Pertemuan I
Diagnosa Gizi Buruk dan Gejala-Gejala Klnis Gzi Buruk
Uraian Materi :
ANAMNESIS :
Awal :
Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
Lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan dari bahan muntah atau
diare
Saat terakhir kencing
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin
Kebiasaan makan sebelum sakit
Makan/minum/menyusui pada saat sakit
Jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam beberapa hari terakhir.
Kontak dengan penderita campak atau tuberkulosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Kejadian dan penyebab kematian dari kakak atau adik
Berat badan lahir
Tumbuh kembang, misalnya : duduk, berdiri dan lain-lain
Riwayat imunisasi
Apakh ditimbang setiap bulan di Posyandu
Apakah sudah mendapatkan imunisasi lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Apakah anak tampak sangat kurus/odema/pembengkakan kedua kaki
Tanda-tanda terjadinya syok (renjatan) : tangan dan kaki dingin, nadi lemah, dan
kesadaran menurun.
Suhu tubuh : hipotermai atau demam
Kehausan
Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan : pneimonia atau gejala gagal jantung
Berat badan dan tinggi badan atau panjang badan, bandingkan dengan Tabel
(Buku I) halaman 26-29
2
Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada bagian putih mata
(conjungtiva)
Adanya perut kembung, suara usus, dan adanya suara seperti pukulan pada
permukaan air (abdominal splash)
Pucat yang sangat berat terutama pada telapak tangan (bandingkan dengan
telapak tangan ibu ibu yang tidak anemia)
Gejala pada mata: kelainan pada kornea dan konjungtiva sebagai tanda
kekurangan vitamin A
Telinga, mulut dan tenggorokan : tanda-tanda infeksi
Kulit : tanda-tanda infeksi atau adanya purpura
Tampilan (konsistensi) dari tinja.
Pertemuan II
Tatalaksana Gizi Buruk dan Kriteria serta Alur Pemeriksaan Anak Gizi Buruk
(Pokok Bahasan : Kriteria Anak Gizi Buruk, Alur Pemeriksaan Anak Gizi Buruk dan
Pengkajian Gizi)
Uraian Materi
Kriteria Anak Gizi Buruk :
d.Dehidrasi berat
• Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebh sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
4
• Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan
air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari
(Tanto dan Liwang, 2014).
e.Penurunan kesadaran
• Ketidaksadaran adalah keadaan tidak sadara terhadap diri sendiri dan
lingkungan dan dapat bersifat fiologis (tidur) ataupun patologis (koma atau
keadaan vegetative) (Avner, 2006).
• Penyebab kesadaran menurun beragam dengan karakteristik masing-masing.
• dan disertai dari salah satu atau lebih tanda komplikasi medis sebagai berikut:
anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat
tinggi, penurunan kesadaran,
• maka anak dikategorikan gizi buruk dengan komplikasi sehingga perlu
penanganan secara rawat inap.
• Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut: BB/TB < -
2 s/d -3 SD, LiLA 11,5 s/d 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik,
• Bila tidak ada komplikasi medis, maka anak dikategorikan gizi kurang dan
perlu diberikan PMT Pemulihan.
• Bila kondisi anak rawat inap sudah membaik dan tidak lagi ditemukan tanda
komplikasi medis, tanda klinis membaik (edema kedua punggung tangan atau
kaki),
• dan bila nafsu makan membaik maka penanganan anak tersebut dilakukan
melalui rawat jalan.
• Bila kondisi anak rawat inap sudah tidak lagi ditemukan tanda-tanda
komplikasi medis, tanda klinis baik
• dan bila status gizi kurang, nafsu makan baik
• maka penanganan anak dengan pemberian PMT pemulihan.
• Anak gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan melalui rawat jalan dan
PMT pemulihan,
• jika kondisi anak memburuk dengan ditemukannya salah satu tanda
komplikasi medis,
• atau penyakit yang mendasari sampai kunjungan ke tiga berat badan tidak
naik (kecuali anak dengan edema), timbulnya edema baru, tidak ada nafsu
makan
• maka anak perlu penanganan secara rawat inap.
Tugas Individu
1. Tujuan;
2. Sasaran dalam proses asuhan gizi;
3. Pengkaji gizi;
4. Sumber data;
5. Pengelolaan data pengkajian gizi;
6. Apa yang dilakukan dengan data pengkajian gizi;
7. Bahasa terstandar pengkajian gizi;
8. Sistem pendukung asuhan gizi di masyarakat;
9. Langkah-langkah pengkajian gizi;
10. Faktor-factor yang mempengaruhi pengkajian gizi;
Pengkajian Gizi :
Uraian Materi :
1. Tujuan :
Mengumpulkan, memverifikasi dan mengintepretasikan data yang dibutuhkan
untuk kasikan masalah gizi terkait penyebabnya secara signifikan. Pedoman
Proses Asuhan Gizi Puskesmas
6
6. Apa yang dilakukan dengan data pengkajian gizi? Data pengkajian gizi
(indikator) dibandingkan dengan kriteria, norma dan standar yang relevan, untuk
interpretasi dan pengambilan keputusan. Standar pembanding dapat berupa
norma dan standar nasional, institusional atau peraturan.
7. Bahasa Terstandar Pengkajian Gizi Bahasa terstandar pengkajian gizi untuk
mendukung pendekatan yang konsisten terhadap proses asuhan gizi dan
meningkatkan kualitas komunikasi dan penelitian. Bahasa terstandar untuk
pengkajian gizi sama dengan monitoring dan evaluasi gizi. Namun, tujuan dan
penggunaan data berbeda dalam dua langkah tersebut.
8. Sistem Pendukung Asuhan Gizi di Masyarakat
Sistem pendukung asuhan gizi di masyarakat terdiri dari skrining, rujukan dan
manajemen hasil (diluar lingkup PAG). Skrining adalah proses identifikasi awal
risiko masalah gizi yang bertujuan untuk menetapkan skala prioritas
penyelesaian masalah berbasis PAG Rujukan adalah proses pelimpahan
kewenangan penyelesaian masalah pada tingkat yang lebih tinggi. Manajemen
hasil melibatkan pengumpulan data beberapa klien/ populasi untuk menentukan
apakah intervensi gizi mempengaruhi hasil kesehatan atau tidak. Masalah
populasi dapat dipengaruhi oleh pendanaan, kebijakan, dan peraturan institusi
atau sesuai kebutuhan yang dirasakan.
9. Langkah-langkah Pengkajian Gizi
Review: Mengumpulkan, memilah, validasi data. Jenis data dan metoda
pengambilan data disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien b. Cluster: Data
dikelola dan dikelompokkan sesuai dengan 5 domain. Tentukan “defining
characteristic” atau karakter penentu (tanda dan gejala) dari diagnosis yang
diduga c. Identifikasi: Membandingkan data-data dengan standar rujukan yang
disepakati (standar pembanding = norma dan standar nasional, institusional atau
peraturan); Mengidentifikasi kemungkinan problem, etiologi, sign dan symptom.
8
No Faktor – Faktor
1. Biologis :
- Jenis Kelamin
- Keturunan/Genetik
- Umur
2. Gaya Hidup
- Aktivitas fisik - Praktik keselamatan seperti
- Diet memakai sabuk pengaman
- Hobi - Perawatan diri (medis)
- Aktivitas waktu luang - Manajemen stress
- Penggunaan obat-obatan - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Penggunaan NAPZA termasuk
minuman beralkohol
- Rokok, cerutu, tembakau
kunyah
- Keyakinan budaya
- Nilai budaya
Pertemuan VI
Pemantauan dan Evaluasi Gizi Buruk
(Pokok Bahasan : Pemantauan dan evaluasi rawat inap, Pemantauan dan evaluasi
rawat jalan)
Uraian Materi
2) Konsumsi makanan
• Pengisian formulir catatan harian konsumsi khusus makanan cair diisi oleh
kader/keluarga di posyandu atau saat kunjungan rumah. Formulir ini dibawa ke
Puskesmas 1 minggu sekali.
3) Pemeriksaan Klinis
• Diperiksa oleh dokter Puskesmas setiap kali kunjungan.
b. Indikator yang dipantau berdasarkan : indikator input, indikator proses dan indikator
output.
1) Indikator input dilihat dari ketersediaan:
• mineral mix
• makanan formula
• tenaga
• alat antropometri
• obat
• media konseling
2) Indikator Proses
• Terlaksananya proses skrining
• Kunjungan rumah
• Kelengkapan pencatatan pelaporan
• Tidak terlambat melakukan rujukan
• Semua anak gizi buruk tidak ada yang Drop Out (DO).
• Semua anak rutin hadir pada setiap jadwal buka Penanganan Anak Gizi Buruk Secara
Rawat Jalan
3) Indikator Output
• Semua anak gizi buruk yang sesuai kriteria mengikuti rawat jalan.
• Peningkatan status gizi anak yang mengikuti rawat jalan
2. Evaluas Rawat Jalan
10
Pertermuan VII
Menentukan Status Gizi Anak
Pokok Bahasan :
1. Pengertian Status Gizi
11
Uraian Materi
Pengertian Status Gizi
• Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam
tubuh.
• Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan
gizi lebih (Almatsier, 2005).
• Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi
yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
• Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein,
lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).
• Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh semua
orang (Apriadji, 1986).
• Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
energi yang dikeluarkan.
• Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran
kebutuhan individu (Wardlaw, 2007).
• Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang
dikeluarkan (Nix, 2005).
• Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang
dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk
lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk
• (Apriadji, 1986).
Penilaian Status Gizi
• Menurut (Soekirman, 2012) pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua
yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian Langsung
1.Antropometri
• Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang.
• Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang
(Supariasa, 2001).
• Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi
dan protein.
• Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat
gizi yang spesifik (Gibson, 2005).
2.Klinis
12
3.Biokimia
• Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada
kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan
biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan
yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis.
4.Biofisik
• Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat
digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,
2001).
• Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita
menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.
• Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Parameter Antropometri
• Soekirman (2012). menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi
dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
1. Umur
• Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi.
• Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi
salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
2. Berat Badan
• Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonates).
• Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi.
Indeks Antropometri
1.Berat Badan menurut Umur (BB/U)
• Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh 1). Umur
• Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
2.Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
• Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
3.Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
• Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi
badan dan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang
independent terhadap umur. Keuntungan Indeks BB/TB adalah tidak
memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal,
dan kurus).
1. Indeks = BB/U
Anak Laki-laki umur = 7 bln, BB = 5,9 kg (-3 SD) Berat Badan Kurang
2. Indeks = PB/U
Anak Laki-laki umur = 4 bln, PB = 66,0 cm (1 SD) Normal
3. Indeks = TB/U
Anak Laki-laki umur = 26 bln, TB = 79,3 cm (-3 SD) Pendek
Sumber Pustaka :
Kemenkes RI, 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk, Buku I. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk, Buku II. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
Kemenkes RI, 2018. Pedoman Proses Asuhan Gizi Puskesmas. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.