WUDHU’
KELOMPOK 5
2. Neka Novreza
3. Dety Kurnia
4. Agnes Monica
5. Rince Novalika
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "WUDHU’" dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Motoring Agama. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang tata cara dan hukum berwudhu’ bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Elsita selaku dosen Mata Pelajaran
Motoring Agama. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penulisan makalah ini . Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan
demi kesempurnaan makalah ini .
DAFTAR ISI
Cover.......................................................................................
Kata Pengantar........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Makalah.....................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................
A. Pengertian wudhu..................................................................
B. Rukun-rukun wudhu..............................................................
C. Syarat- syarat wudhu.............................................................
D. Sunah-sunah wudhu...............................................................
E. Hal-hal yang membatalkan wudhu........................................
A. Kesimpulan..............................................................
B. Daftar Pustaka..........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari pergaulan antar sesama dan
hubungan dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang berakal, sudah selayaknya ketika
menghadap Tuhannya harus mematuhi rambu-rambu yang digariskan oleh syara’. Bahkan, ketika
bermunajat dengan Sang Khaliq pun, harus diperhatikan aturan mainnya, diantaranya adalah
dengan melakukan thaharah sebagai mediator dalam beribadah kepaad Alloh.
Setiap kegiatan ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah) terlebih
dahulu mulai dari wuhdu. Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Alloh ‘azza Wa Jalla
tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai pendahuluan bagi shalat dan ibadah lainnya. Di
dalamnya terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya
seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir batin. Sebab kata ini
sendiri berasal dari kata yang mengandung makna “kebersihan dan keindahan”.
Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga disyariatkan
pada seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu dalam kondisi
bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam keadaan senang ataupun susah
dan kurang menyenangkan (seperti saat muslim hujan dan dingin).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian wudhu’ dan dasar hukumnya?
2. Apa saja rukun-rukun wudhu’
3. Apa saja syarat-syarat wudhu’?
4. Apa saja sunnah-sunnah wudhu’?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu’?
c. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengerian wudhu’ dan dasar hukumnya
2. Untuk mengetahui rukun-rukun wudhu’
3. Untuk mengetahui syarat-syarat wudhu’
4. Untuk mengetahui sunah- sunah wudhu’
5. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan wudhu’
BAB II
PEMBAHASAN
b. Sabda Rosululloh
َ صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ َد
ث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء َ َالَيَ ْقبَ ُل هللا
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats, sehingga ia
berwudhu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak zaman
Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa ia adalah ketentuan
yang berasal dari agama.
B. Rukun Wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:
1. Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah
2. Membasuh waja
3. Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki
6. Tertib
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga yang
menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
4 (empat) rukun menurut Al-Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wudhu itu hanya ada 4
sebagamana yang disebutkan dalam Nash Qur’an.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Malikiyah menambahkan dengan keharusan niat, ad-dalk yaitu
menggosok anggota wudhu, sebab menurut beliau sekedar mengguyur anggota wudhu dengan air
masih belum bermakna mencuci/membasuh, juga beliau menambahkan kewajiban muwalat.
6 (enam) rukun menurut As-Syafi’iyah menambahnya dengan niat pembasuhan dan usapan
dengan urut, tidak boleh terbolak balik. Istilah yang beliau gunakan adalah harus tertib.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Hanabilah mengatakan bahwa harus niat, tertib dan muwalat,
yaitu berkesinambungan. Maka tidak boleh terjadi jeda antara satu anggota dengan anggota yang
lain yang sampai membuatnya kering dari basahnya air bekas wudhu.
C. Syarat-syarat Wudhu
1. Dikerjakan dengan air mutlaq
2. Mengalirkan air di atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air, yaitu perubahan yang merusakkan
nama air mutlak itu
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan anggota yang
dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats
D. Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat berwudhu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x (tiga
kali)
3. Berkumur
4. Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung) Dan sunnah mengeraskan berkumur dan
beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan makruh bagi yang puasa. Berkumur dan istinsyaq
dilakukan 3x.
5. Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari tagan kiri
di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah dikeluarkan dengan
jari kelingking tangan kiri.
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga Dalam mengusap
telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang habis digunakan mengusap kepala.
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-sela
jari
Caranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak tangan di atas
telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan lain. Dan caranya pada kaki
adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki, dimulai dari jari kelingking kaki kanan
dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian bawah kaki.
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai bawah dan
membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua kepala mulai dari
tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan membasuh kedua kaki
dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki
12. Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata pada
basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata pada basuhan
kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah diteruskan dengan
basuhan kali kedua dan ketiga.
13. Menghadap kiblat
14. Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang lama,
sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.
15. Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa dilakukan
Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada
tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah harusnya, kamu dimulai
dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa digunakan untuk mencuci muka dan
anggota tubuh lainnya.
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari tidur. Sesuai hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
ً َلَهَا ثَال€ا ِء َحتَّى يَ ْغ ِس€€َ َدهُ فِى ْااِإل ن€َ ْد ِخلْ ي€ُِإ َذ ا ْستَ ْيقَظَ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن نَ ْو ِم ِه فَالَ ي
ث
.ُت يَ ُده ْ َفَِإنَّهُ الَيَ ْد ِرى َأي َْن بَات
Artinya:“Jika seorang diantara kalian bangun dari tidur, maka janganlah ia memasukkan
tangannya ke dalam wadah air hingga dia mencucinya sebanyak 3x. Sebab dia tidak tahu di
tempat mana tangannya berada sebelumnya.”
16. Menyela-nyela jenggot yang lebat
17. Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang kiri,
mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18. Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun jangan
sampai terlalu kikir
B. Rukun Wudhu
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan dari telapak sampai siku
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaku beserta kedua mata kaki
6. Tertib
C. Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur
4. Istinsyak (menghirup air ke dalam hidung)
5. Istinsar (membuang air dari hidung)
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-sela
jari
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12. Membasuh dua atau tiga kali
13. Menghadap kiblat
14. Langsung atau berurutan
E. Syarat-syarat Wudhu
1. Dikerjakan dengan air mutlak
2. Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malibary, Zainuddin bin Muhammad Al-Ghozaly. Fathul Mu’in. Surabaya: Darul Ilmi, tt.
Al-Qaradhawi Yusuf. Fiqih Thoharoh. Jl. Cipinang Muara Raya No. 63 Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar. 2004.
Al-Thoyaar, Abdullah bin Muhammad. Risalah fi Al-Fiqh. Al-Muyassar Cet I. Riyadh: Madar Al
Watoni lin Nasyr. tt.
Mas’ud, Ibnu dan Zainal Abidin. Fiqih Madzab Imam Syafi’I, Bandung: Pustaka Setia Bandung.
2007.