Tipe atau macam kepemimpinan sangatlah unik untuk dibicarakan, karena dari sini kita bisa menelisik
lebih jauh tipe kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Ada banyak sekali tipe
kepemimpinan yang saya sebutkan. Untuk lebih jelasnya simaklah keterangan di bawah ini.
Secara Umum
Secara umum tipe kepemimpinan dapat digolongkan menjadi tipe,yaitu :
a. Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan tanpa menghiraukan kepentingan anggota kelompok
sama sekali. Keputusan senantiasa berada ditangan pemimpin, anggota kelompok cederung dijadikan
sebagai alat untuk mengekploitir tujuan kelompok semata, sehingga tipe ini mempunyai kekuasaan
absolute.
b. Tipe Laizess Faire
Tipe Laizess faire ini memberikan kebebasan yang terlalu luas bagi anggota kelompok, sehingga
kelompok seolah-olah tidak mempunyai seorang pemimpin, sehingga anggota kelompok cenderung
memperlihatkan perilaku agresif yang tinggi.
c. Tipe Demokratis
Tipe demokratis merupakan pola kepemimpinan yang sama mementingkan tercapainya tujuan kelompok
seoptimal ,mungkin dengan mengikuti sertakan seluruh partisipasi anggota, daya dan segenap
kemampuan tanggung jawab bersama. Itulah sebabnya ciri utama gaya kepemimpinan ini adalah
pendistribusian wewenang dan tanggung jawab pemimpin pada sejumlah anggota, tanpa mengurangi
partisipasi dan tanggung jawab terhadap kelompok secara keseluruhan.
1. Tipe Improverished
Merupakan perilaku kepemimpinan dengan segala tindakannya yang kurang berkualitas baik ditinjau dari
segi kerjsamanya dengan anggota kelompok maupun dari segi pencapaian tujuan kelompok itu sendiri.
Kepemimpinan seperti ini dapat disebut sebagai kepemimpinan plinplan.
2. Tipe Ujung tombak Kelompok
Kepemimpinan yang menganggap faktor manusia sebagai robot pekerja tujuan kelompok. Ciri-cirinya
adalah kejam, mengeksplottir anggota kelompok, tidak manusiawi, menstruktur batas waktu kerja tak
terbatas, memberikan sangsi beret terhadap kegagalan dan kelalaian, bertipe hubungan impersonal.
3. Tipe Manusiawi
Merupakan pemimpin yang sangat mementingkan keharmonisan hubungan antar pribadi sesama
anggota dan mengesampingkan tujuan utama kelompok. Cirinya adalah sangat menghargai eksis-tensi
individu sebagai pribadi bersikap lunak, rumah dan penuh kesopanan, penampilan sebagai manusia
(penyayang manusia), rela berkorban demi kepentingan anggota, punya tenggang rasa yang tinggi.
4. Tipe Team Builder
Tipe ini sangat mementingkan tujuan dan keharmonisan hubungan sosial anggota kelompok. Target
tujuannya harus tercapai dan hubungan sosial tetap terbina, harmonis dan penuh keakraban. Tipe ini
adalah yang paling baik dan tidak perlu disangsikan lagi efektivitasnya, apalagi bila digabungkan dengan
pola pendekatan situasional.
2. Tipe Tradisional
Tipe ini, merupakan kepemimpinan yang diterima secara warisan dan dipercayai sepenuhnya oleh
masyarakat. Misalnya kepemimpinan dalam masyarakat "keraton Jawa, ninik mamak dalarn masyarakat
Minangkabau, ketua marga di Batak, dll. Pemilihan pemimpin pada umumaya tidak mempertimbangkan
syarat yang harus dipenuhi sebagaimana layaknya, akan tetapi yang paling penting adalah menjaga
kelestarian budaya masyarakat. Mengangkat pemimpin baru menurut alur budaya setempat merupakan
suatu bentuk pelanggaran adat istiadat yang pada umumnya orang tidak berani melanggarnya.
3. Tipe Rasional-Legal
Tipe ini, pemimpin yang dipilih berdasarkan pada dua prinsip, yaitu secara rasional dan legal.
Rasional, karena pemimpin dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tingkat pendidikan, kecakapan
dan pengalaman, serta syarat lainnya.
Tipe-Tipe Pemimpin
Sondang P. Siagian membedakan tipe pemimpin sebagai berikut:
a) Tipe Aristokrat;
b) Tipe Militeristis;
c) Tipe Paternalistis;
d) Tipe Kharismatis;
e) Tipe Demokratis.
a. Tipe Aristokrat
Seorang pemimpin yang bertipe aristokratis adalah pemimpin yang
1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;
2. Mengidentikan tujuan pribadi menjadi tujuan organisasi;
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata;
4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; .
5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya;
6. Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur
paksaan dan punishtif (bersifat menghukum).
Sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat, bahwa tipe pemimpin itu kurang tepat untuk suatu
organisasi modern, di mana hak-hak manusia itu harus dihormati.
b. Tipe Militeristis
Tipe seorang pemimpin militeristis berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang yang memiliki sifat:
1. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan;
2. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatan;
3. Senang kepada formalitas yang berlebihan;
4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
5. Menggemari upacara untuk berbagai keadaan.
Disini juga terlihat, bahwa pemimpin yang bertipe militeristis ini juga merupakan bukan tipe pemimpin
ideal.
c. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang bertipe patnerlistis adalah seorang yang :
1. menganggap bawahannya sebagai orang yang belum dewasa
2. bersikap terlalu melindungi;
3. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif;
4. jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi;
5. sering bersikap maha tahu.
Hendaknya diakui, bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin yang bertipe ini sangat diperlukan,
tetapi sifat negatifnya mengalahkan sifat positif.
d. Tipe Kharismatis,
Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seorang pemimpin
memiliki kharisma. Namun yang diketahui hanyalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
tarik yang amat besar dan umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Meskipun para
pengikutnya sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin tersebut.
Kurang pengetahuan tentang penyebab yang menjadikan pemimpin kharismatis, sehingga sering
hanya dikatakan pemimpin tersebut diberkahi kekuatan gaib (supernatural power). Kekayaan, umur,
kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Misalnya Mahatma Gandhi,
Iskandar Zulkarnin bukanlah seorang yang mempunyai fisik sehat; John F. Kennedy adalah seorang
pemimpin yang memiliki kharisma, meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden
Amerika Serikat.
e. Tipe Demokratis,
1. dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat, bahwa manusia itu adalah
makhluk termulia di atas dunia ;
2. selalu berusaha mensikronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
pribadi dari bawahannya;
3. senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;
4. selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan;
5. dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat
kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahan tidak lagi berbuat kesalahan yang
sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
6. selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses darinya;
7. berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin (Syahriman Dkk., 1991:105-108).
Berbeda derigan yang disampaikan di atas, ternyata Sanderson dan Nafe (1929) dalam (Syahriman
Dkk., 1991:108). mengajukan empat tipe pemimpin, yaitu:
1. Pemimpin Statis, merupakan orang yang profesional atau cendikiawan yang bermartabat tinggi
yang kerjanya mempengaruhi pikiran orang lain;
2. Pemimpin Eksekutif, melaksanakan kontrol melalui otoritas dan kekuasaan dari posisi yang
didudukinya;
3. Pemimpin Profesional, berfungsi untuk merangsang para pengikutnya untuk mengernbangkan
dan menggunakan kemampuannya masing-masing.
4. Pemimpin Kelompok, bekerja demi kepentingan anggota kelompok.
Setelah itu Levine (1949) dalam (Syahriman Dkk., 1991:108) menyebutkan empat tipe pemimpin,
yaitu:
1. Pemimpin Kharismatik, sangat membantu kelompok dalam hal mendapat dukungan dalam pencapaian
tujuan bersama;
2. Pemimpin Organisational, menitik beratkan kepada tindakan yang efektif dan cenderung mendorong
anggota kelompok;
3. Pemimpin Intelektual, biasanya kurang terampil dalam menarik simpati anggota kelompok;
4. Pemimpin Informal, cenderung ingin menyesuaikan gaya penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kelompok.
C. Teori Kepemimpinan
Konsep teori kepemimpinan dilandasi oleh tiga pendapatyang satu dengan yang lainnya saling
berbeda. Pendapat kuno mengatakan bahwa pemimpin itu sebenarnya dilahirkan dan bukan dibentuk
oleh sistem sosial masyarakat (the leader were born not made). Kemudian muncul pendapat yang
menyanggah bahwa pemimpin itu bukan dilahirkan tetapi sengaja terlahir dari interaksi sistem sosial
ditempat di hidup (the leader are made not born). Akhirnya muncul lagi pendekatan ekologis yang
menyatakan bahwa munculnya seorang pemimpin karena adanya bakat kepemimpinan yang dibawa
semenjak dia lahir dan kemudian bakat tersebut sempat berkembang dalam masyarakat berkat
pengalaman dan pendidikan yang sudah ditempuhnya serta sesuai pula dengan tuntutan
masyarakat (Syahriman Dkk., 1991:133)
Pendekatan yang mangatakan the leaders were born disebut pendekatan genetis, karena
sifatnya diturunkan dari gen orang tua. Pendekatan the leaders are made disebut sebagai pendekatan
sosial, karena pemimpin itu lahir dari masyarakat. Pendekatan ekologis yaitu berusaha mensintesiskan
dua pendapatan di atas. Pendekatan ekologis ini sering diberi nama dengan pendekatan situasional.
Pendekatan situasional mengatakan munculnya kepemimpinan seseorang hanya pada situasi tertentu.
Mar'at pakar Psikologi lebih mendistribusikan teori kepemimpinannya menurut kategori tertentu, sehingga
dapat membedakan antara pendapat dengan lainnya. Pendapat tersebut dijelaskannya secara
rinci (Syahriman Dkk., 1991:133) sebagai berikut:
2. Teori Lingkungan
Kemunculan para pemimpin besar, merupakan hasil dari waktu, tempat dan situasi sesaat. Pernyataan ini
merupakan landasan berfikir teori lingkungan. Mumford (1909) menyatakan bahwa lahirnya seorang
pemimpin karena kemampuan dan keterampilannya memecahkan masalah sosial sewaktu masyarakat
dalam keadaan tertekan oleh perubahan dan adaptasi. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang "inner
dan menjadi modal dasar bagi kekuatan sosial yang dimilikinya. Kemudian Scheider (1937) menemukan
bahwa jumlah para pemimpin militer di Ingris sebanding dengan banyaknya konflik yang muncul pada
bangsa tersebut. Jadi situasi kultural erat kaitannya dengan prestasi seorang pemimpin. Selain itu
Murphy (1947) menyatakan bahwa kepemimpinan itu bukan terletak dalam diri seseorang melainkan
merupakan fungsi dari suatu peristiwa. Teori Lingkungan Mumford (1909) kelihatannya lebih luas dari
Scheider dan Murphy (1937, 1941) yang menekankan pada faktor "innate" saja. Namun hal ini bukan
beitentangan, tetapi saling melengkapai karena keduanya sama-sania memberi penekanan khusus pada
peristiwa sosial itu sendiri (Syahriman Dkk., 1991:134).
6. Teori Pertukaran
Interaksi sosial mengentengahkan bentuk pertukaran dan diantara anggota kelompok berlangsung
proses saling memberi dan menerima (Mar'at, 1983). Kelanjutan interaksi terjadi karena para anggota
mendapatkan pertukaran yang berimbang. Artinya ysng dikeluarkan sebanding dengan yang diperoleh.
Dalam akhir tulisannya mengatakan bahwa bila peran harus dimainkan telah diketahui bersama, maka
setiap orang dapat memuaskan harapan yang diidamkannya secara merata. Sayang hanya berhenti
sampai disana dan belum mengungkapkan cara lahirnya para pemimpin menurut teori ini.
Sebenarnya masyarakat selalu terlibat dalam proses memberi dan menerima (Cost snd reward).
Namun dengan cost dan reward saja belum dapat menerangkan munculnya stuktur sosial secara lebih
sempurna, misalnya pola pertukaran langsung dalam kelompok duaan (dyad). Kemudian Levi Strauss
(1969) menjc-laskan bahwa pola pertukaran langsung cenderung menekankan pada keseimbangan atau
persamaan dan sering berlarut dengan keterlibatan emosional yang mendalam antara kedua belah pihak
(Johnson (1986:57). Teori pertukaran secara langsung belum mampu memperlihatkan siapa pemimpin
dari dua orang yang terlibat dalam transaksi sosial tersebut, karena dihalangi oleh faktor keseimbangan
bersama dan peng'aruh emosional.
Memang disini baru dilihat munculnya kepemimpinan itu dari teori pertukaran yang dikembangkan
Homans pada tahun 1974. Homans (1974) menjelaskan bahwa orang-orang dalam kelompok bekerja
sama menerima social approval (dukungan sosial, yakni reward yang diberikan anggota karena
sumbangannya terhadap tujuan kelompok. Orang yang sumbangannya sangat bernilai dan sifatnya
jarang diperoleh, akan dibiayai sangat tinggi atau lebih tinggi dari tingkat social approval pada umumnya
(Johnson, 1986:69). Orang yang berjasa terhadap kelompok inilah kemudian yang tampil sebagai
pimpinan kelompok dalam (Syahriman Dkk., 1991:134-137).
7. Teori Path-Goal
Melengkapi teori-teori yang dikemukakan oleh yang diajukan Mar'at, ada baiknya dicantumkan juga
satu teori lagi. Mar'at memang pernah menyinggungnya tetapi hanya dalam empat baris saja
dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).Pada hal menurut Evans (1970) bahwa teori Path Goal merupakan
teori kepemimpinan sendiri pula, sebab banyak ahli lain yang menggolongkannya ke dalam teori yang
tergolong "grand" pula. Setelah diamati memang tepat juga digolongkan ke dalam teori interaksi harapan,
karena pada dasarnya teori tersebut juga memperlihatkan kelebihan seorang pemimpin itu dari yang
lainnya tentang pemilihan cara yang tepat untuk mencapai tujuan, sehingga dia menjadi orangyang
diharapkan.
Teori Path Goal menitik beratkan perhatiannya pada cara pemimpin dalam mepengaruhi persepsi
Jawabannya yang menyangkut dengan tujuan pekerjaan, tujuan pribadi dan jalan (path) untuk mencapai
tujuan tersebut (Soejono Trimo, 1986). Akar teori ini adalah teori ekspektasi (expectancy theory). Orang
akan puas dengan hasil pekerjaannya bila membuahkan sesuatu yang berarti bagi dirinya (uang,
kedudukan, pangkat, jabatan dan status sosial). Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori pertukaran,
karena itu keduanya sangat mengharapkan reward setelah memberikan sejumlah Costtertentu. Bahkan
Evans sendiri sebagai pakar Teori Path Goal menyebutkan bahwa kepemimpinan yang efektif melalui
dua cara. Pertama, menyediakan sistem reward terhadap bawahannya. Kedua, mengakaitkan sistem
reward tersebut dengan tujuan pribadi bawahannya dalam (Syahriman Dkk., 1991:138).
Perbedaan nyata antara teori Path-Goal dengan terori pertukaran terletak pada penekanan cara
(path) daiam mencapai tujuan. Menurut teori ekspektasi ini seorang pemimpin itu adalah orang yang ahli
mentabulasikan berbagai cara merain tujuan yang diinginkan. Setiap cara mengandung probabilitas
efektivitas terhadap tujuan. Pemilihan yang tepat akan membantu kelompok dan para anggotanya daiam
marealisasikan kebutuhannya. Hal ini dis-ebabkan karena kelebihan anggota kelompok memilihnya
sebagai seorang pemimpin. Tipe kepemimpinan semacam ini lebih cocok diterapkan dalam kelompok-
kelomgok tugas, tetapi belum tentu dapat dijamin"berhasil dalam kelompok sosil" dalam (Syahriman Dkk.,
1991:138).
8. Teori Traits
Teori ini dikemukakan oleh Barnard, Ordway Tead, Millet, Stogdill, Keith Davis, George Terry.
Seandainya diteliti pendapat mereka satu persatu, dapat disimpulkan bahwa diantara mereka sendiri
tidak ada kesatuan pendapat tentang ciri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Untuk melihat
kebenaran tentang ketidak sepakatan mereka, ada baiknya dijelaskan berikut ini. Menurut Millet
(Wahjosumidjo, 1994: 45) yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:
1. Kemampuan untuk melihat oragnisasi atau kelompok sebagai satu keseluruhan;
2. Kemampuan dalam mengambil keputusan;
3. Kemampuan untuk melimpahkan atau mendelegasikan wewenang;
4. Kemampuan rnenanamkan kesetiaan terhadap bawahan atau anggota kelompok.
Sementara Barnard berpendapat, bahwa harus ada dua sifat pribadi yang dimiliki oleh seorang
pemimpin (Wahjusumidjo, 1994: 46), yaitu:
1. Sifat pribadi yang meliputi kelebihan fisik, kecakapan, teknologi, daya tanggap, pengetahuan, daya ingat
dan imajinasi.
2. Sifat pribadi yang mempunyai watak lebih subyektif, seperti keunggulan pemimpin dalam hal: keyakinan,
ketekunan, daya tahan dan keberanian.
Lain pula yang disampaikar. Davis (1972) bahwa ada em pat faktor yang mengantarkan kesuksesan
seseorang dalam memimpin kelompok atau organisasi (Wahjosumidjo, 1994: 46), yaitu:
a. Intelligency
Pada umumnya para peneliti menunjukkan hasil penelitiannya bahwa para pemimpin itu mempunyai
kecerdasan yang lebih tinggi dari pengikutnya.
b. Social Maturity' and Breadth
Kematangan dan keluasan pandangan sosial. Pada umumnya para pemimpin memiliki kestabilan emosi,
keluasan pandangan dan ak-tifitasnya.
c. Inner Motivation and Achievement Drives
Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam dirinya sendiri.
d. Humaa Relations Attitude
Mempunyai sikap dalam membina relasi sosial. Kesuksesan para pemimpin merupakan sikapnya yang
menghargai martabat para pengikutnya serta kemampuan beretnpati dengan mereka.
Ketiga pendapat di atas menyatakan bahwa memang rupanya tidak terdapat kesepakatan dikalangan
para ahli teori kepemimpinan. Namun yang penting adalah bahwa asumsi dasar teori ini bertitik tolak dari
keberhasilan seseorang dalam memimpin kelom-pok tergantung kepada sifat yang dimilikinya, baik sifat
dasar maupun sifat yang dikembangkannya dalarn bentuk prosocial behavior. Pendapat ini tidak begitu
banyak lagi dipakai saat ini, karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Byrd (1940) tehadap 20 sifat
kepemimpinan. Tidak satupun diantaranj-a yang menunjukkan bahwa salah satu sifat tersebut selalu ada
pada setiap pemimpin yangditelitinya. Penelitian Jenkins juga mendukungnya yang men-gatakan bahwa
"no single trait or group of characteristics has been isolated which sets off the leader from the members of
the group" dalam (Syahriman Dkk., 1991:140).
Kelemahan yang dimiliki teori ini adalah:
a. Teori sifat tidak memiliki standar }'ang baku. sehingga suiit bagi peneliti dalam memformulasikan
indikator penelitiannya yang diakui tingkat validitasnya.
b. Lebih cenderung bersifat deskriptif dan kurang analisis, sehingga bentuk penelitiannya pun lebih
cenderung pada bentuk penelitian kualitatif deskriptif.
c. Ternyata tidak semua sifat itu terdapat pada setiap pemimpin yang dianggap paling efektif.
d. Sulit mencari alat ukur yang valid untuk mengetahui batasan kriteria dari masing-masing sifat. Misalnya
ukuran keyakinan, ketekunan dan keberanian seseorang.
Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah kharisma seseorang, tingkat kecerdasan dan dorongan dari dalam
diri seseorang merupakan sumbangannya yang sangat berharga bagi perkembangan teori kepemimpinan
sampai sekarang.
1. Studi Kepemimpinan /OU'A
Studi ini dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald Lippit dan Ralph K. White di bawah bimbingan
Kuit Lewin salah seorang ahli teori Cognitif di Universitas IOWA. Para ahli kemudian lebih mengenal Kurt
Lewin .sebagai bapak "Dinamika Kelompok" disamping ahli teori "psikologi kognitif.
Mereka ingin melihat produktivitas kelompok melalui tiga tipe kepemimpinan, yaitu otoriter,
demokratis_dan laissez faire. Ketiga gaya kepemimpinan ini diterapkan dalam kelompok anak yang
berumur sekitar 10 tahun. Hasil penelitiannva menunjukkan (Syahriman Dkk., 1991:147), bahwa:
a. Pemimpin Otoriter, ternyata tidak memperoleh paitipasi dari anggota kelompok. karena dia menuntut
perhatian anggota yang teiialu besar, sementara dia sendiri tidak memberikan perhatian terhadap
kelompok. Perilaku anggota kelompok terpola menjadi dua bagian, yaitu agi-esif, apatis, sehingga
cenderung menim-bulkan reaksi frustasi yang melanda anggota kelompok.
c. Kepemimpinan Laisezz faire, memberi kebebasan luas terhadap kelompok yang secara esensial
kelihatan sebagai kelompok yang tidak mempunyai kepemimpinan. Dalam kelompok yang diteliti, tipe
kepemimpinan sepeiti ini menghasilkan tindakan agresif paling besar dari kelompok (the laisezz faire
leadership climate actually produced the greatest number of aggresive acts from the group).
2. Studi Kepemimpinan IOWA State
Studi ini diiakukan oleh Biro Penelitian Universitas IOWA State, yang staf ahlinya terdiri dari ahli:
psikologi, sosiologi dan ekonpmi. Mereka menganalisis kepemimpinan dari berbagai kelompok dengan
situasi yang berbeda, melalui kuisioner. Premis penelitiannya berbunyi: tak satupun definisi
kepemimpinan yang memuaskan (no satisfactory definition of leadership existed). Mereka menolak
pendapatyang mengatakan bahwa jenis kepemimpinan tertentu adalah tepat digunakan untuk kelompok
teilentu. Mereka mengakui apapun gaya kepemimpinan, adalah ingin meiihat efektif atau tidaknya
suatu gaya kepemimpinan (Syahriman Dkk., 1991:148).
Dari kuisioner LBDQ (leader behavior description quistioner.) yang disebarkan, diperoleh
keterangan bahwa terdapat dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu consideration dan initiating
structure. Kedua faktor ini diperoleh dari berbagai penelitian dan posisi kepemimpinan. Selain itu
menemui adanya dua dimensi perilaku kepemimpinan juga menyebutkan bahwa kedua bentuk dimensi
itu adalah saiing terpisah dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Syahriman Dkk.,
1991:148). Hasil empiris mem-buktikan bahwa premis dan hipotesis yang mereka rumuskan ternyata
ditolak.
http://daqoiqul.blogspot.com/2012/05/tipe-atau-macam-kepemimpinan.html