Anda di halaman 1dari 18

1

MATERI TATALAKSANA GIZI BURUK


(Oleh : Mahmud,S.Pd.,M.Kes)

Pertemuan I, II dan VI, VII

Pertemuan I
Diagnosa Gizi Buruk dan Gejala-Gejala Klnis Gzi Buruk

(Pokok Bahasan : Diagnosa Gizi Buruk, Gejala-Gejala Klinis Gizi Buruk)

Uraian Materi :

ANAMNESIS :
Awal :
 Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
 Lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan dari bahan muntah atau
diare
 Saat terakhir kencing
 Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin
 Kebiasaan makan sebelum sakit
 Makan/minum/menyusui pada saat sakit
 Jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam beberapa hari terakhir.
 Kontak dengan penderita campak atau tuberkulosis paru
 Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
 Kejadian dan penyebab kematian dari kakak atau adik
 Berat badan lahir
 Tumbuh kembang, misalnya : duduk, berdiri dan lain-lain
 Riwayat imunisasi
 Apakh ditimbang setiap bulan di Posyandu
 Apakah sudah mendapatkan imunisasi lengkap

PEMERIKSAAN FISIK
 Apakah anak tampak sangat kurus/odema/pembengkakan kedua kaki
 Tanda-tanda terjadinya syok (renjatan) : tangan dan kaki dingin, nadi lemah, dan
kesadaran menurun.
 Suhu tubuh : hipotermai atau demam
 Kehausan
 Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan : pneimonia atau gejala gagal jantung
 Berat badan dan tinggi badan atau panjang badan, bandingkan dengan Tabel
(Buku I) halaman 26-29
2

 Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada bagian putih mata
(conjungtiva)
 Adanya perut kembung, suara usus, dan adanya suara seperti pukulan pada
permukaan air (abdominal splash)
 Pucat yang sangat berat terutama pada telapak tangan (bandingkan dengan
telapak tangan ibu  ibu yang tidak anemia)
 Gejala pada mata: kelainan pada kornea dan konjungtiva sebagai tanda
kekurangan vitamin A
 Telinga, mulut dan tenggorokan : tanda-tanda infeksi
 Kulit : tanda-tanda infeksi atau adanya purpura
 Tampilan (konsistensi) dari tinja.

Gejala-Gejala Klinis Gizi Buruk


1. Marasmus
 Anak sangat kurus
 Wajah seperti orang tua
 Cengeng dan rewel
 Rambut tipis, jarang dan kusam
 Kulit kriput
 Tulang iga tampak jelas
 Pantat kendur dan kriput
 Perut cekung
2. Kwashiorkor
 Wajah bulat dan sembab
 Cengeng dan rewel
 Rambut tipus, jarang, kusam, warna rambut jagung dan bila dicabut tidak sakit.
 Kedua punggung kaki bengkak
 Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat
 Kurus (pada lengan dan kaki)
 Perut membesar (asites/hepatomegali)
 Edema perifer
 Penurunan massa otot
 Wajah tampak bulat ‘moonface’
 Apatis
 Rambut kemerahan
3. Marasmus-kwashiorkor :
 Anak sangat kurus
 Wajah seperti orang tua
 Cengeng dan rewel
 Tidak bereaksi terhadap rangsangan, apatis
 Rambut tipis, jarang, kusam, warna rambut jangung dan bila dicabut tidak sakit.
 Kulit kriput
 Tulang iga tampak jelas (iga gambang)
3

 Pantat kendur dan kriput


 Perut cekung atau buncit
 Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan (odema) dan bila ditekan lama
kembali
 Bercak kehitaman di tungkai dan pantat

Pertemuan II
Tatalaksana Gizi Buruk dan Kriteria serta Alur Pemeriksaan Anak Gizi Buruk

(Pokok Bahasan : Kriteria Anak Gizi Buruk, Alur Pemeriksaan Anak Gizi Buruk dan
Pengkajian Gizi)

Uraian Materi
Kriteria Anak Gizi Buruk :

Gizi Buruk Tanpa Komplikasi :


a.BB/TB : < -3 SD dan atau;
b.Terilaht sangat kurus dan atau;
c.Adanya Edema dan atau;
d.LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan

Gizi Buruk dengan Komplikasi


Gizi buruk dengan tanda-tanda (kriteria gizi buruk) disertai salah satu atau lebih tanda
komplikasi medis berikut :
a.Anoreksia
• Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis dan
medis yang serus.
• Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan bulimina nervosa (BN),
merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai gangguan perilaku makan
atau perilaku dalam mengkontrol berat badan.
b.Pneumonia berat
• Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita”
• Disebutkan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes
RI, 2004)
c.Anemia berat
• Anemia adalah jumlah haemoglobin dalam darah kurang dari 12gr/100 ml
(Prawiroharjo, 2006).
• Anemia adalah penyakit yang terjadi karena konsumsi zat besi (fe) pada tubuh
tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh (Notoatmodjo, 1997)

d.Dehidrasi berat
• Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebh sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
4

• Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan
air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari
(Tanto dan Liwang, 2014).

d.Demam sangat tinggi


• Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin, 2012).
• Suhu tubuh adalah cerminan dari keseimbangan antara produksi dan pelepasan
panas, keseimbangan ini diatur oleh pengatur suhu (thermostat) yang terdapat di
otak (hipotalamus). Demam diartikan suhu tubuh di atas 37,2 °C (Nelwan, 2007).

e.Penurunan kesadaran
• Ketidaksadaran adalah keadaan tidak sadara terhadap diri sendiri dan
lingkungan dan dapat bersifat fiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau
keadaan vegetative) (Avner, 2006).
• Penyebab kesadaran menurun beragam dengan karakteristik masing-masing.

Alur Pemeriksaan/Penemuan Kasus Gizi Buruk


• Penemuan Anak Gizi Buruk, dapat menggunakan data rutin hasil penimbangan
anak di posyandu,
• menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan
jaringannya, Rumah Sakit dan dokter/bidan praktek swasta),
• hasil laporan masyarakat (media massa, LSM dan organisasi kemasyarakatan
lainnya) dan skrining aktif (operasi timbang anak).
• Penapisan Anak Gizi Buruk, anak yang dibawa oleh orangtuanya atau anak
yang berdasarkan hasil penapisan Lila < 12,5 cm,
• atau semua anak yang dirujuk dari posyandu (2T dan BGM) maka dilakukan
pemeriksaan antropometri dan tanda klinis,
• semua anak diperiksa tanda-tanda komplikasi (anoreksia, pneumonia berat,
anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran),
• semua anak diperiksa nafsu makan dengan cara tanyakan kepada orang tua
apakah anak mau makan/tidak mau makan minimal dalam 3 hari terakhir
berturut-turut.
• Bila dalam pemeriksaan pada anak didapatkan satu atau lebih tanda berikut:
tampak sangat kurus, edema minimal pada kedua punggung kaki
• atau tanpa edema, BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia
6-59 bulan), nafsu makan baik,
• maka anak dikategorikan gizi buruk tanpa komplikasi dan perlu diberikan
penanganan secara rawat jalan.

• Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: tampak


sangat kurus, edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LiLA <
11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
5

• dan disertai dari salah satu atau lebih tanda komplikasi medis sebagai berikut:
anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat
tinggi, penurunan kesadaran,
• maka anak dikategorikan gizi buruk dengan komplikasi sehingga perlu
penanganan secara rawat inap.

• Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: BB/TB < -
2 s/d -3 SD, LiLA 11,5 s/d 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik,
• Bila tidak ada komplikasi medis, maka anak dikategorikan gizi kurang dan
perlu diberikan PMT Pemulihan.
• Bila kondisi anak rawat inap sudah membaik dan tidak lagi ditemukan tanda
komplikasi medis, tanda klinis membaik (edema kedua punggung tangan atau
kaki),
• dan bila nafsu makan membaik maka penanganan anak tersebut dilakukan
melalui rawat jalan.
• Bila kondisi anak rawat inap sudah tidak lagi ditemukan tanda-tanda
komplikasi medis, tanda klinis baik
• dan bila status gizi kurang, nafsu makan baik
• maka penanganan anak dengan pemberian PMT pemulihan.
• Anak gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan melalui rawat jalan dan
PMT pemulihan,
• jika kondisi anak memburuk dengan ditemukannya salah satu tanda
komplikasi medis,
• atau penyakit yang mendasari sampai kunjungan ke tiga berat badan tidak
naik (kecuali anak dengan edema), timbulnya edema baru, tidak ada nafsu
makan
• maka anak perlu penanganan secara rawat inap.

Tugas Individu
1. Tujuan;
2. Sasaran dalam proses asuhan gizi;
3. Pengkaji gizi;
4. Sumber data;
5. Pengelolaan data pengkajian gizi;
6. Apa yang dilakukan dengan data pengkajian gizi;
7. Bahasa terstandar pengkajian gizi;
8. Sistem pendukung asuhan gizi di masyarakat;
9. Langkah-langkah pengkajian gizi;
10. Faktor-factor yang mempengaruhi pengkajian gizi;

Pengkajian Gizi :
Uraian Materi :
1. Tujuan :
Mengumpulkan, memverifikasi dan mengintepretasikan data yang dibutuhkan
untuk kasikan masalah gizi terkait penyebabnya secara signifikan. Pedoman
Proses Asuhan Gizi Puskesmas
6

Proses berlangsung dinamis dan tidak linier, tidak hanya melibatkan


pengumpulan data awal, namun juga proses pengkajian ulang dan analisa data
status klien/populasi dibandingkan kriteria spesifik (standar referensi).
2. Sasaran :
Klien adalah pasien, anggota keluarga atau pengasuh. • Populasi adalah
kelompok, komunitas dan masyarakat.
3. Pengkajian gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan mengumpulkan data
yang diperlukan. Pengkajian memerlukan cara berpikir kritis seperti:
Menentukan data spesifik apa yang akan dikumpulkan  Menentukan kebutuhan
akan informasi tambahan  Memilih alat dan prosedur pengkajian gizi sesuai
situasi: alat pengukuran/pengumpulan data; prosedur pengumpulan data; dan
comparatives standard (standar pembanding)  Validasi data  Pengetahuan
terkait masalah gizi: patofisiologi, metabolisme zat gizi, epidemiologi 
Kemampuan membuat keputusan berdasarkan fakta (evidence based)
4. Sumber Data :
Sumber data untuk pengkajian sesuai dengan tabel di bawah ini

Perseorangan Kelompok Masyarakat


Informasi yang tersedia : Informasi yang tersedia : Informasi yang tersedia :

Hasil laboratorium  Rekam Pertanyaan awal tentang Survey gizi  Survey


medis klien  Hasil komunitas pada diskusi kesehatan  Penelitian
wawancara klien  Hasil kelompok terarah  Untuk epidemiologi  Data kegiatan
wawancara pada terapi kelompok termasuk rutin: Pencatatan pelaporan,
pendamping  Pengamatan sumber data perseorangan  dan wawancara  Penilaian
dan pemeriksaan Untuk promosi grup kebutuhan masyarakat
menyertakan data secara strategis (melalui
masyarakat proses Musyawarah
Masyarakat Desa/MMD)

5. Pengelolaan Data Pengkajian :


Pengkajian gizi terdiri dari 5 kategori, antara lain :
a. Pengukuran Antropometri
Terdiri dari data tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT),
indeks pola pertumbuhan/ persentil, dan riwayat berat badan Untuk di tingkat
masyarakat: Data jumlah/prevalensi terkait data diatas. Contoh: prevalensi
gizi buruk
b. Data biokimia, tes medis, dan prosedur data laboratorium
Misal: Glukosa, hemoglobin, kolesterol dan profil lipid lainnya, asam urat,
elektrolit. Untuk di tingkat masyarakat: profil anemia gizi besi; tes toleransi
glukosa oral; data laboratorium berbasis populasi dari sistem surveilans
kesehatan; Analisis data rekam kesehatan elektronik
c. Data pemeriksaan fisik/klinis terkait gizi
Penampilan fisik, pemeriksaan tekanan darah, massa otot dan lemak, fungsi
menelan, nafsu makan, dan pengaruhnya terhadap status gizi, tumbuh
kembang, masalah saat menyusui (kemampuan mengisap dan menelan,
koordinasi bayi), pertumbuhan gigi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
7

menelan dan mengunyah pada lansia Untuk di tingkat masyarakat: Data


jumlah/prevalensi terkait data diatas.
d. Riwayat terkait asupan makanan dan gizi
Terdiri dari pemberian makanan dan gizi, penggunaan obat/herbal suplemen,
pengetahuan/ kepercayaan, ketersediaan makanan dan persediaan, serta
aktivitas fisik.
Untuk di tingkat masyarakat: ketersediaan makanan/ air yang aman;
partisipasi program; fasilitas menyusui; akses terhadap aktivitas fisik; data
populasi
e. Riwat Klien
Riwayat medis/kesehatan/keluarga, perawatan dan penggunaan pengobatan
komplementer/alternatif, riwayat sosial, riwayat ibu dan kehamilan, riwayat
ibu menyusui, keaksaraan, status sosial ekonomi, situasi tempat
tinggal/perumahan, dukungan sosial, lokasi geografis, dan akses terhadap
layanan kesehatan dan gizi Untuk di tingkat masyarakat: Data
jumlah/prevalensi terkait data di atas, contoh: prevalensi penyakit pada suatu
populasi, data dari sistem informasi geografis

6. Apa yang dilakukan dengan data pengkajian gizi? Data pengkajian gizi
(indikator) dibandingkan dengan kriteria, norma dan standar yang relevan, untuk
interpretasi dan pengambilan keputusan. Standar pembanding dapat berupa
norma dan standar nasional, institusional atau peraturan.
7. Bahasa Terstandar Pengkajian Gizi Bahasa terstandar pengkajian gizi untuk
mendukung pendekatan yang konsisten terhadap proses asuhan gizi dan
meningkatkan kualitas komunikasi dan penelitian. Bahasa terstandar untuk
pengkajian gizi sama dengan monitoring dan evaluasi gizi. Namun, tujuan dan
penggunaan data berbeda dalam dua langkah tersebut.
8. Sistem Pendukung Asuhan Gizi di Masyarakat
Sistem pendukung asuhan gizi di masyarakat terdiri dari skrining, rujukan dan
manajemen hasil (diluar lingkup PAG).  Skrining adalah proses identifikasi awal
risiko masalah gizi yang bertujuan untuk menetapkan skala prioritas
penyelesaian masalah berbasis PAG  Rujukan adalah proses pelimpahan
kewenangan penyelesaian masalah pada tingkat yang lebih tinggi.  Manajemen
hasil melibatkan pengumpulan data beberapa klien/ populasi untuk menentukan
apakah intervensi gizi mempengaruhi hasil kesehatan atau tidak. Masalah
populasi dapat dipengaruhi oleh pendanaan, kebijakan, dan peraturan institusi
atau sesuai kebutuhan yang dirasakan.
9. Langkah-langkah Pengkajian Gizi
Review: Mengumpulkan, memilah, validasi data. Jenis data dan metoda
pengambilan data disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien b. Cluster: Data
dikelola dan dikelompokkan sesuai dengan 5 domain. Tentukan “defining
characteristic” atau karakter penentu (tanda dan gejala) dari diagnosis yang
diduga c. Identifikasi: Membandingkan data-data dengan standar rujukan yang
disepakati (standar pembanding = norma dan standar nasional, institusional atau
peraturan); Mengidentifikasi kemungkinan problem, etiologi, sign dan symptom.
8

10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengkajian Gizi Pengkajian gizi merupakan


penilaian pada tingkat individu maupun tingkat kelompok/populasi. Data
pengkajian gizi mencakup tidak hanya informasi geografis dan demografis, tetapi
juga statistik kesehatan, jaringan sosial dan pola interaksi sosial dan dukungan,
sumber daya di dalam masyarakat, dan persepsi tokoh masyarakat yang dapat
berpotensi berdampak pada kebijakan intervensi gizi. Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi:

Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Status Gizi

No Faktor – Faktor
1. Biologis :
- Jenis Kelamin
- Keturunan/Genetik
- Umur
2. Gaya Hidup
- Aktivitas fisik - Praktik keselamatan seperti
- Diet memakai sabuk pengaman
- Hobi - Perawatan diri (medis)
- Aktivitas waktu luang - Manajemen stress
- Penggunaan obat-obatan - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Penggunaan NAPZA termasuk
minuman beralkohol
- Rokok, cerutu, tembakau
kunyah

3. Status Social Ekonomi


- Perumahan - Jaringan sosial seperti keluarga,
- Pendidikan teman, dan rekan kerja
- Pendudukan - Ketidakseimbangan/ perbedaan
- Pendapatan sosial ekonomi
- Status pekerjaan
4. Kondisi Komunitas
- Iklim dan geografi - Struktur politik / pemerintahan
- Pasokan air bersih - Kelompok dan organisasi
- Tipe dan kondisi perumahan kesehatan masyarakat
- Jumlah dan jenis rumah sakit dan - Jumlah, jenis, dan lokasi toko
klinik bahan makanan
- Pelayanan kesehatan dan medis - Rekreasi
- Pelayanan social - Sistem transportasi
- Industri terkemuka
5. Kondisi Latar Belakang
- Agama - Sikap budaya
- Kebijakan pangan dan gizi - Periklanan
nasional - Pesan media
- Upah minimum nasional - Sistem distribusi makanan
9

- Keyakinan budaya
- Nilai budaya

Pertemuan VI
Pemantauan dan Evaluasi Gizi Buruk

(Pokok Bahasan : Pemantauan dan evaluasi rawat inap, Pemantauan dan evaluasi
rawat jalan)

Uraian Materi

Pemantauan dan Evaluasi Rawat Jalan


a. Cara pemantauan dlakukan berdasarkan :
1)Status gizi
• Pengukuran BB setiap minggu, pengukuran TB setiap 1 bulan dilakukan oleh
tenaga kesehatan.

2) Konsumsi makanan
• Pengisian formulir catatan harian konsumsi khusus makanan cair diisi oleh
kader/keluarga di posyandu atau saat kunjungan rumah. Formulir ini dibawa ke
Puskesmas 1 minggu sekali.
3) Pemeriksaan Klinis
• Diperiksa oleh dokter Puskesmas setiap kali kunjungan.
b. Indikator yang dipantau berdasarkan : indikator input, indikator proses dan indikator
output.
1) Indikator input dilihat dari ketersediaan:
• mineral mix
• makanan formula
• tenaga
• alat antropometri
• obat
• media konseling
2) Indikator Proses
• Terlaksananya proses skrining
• Kunjungan rumah
• Kelengkapan pencatatan pelaporan
• Tidak terlambat melakukan rujukan
• Semua anak gizi buruk tidak ada yang Drop Out (DO).
• Semua anak rutin hadir pada setiap jadwal buka Penanganan Anak Gizi Buruk Secara
Rawat Jalan
3) Indikator Output
• Semua anak gizi buruk yang sesuai kriteria mengikuti rawat jalan.
• Peningkatan status gizi anak yang mengikuti rawat jalan
2. Evaluas Rawat Jalan
10

• Evaluasi program satu tahun sekali: mencakup jumDilakukan selama 6 bulan


untuk anak yang mengikuti program pelayanan anak gizi buruk
• lah anak yang mengikuti program, lulus, Drop Out (DO), dan meninggal.

Evaluasi dan Pemantauan Rawat Inap


1. Pemantauan Rawat Inap
a.Pemantauan Pelaksanaan PPG
• Pemantauan merupakan kegiatan pengawasan sekaligus penilaian secara
periodik terhadap proses pelaksanaan kegiatan perawatan anak gizi buruk di
PPG dengan menggunakan form pemantauan (checklist), mengacu pada Buku
Pemantauan Gizi Buruk.
Tindak lanjut pemantauan:
(1) Umpan balik laporan hasil pemantauan dan solusinya
(2) Bimbingan Teknis
• Tindak lanjut pemantauan:
(1) Umpan balik laporan hasil pemantauan dan solusinya
(2) Bimbingan Teknis
b. Pemantauan keadaan klinis dan status gizi anak
(1) Selama perawatan di PPG, pemantauan dilakukan oleh
• petugas PPG/tim asuhan gizi dengan menggunakan status pasien/formulir rekam
medik.
(2) Pasca perawatan di Puskesmas, Puskesmas pembantu
• dan Posyandu oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan atau kader dengan
menggunakan KMS.

2. Evaluasi Rawat Inap


• Evaluasi rawat inap dilakukan secara bertahap yaitu di awal, pertengahan dan
akhir pelaksanaan kegiatan.
• Penilaian dengan menggunakan Buku Pemantauan Tatalaksana Anak Gizi
Buruk.
Evaluasi dilakukan :
1) Terhadap proses pelaksanaan dan hasil kegiatan PPG.
• Evaluasi dilakukan pada saat perawatan (lihat formulir laporan bulanan
pelayanan anak gizi buruk secara rawat inap .
• Indikator keberhasilan PPG dikatakan baik jika kematian < 5% per tahun dari
semua kasus yang dirawat, tidak termasuk kematian pada 24 jam pertama.
2) Secara berkala setiap 6 bulan sekali
• Pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan dan evaluasi menggunakan
formulir pelaporan rutin Puskemas.

Pertermuan VII
Menentukan Status Gizi Anak

Pokok Bahasan :
1. Pengertian Status Gizi
11

2. Penilaian Status Gizi


3. Status Gizi Berdasarkan Antropometri
4. Parameter Antropometri
5. Indeks Antropometri
6. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks

Uraian Materi
Pengertian Status Gizi
• Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
tubuh.
• Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan
gizi lebih (Almatsier, 2005).
• Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi
yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
• Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein,
lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).
• Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua
orang (Apriadji, 1986).
• Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
energi yang dikeluarkan.
• Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran
kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).
• Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan (Nix, 2005).
• Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang
dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk
lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk
• (Apriadji, 1986).
Penilaian Status Gizi
• Menurut (Soekirman, 2012) pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua
yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian Langsung
1.Antropometri
• Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang.
• Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang
(Supariasa, 2001).
• Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi
dan protein.
• Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat
gizi yang spesifik (Gibson, 2005).
2.Klinis
12

• Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan


yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan
asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang
terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan
permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

3.Biokimia
• Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada
kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan
biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan
yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis.
4.Biofisik
• Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat
digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,
2001).

Penilaian Tidak Langsung


1.Survei Konsumsi Makanan
• Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun
keluarga.
• Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data
kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang
maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi
(Baliwati, 2004).
2.Statistik Vital
• Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-
data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka
kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan
kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
3.Faktor Ekologi
• Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi
dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis,
faktor fisik, dan lingkungan budaya.
• Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab
kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat
berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).
Status Gizi Berdasarkan Antropometri
• Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi.
13

• Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita
menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.
• Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Parameter Antropometri
• Soekirman (2012). menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.

1. Umur
• Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi.
• Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
2. Berat Badan
• Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonates).
• Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi.

Indeks Antropometri
1.Berat Badan menurut Umur (BB/U)
• Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh 1). Umur
• Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
2.Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
• Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
3.Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
• Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
badan dan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang
independent terhadap umur. Keuntungan Indeks BB/TB adalah tidak
memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal,
dan kurus).

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-Score)


Berat badan menurut Umur Berat Badan Sangat Kurang < -3 SD
(BB/U) Anak Umur 0-60 bulan Berat Badan Kurang - 3 SD sd <- 2 SD
Berat Badan Normal -2 SD sd +1 SD
14

Resiko Berat Badan Lebih : > +1 SD


Panjang Badan atau Tinggi Sangat Pendek <-3 SD
Badan menurut Umur (PB atau Pendek - 3 SD sd <- 2 SD
TB/U) Anak Umur 0-60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi > +3 SD
Berat Badan menurut Panjang Gizi Buruk <-3 SD
Badan atau Tinggi Badan Gizi Kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(BB/PB atau TB) Anak Umur 0- Gizi Baik -2 SD sd +1 SD
60 bulan Berisiko Gizi Lebih > + 1 SD sd + 2 SD

Sumber : PMK No 2, 2020


Contoh Penentuan Status Gizi Anak

1. Indeks = BB/U
Anak Laki-laki umur = 7 bln, BB = 5,9 kg (-3 SD)  Berat Badan Kurang

Umur = 7 bln, BB = 5,9 kg (-3 SD)

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-Score)


Berat badan menurut Umur Berat Badan Sangat Kurang < -3 SD
(BB/U) Anak Umur 0-60 bulan Berat Badan Kurang - 3 SD sd <- 2 SD
Berat Badan Normal -2 SD sd +1 SD
Resiko Berat Badan Lebih : > +1 SD

Umur = 7 bln, BB = 5,9 kg (-3 SD )  Berat Badan Kurang)


15

2. Indeks = PB/U
Anak Laki-laki umur = 4 bln, PB = 66,0 cm (1 SD)  Normal

Umur = 4 bl, PB = 66,0 cm (1 SD)

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Panjang Badan atau Tinggi Sangat Pendek <-3 SD


Badan menurut Umur (PB atau Pendek - 3 SD sd <- 2 SD
TB/U) Anak Umur 0-60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi > +3 SD
16

Umur = 4 bln, PB = 66,0 cm (1 SD) Normal

3. Indeks = TB/U
Anak Laki-laki umur = 26 bln, TB = 79,3 cm (-3 SD)  Pendek

Umur = 26 bln, TB = 79,3 cm (-3 SD)

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Panjang Badan atau Tinggi Sangat Pendek <-3 SD


Badan menurut Umur (PB atau Pendek - 3 SD sd <- 2 SD
TB/U) Anak Umur 0-60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi > +3 SD

4. Indeks BB/PB atau BB/TB


Anak Umur = 26
Laki-laki PBbln, TB =cm,
= 84,5 79,3
BBcm (-3 SD)
= 9,1 SD)
kg (-3 Pendek
 Pendek
17

TB = 84,5 cm, BB = 9,1 kg (-3 SD)

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Panjang Badan atau Tinggi Sangat Pendek <-3 SD


Badan menurut Umur (PB atau Pendek - 3 SD sd <- 2 SD
TB/U) Anak Umur 0-60 bulan Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi > +3 SD

TB = 84,5 cm, BB = 9,1 kg (-3 SD sd <-2 SD)  Pendek


18

Sumber Pustaka :

Kemenkes RI, 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk, Buku I. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk, Buku II. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Kemenkes RI, 2018. Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai