Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ESKALASI KOMITMEN
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan

Dosen : Dr. Abdul Kahar, SE., M.Si., Ak.

Disusun oleh :

Fina Restiana (C30120047) Vidiatun Muawwana (C30120176)

Nengah Adi Wirawan (C30120070) Andini Uwete (C30120196)

Ni Ketut Riskiani (C30120166) Rian Rinobert Pampey (C30120200)

Dini Anggriani S.A. Muduto (C30120172)

KELAS AK5

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Eskalasi

Komitmen” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

bapak Dr. Abdul Kahar, SE., M.Si., Ak. pada mata kuliah akuntansi keperilakuan.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang eskalasi

komitmen.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini. Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati kami memohon

maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada hal yang kurang berkenan di hati para

pembaca sekalian. Semoga para pembaca mendapatkan banyak manfaat setelah

membaca makalah ini.

Palu, 5 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

2.1 Eskalasi Komitmen……………………………...………………..………... 3

2.2 Paradigma Eskalasi Unilateral dan Kompetitif…………………………...... 6

2.3 Strategi Mengurangi Eskalasi……...…………............................................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 10

3.2 Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pasti dihadapkan pada suatu pilihan

yang memerlukan adanya pengambilan keputusan. Adanya pilihan dan pengambilan

keputusan juga ada dalam dunia bisnis. Pada proses pengambilan keputusan baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia bisnis, kebutuhan informasi merupakan

hal yang sangat penting. Informasi yang tersedia sangat mempengaruhi keputusan apa

yang akan diambil nantinya.

Di dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yang bertindak sebagai pengambil

keputusan, salah satunya adalah manajer perusahaan. Seorang manajer dituntut untuk

mengambil keputusan yang menguntungkan bagi perusahaan. Dengan adanya

tuntutan tersebut, manajer pasti dihadapkan pada beberapa pilihan dan tidak menutup

kemungkinan terjadi dilemma saat pengambilan keputusan. Dilema tersebut muncul

karena keputusan yang akan diambil oleh manajer berpengaruh vital bagi perusahaan.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, seorang manajer dituntut untuk

mampu berpikir dan tanggap dalam pengambilan keputusan dan harus teguh pada

1
pendirian keputusan yang dipilihnya. Oleh karenanya komitmen menjadi salah satu

faktor penentu didalam organisasi karena pengambilan keputusan yang tanpa adanya

komitmen akan mengakibatkan risiko kerugian yang lebih besar kelak di kemudian

hari.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu paradigma eskalasi unilateral?

1.2.2 Apa itu paradigma eskalasi kompetitif?

1.2.3 Bagaimana strategi mengurangi eskalasi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui tentang paradigma eskalasi unilateral.

1.3.2 Untuk mengetahui tentang paradigma eskalasi kompetitif.

1.3.3 Untuk mengetahui strategi mengurangi eskalasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Eskalasi Komitmen

Definisi mengenai eskalasi komitmen menurut Suartana (2010:108) adalah

komitmen seorang pengambil keputusan untuk tetap melanjutkan dan memperluas

komitmen awalnya terhadap pelaksanaan suatu investasi proyek atau usaha-usaha

tertentu yang sudah tidak menguntungkan atau memberikan umpan balik yang

negative. Sedangkan encyclopedia the free dictionary mendefinisikan eskalasi

komitmen sebagai fenomena dimana orang memutuskan untuk meningkatkan atau

menambahkan investasinya, walaupun bukti baru menjelaskan bahwa keputusan yang

telah dilakukan adalah salah. Menurut Hermann et al. (1999), eskalasi komitmen

merujuk pada sejumlah situasi dimana para pembuat keputusan terus manjalankan

dan menggunakan sumberdaya-sumberdaya ekonomi perusahaan untuk suatu atas

suatu tindakan setelah memperoleh umpan balik negatif, yaitu informasi yang

menganjurkan bahwa tindakan-tindakan sebelumnya tidak memberikan efek seperti

yang dinginkan.

Dari definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan eskalasi komitmen dapat

diartikan sebagai tindakan meningkatkan atau memperluas suatu komitmen awal

3
terhadap suatu proyek atau investasi tertentu meskipun proyek atau investasi tersebut

telah memberikan umpan balik yang negatif atau tidak menguntungkan. Komitmen

yang dimaksud disini ditekankan pada tingkat keterikatan individu terhadap suatu

proyek.seperti disebutkan sebelumnya, eskalasi komitmen pada umumnya dilakukan

oleh para pengambil keputusan.

Berikut adalah ilustrasi mengenai eskalasi komitmen:

1. Seorang direktur utama bank X memberikan kredit Rp 100 juta kepada

seorang pengusaha kecil A untuk memulai usaha bisnis tahu-tempe.

Pinjaman dan bunganya harus dikembalikan dalam waktu satu tahun.

Namun setelah empat bulan kemudian, pengusaha datang lagi ke direktur

utama bank X untuk meminta tambahan pinjaman Rp 50 juta untuk

melanjutkan usahanya. Menurut pengusaha tersebut, jika bank X tidak

memberikan tambahan pinjaman, maka usaha tahu-tempe yang telah

dirintisnya terancam akan bangkrut dan pengembalian pinjaman Rp 100

juta terancam macet. Mendengar argumentasi tersebut, direktur ban X

memutuskan untuk menyetujui permintaan tersebut.

2. Andi telah menghabiskan waktu 3 tahun dan dana sebesar Rp 120 juta

untuk kuliah di suatu program doctor universitas negeri. Pada akhir tahun

ketiga, ia baru menyadari bahwa prospek kerja dari program studi yang

diambilnya sangat tidak cerah. Namun karena telah menghabiskan waktu 3

tahun dan dana yang besar, maka ia memutuskan untuk tetap melanjutkan

4
studinya dengan konsekuensi waktu dan dana untuk menyelesaikan

doktornya adalah sekitar 5 tahun dan Rp 200 juta.

Pada ilustrasi pertama, keputusan direktur utama bank X untuk memenuhi

permintaan pengusaha A dapat mengakibatkan bank tersebut menderita kerugian

minimal Rp 150 juta jika usaha bisnis tahu-tempe kemudian gagal. Padahal, jika

permintaan pengusaha A tidak setujui (tetap bertahan pada komitmen awalnya), maka

bank X kemungkinan hanya akan menderita kerugian Rp 100 juta.

Pada ilustrasi kedua, keputusan Andi tetap melanjutkan studinya dapat

mengakibatkan ia kehilangan waktu 5 tahun dan dana sebesar Rp 200 juta untuk hal

yang tidak prospektif. Padahal jika ia memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya,

ia hanya kehilangan waktu 3 tahun dan dana sebesar Rp 120 juta.

Faktor-faktor penyebab terjadinya eskalasi komitmen:

1. Bias perseptual. Bias ini terjadi karena manajer/individu tetap komitmen

dengan keputusan sebelumnya meskipun kinerja actual dari proyek

investasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Manajer/individu cenderung

lebih memperhatikan aspek-aspek atau informasi positif dari pada aspek-

aspek negatif berkenaan dengan prospek investasi perusahaan setelah

membuat keputusan awalnya.

2. Bias pertimbangan. Bias ini terjadi karena sekali seorang manajer/individu

menyaring informasi yang akan digunakan dalam pembuatan suatu

5
keputusan berikutnya. Pertimbangan pengambilan keputusan berikutnya

akan dipengaruhi oleh sejumlah informasi yang telah disaring dalam

keputusan sebelumnya.

3. Impresi manajemen. Manajer yang membuat komitmen pada langkah awal

cenderung memberikan informasi yang mengkonfirmasi kebenaran

langkahnya kepada orang lain dibandingkan dengan informasi yang

mendiskonfirmasi langkahnya. Dengan kata lain manajer cenderung tidak

ingin mengakui kesalahan pada orang lain. Selain itu manajer juga akan

berusaha tampil konsisten dihadapan orang lain, dan bukti langkah yang

konsisten adalah dengan cara meningkatkan komitmen pada langkah awal

yang dibuat manajer tersebut.

4. Ketidakrasionalan persaingan. Definisi dari ketidakrasionalan persaingan

disini adalah situasi yang melibatkan dua pihak dalam suatu aktivitas yang

memberikan hasil tidak rasional untuk kedua belah pihak, tetapi sulit bagi

keduanya mengenali langkah tidak rasional.

2.2 Paradigma Eskalasi Unilateral Dan Kompetitif

2.2.1 Paradigma eskalasi unilateral

Paradigma eskalasi unilateral menyatakan bahwa semua kekuatan justifikasi

yang mengakibatkan perilaku eskalasi yang tidak rasional berada dalam diri para

individual sendiri. Dengan kata lain, para individu melakukan eskalasi komitmen

6
dikarenakan mereka terikat pada komitmen-komitmen awal mereka sendiri. Staw

(1976) menyimpulkan bahwa rasa bertanggung jawab oleh para pembuat keputusan

terhadap keputusan awalnya secara signifikan mengkaburkan keputusan selanjutnya.

Schoorman, dan Goodman (1980) dalam Bazerman (1994) juga menemukan

bahwa kecenderungan untuk eskalasi secara signifikan dipengaruhi oleh:

1. Derajat kekecewaan yang dirasakan oleh pembuat keputusan ketika umpan

balik negatif dari keputusan awal diperoleh.

2. Persepsi tentang pentingnya tentang keputusan tersebut.

3. Persepsi hubungan antara kedua keputusan.

2.2.2 Paradigma eskalasi kompetitif

Sama seperti paradigma unilateral, eskalasi dalam paradigma ini terjadi karena

pengambil keputusan merasa bahwa mereka sudah terlalu banyak berinvestaasi dalam

proyek tersebut sehingga rugi kalau tidak melanjutkan dan memperluas proyek

tersebut. Dalam paradigma kompetitif, tambahan usaha kompetitif menjadi memakan

proses eskalasi komitmen. Bagian ini mengamati proses eskalasi dalam situasi

persaingan. Hasrat untuk mendapatkan keuntungan yang besar di masa depan

memberikan motivasi tambahan bagi para manajer/individu untuk melakukan eskalasi

komitmen.

Salah satu strategi kognitif untuk mengidentifikasi jebakan kompetisi adalah

untuk mencoba mempertimbangkan keputusan dari perspektif keputusan yang dibuat

7
oleh orang lain. Contoh dalam pelelangan, strategi ini akan dengan cepat mengatakan

kepada anda bahwa pelelangan tersebut terlihat sama menariknya bagi penawar yang

lain seperti halnya bagi anda. Dengan pengetahuan ini, anda dengan tepat bisa

memprediksi apa yang akan terjadi dalam pelelangan.

Paradigma eskalasi kompetitif sangat umum dibarengi dengan paradigma

unilateral. Dalam tiap-tiap kasus, pembuat keputusan membuat suatu keputusan awal

dimana dia rasa perlu untuk dibenarkan melalui keputusan dimasa depan, dan

pembuat keputusan merasa bahwa dia terlalu banyak berinvestasi untuk berhenti.

Namun ada satu perbedaan utama antara kedua paradigma ini, yaitu persaingan

dengan pihak lain. Dalam paradigma kompetitif, keinginan untuk menang menjadi

motivasi tambahan untuk meningkatkan komitmen.

2.3 Strategi Mengurangi Eskalasi

Secara umum dikatakan bahwa dalam setiap situasi pengambilan keputusan

investasi, para manajer atau individu perlu menyadari bahwa waktu dan biaya yang

telah mereka investasikan dalam suatu proyek yang tidak memberikan manfaat

seperti yang diharapkan merupakan sunk cost. Artinya, semua waktu dan biaya

tersebut adalah biaya masa lalu yang tidak dapat diperoleh kembali dan seharusnya

tidak dipertimbangkan lagi dalam pengambilan keputusan berikutnya. Para

manajer/individu seharusnya perlu mempertimbangkan semua alternatif tindakan

8
dengan mengevaluasi biaya dan benefits masa depan yang berhubungan dengan

masing-masing alternative tersebut.

Untuk mengurangi perilaku eskalasi, para manajer perlu mengidentifikasi

perilaku yang tidak rasional yang ada dalam diri mereka masing-masing, tidak

melihat perilaku tersebut dan siap untuk berubah. Menurut Bazeman (1994), kunci

untuk menghilangkan perilaku eskalasi komitmen adalah kemampuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan perilaku eskalasi. Untuk

mengeliminasi bias perseptual, maka diperlukan sejumlah prosedur korektif.

Perusahaan perlu secara hati-hati mencari cara untuk mendiskonfirmasi informasi dan

juga untuk mengkonfirmasi informasi yang intuitif mereka cari. Untuk mengeliminasi

bias pertimbangan, perusahaan perlu mendapatkan individu manajer yang mampu

menilai keputusan-keputusan baru dari sudut pandang netral, dan mampu

meminimalisir resiko dari suatu keputusannya. Untuk mengeliminasi impresi

manajemen, perusahaan perlu menciptakan sistem-sistem baru, dimana dapat

memberikan pengharagaan kepada manajer yang membuat keputusan dengan baik.

Hal ini diperlukan agar manajer terdorong untuk membuat keputusan yang terbaik

sehingga dapat lebih hati-hati dalam membuat keputusan. Untuk mengeliminasi

ketidakrasionalan pesaing, rekomendasi yang diberikan adalah para manajer perlu hti-

hati dalam investasi proyek yang tampak seperti memberikan banyak peluang

menguntungkan. Peluang-peluang tersebut dapat menjadi perangkap bagi perusahaan

jika tidak dipertimbangkan dengan cermat.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Eskalasi komitmen merupakan tindakan seorang individu untuk meningkatkan

komitmen awalnya terhadap suatu proyek yang dijalankannya meskipun proyek

tersebut telah memberikan umpan yang negatif atau tidak mengntungkan. Beberapa

faktor penyebab terjadinya eskalasi komitmen antara lain bias perseptual, bias

pertimbangan, impresi manajemen, dan ketidakrasionalan persaingan. Faktor-faktor

tersebut dapat di atasi dengan membuat strategi-strategi yang tepat, dimana

dibutuhkan kecermatan dalam melakukannya.

3.2 Saran

Dalam penulisan, makalah ini tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan.

Kami berharap agar makalah ini dapat dikembangkan sebagai acuan dalam

menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai eskalasi komitmen. Adapun

saran yang ingin kami sampaikan mengenai makalah ini yaitu dalam prakteknya,

manajer/individu harus mempertimbangkan informasi-informasi yang diperoleh

sebelum membuat keputusan yang sesuai dengan komitmen awalnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/375111138/ESKALASI

http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JIMA/article/viewFile/241/236

http://www.researchgate.net/publication/329761109_ESCALATION_COMMITMEN

T_DALAM_PENGAMBILAN_KEPUTUSAN_INVESTASI_PROYEK_DAN_SOL

USI_PENCEGAHANNYA

11

Anda mungkin juga menyukai