Anda di halaman 1dari 2

JERAT HUKUM PENGGUNA LAYANAN PROSTITUSI ONLINE

Pada akhir tahun 2021, kasus prostitusi online yang dilakukan oleh seorang artis
bernama Cassandra Angelie menarik perhatian publik. Cassandra ditangkap pada
tanggal 29 Desember 2021 dan diketahui telah melakukan kegiatan prostitusi online
sebanyak lima kali. Cassandra dan mucikarinya diancam dengan pasal berlapis,
yaitu dengan Pasal 27 ayat (1) jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE dengan ancaman pidana
penjara 6 tahun, Pasal 506 KUHP dengan ancaman kurungan maksimal 1 tahun,
dan Pasal 296 KUHP dengan ancaman pidana maksimal 1 tahun. Lalu bagaimana
dengan pengguna layanan prostitusi online? Apakah dapat juga dipidana?

Apa itu prostitusi online?


Prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai
suatu transaksi perdagangan. Praktik prostitusi saat ini dapat dilakukan melalui
media sosial atau jaringan internet yang digunakan sebagai penghubung antara
pekerja seks komersial, mucikari, dan pengguna layanan. Praktik prostitusi inilah
yang dinamakan prostitusi online.

Apa ancaman hukuman bagi pengguna layanan prostitusi online?


Hingga saat ini belum tersedia peraturan khusus yang menjadi dasar hukum untuk
menjerat pelanggan prostitusi online. Hal ini disebabkan hubungan seksual yang
terjadi antara pekerja seks komersial dengan pengguna layanan biasanya dilakukan
tanpa paksaan atau kekerasan sehingga bukan merupakan bentuk perkosaan. Akan
tetapi, terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan pengguna layanan
prostitusi online terancam hukuman, yaitu apabila pengguna layanan telah
menikah, apabila konten asusila yang dikirimkan oleh pekerja seks komersial
disebarluaskan melalui media komunikasi dan informasi, dan pengguna layanan
prostitusi anak online.

Ancaman Hukuman Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(“KUHP”)
Pengguna layanan prostitusi online dapat dikenakan sanksi pidana apabila
pengguna tersebut merupakan orang yang beristri atau bersuami sesuai dengan
ketentuan Pasal 284 KUHP tentang Perzinahan. Untuk dapat menjerat pengguna
layanan prostitusi online dengan pasal ini perlu adanya aduan terlebih dahulu.
Ancaman Hukuman Berdasarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (“UU ITE”)
Pengguna layanan prostitusi online yang menyebarkan konten asusila yang
didapatkan dari pekerja seks komersial dapat diancam dengan Pasal 27 ayat (1) jo.
Pasal 45 ayat (1) UU ITE yang menyatakan bahwa orang yang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan atau membuat informasi elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilan dapat diakses diancam dengan pidana sebagai
berikut:
1. Pidana maksimal 6 tahun penjara
2. Denda maksimal Rp1.000.000.000 atau satu miliar rupiah.

Ancaman Hukuman Berdasarkan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak


Pengguna jasa prostitusi online dapat dipidana apabila pekerja seks komersial
tersebut adalah anak baik dilakukan dengan atau tanpa paksaan. Hal ini masuk ke
dalam eksploitasi seksual anak yang diatur di dalam Pasal 76I jo. Pasal 88 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 yang pada intinya melarang orang untuk
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan eksploitasi secara ekonomi atau seksual terhadap anak dan diancam
dengan pidana sebagai berikut:
1. Pidana maksimal 10 tahun penjara
2. Denda maksimal Rp200.000.000 atau dua ratus juta rupiah

Anda mungkin juga menyukai