Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ILMU PENYAKIT

HIPERTENSI DAN ANEMIA

Dosen Pembimbing
dr.Nurmansyah, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Ega Natasha :
2. Rini Sarina Ningsih :
3. Tevi Martina : 19999
4. Yayuk Ulansari Y :1

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA TIGA
AKADEMI KEBIDANAN SINGKAWANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan penyusun semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah Ilmu Penyakit yang berjudul “Hipertensi Dan Anemia” tepat pada
waktunya.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan secara materil, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penyusun mengucapakan terima kasih kepada :
1. Ibu Yully Asmariana, S.ST., M.K.M selaku Direktur Akademi Kebidanan
Singkawang.
2. Ibu Adhetya Uberty, S.Tr.Keb.,M.K.M selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu
Penyakit.
3. Bapak dr.Nurmansyah, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ilmu
Penyakit..
4. Orang tua dan masyarakat yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
5. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.

Singkawang, 06 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian hipertensi dan anemia 3
B. Prognosis hipertensi dan anemia 3
C. Tanda gejala hopertensi dan anemia 14
D. Diagnosis hipertensi dan anemia
E. Terapi hipertensi dan anemia
F. Komplikasi pada hipertensi dan anemia
G. Efek samping obat hipertensi dan anemia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulann ......................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13

ii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia
mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18
tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan
pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah
sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun 2013
hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar
8,3%.
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di Indonesia. Kematian ibu dapat terjadi karena anemia.
Angka kematian ibu menunjukan bahwa angka kematian ibu adalah 70%
untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia.
Kematian ibu 15-20 secara l;angsung atau tidak langsung berhubungan
dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan ibu (Amalia,2018).
Adapun sebagian besar di Indonesia selama ini dinyatakan kekurangan
besi (Fe) yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga
Pemerintah Indonesia mengatasinya dengan mengadakan pemberian
suplemen besi untuk ibu hamil, namun hasilnya belum memuaskan.
Penduduk Indonesia pada umumnya mengkonsumsi Fe dari sumber nabati
yang memiliki daya serap rendah dibanding sumber hewani. Kebutuhan Fe
pada janin akan meningkat hingga pada trimester akhir sehingga diperlukan
suplemen Fe.(Sulistioningsih, 2018).
Berdasarkan latar belakang tersebut penyusun tertarik membuat
makalah ini sehingga dapat bermanfaat untuk pembaca nantinya dan juga
menambah wawasan penyusun dan pembaca dalam melakukan penelitian
nantinya.

1
2

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan diatas, maka dapat
disimpulkan terdapat tujuan umum dan tujuan khusus pada makalah yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Tujuan umum dibuatnya makalah ini yaitu untuk mengetahui
tentang ilmu penyakit.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dibuatnya makalah ini yaitu dapat mengetahui dan
menambah wawasan tentang hipertensi dan anemia.
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat yaitu berupa
pengalaman serta pengetahuan bagi penyusun dan pembaca tentang seputar
hipertensi dan anemia, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi dan Anemia


1. Pengertian Hipertensi
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi
adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri
secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor
risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan
genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi
garam, rokok dan kopi.
2. Pengertian Anemia
Menurut Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel
darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah
dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi.
Sedangkan menurut Arisman (2014) Anemia merupakan keadaan
menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah
nilai normal yang dipatok untuk perorangan.
B. Prognosis Hipertensi Dan Anemia
1. Prognosis Hipertensi

2. Prognosis Anemia

3
4

3. Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Pragita & Rembang, 2019).
Berkaitan dengan tujuan KB terbagi menjadi dua bagian, di antaranya yaitu
sebagai berikut:
a. Tujuan umum Keluarga Berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan khusus Keluarga Berencana
1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran.
4. Manfaat KB
Menurut Pragita & Rembang (2019) manfaat melakukan atau mengikuti
program KB yaitu :
a. Bagi Pasangan Suami Istri
Menjalani program KB sangat bermanfaat bagi pasangan suami istri,
selain membatasi kelahiran, juga bermanfaat mengurangi risiko penyakit
hingga gangguan mental. Lebih jelasnya, berikut ini beberapa manfat KB
untuk pasangan suami istri:
1) Menurunkan risiko kehamilan
Alat kontrasepsi berfungsi untuk mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan. Alat kontrasepsi juga berfungsi untuk menurunkan risiko

melahirkan terlalu muda atau terlalu tua. Jika perempuan yang terlalu

tua dan belum menopause melakukan hubungan intim tanpa


4

menggunakan alat kontrasepsi, ada kemungkinan terjadi kehamilan.

Melahirkan di atas
6

usia 35 tahun akan berisiko pada wanita dan dapat menyebabkan

kematian.

2) Menurunknan risiko kanker pada wanita


Kontrasepsi hormonal yang digunakan wanita, seperti jenis

suntik, pil, atau IUD biasanya mengandung progesteron dan estrogen.

Hormon ini dapat membantu wanita mengendalikan kehamilan dan

menurunkan risiko kanker pada sistem reproduksi. Kanker yang dapat

diatasi dua hormone tersebut adalah kanker indung telur (ovarium) dan

kanker atau dinding rahim (endometrium). Program KB hormonal juga

dapat menurunkan risiko tumbuhnya mioma di rahim.

3) Tidak mengganggu tumbuh kembang anak


Jika anak belum satu tahun sudah memiliki adik, tumbuh kembang
anak akanterganggu. Normalnya jarak anak pertama dan kedua antara 3-
5 tahun. Jika anak belum berusia 2 tahun sudah mempunyai adik, ASI
untuk anak tidak bisa penuh 2 tahun sehingga kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan. Orang tua yang mempunyai dua anak juga akan
mengalami kesulitan membagi waktu. Maka anak yang lebih besar akan
akan kurang perhatian, meski anak masih membutuhkan perhatian penuh
dari kedua orangtuanya.Risiko radang panggul menurun.
Hormon untuk KB adalah bermanfaat menurunkan radang
panggul. Radang pada panggul akan menyerang area rahim, ovarium,
dan area sekitar vagina lainnya. Risiko terkena radang panggul menurun
jika wanita menggunakan program KB jenis implan. Tubektomi juga
menurunkan risiko gangguan pada panggul yang dapat membahayakan
nyawa wanita.
4) Menjaga kesehatan mental
Sebagian wanita kemungkinan mengalami depresi yang cukup
hebat setelah melahirkan. Depresi biasanya hilang jika mendapatkan
dukungan dari pasangan. Jika terjadi kelahiran anak dengan jarak yang
6

dekat, kemungkinan risiko depresisemakin besar. Depresi juga dapat


terjadi pada ayah karena tidak siap secara fisik dan mental.
Dua kondisi tersebut bisa dihilangkandengan melakukan program
Keluarga Berencana.Jika melakukan pengaturan kehamilan,
pasangansuami istri bisa hidup lebih sehat. Bahkan anak bisatumbuh
secara maksimal dan perencanaan kehamilan akan berjalan matang
(Pragita & Rembang, 2019).
b. Bagi Anak
Ternyata KB tak hanya bermanfaat untuk pasangan suami istri, program
Keluarga Berencana juga bermanfaat bagi anak, namun bukan berarti anak 13
menjalani program KB. Ini dia beberapa manfaat KB untuk anak:
1) Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesehatannya.
2) Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.
3) Perencanaan masa depan dan pendidikan yang baik.
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi akseptor keluarga berencana
a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah
penentu yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan juga dapatmembentuk suatu keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan seseorang
biasanya dipengaruhi oleh pengalaman baik informasi dari media masa,
teman ataupunleafet. Dalam penelitian pengetahuan dapat mempengaruhi
seseorang untuk berKB dan pengetahuan yang rendah dapat membuat
seseorang tidak ingin menggunakan KB (Majid, 2019).
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan sikap terhadap metode kontrasepsi. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada
mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan perubahan sosial. Menurut Lawrence
Green perilaku seseorang untuk menggunakan kontrasepsi oleh faktor
PRECEDE yaitu Presdiposing, Enabling, Reinforcing, dimana salah satu
7

faktor Presdiposing adalah pendidikan (Majid, 2019).


c. Faktor Ekonomi
Ekonomi adalah kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh manusia,
dalam melakukan aktifitas sehari-hari, manusia harus membutuhkan suatu
alat untuk mencapai suatu keinginan, alat itu berasal dari keadaanekonomi
seseorang tersebut, seseorang yang mempunyai ekonomi kurang atau rendah
sulit untuk mempunyai alat untuk mencapai keingianan tersebut (Majid,
2019).
d. Faktor Umur
Usia seseorang dalam berumah tangga dapat mempengaruhi kehidupan
keluarga. Usia yang sudah matang akan memberikan kenyamaman dalam
mengambil suatu keputusan dan mengatasi masalah. Hal tersebut juga
berdampak pada pemelihan akseptor KB, usia yang sudah matang akan
mudah untuk memilih kontrasepsi yang baik (Majid, 2019).
e. Jumlah Anak
Jumlah anak mempengaruhi pasang usia subur sebagaiakseptor keluarga
berencana (KB). Semakin banyak jumlah anak dimiliki pasangan usia subur
maka semakin tinggi pula pertisipasi pasangan usia subur sebagai akseptor
keluarga berencana.
6. Metode Kontrasepsi
Metode Kontrasepsi dibagi menjadi 2 jenis yaitu metode kontrasepsi
sederhana dan juga modern, berikut adalah metode kontrasepsi sederhana yaitu:
a. Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Couitus Interuptus , Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode
Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal
dan lendir servik.
b. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010). Berikut salah
satu metode kontrasepsi sederhana menggunakan alat :
8

1) Kondom
Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari
lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang)
sebelum dimasukan ke dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan
dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan
penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS (Fauziah, 2020).
a) Efektivitas,pemakaian kondom sangat efektif apabila dipakai dengan
benar pada saat bersenggama. Angka kegagalan teoritis 3% dan
praktisnya 5-20%. Bahan spermicidal meningkatkan efektifitas
menjadi lebih dari 95% jika dipakai dengan benar dan konsisten
(Afriani, 2011).
b) Kelebihan
Kelebihan pemakaian kondom secara umum sebagai alat
kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Tidak mengganggu kesehatan klien.
d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
e) Murah dan dapat dibeli secara umum.
f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda (Saifuddin, 2010).
c) Kekurangan
Kekurangan pemakaian kondom secara umum,
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi.
3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung).
4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum.
9

7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah


dalam hal limbah (Saifuddin, 2010).
Sedangkan metode kontrasepsi modern dibagi menjadi 2 yaitu metode
kontrasepsi modern hormonal dan non hormonal yaitu sebagai berikut :
a. Metode kontrasepsi modern hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
Jenis kontrasepsi modern hormonal yaitu sebagai berikut :
1) Pil KB
Pil KB adalah pil yang berisi kombinasi hormon progesterone dan
estrogen yang bisa disebut pil kombinasi atau hanya berisi hormone
sintetis, progesteron saja yang sering disebut sengan minipil. Pil yang
diminum setiap hari ini berguna untuk mempengaruhi keseimbangan
hormon sehingga dapat menekan ovulasi, mencegah implantasi, dan
mengentalkan lender serviks (Fauziah, 2020).
a) Efektivitas
Bila dipakai dengan benar dan taratur, kegag yakni 0.1%
kehamilan pada 100 wanita pemakai atau tahun pertama sangat kecil
pemakaian (1:1000) dalam pemakaian sehari-hari karena faktor
kesalahan manusia atau lupa, maka kegagalannya dapat menjadi 6-8
kehamilan atau 100 wanita pemakai atau tahun pemakaian.
b) Kelebihan
Keuntungan Pil KB secara umum
 Sangat efektif bila dipakai dengan benar.
 Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri.
 Menstruasi (Haid) menjadi teratur.lebih sedikit dan lebih singkat
waktunya, juga mengurangi rasa nyeri.
 Dapat dipakai selama diinginkan, tidak harus beristirahat dulu.
9

 Dapat dipakai semua wanita usia produktif.


10

 Dapat dipakai oleh semua wanita yang belum hamil.


 Dapat dihentikan pemakaiannya kapan saja.
c) Kekurangan
 Pil oral adalah mahal.
 kombinasi
 Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa
diminum akan meningkatkan kegagalan.
 Pendaran bercak dan "breakthrough bleding",
 Ada interaksi dengan beberapa jenis obat.
 Tidak mencegah penyakit menular seksual
HBV,HIV/AIDS.
 Efek samping ringan/jarang, namun dapat berupa
amenorea, mual, rasa tidak enak dipayudara, sakit kepala,
mengurangi ASI, berat bedan meningkat, jerawat,
perubahan mood, pusing, serta retensi
 cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang
jarang.
2) Suntik KB
Suntik KB adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Terdapat 2 macam suntik
KB yaitu suntikkan kombinasi yang mengandung hormon sintetis
esterogen dan progesteron, dan suntikkan progestin yang berisi hormon
progesterone (Fauziah, 2020).
a) Keuntungan
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif,
pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh
perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu
10

mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan


kejadian tumor
11

jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang


panggul (Sulistyawati, 2013).
b) Kerugian
Adapun kerugian dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:
 Gangguan haid
 Leukorhea atau Keputihan
 Galaktorea
 Jerawat
3) Implan
Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang,
dosis rendah, dan reversibel untuk wanita (Fauziah, 2020).
a) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
b) Kekurangan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
12

b. Metode kontrasepsi modern non hormonal


Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung
hormon, baik estrogen maupun progesteron (Hartanto, 2004).
1) IUD
IUD adalah benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang.
IUD merupakan alat kontrasepsi modern yang telah dirancang
sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi
kontrasepsinya), dan diletakan di dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi sel sperma untuk membuahi sel telur yang
matang (Fauziah, 2020).
a) Keuntungan
 Efektivitasnya tinggi 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam tahun pertama, 1 kegagalan dalam Kehamilan.
 Dapat efektif segera setelah pemasangan.
 Metode jangka panjang (10 th). Sangat efektif (tidak perlu
mengingat-ingat).
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Tidak ada efek samping hormonal.
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
 Dapat dipasang segera setelah melhirkan/sesudah abortus.
 Dapat digubakan sampai dengan menopause.
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010, hal:
MK-75)
b) Kerugian
 Efek samping yang umum terjadi
Perubahan siklus haid. (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
 Haid lebih lama dan banyak.
 Perdarahan antar menstruasi (spotting).
 Saat haid lebih sakit.
13

2) Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah prosedur pemotongan atau penutupan tuba
falopi atau saluran indung telur yang menghubungkan ovarium ke
rahim. Setelah tubektomi, sel-sel telur tidak akan bisa memasuki rahim
sehingga tidak dapat dibuahi oleh sel sperma (Prapitasari, 2020).
a) Efektifitas tinggi 99,5%
b) Keuntungan
 Tidak mempengaruhi proses menyusui
 Tidak bergantung pada faktor sanggama
 Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
c) Kerugian
 Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi)
 Dilakukan oleh dokter yang terlatih
3) Vasektomi (MOP)
Vasektomi adala metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
memotong saluran sperma (vas deferens) yang membawa sel sperma
dari testis ke penis, dengan metode ini sperma tidak bisa keluar
bersama air mani saat pria ejakulasi (Prapitasari, 2020).
a) Keuntungan
 Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
 Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka
panjang
 Morbiditas dan mortalitas jarang
 Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
 Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya
penggunaan kontrasepsi
14

b) Kekurangan
 Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi
tambahan selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih
20 kali ejakulasi)
 Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi
perdarahan dan nyeri dibandingkan teknik insisi.
C. Panduan Pelayanan Keluarga Berencana Dalam Situasi Pandemic Covid -19
Berdasarkan rekomendasi WHO dan masukan dari organisasi profesi dan
lintas sektor terkait (BKKBN) maka disepakati rekomendasi untuk pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi pada situasi bencana (Kemenkes RI, 2020). Pesan bagi
masyarakat terkait pelayanan keluarga berencana pada situasi pandemi Covid-19

1) Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir Akseptor KB

sebaiknya tidak datang ke petugas kesehatan, kecuali yang mempunyai

keluhan, dengan syarat membuat perjanjian terlebih dahulu dengan petugas

kesehatan.

2) Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya, jika tidak

memungkinkan untuk datang ke petugas kesehatan dapat menggunakan

kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau

kader melalui telepon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara

tradisional (pantang berkala atau senggama terputus).

3) Bagi akseptor suntik diharapkan datang ke petugas kesehatan sesuai jadwal

dengan membuat perjanjian sebelumnya. Jika tidak memungkinkan, dapat

menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan menghubungi petugas

PLKB atau kader melalui telepon. Apabila tidak tersedia bisa

menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau senggama terputus).

4) Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas PLKB atau

kader atau petugas kesehatan melalui telepon untuk mendapatkan Pil KB.
15

5) Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung menggunakan KB pasca

persalinan (KBPP).

6) Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pelaksanaan

konseling terkait KB dapat diperoleh secara online atau konsultasi melalui

telepon.
BAB III
Penutupan

A. Kesimpulan
KB sangat penting untuk menekan baju pertumbuhan penduduk di
Indonesia, dengan ber-KB mampu menciptakan keluarga kecil bahagia
sejahtera sesuai tujuan program KB. Sehingga perlu peran serta aktif antara,
pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat.
B. Saran
Mengacu pada kesimpulan yang telah ditemukan, ada beberapa saran
yang diajukan sehingga dapat dijaadikan bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Pasangan Usia Subur
Diharapkan untuk selalu berperan aktif dalam penggunaan KB dan
menambah wawasan mengenai kesehatan khususnya tentang KB sebagai
upaya dalam meningkatkan status kesehatannya menjadi lebih baik.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
kepada petugas kesehatan dalam memberikan informasi kesehatan lebih
sering kepada masyarakat mengenai alat kontrasepsi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya sehingga
mendapatkan hasil yang lebih baik.

16
Daftar Pustaka

Apriyani Y. 2011. Rekomendasi Praktik Pilihan Untuk Penggunaan Kontrasepsi.


Jakarta EGC.
BKKBN. 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. BKKB
BKKBN. 2019. Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. BKKB
Fauziah. 2020. Praktik Asuhan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) (1st ed.).
CV.Pena Persada.
Kadarisman, S. M. dan Y. 2015. Respon Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap
Program Keluarga Berencana (KB) di Desa Tanjung Belit Kecamatan
Siak Kecil Kabupaten Bengkalis.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. 2014, 1–24.

Kemenkes RI. (2020). Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi Dalam Situasi Pandemi COVID-19. Kemenkes RI, 5.
Majid, A. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Program Keluarga
Berencana Di Kabupaten Gowa. Al-Sihah : Public Health Science
Journal,
11(2), 156–168
Pragita, R. A. B., & Rembang, M. (2019). Persepsi Masyarakat tentang
Pentingnya Keluarga Berencana di Desa Doloduo Kecamatan
Dumoga Barat. 53(9), 1689–1699.

Prapitasari, N. H. & R. (2020). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana


(Abdul (ed.); 1st ed.). CV. Adanu Abimata
Priyanti, S., & Syalfina, A. D. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan
Keluarga Berencana. (http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-Komprehensif.pdf)
Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepasi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman U1 – U6,
MK1– MK 84, PK 59 – PK 77.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai