Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

WUDHU’

KELOMPOK 5

Disusun oleh : 1. Via Tamara

2. Neka Novreza

3. Dety Kurnia

4. Agnes Monica

5. Rince Novalika

Dosen Pembimbing : Ibu Elsita


Program Studi : Mentoring Agama

LP31 COLLEGE BENGKULU


TAHUN 2021/2022
Jl N, Remartadinata No56 Kec. Kandang Mas Kel. Kp.Melayu. Kota Bengkulu
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "WUDHU’" dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Motoring Agama. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang tata cara dan hukum berwudhu’ bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Elsita selaku dosen Mata Pelajaran
Motoring Agama. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penulisan makalah ini . Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan
demi kesempurnaan makalah ini .
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................

Kata Pengantar........................................................................

Daftar Isi ................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Makalah.....................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................
A. Pengertian wudhu..................................................................
B. Rukun-rukun wudhu..............................................................
C. Syarat- syarat wudhu.............................................................
D. Sunah-sunah wudhu...............................................................
E. Hal-hal yang membatalkan wudhu........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................
B. Daftar Pustaka..........................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari pergaulan antar sesama dan
hubungan dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang berakal, sudah selayaknya ketika
menghadap Tuhannya harus mematuhi rambu-rambu yang digariskan oleh syara’. Bahkan, ketika
bermunajat dengan Sang Khaliq pun, harus diperhatikan aturan mainnya, diantaranya adalah
dengan melakukan thaharah sebagai mediator dalam beribadah kepaad Alloh.
Setiap  kegiatan ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah) terlebih
dahulu mulai dari wuhdu. Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Alloh ‘azza Wa Jalla
tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai pendahuluan bagi shalat dan ibadah lainnya. Di
dalamnya terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya
seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir batin. Sebab kata ini
sendiri berasal dari kata yang mengandung makna “kebersihan dan keindahan”.
Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga disyariatkan
pada seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu dalam kondisi
bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam keadaan senang ataupun susah
dan kurang menyenangkan (seperti saat muslim hujan dan dingin).

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian wudhu’ dan dasar hukumnya?
2.      Apa saja rukun-rukun wudhu’
3. Apa saja syarat-syarat wudhu’?
4.     Apa saja sunnah-sunnah wudhu’?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu’?

c. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengerian wudhu’ dan dasar hukumnya
2. Untuk mengetahui rukun-rukun wudhu’
3. Untuk mengetahui syarat-syarat wudhu’
4. Untuk mengetahui sunah- sunah wudhu’
5. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan wudhu’
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1.      Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa) menjelaskan bahwa
jika dikatakan wadhu’ (ْ‫)اَ ْل َوضُوء‬, maka yang dimaksud adalah air yang digunakan berwudhu.
Bila dikatakan wudhu ( ْ‫)الُوضُوء‬, maka yang diinginkan di situ adalah perbuatannya. Jadi,
wudhu adalah perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu terambil dari kata al-
wadho’ah / kesucian (ْ ‫)اَ ْل َوضُوء‬. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.”
2.      Pengertian Secara Syari’at
Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan Hafishohulloh:

ِ ‫ضا ِء ْاالَرْ بَ َع ِة َعلَى‬


‫صفَ ٍة‬ َ ‫ اَ ْستَ ْع ِم ُل َما ٍء طَه ُْو ٍر ِفى اَْأل ْع‬: ‫َم ْعنَى ْال ُوض ُْو ِء‬
ِ ْ‫ص ٍة فِى ال َّشر‬
‫ع‬ َ ‫َم ْخص ُْو‬
Artinya: mak awudhu adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada anggota-anggota
badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata cara yang khusus menurut
syariat”.
Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan kepada Alloh
Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata cara yang khusus.
Disyari’atkan wudhu ditegaskan berdasarkan 3 macam alasan:

a. Firman Alloh dalam surat Al-Maidah ayat 6


‫ ٰاا َم ُن ْٓو الَّ ِذي َْن ٰ ٓيا َ ُّي َها‬ ‫َو َه ُكمْ ج ُْووُ ْاو ْغسِ اُل َفةِوالص َّٰلى ِا َلقُمْ ُت ْم ا َِذا‬
‫ُامْسح ُْو َاو ِفق ِْال َم َراى ِا َل َي ُكمْ ا َ ْي ِد‬
َ ‫مْوء ُِبر‬ ْ ‫ْل َكعْ َب ْي ۗ ِناى ِا َل ُج َل ُكمْ رْ اَ َوسِ ُك‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki”.

b.      Sabda Rosululloh
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ َد‬
‫ث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء‬ َ َ‫الَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats, sehingga ia
berwudhu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c.       Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak zaman
Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa ia adalah ketentuan
yang berasal dari agama.

B.     Rukun Wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:
1.      Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah
2.      Membasuh waja
3.      Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku
4.      Membasuh sebagian kepala
5.      Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki
6.      Tertib
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga yang
menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
4 (empat) rukun menurut Al-Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wudhu itu hanya ada 4
sebagamana yang disebutkan dalam Nash Qur’an.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Malikiyah menambahkan dengan keharusan niat, ad-dalk yaitu
menggosok anggota wudhu, sebab menurut beliau sekedar mengguyur anggota wudhu dengan air
masih belum bermakna mencuci/membasuh, juga beliau menambahkan kewajiban muwalat.
6 (enam) rukun menurut As-Syafi’iyah menambahnya dengan niat pembasuhan dan usapan
dengan urut, tidak boleh terbolak balik. Istilah yang beliau gunakan adalah harus tertib.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Hanabilah mengatakan bahwa harus niat, tertib dan muwalat,
yaitu berkesinambungan. Maka tidak boleh terjadi jeda antara satu anggota dengan anggota yang
lain yang sampai membuatnya kering dari basahnya air bekas wudhu.

C.    Syarat-syarat Wudhu
1.      Dikerjakan dengan air mutlaq
2.      Mengalirkan air di atas anggota yang dibasuh
3.      Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air, yaitu perubahan yang merusakkan
nama air mutlak itu
4.      Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan anggota yang
dibasuh
5.      Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats

D.    Sunah-sunah Wudhu
1.      Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat berwudhu
2.      Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x (tiga
kali)
3.      Berkumur
4.      Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung) Dan sunnah mengeraskan berkumur dan
beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan makruh bagi yang puasa. Berkumur dan istinsyaq
dilakukan 3x.
5.      Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari tagan kiri
di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah dikeluarkan dengan
jari kelingking tangan kiri.
6.      Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga Dalam mengusap
telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang habis digunakan mengusap kepala.
7.      Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-sela
jari
Caranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak tangan di atas
telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan lain. Dan caranya pada kaki
adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki, dimulai dari jari kelingking kaki kanan
dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian bawah kaki.
8.      Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari
9.      Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10.  Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai bawah dan
membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua kepala mulai dari
tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan membasuh kedua kaki
dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki
11.  Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki
12.  Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata pada
basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata pada basuhan
kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah diteruskan dengan
basuhan kali kedua dan ketiga.
13.  Menghadap kiblat
14.  Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang lama,
sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.
15.  Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa dilakukan
Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada
tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah harusnya, kamu dimulai
dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa digunakan untuk mencuci muka dan
anggota tubuh lainnya.
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari tidur. Sesuai hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
ً َ‫لَهَا ثَال‬€‫ا ِء َحتَّى يَ ْغ ِس‬€€َ‫ َدهُ فِى ْااِإل ن‬€َ‫ ْد ِخلْ ي‬€ُ‫ِإ َذ ا ْستَ ْيقَظَ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن نَ ْو ِم ِه فَالَ ي‬
‫ث‬
.ُ‫ت يَ ُده‬ ْ َ‫فَِإنَّهُ الَيَ ْد ِرى َأي َْن بَات‬
Artinya:“Jika seorang diantara kalian bangun dari tidur, maka janganlah ia memasukkan
tangannya ke dalam wadah air hingga dia mencucinya sebanyak 3x. Sebab dia tidak tahu di
tempat mana tangannya berada sebelumnya.”
16.  Menyela-nyela jenggot yang lebat
17.  Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang kiri,
mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18.  Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun jangan
sampai terlalu kikir

E.     Hal-hal yang Membatalkan Wudhu

1.      Kencing dan Buang Air Besar


Hal yang membatalkan wudhu dan disepakati bersama adalah keluarnya kencing dan tinja
dari seseorang. Tentang batalnya wudhu karena kencing dan tinja adalah sesuatu yang sudah
sangat diketahui dan disepakati dan sudah jelas tidak memerlukan dalil untuk
menjelaskannya.
2.      Madzi dan Wadi
Termasuk yang membatalkan yang keluar dari kemaluan depan seorang laki-laki adalah madzi
dan wadi.
Madzi adalah sesuatu yang keluar dari penis seseorang lelaki setelah dia bercumbu, melihat atau
berpikir mengenai seks. Dia adalah air yang kental yang keluar dengan cara mengalir dan tidak
memancar laksana mani. Sedangkan wadi adalah air berwarna putih yang keluar setelah buang air
kecil. Keduanya membatalkan wudhu laksana kencing, dan tidak ada kewajiban apa-apa lagi bagi
seseorang yang keluar madzi dan wadi kecuali istinja’ dan wudhu.
3.      Keluarnya Angin dari Anus
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa Rosululloh
SAW bersabda:
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ َد‬
‫ث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء‬ َ َ‫لاَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats, sehingga ia
berwudhu”. Abu Hurairah menafsirkan kata “hadats”, di sini ada orang bertanya kepadanya: “apa
yang dimaksud dengan hadats”? Dia berkata: kentut yang tidak ada suaranya dan kentut yang ada
suaranya. Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid dari Ashim Al-Anshari,
bahwa dia mengadukan sesuatu kepada Rosululloh tentang seseorang yang ragu merasakan
sesuatu pada saat shalat yakni dia merasakan ada angin keluar dari anusnya, maka Rosululloh
SAW bersabda:
‫ص ْوتًا َأ ْو يَ ِج َد ِر ْيحًا‬
َ ‫ف َحتَّى يَ ْس َم َع‬ َ ‫الَيَ ْنفَتِلْ َأ ْو الَ يَ ْن‬
ْ ‫ص ِر‬
Artinya“Janganlah dia berhenti (berpaling) hingga dia mendengar bunyi atau dia mencium bau”.
dia masih tetap berada dalam keadaan suci dan dalam wudhunya, karena itu adalah keyakinan,
dan keyakinan tidak hilang disebabkan keraguan, lain halnya jiak dia mendengar suara kentutnya
atau mencium baunya.
4.      Tidur Berat
Hal yang disepakati membalatkan wudhu adalah tidur berat dan panjang. Sebagaimana tidurnya
seseorang yang tidur di malam hari, kemudian dia bangun pagi. Sedangkan yang berupa kantuk,
maka dia tidak membatalkan wudhu, sebab itu adalah tidur ringan.
‫م‬.‫ان َأصْ َحابُ َرس ُْو ُل هللاِ ص‬ َ ‫ ( َك‬:‫ال‬َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ِ ‫س اب ِْن َمالِ ِك َر‬ ِ َ‫َع ْن َأن‬
َّ ‫ُصلُّ ْو َن َوالَ يَتَ َو‬
‫ضُؤ َن‬ َ ‫ق َرُؤ ُسهُ ْم ثُ َّم ي‬ َ ِ‫َعلَى َع ْه ِد ِن يَ ْنتَ ِظر ُْو َن ْال ِع َشا َء َحتَّى تَحْ ف‬
‫ فِو ُم ْسلِ ٍم‬€ُ‫طنِى َواَصْ لُه‬ ْ ُ‫ار ق‬
َ ‫َّحهُ ال َّد‬
َ ‫صح‬ َ ‫د َو‬€َ ‫(َأ ْخ َر َجهُ أب ُْو َدا ُو‬
5.      Bersentuhan laki-laki dan perempuan yang boleh nikah yang sudah baligh dan berakal, dan
tidak ada penghalang keduanya.
6.      Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa ada penghalang
BAB III
PENUTUP
(Kesimpulan)

 Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1.      Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Athir Al-Jazary rohimahulloh (Seorang ahli bahasa) menjelaskan bahwa jika
dikatakan wudhu maka yang dimaksud adalah air yang digunakan berwudhu, bila dikatakan
wudhu, maka yang diinginkan di sini adalah perbuatannya. Jadi wudhu adalah perbuatan,
sedangkan wadhu adalah air wudhu. Al-Hafi’ah Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy, kata wudhu diambil
dari kata al-wadho’ah/kesucian. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengan wudhu, akhirnya ia menjadi orang yang suci.
2.      Pengertian menurut Syrai’at
Menurut Syaikh Shohih Ibnu Ghorim As-Sadlan Harishulloh, bila ditinjau dari sisi syari’at adalah
suatu bentuk peribadatan kepada Allah SWT dengan mencucui anggota tubuh tertentu dengan
data cara khusus.

B.     Rukun Wudhu
1.      Niat
2.      Membasuh wajah
3.      Membasuh kedua tangan dari telapak sampai siku
4.      Membasuh sebagian kepala
5.      Membasuh kedua kaku beserta kedua mata kaki
6.      Tertib

C.    Sunah-sunah Wudhu
1.      Membaca basmalah
2.      Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3.      Berkumur
4.      Istinsyak (menghirup air ke dalam hidung)
5.      Istinsar (membuang air dari hidung)
6.      Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
7.      Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-sela
jari
8.      Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9.      Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10.  Memulai dengan ujung anggota
11.  Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12.  Membasuh dua atau tiga kali
13.  Menghadap kiblat
14.  Langsung atau berurutan

D.    Hal-hal yang Membatalkan Wudhu


1.      Kencing dan buang air besar
2.      Madzi dan wadi
3.      Keluar angin dari anus
4.      Tidur berat
5.      Bersentuhan laki-laki dan wanita
6.      Menyentuh kemaluan

E.     Syarat-syarat Wudhu
1.      Dikerjakan dengan air mutlak
2.      Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3.      Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4.      Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang dibasuh
5.      Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I.


Jakarta Selatan: Pustaka Azam. 2001

Al-Jamal Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani. 1999.

Al-Malibary, Zainuddin bin Muhammad Al-Ghozaly. Fathul Mu’in. Surabaya: Darul Ilmi, tt.

Al-Qaradhawi Yusuf. Fiqih Thoharoh. Jl. Cipinang Muara Raya No. 63 Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar. 2004.

Al-Thoyaar, Abdullah bin Muhammad. Risalah fi Al-Fiqh. Al-Muyassar Cet I. Riyadh: Madar Al
Watoni lin Nasyr. tt.

Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. Al-Nihayah fi Ghorib Al-Hadits wal atsar Cet. 5.


Mesir: Jannatul Afkar. 2008.

Mas’ud, Ibnu dan Zainal Abidin. Fiqih Madzab Imam Syafi’I, Bandung: Pustaka Setia Bandung.
2007.

Anda mungkin juga menyukai