C DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ” SPINAL CORD INJURY ”
DI RUANG PERAWATAN LONTAR 4 (ORTOPEDI)
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
OLEH
CI LAHAN CI INSTITUSI
(…………………….......………….) (……...……………………………)
2021
A. ANATOMI TULANG BELAKANG
Tulang belakang atau tulang punggung adalah struktur pendukung utama pada tubuh
Anda.Menurut bentuknya, ruas tulang belakang termasuk tulang pendek yang
menghubungkan berbagai bagian sistem muskuloskeletal (gerak).Berikut adalah
anatomi atau struktur dari tulang belakang yang terdiri dari tumpukan 33 tulang kecil,
yaitu:
1. Cakram tulang kecil
Pada tulang punggung, cakram tulang kecil atau diskus intervertebralis
menumpuk dan membentuk kanal.Kanal tulang belakang adalah terowongan yang
menampung dan melindungi sumsum tulang belakang serta saraf dari
cedera.Tulang kecil ini pula yang membuat Anda dapat melakukan berbagai
gerakan. Namun, tulang kecil paling bawah (sakrum dan tulang ekor) menyatu
dan tidak bergerak.
2. Tulang belakang leher (serviks)
Tulang belakang leher (serviks atau servikal) adalah bagian atas pada tulang
belakang yang memiliki tujuh ruas, yaitu C1 – C7.Fungsi dari tulang leher adalah
untuk memutar, memiringkan, hingga menganggukkan kepala.Tulang belakang
leher membentuk huruf C ke bagian dalam sehingga juga disebut sebagai kurva
lordotik.
3. Tulang punggung tengah (torakal)
Dada atau bagian toraks dari tulang punggung memiliki 12 tulang kecil, yaitu T1–
T12. Tulang rusuk Anda ternyata menempel pada tulang punggung tengah.Bagian
ini sedikit menekuk sehingga membentuk huruf C ke belakang yang disebut
kurva kyphotic. tulang punggung tengah atau torasik ditandai dengan warna
ungu.Fungsi utama tulang belakang dada adalah untuk menahan tulang rusuk dan
melindungi jantung dan paru-paru.
4. Tulang punggung bawah (lumbar)
Ada lima tulang kecil yang membentuk tulang belakang bawah, yaitu L1–L5.
Tulang belakang lumbar menopang bagian atas serta terhubung ke area panggul.
Bagian lumbar menumpu sebagian besar berat badan Anda. Tulang-tulang ini
membantu memberikan mobilitas dan stabilitas pada punggung dan tulang
belakang, serta menjadi titik perlekatan bagi banyak otot dan ligamen.Sebagian
besar sakit punggung terjadi pada tulang belakang lumbar.
5. Sakrum
Ini adalah anatomi tulang belakang yang berbentuk segitiga dan terhubung ke
area pinggul. Ada lima tulang pendek pada sakrum, yaitu S1–S5.
Perkembangannya dimulai saat janin masuk di dalam rahim. Tulang sakrum dan
pinggul membentuk cincin yang disebut panggul.
6. Tulang ekor
Tulang ekor terdiri dari empat tulang kecil yang membentuk potongan kecil
tulang pada bagian bawah tulang belakang. Otot dan ligamen dasar panggul pun
menempel pada tulang ekor. Letak tulang ekor ditandai dengan warna ungu pada
gambar.Lalu, ada pula jaringan yang membentuk tulang belakang atau punggung
ini, yaitu:
Facet joints (sendi), sendi untuk fleksibilitas dan stabilitas.
Intervertebral disc, bantalan bundar sebagai peredam guncangan tulang
belakang.
Sumsum tulang belakang dan saraf, pembawa pesan antara otak dan otot.
Jaringan lunak, terdiri dari ligamen, otot, dan juga tendon.
7. Gambar operasi pemasangan pen pada tulang belakang
STABILISASI
Fraktur, infeksi atau inflamasi bisa menyebabkan tulang belakang Anda menjadi
tidak stabil dan membahayakan saraf Anda. Kondisi seperti ini membutuhkan
tindakan stabilisasi oleh dokter dengan menggunakan beragam alat seperti sekrup
pedikel dan rods.stabilisasi bisa juga diperlakukan pada kasus dimana operasi
dekompresi mungkin menyebabkan instabilitas setelah operasi.
B. DEFENISI
Trauma pada tulang belakang (Spinal Cord Injury) adalah cedera yang mengenai
cervikal vertebralis dan lumbalis dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang
meliputi spinal collumna maupun spinal cord, dapat mengenai elemen tulang, jaringan
lunak, dan struktur saraf pada cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma
sebagainya.
pergeseran satu atau lebih tulang vertebra) atau injury saraf yang aktual maupun
potensial (price,2016).
Spinal cord injury (SCI) adalah cedera yang terjadi karena trauma spinal cord
atau tekanan pada spinal cord karena kecelakaan. Cedera medulla spinalis adalah
suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah
C. ETIOLOGI
Kecelakaan jalan raya adalah penyebab terbesar, hal ini cukup kuat untuk
merusak cord spinalis serta kauda ekuina. Dibidang olahraga tersering karena
menyelam pada air yang sangat dangkal ( Pranida Iwan Bucori, 2016 ).
Penyebab dari cedera medulla spinalis menurut Batti Caca ( 2017 ) antara lain :
penyebab terbesar, dimana cukup kuat merusak cord spinal serta kauda ekuina
2. Olahraga
akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi, osteoporosis yang disebakan
oleh fraktur compresi pada vertebra, tumor infiltrasi maupun kompresi, dan
penyakit vascular.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pasien yang mengalami spinal cord injury ( SCI ):
1. Sakit atau tekanan yang berat dileher, kepala. Biasanya nyeri terjadi hilang timbul
E. PATOFISIOLOGI
perlindungan ideal terhadap lika tembus dan kontusio kecepatan rendah, tetapi sendi-
sendi intervetebralis merupakan titik lemah gerak fleksi, ekstensi atau beban rotasi.
Menurut Scawartz (2016) dislokasi dan fraktur yang tidak mematahkan cincin
Beban fleksi, ekstensi dan rotasi bersama dengan kelemahan relatif sendi-sendi
vertebra, menyebabkan fraktur dan dislokasi sering sekali terjadi pada titik pertemuan
antara bagian kolumna vertebralis yang relatif dengan ruas yang terfiksasi, yaitu
antara servikal bawah dan segmen torakal atas, antara segmen torakal bagian bawah
dan segmen lumbal atas, dan antara segmen lumbal bagian bawah dan sakrum.
(Scawartz ( 2016 ).
Sebagian besar kerusakan pada medulla spinalis terjadi pada saat cedera. Cedera
medulla spinalis sekunder terjadi karena gerakan kolumna vertebralis yang tidak
stabil, cedera yang terjadi akibat gerakan medulla spinalis terhadap fargmen tulang
tajam yang menonjol dalam kanalis vertebralis, dan akibat tekanan yang terus-
Perubahan primer yang terjadi setelah cedera medulla spinalis adalah perdarahan
kecil dalam substansia grisea akibat berkurangnya aliran darah medulla spinalis dan
hipoksia yang diikuti oleh edema. Hipoksia substansia grisea merangsang pelepasan
Stauffer dan Bell (2016) membedakan cedera medulla spinalis servikal dalam
memiliki sama sekali sensasi sensorik atau kontrol motorik pada kepala. Sehingga
Radiks saraf frenikus harus utuh bila penderita ingin dapat melakukan
bahu, dan diafragma dan kadang-kadang sedikit mengendalikan siku. Pada cedera
sempurna.
Penderita cedera ini disebut paraplegia, mekanisme cedera pada bagian ini
pada umumnya merupaakan cedera fleksi akibat terjatuh pada bagian bokong,
tetap dapat mengendalikan anggota gerak atas dengan sempurna, pada cedera
dapat mengendalikan panggul, lutut, pergelangan kaki dan kaki sehingga masih
dapat berjalan dengan tongkat. Pada cedera setinggi S1 sampai S5 penderita dapat
cukup mengendalikan kaki tapi mengalami disfungsi kandung kemih dan usus.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X Spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera 9 fraktur atau dislokasi )
G. KOMPLIKASI
Efek dari cedera cord spinal akut mungkin mengaburkan penilaian atas cedera
lain dan mungkin juga merubah respon terhadap terapi, 60% lebih pasien dengan
cedera cord spinal bersamaan dengan cedera major: kepala atau otak, toraks,
abdominal, atau vaskuler. Berat serta jangkauan cedera penyerta yang berpotensi
didapat dari penilaian primer yang sangat teliti dan penilaian ulang yang sistematik
terhadap pasien setelah cedera cord spinal. Dua penyebab kematian utama setelah
Pelaksanaan Medis
lurur:
1. Pemakaian kollar leher, bantal psir atau kantung IV untuk mempertahankan agar
3. Tirah bbaring total dan pakaikan brace haloi untuk paisen dengan fraktur
servikalstabil ringan.
mengurangi tekanan pada spinal bila pada pemeriksaan sinar-X ditemukan spinal
tidak aktif.
didapatkan defisit motorik dan sensorik dibawah area yang terkena: syok spinal,
nyeri, perubahan fungsi kandung kemih, kerusakan fungsi seksual pada pria, pada
defekasi
- Pemeriksaan diagnostik
A. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat
2) Pemeriksaan fisik
a) Sistem respirasi: suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene, stokes, biot,
hiperventiilasi, ataksik)
c) Sistem saraf
- Kesadaran : GCS
d) Sistem pencernaan
dari keluarga
B. Diagnosa
C. Intervensi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. D.0077 L.08066 Manajemen Nyeri (I.08238)
bulan.
Data Subjektif:
Mengeluh
nyeri
Data Objektif:
Tampak
meringis
Bersikap
protektif
Gelisah
TTV
meningkat
Sulit tidur
Pola napas
berubah
bulan.
Data Subjektif:
Mengeluh
nyeri
Data Objektif:
Tampak
meringis
Bersikap
protektif
Gelisah
TTV
meningkat
Sulit tidur
Pola napas
berubah
isfungsi neurologis keperawatan selama 3x8 jam 1. Periksa kondisi pasien (mis.
Kesadaran, tanda-tanda
(Trauma) diharapkan eliminasi urine vital, daerah perineal,
distensi kandung kemih,
Defenisi pasien membaik dengan inkontinensia urine, refleks
berkemih)
Pengosongan kriteria hasil: Terapeutik
mobilitas fisik b.d keperawatan selama 3x8 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
gangguan diharapkan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik
melakukan ambulasi
neuromuskular pasien meningkat dengan 3. Monitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum
Defenisi: kriteria hasil: memulai ambulasi
4. Monitor kondisi umum
Keterbatasan 1. Pergerakan ekstremitas selama melakukan ambulasi
dalam gerakan dari menurun ke Terapeutik
meningkat
fisik dari atau satu 2. Kekuatan otot dari 1.Fasilitasi aktivitas ambulasi
menurun sampai dengan alat bantu ( tongkat,
lebih ektermitas meningkat kruk)
3. Rentang gerak (ROM) 2. Fasilitasi melakukan
secara mandiri. menurun sampai mobilisasi fisik, jika perlu
meningkat 3. Libatkan keluarga untuk
Data Subjektif: 4. Nyeri menurun membantu pasien dalam
Mengeluh sulit 5. Kecemasan menurun meningkatkan ambulasi
mengerakkan 6. Kaku sendi menurun Edukasi
aktivitas 7. Gerakan tidak
Nyeri saat terkoordinasi menurun 1. Jelaskan tujuan dan
bergerak 8. Gerakan terbatas prosedur ambulasi
Enggan menurun 2. Anjurkan melakukan
melakukan 9. Kelemahan fisik ambulasi dini
pergerakan menurun
Merasa cemas
saat bergerak
Data Objektif:
Kekuatan otot
menurun
Rentang gerak
(ROM)
menurun
Sendi kaku
Gerakan tidak
terkoordinasi
Gerakan
terbatas
Fisik lemah
meningkat/
menurun
Perubahan
kontraktilitas
5. D.0080 L.09093 Reduksi Ansietas (I.14577)
▪ Tampak
gelisah
▪ Tampak tegang
▪ Sulit tidur
▪ TTV
meningkat
▪ Diaforesis
▪ Tremor
▪ Muka tampak
pucat
▪ Suara bergetar
▪ Kontaak mata
kurang
▪ Sering
berkemih
▪ Berorientasi
pada masa lalu
6. D.0142 L.14137 Pencegahan Infeksi (I.14539)
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
PATWAY
Trauma atau cedera Cedera
Kecelakaan lalu Jatuh dari tulang belakang Olahraga
lintas ketinggian
Suplai oksigen
Adanya luka Ansietas Kerusakan saraf
menurun
insisis ekstremitas bawah
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3. Jakarta:
ECG
Carpenito, Lynda Juall. 2016. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : ECG
Hudak and Gallo. (2017). Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott
company, Philadelpia
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa kariasaa IM. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: ECG
Price, Sylvia Anderson. (2016). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
ECG
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Reksoprodjo Soelarto, (2018). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara, Jakarta