakapan
dan pengalaman, serta syarat lainnya.

Tipe Kepemimpinan Menurut Martin Conwav


1. Tipe Crowd-Compeller
Kepemimpinan yang muncul atas panggilan kewajiban. sehingga dengan tanggung jawab moral
seseorang menimbulkan sebagai pemegang amanah dan golongan yang tertindas. Misalnya, pejuang
kemerdekaan, para kiyai dengan dorongan penyebaran agama dan sejenis lainnya. Oleh karena sifatnya
yang menyentuh aspirasi segenap lapisan masa, maka dia sangat ampuh menggerakkan. massa tanpa
memperhitungkan akibatnya terlebih dahulu.
2. Tipe Crowd Representative
Pemimpin dipilih oleh golongan  atau  kelompok tertentu yang dijadikan sebagai ketua mereka.
Kedudukannya sebagai pemimpin tertinggi dalam kelompoknya,   hanya sepanjang dan  selama
didukung oleh golongan atau kelompoknya.
3. Tipe Crowd Exponent
Pemimpin seperti ini pada saat yang tepat dan muncul pada waktu yang sangat diperlukan
mampu menggerakkan masa yang sangat hebatnya dan diarahkannya untuk mencapai sasaran dan
maksud tertentu. Biasanya pemimpin seperti ini banyak ditemui dalam keadaan posisi terjepit, merasa
ditindas dan dirugikan, sehingga semua mereka nekad bertindak sesuai yang diinstruksikan oleh
pemimpin mereka. Pemimpin merupakan kunci pembuka hati yang tertekan, tertutup dan tertindas,
sehingga bila kunci itu sudah terbuka akan menimbulkan suatu tenaga yang sangat besar dan tangguh.

Tipe-Tipe Pemimpin
Sondang P. Siagian membedakan tipe pemimpin sebagai berikut: 
a)      Tipe Aristokrat;
b)      Tipe Militeristis;
c)      Tipe Paternalistis;
d)     Tipe Kharismatis;
e)      Tipe Demokratis.

a.       Tipe Aristokrat
Seorang pemimpin yang bertipe aristokratis adalah pemimpin yang
1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;
2. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi;
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata;
4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; .
5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya;
6. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur
paksaan dan punishtif (bersifat menghukum).

Sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu kurang tepat untuk suatu
organisasi modern, di mana hak-hak manusia itu harus dihormati.

b.      Tipe Militeristis
Tipe seorang pemimpin militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang yang memiliki sifat:
1. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
2. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan;
3. Senang kepada formalitas yang berlebihan;
4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
5. Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
Disini juga terlihat, bahwa pemimpin yang bertipe militeristis ini juga merupakan bukan tipe pemimpin
ideal.

c.       Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang bertipe patnerlistis adalah seorang yang :
1.      menganggap bawahannya sebagai orang yang belum dewasa
2.      bersikap terlalu melindungi;
3.      jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif;
4.      jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk     mengembangkan daya kreasi dan fantasi;
5.      sering bersikap maha tahu.
Hendaknya diakui, bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin yang bertipe ini sangat diperlukan,
tetapi sifat negatifnya mengalahkan sifat positif.

d.      Tipe Kharismatis,
Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin
memiliki kharisma. Namun yang diketahui hanyalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
tarik yang amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para
pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.
Kurang pengetahuan tentang penyebab yang menjadikan pemimpin kharismatis, sehingga sering
hanya dikatakan pemimpin tersebut diberkahi kekuatan gaib (supernatural  power).  Kekayaan,  umur,
kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Misalnya Mahatma Gandhi,
Iskandar Zulkarnin bukanlah seorang yang mempunyai fisik sehat; John F. Kennedy adalah seorang
pemimpin yang memiliki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden
Amerika Serikat.

e.       Tipe Demokratis,
1.      dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat, bahwa manusia itu adalah
makhluk termulia di atas dunia ;
2.      selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
pribadi dari bawahannya;
3.      senang menerima saran,  pendapat dan bahkan  kritik dari bawahannya;
4.      selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan;
5.      dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
6.      selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya;
7.      berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin (Syahriman Dkk., 1991:105-108).

Kemudian Bogardus (1918) mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu:


1.      Tipe Otokratik, adalah orang yang berkuasa dalam organisasi yang kuat;
2.      Tipe Demokratik, adalah yang melambangkan interse dan kelompok;
3.      Tipe Eksekutif, adalah yang memperoleh kepemimpinnya, karena segala hal dapat terlaksana;
4.      Tipe cerminan intelektual, adalah yang mendapat kesukaran dalam merebut banyak pengikut.

Berbeda derigan yang disampaikan di atas, ternyata Sanderson dan Nafe (1929) dalam (Syahriman
Dkk., 1991:108). mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu:
1. Pemimpin Statis, merupakan orang yang profesional atau cendikiawan yang bermartabat tinggi
yang kerjanya mempengaruhi pikiran orang lain;
2. Pemimpin Eksekutif, melaksanakan kontrol melalui otoritas dan kekuasaan dari posisi yang
didudukinya;
3. Pemimpin Profesional, berfungsi untuk merangsang para pengikutnya untuk mengernbangkan
dan menggunakan kemampuannya masing-masing.
4. Pemimpin Kelompok, bekerja demi kepentingan anggota kelompok.
Setelah itu Levine (1949) dalam (Syahriman Dkk., 1991:108) menyebutkan empat tipe pemimpin,
yaitu:
1.      Pemimpin Kharismatik, sangat membantu kelompok dalam hal mendapat dukungan dalam pencapaian
tujuan bersama;
2.      Pemimpin Organisational, menitik beratkan kepada tindakan yang efektif dan cenderung mendorong
anggota kelompok;
3.      Pemimpin Intelektual, biasanya kurang terampil dalam menarik simpati anggota kelompok;
4.      Pemimpin Informal, cenderung ingin menyesuaikan gaya penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kelompok.

C. Teori Kepemimpinan
Konsep teori kepemimpinan dilandasi oleh tiga pendapatyang satu dengan yang lainnya saling
berbeda. Pendapat kuno mengatakan bahwa pemimpin itu sebenarnya dilahirkan dan bukan dibentuk
oleh sistem sosial masyarakat (the leader were born not made). Kemudian muncul pendapat yang
menyanggah bahwa pemimpin itu bukan dilahirkan tetapi sengaja terlahir dari interaksi sistem sosial
ditempat di hidup (the leader are made not born). Akhirnya muncul lagi pendekatan ekologis yang
menyatakan bahwa munculnya seorang pemimpin karena adanya bakat kepemimpinan yang dibawa
semenjak dia lahir dan kemudian bakat tersebut sempat berkembang dalam masyarakat berkat
pengalaman dan pendidikan yang sudah ditempuhnya serta sesuai pula dengan tuntutan
masyarakat (Syahriman Dkk., 1991:133)
Pendekatan yang mangatakan the leaders were born disebut pendekatan genetis, karena
sifatnya diturunkan dari gen orang tua. Pendekatan the leaders are made disebut sebagai pendekatan
sosial, karena pemimpin itu lahir dari masyarakat. Pendekatan ekologis yaitu berusaha mensintesiskan
dua pendapatan di atas. Pendekatan ekologis ini sering diberi nama dengan pendekatan situasional.
Pendekatan situasional mengatakan munculnya kepemimpinan seseorang hanya pada situasi tertentu.
Mar'at pakar Psikologi lebih mendistribusikan teori kepemimpinannya menurut kategori tertentu, sehingga
dapat membedakan antara pendapat dengan lainnya. Pendapat tersebut dijelaskannya secara
rinci (Syahriman Dkk., 1991:133) sebagai berikut:

1.      Teori Orang Terkemuka


Inti pokok teori ini, menyebutkan bahwa seorang pemimpin tersebut munculnya karena faktor keturunan
yaitu dari gen keturunannya. Pengaruh warisan memang diterima secara biokogis dari orang tuanya.
Pengaruh ini telah dikemukakan oleh Wiggams (1931) dalam penelitiannya yang menyatakan perkawinan
campuran terjadi antara keturunan kerabat raja dengan golongan orang biasa menghasilkan kelas
aristokrasi yang secara biologis berbeda dengan kelas yang lebih rendah. Jadi pemimpin superior sangat
bergantung pada keturunannya. Penelitian ini didukungoleh penelitian Galton (1879); Cariile (1841);
Woods (1913); Bernard (1926); Bingham (1927) dan Kilbourne (1935) dalam (Syahriman Dkk.,
1991:134).

2.      Teori Lingkungan
Kemunculan para pemimpin besar, merupakan hasil dari waktu, tempat dan situasi sesaat. Pernyataan ini
merupakan landasan berfikir teori lingkungan. Mumford (1909) menyatakan bahwa lahirnya seorang
pemimpin karena kemampuan dan keterampilannya memecahkan masalah sosial sewaktu masyarakat
dalam keadaan tertekan oleh perubahan dan adaptasi. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang "inner
dan menjadi modal dasar bagi kekuatan sosial yang dimilikinya. Kemudian Scheider (1937) menemukan
bahwa jumlah para pemimpin militer di Ingris sebanding dengan banyaknya konflik yang muncul pada
bangsa tersebut. Jadi situasi kultural erat kaitannya dengan prestasi seorang pemimpin. Selain itu
Murphy (1947) menyatakan bahwa kepemimpinan itu bukan terletak dalam diri seseorang melainkan
merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Teori Lingkungan Mumford (1909) kelihatannya lebih luas dari
Scheider dan Murphy (1937, 1941) yang menekankan pada faktor "innate" saja. Namun hal ini bukan
beitentangan, tetapi saling melengkapai karena keduanya sama-sania  memberi penekanan khusus pada
peristiwa sosial itu sendiri (Syahriman Dkk., 1991:134).

3.      Teori Personal Situasional


Pada dasarnya teori ini ingin memperlihatkan proses interaktif dalam diri seorang "innate" dengan situasi
sosial kelompoknya. Para ahli melihat adanya faktor yang terlupakan oleh kedua teori di atas, yaitu efek
interaksi antara faktor individu dengan faktor situasi. Jadi, kehendak seorang pemimpin itu, karena
kejelian persepsinya terhadap analisis situasi yang membuat dia lebih dari orang lain, sehingga
pandangannya itu meberikan pengaruh luas terhadap anggota kelompoknya. Cattel (1951) mengajukan
pendapat bahwa ada dua fungsi primer tentang kepemimpinan, yaitu: Pertama,membantu kelompok
dalam menemukan arti tujuan yang telah ditetapkan bersama dan Kedua, membantu kelompok dalam
menemukan tujuan tersebut. Jelas bahwa kelebihan persepsi pemimpin memberikan nilai yang lebih
berarti bagi anggota kelompok. Oleh sebab itu, terkadang seorang pemimpin diberi semacam hak
istimewa oleh anggota kelompok, sedikitnya menyimpang dari norma kelompok asal, kemudian
memberikan manfaat terhadap kelompok (Wahjosumidjo, 1994: 99-107).

4.      Teori Interaksi Harapan


Setiap anggota kelompok memiliki peran-peran tertentu. Struktur peran mencerminkan perbedaan
harapan perilaku yang ditampilkannya untuk kepentingan kelompok dan anggotanya. Semakin tinggi
kedudukan seseorang dalam kelompok, semakin besar pula perilaku yang diharapkan orang lain
terhadap dirinya. Pemimpin merupakan orang yang paling tinggi statusnya dalam kelompok, maka
harapan para anggota juga amat besar terhadap dirinya sehingga tingginya harapan inilah yang
membedakannya dengan yang lainnya dalam (Syahriman Dkk., 1991:135)..
5.      Teori Humanistik
Teori Humanistik dikemukakan oleh Argyris (1957;1962;1964); Mc-Gregor (1960;1966); Likert (1961;
1967); Black dan Mauton (1964). Mar'at menyatakan, bahwa semua teori tersebut berhubungan de ngan
perkembangan kepemimpinan yang efektif dan kohesif. Secara alamiah manusia merupakan motivated
organism. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah
modifikasi organisasi supaya individu bebas merealisasikan potensi motivasinya dalam memenuhi
kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.
Teori Humanistik ini, menjelaskan bahwa martabat tndividu setiagai persona! benar-benar dihargai.
Setiap individu niemiiiki motivasi- motivasi tertentu sebagai alasannya vuituk memasuki kelompok. Tujuan
kelompok merupakan bagian dari tujuaannya. Untuk itu dia harus dibebaskan tnengenibangkan
motivasinya dan oleh sebab itu pemimpin hai-us berusaha menyediakan fasilitas berkembangnya
motivasi itu disalurkan ke arah tujuan kelompok. Jadi kelebihan pemimpin disini adalah dalam strateginya
memilih saluran yang lebih tepat dan sesuai dengan motivasi para anggotanya sehingga motivasinya
tersebut dapat berkembang secara optimal yang tetap menunjang pada tercapainya tujuan kelompok
dalam (Syahriman Dkk., 1991:136).

6.      Teori Pertukaran
Interaksi sosial mengentengahkan bentuk pertukaran dan diantara anggota kelompok berlangsung
proses saling memberi dan menerima (Mar'at, 1983). Kelanjutan interaksi terjadi karena para anggota
mendapatkan pertukaran yang berimbang. Artinya ysng dikeluarkan sebanding dengan yang diperoleh.
Dalam akhir tulisannya mengatakan bahwa bila peran harus dimainkan telah diketahui bersama, maka
setiap orang dapat memuaskan harapan yang diidamkannya secara merata. Sayang hanya berhenti
sampai disana dan belum mengungkapkan cara lahirnya para pemimpin menurut teori ini.
Sebenarnya masyarakat selalu terlibat dalam proses memberi dan menerima (Cost snd reward).
Namun dengan cost dan reward saja belum dapat menerangkan munculnya stuktur sosial secara lebih
sempurna, misalnya pola pertukaran langsung dalam kelompok duaan (dyad). Kemudian Levi Strauss
(1969) menjc-laskan bahwa pola pertukaran langsung cenderung menekankan pada keseimbangan atau
persamaan dan sering berlarut dengan keterlibatan emosional yang mendalam antara kedua belah pihak
(Johnson (1986:57). Teori pertukaran secara langsung belum mampu memperlihatkan siapa pemimpin
dari dua orang yang terlibat dalam transaksi sosial tersebut, karena dihalangi oleh faktor keseimbangan
bersama dan peng'aruh emosional.
Memang disini baru dilihat munculnya kepemimpinan itu dari teori pertukaran yang dikembangkan
Homans pada tahun 1974. Homans (1974) menjelaskan bahwa orang-orang dalam kelompok bekerja
sama menerima social approval (dukungan sosial, yakni reward yang diberikan anggota karena
sumbangannya terhadap tujuan kelompok. Orang yang sumbangannya sangat bernilai dan sifatnya
jarang diperoleh, akan dibiayai sangat tinggi atau lebih tinggi dari tingkat social approval pada umumnya
(Johnson, 1986:69). Orang yang berjasa terhadap kelompok inilah kemudian yang tampil sebagai
pimpinan kelompok dalam (Syahriman Dkk., 1991:134-137).

7. Teori Path-Goal
Melengkapi teori-teori yang dikemukakan oleh yang diajukan Mar'at, ada baiknya dicantumkan juga
satu teori lagi. Mar'at memang pernah menyinggungnya tetapi hanya dalam empat baris saja
dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).Pada hal menurut Evans (1970) bahwa teori Path Goal merupakan
teori kepemimpinan sendiri pula, sebab banyak ahli lain yang menggolongkannya ke dalam teori yang
tergolong "grand" pula. Setelah diamati memang tepat juga digolongkan ke dalam teori interaksi harapan,
karena pada dasarnya teori tersebut juga memperlihatkan kelebihan seorang pemimpin itu dari yang
lainnya tentang pemilihan cara yang tepat untuk mencapai tujuan, sehingga dia menjadi orangyang
diharapkan.
Teori Path Goal menitik beratkan perhatiannya pada cara pemimpin dalam mepengaruhi persepsi
Jawabannya yang menyangkut dengan tujuan pekerjaan, tujuan pribadi dan jalan (path) untuk mencapai
tujuan tersebut (Soejono Trimo, 1986). Akar teori ini adalah teori ekspektasi (expectancy theory). Orang
akan puas dengan hasil pekerjaannya bila membuahkan sesuatu yang berarti bagi dirinya (uang,
kedudukan, pangkat, jabatan dan status sosial). Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori pertukaran,
karena itu keduanya sangat mengharapkan reward setelah memberikan sejumlah Costtertentu. Bahkan
Evans sendiri sebagai pakar Teori Path Goal menyebutkan bahwa kepemimpinan yang efektif melalui
dua cara. Pertama, menyediakan sistem reward terhadap bawahannya. Kedua, mengakaitkan sistem
reward tersebut dengan tujuan pribadi bawahannya dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).
Perbedaan nyata antara teori Path-Goal dengan terori pertukaran terletak pada penekanan cara
(path) daiam mencapai tujuan. Menurut teori ekspektasi ini seorang pemimpin itu adalah orang yang ahli
mentabulasikan berbagai cara merain tujuan yang diinginkan. Setiap cara mengandung probabilitas
efektivitas terhadap tujuan. Pemilihan yang tepat akan membantu kelompok dan para anggotanya daiam
marealisasikan kebutuhannya. Hal ini dis-ebabkan karena kelebihan anggota kelompok memilihnya
sebagai seorang pemimpin. Tipe kepemimpinan semacam ini lebih cocok diterapkan dalam kelompok-
kelomgok tugas, tetapi belum tentu dapat dijamin"berhasil dalam kelompok sosil" dalam (Syahriman Dkk.,
1991:138).

8. Teori Traits
Teori ini dikemukakan oleh Barnard, Ordway Tead, Millet, Stogdill, Keith Davis, George Terry.
Seandainya diteliti pendapat mereka satu persatu, dapat disimpulkan bahwa diantara mereka sendiri
tidak ada kesatuan pendapat tentang ciri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Untuk melihat
kebenaran tentang ketidak sepakatan mereka, ada baiknya dijelaskan berikut ini. Menurut Millet
(Wahjosumidjo, 1994: 45) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
1. Kemampuan untuk melihat oragnisasi atau kelompok sebagai satu keseluruhan;
2. Kemampuan dalam mengambil keputusan;
3. Kemampuan untuk melimpahkan atau mendelegasikan wewenang;
4. Kemampuan rnenanamkan kesetiaan terhadap bawahan atau anggota kelompok.
Sementara Barnard berpendapat, bahwa harus ada dua sifat pribadi yang dimiliki oleh seorang
pemimpin (Wahjusumidjo, 1994: 46), yaitu:
1.      Sifat pribadi yang meliputi kelebihan fisik, kecakapan, teknologi, daya tanggap, pengetahuan, daya ingat
dan imajinasi.
2.      Sifat pribadi yang mempunyai watak lebih subyektif, seperti keunggulan pemimpin dalam hal: keyakinan,
ketekunan, daya tahan dan keberanian.

Lain pula yang disampaikar. Davis (1972) bahwa ada em pat faktor yang mengantarkan kesuksesan
seseorang dalam memimpin kelompok atau organisasi (Wahjosumidjo, 1994: 46), yaitu:
a. Intelligency
Pada umumnya para peneliti menunjukkan hasil penelitiannya bahwa para pemimpin itu mempunyai
kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya.
b. Social Maturity' and Breadth
Kematangan dan keluasan pandangan sosial. Pada umumnya para pemimpin memiliki kestabilan emosi,
keluasan pandangan dan ak-tifitasnya.
c. Inner Motivation and Achievement Drives
Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam dirinya sendiri.
d. Humaa Relations Attitude
Mempunyai sikap dalam membina relasi sosial. Kesuksesan para pemimpin merupakan sikapnya yang
menghargai martabat para pengikutnya serta kemampuan beretnpati dengan mereka.
Ketiga pendapat di atas menyatakan bahwa memang rupanya tidak terdapat kesepakatan dikalangan
para ahli teori kepemimpinan. Namun yang penting adalah bahwa asumsi dasar teori ini bertitik tolak dari
keberhasilan seseorang dalam memimpin kelom-pok tergantung kepada sifat yang dimilikinya, baik sifat
dasar maupun sifat yang dikembangkannya dalarn bentuk prosocial behavior. Pendapat ini tidak begitu
banyak lagi dipakai saat ini, karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Byrd (1940) tehadap 20 sifat
kepemimpinan. Tidak satupun diantaranj-a yang menunjukkan bahwa salah satu sifat tersebut selalu ada
pada setiap pemimpin yangditelitinya. Penelitian Jenkins juga mendukungnya yang men-gatakan bahwa
"no single trait or group of characteristics has been isolated which sets off the leader from the members of
the group" dalam (Syahriman Dkk., 1991:140).
Kelemahan yang dimiliki teori ini adalah:
a.       Teori sifat tidak memiliki standar }'ang baku. sehingga suiit bagi peneliti dalam memformulasikan
indikator penelitiannya yang diakui tingkat validitasnya.
b.      Lebih cenderung bersifat deskriptif dan kurang analisis, sehingga bentuk penelitiannya pun lebih
cenderung pada bentuk penelitian kualitatif deskriptif.
c.       Ternyata tidak semua sifat itu terdapat pada setiap pemimpin yang dianggap paling efektif.
d.      Sulit mencari alat ukur yang valid untuk mengetahui batasan kriteria dari masing-masing sifat. Misalnya
ukuran keyakinan, ketekunan dan keberanian seseorang.
Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kharisma seseorang, tingkat kecerdasan dan dorongan dari dalam
diri seseorang merupakan sumbangannya yang sangat berharga bagi perkembangan teori kepemimpinan
sampai sekarang.

9. Teori Kepemimpinan Situasionl


Teori situasioaal ini berasumsi bahwa sukses tidaknya.kepemimpinan seseorang tergantung
pada situasi yang mendukungnya. Oleh sebab itu banyak faktor yang memainkan peranan, agar
seseorang bisa sukses dalam karir kepemirnpinannya. Filley dan House (Wahjosumidjo, 1994:99-107)
rnenyimpulkan bahwa ada 12 faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memimpin,
yaitu:
a. Sejarah organisasi;
b. Lamanya masa jabatan pemimpin;
c. Umur jabatan pemimpin yang sekarang dan pengalaman pada masa lalu;
d. Masyarakat tempat organisasi itu berada;
e. Persyaratan khusus dari kerja kelompok yang dipimpin;.
f. Suasana psikologis kelompok yang dipimpinnya;
g. Jenis pekerjaan yang dipegang oleh pemimpin;
h. Tingkat kerja sama anggota yang diperlukan;
i. Ukuran kelompok yang dipimpin;
j. Kultur harapan bawahan;
k. Kepribadian anggota kelompok;
1. Waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan.
Ada hubungan antara teori kepemimpinan situasional dengan teori kepemimpinan behavior.
Menurut SoejonoTrimo (1986: 41-46) para behaviorist telah memperoleh sejumlah variabel yang dapat
mempengaruhi perilaku dan perfoman pemimpin dalam melaksanakan peranannya. Masalah yang
muncul adalah variabel-variabel manakah diantara variabel tersebut yang paling menentukan
keberhasilan seorang pemimpin, serta gaya kepemimpinan yang manakah yang cocok dipakai dalam
situasi itu. Kedua masalah itu berkaitan dengari statemen Edgar H. Schein yaitu: setiap pemimpin atau
manajer itu haruslah seorang ahli diagnostik dan sekaligus berjiwa peneliti. Oleh sebab itu dituntut pula
tingkat kedewasaan dalam memimpin. Tingkat kedewasaan ini maksudnya ada dua
yaitu pertama, tingkat kedewasaan tekhnis yaitu kematangan dalam bekerja; kedua, tingkat kedewasaan
psikologis mencakup rasa percaya diri sendiri dan harga diri pemimpin bersangkutan dalam (Syahriman
Dkk., 1991:141)..
Bila dihubungkan kedua belas faktor yang mempengaruhi pola kepemimpinan seseorang di atas
(filley dan house) dengan konsep kematangan tadi (maturity levels) maka paling tidak ada tiga hal pokok
yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, yaitu:
a.        Kemampuan menganalisis situasi, baik situasi kelompok maupun situasi sosialnya;
b.       Kemampuan menyesuaiakan diri dengan sikap yang dimiliki oleh setiap individu anggota kelompok serta
harapannya;
c.        Kemampuan menyelaraskan perkembangan kelompok sesuai dengan irama perkembangan situasi
sosial yang lebih luas dan kornpleks.

10 Terori Perilaku Kepemimpinan


Inti teori ini dalam batas-batas tertentu inner personality seseorang pada dasarnya mempunyai
kemampuan dalam mengembangkan kebiasaan perilakunya yang dapat mengoptimalkan pengaruhnya
terhadap orang lain dalam (Syahriman Dkk., 1991:141). Setiap inner personality individu tersebut
merupakan potensi dasar yang dapat dikembangkan seoptimal mungkin dengan cara menerapkannya
melalui latihan “mempengaruhi orang lain” secara kontinue. Setiap perilaku pemimpin mempunya kualitas
pegnaruh yang berbeda terhdap bawahan atau anggota kelompoknya.

Tujuh perilaku kepemimpinan


1.      Perilaku pemimpin otoritas adalah merupakan segala keputusan berada di tangan pemimin dan para
anggota kelompok hanya sebagai penerima saja.
2.      Perilaku pemimpin sedikit memberikan tenggan rasa dalam mengambil keputusan, tetapi final keputusan
tetap berada ditangannya. Perkataan lain, suara anggota kelompok sedikit sudah mendapat perhatian.
3.      Dalam tipe ketiga ini, perilaklu pemimpin sudah agak membuka diri denga membentangkan gagasan dan
para anggota diberi kesempatan untuk menanggapinya.
4.      Tipe keempat merupakan perilaku yang berada ekstrin kiri dan kanan. Keputusan pemimin sudah
bersifat tentative dan bisa mengalami perubahan atas saran dari anggota kelompok.
5.      Tipe kelima pemimpin mengajukan berbagai masalah yang sedang dihadapi sehingga dia memberikan
dorongan terhadap bawahan untuk sama-sama memikirkannya.
6.      Pemimpin sudah memberikan batasan keputusan yang patut diambilnya dan disamping itu kelompok
secara nyata turut mempunyai andil dalam keputusan kelompok teresebut.
7.      pemimpin mendelegasikan terhadap para bawahannya yang superior dalam mengambil keputusan
kelompok. Jadi dalam tipe ekstrim kanan ini pemimpin seolah-olah hanya sebagai simbol saja, segala
keputusan berada ditangan orang yang dipercayai dalam (Syahriman Dkk., 1991:143).

Tingkatan kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


1.      Kategori Top Kelompok, ketua dan wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Dikatakan top Kelompok
adalah karena keempat jenis peranan inilah yang dianggap paling berpengaruh dalam melaksanakan
kegiatan kelompok. Golongan ini biasa juga disebut sebagai pengurus inti dalam perkumpulan social
masyarkat.
2.      Kategori orang kebanyakan tetapi mampu mengambil inisiatif. Dalam istilah managemen kategori orang
yang seperti ini disebut lower management atau operasional management yang biasanya ditunjuk ketua
pelaksana pekerja dilapangan.
3.      Follower yaitu pengikut biasa. Kategori ini merupakan para anggota kelompok biasa dan mereka inilah
yang sebenarnya orang yang dipimpin dan digerakan untuk didaya gunakan.
D. Studi-studi Kepemirnpinan
Pembahasan selanjutnva lebih dititik beratkan pada studi kepemimpinan yang pernah dilakukan.
Ada 8 (delapan) studi kepemimpinan yang akan dijelaskan dalam tulisan ini.

1. Studi Kepemimpinan /OU'A
Studi ini dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald Lippit dan Ralph K. White di bawah bimbingan
Kuit Lewin salah seorang ahli teori Cognitif di Universitas IOWA. Para ahli kemudian lebih mengenal Kurt
Lewin .sebagai bapak "Dinamika Kelompok" disamping ahli teori "psikologi kognitif.
Mereka ingin melihat produktivitas kelompok melalui tiga tipe kepemimpinan, yaitu otoriter,
demokratis_dan laissez faire. Ketiga gaya kepemimpinan ini diterapkan dalam kelompok anak yang
berumur sekitar 10 tahun. Hasil penelitiannva menunjukkan (Syahriman Dkk., 1991:147), bahwa:
a.       Pemimpin Otoriter, ternyata tidak memperoleh paitipasi dari anggota kelompok. karena dia menuntut
perhatian anggota yang teiialu besar, sementara dia sendiri tidak memberikan perhatian terhadap
kelompok. Perilaku anggota kelompok terpola menjadi dua bagian, yaitu agi-esif, apatis, sehingga
cenderung menim-bulkan reaksi frustasi yang melanda anggota kelompok.

b.      Pemimpin Demokratis, lebih cenderung berdiskusi dengan anggota kelompok dalam mengambil


keputusannya. pemimpin berusaha lebih bersikap objektif mau merierima pujian serta tidak menolak bila
dikritik-dan suasana ini merupakan salah satu bentuk spirit dari kelompok. Sedangkan perbedaan antara
democracies leader dengan autocratics leader ditunjukkan sebagai 'The democaraticallyled group fell
between the one extremely aggresive group and the four aphatic groups under the autocratic leaders".

c.       Kepemimpinan Laisezz faire, memberi kebebasan luas terhadap kelompok yang secara esensial
kelihatan sebagai kelompok yang tidak mempunyai kepemimpinan. Dalam kelompok yang diteliti, tipe
kepemimpinan sepeiti ini menghasilkan tindakan agresif paling besar dari kelompok (the laisezz faire
leadership climate actually produced the greatest number of aggresive acts from the group).

2. Studi Kepemimpinan IOWA State
Studi ini diiakukan oleh Biro Penelitian Universitas IOWA State, yang staf ahlinya terdiri dari ahli:
psikologi, sosiologi dan ekonpmi. Mereka menganalisis kepemimpinan dari berbagai kelompok dengan
situasi yang berbeda, melalui kuisioner. Premis penelitiannya berbunyi: tak satupun definisi
kepemimpinan yang memuaskan (no satisfactory definition of leadership existed). Mereka menolak
pendapatyang mengatakan bahwa jenis kepemimpinan tertentu adalah tepat digunakan untuk kelompok
teilentu. Mereka mengakui apapun gaya kepemimpinan, adalah ingin meiihat efektif atau tidaknya
suatu gaya kepemimpinan (Syahriman Dkk., 1991:148).
Dari kuisioner LBDQ (leader behavior description quistioner.) yang disebarkan, diperoleh
keterangan bahwa terdapat dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu consideration dan initiating
structure. Kedua faktor ini diperoleh dari berbagai penelitian dan posisi kepemimpinan. Selain itu
menemui adanya dua dimensi perilaku kepemimpinan juga menyebutkan bahwa kedua bentuk dimensi
itu adalah saiing terpisah dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Syahriman Dkk.,
1991:148). Hasil empiris mem-buktikan bahwa premis dan hipotesis yang mereka rumuskan ternyata
ditolak.

http://daqoiqul.blogspot.com/2012/05/tipe-atau-macam-kepemimpinan.html

Anda mungkin juga menyukai