Anda di halaman 1dari 120

Nama : Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.

Si

NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah Syarafina A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 23 Agustus 2021 2. Rifki Setiadi Junianto E34180015

3. Titis Ayuningtyas Dyah K F14190089

4. Daffani Zahda T G34190011

KEANEKARAGAMAN ORGANISME MIKROSKOPIS

PENDAHULUAN

Dasar Teori
Organisme mikroskopis adalah organisme yang berukuran kecil, tidak dapa
dilihat secara langsung dengan mata telanjang seperti bakteri, protista dan cendawan.
Untuk dapat melihatnya kita menggunakan alat bantu yaitu mikroskop cahaya dengan
perbesaran minimum lensa okuler 10x dan lensa objektif 100x. Dalam mengamati
bakteri, diperlukan pewarnaan karena sel bakteri tidak bewarna baik menggunakan
pewarnaan sederhana maupun pewarnaan gram.
Bakteri adalah kelompok organisme mikroskopis yang pada umumnya bersel
tunggal, tidak memiliki membran inti sel, dan memiliki dinding sel namun tidak
berklorofil. Walaupun berukuran kecil bakteri berperan dalam kehidupan sehari-hari,
beberapa kelompok bakteri dikenal bermanfaat untuk kehidupan (Irnaningtyas 2016).
Protista (Yunani, protos = pertama) merupakan organisme eukariot pertama atau yang
paling sederhana dan tidak memiliki membran inti sel. Sebagian besar protista
memiliki alat gerak berupa flagela (bulu cambuk) atau silia (rambut getar), namun
adapula yang tidak memiliki alat gerak. Berdasarkan ciri-cirinya protista yang
menyerupai dikelompokkan menjadi tiga subkingdom yaitu protista mirip hewan
(protozoa), protista mirip tumbuhan (ganggang atau algae) dan protista mirip jamur
(Irnaningtyas 2014, h.170). Cendawaan merupakan mikroorganisme eukariotik,
memproduksi spora, tidak berklorofil, memperoleh nutrisi dengan cara absorbsi,
bereproduksi secara seksual dan aseksual, dan mempunyai struktur stomatik dalam
bentuk hifa, dan berdinding sel yang terdiri atas kitin dan selulosa.

Tujuan

Pratikum bertujuan mempelajari organisme yang tidak kasat mata dari kelompok
bakteri, protista dan cendawan dengan bantuan alat pembesar, yaitu mikroskop cahaya

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan dalam pratikum daring ini yaitu komputer ataupun handphone,
fasilitas internet. Adapun bahannya meliputi materi pengamatan mikroskopis yang
diperoleh dari youtube, yaitu bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus,
Paramecium, Euglena, Rhizopus dan Pilobolus.

Metode
Praktikum ini akan melihat hasil pengamatan menggunakan mikroskop cahaya
terhadap morfologi 2 spesies bakteri, 2 genus anggota protista dan 2 genus cendawan
melalui video youtube sebagai bahan yang akan diamati tersebut.
HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan pada bakteri:


1. Sebutkan bentuk sel E. coli dan Staphylococcus dari hasil pengamatan tersebut di
atas.
Jawab: Dari hasil pengamatan sel E. coli berbentuk yaitu batang pendek dan
bentuk Staphylococcus yaitu bulat, bergerombol seperti susunan anggur.

2. Apakah pewarnaan sebaiknya selalui digunakan dalam setiap pengamatan


morfologi bakteri, jelaskan.
Jawab: Iya, karena pewarnaan bakteri digunakan dalam setiap pengamatan
morfologi bakteri yang bertujuan mempermudah melihat bakteri secara
mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta
kimia khas dari bakteri dengan zat warna (Bulele et al. 2019)

3. Jelaskan persamaan dan perbedaan hasil pengamatan menggunakan pewarnaan


sederhana dan pewarnaan Gram.
Jawab: Pewarnaan bakteri sederhana digunakan untuk mengamati berbagai bentuk
morfologi bakteri, misalnya bentuk batang, bulat, koma, dan sprillum. Zat warna
bermuatan positif ini juga disebut zat warna biasa. Sebaliknya zat-zat warna
mengandung khromofor bermuatan negatif (anion), disebut juga sebagai zat warna
asam, tidak dapat diikat oleh sel bakteri, sehingga bagian latar belakang bakteri
yang akan bewarna. Sedangkan pewarnaan gram merupakan pewarnaan
diferensial. Bakteri melalui pewarnaan gram, dapat dibedakan menjadi dua yaitu
bakteri gram positif dan gram negatif. Perbedaan pada keduanya ialah dalam hal
lapisan-lapisan dinding selnya. Pewarnaan gram memerlukan empat macam
larutan zat warna basa, mordant, pencuci zat warna basa, dan satu zat warna
lainnya (counterstain) yang berbeda dari zat warna pertamanya, namun masih
merupakan zat warna basa. Sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna awal yang
diberikan, maka sel akan bewarna biru-ungu karena pewarna awal yang digunakan
berupa unggu kristal, dan disebut bakteri gram-positif. Sebaliknya, sel-sel yang
melepaskan ungu kristal maka akan tampak merah muda karena berikatan dengan
warna tandingannya (counterstain), yaitu berikan warna safranin, dan disebut
sebagai gram-negatif (Kirk, 2018)

4. Struktur bakteri bagian manakah yang menentukan hasil pewarnaan Gram.


Jawab: Tingkat ketebalan peptidoglikan pada dinding selnya dan konsentrasi lipid
(Rahayu dan Gumilar, 2017)

5. Jelaskan mengapa bakteri Gram negatif berwarna merah, sedangkan bakteri Gram
positif berwarna ungu atau kebiruan.
Jawab: Pada sel Gram negatif alkohol meningkatkan porositas dinding sel dengan
melarutkan lipid lapisan luar. Jadi, kompleks Kristal Violet (KV-1) dapat lebih
mudah dihilangkan dari lapisan peptidoglikan yang tidak tertaut silang dengan
kuat. Oleh sebab itu, efek pencucian alkohol memfasilitasi pelepasan kompleks
KV-1 yang tidak terikat, yang membuat sel-sel menjadi kehilangan warna atau
tidak bewarna. Karena hal sel-sel Gram negatif yang mengalami kehilangan warna
sehingga sel-selnya menyerap pewarna tandingan. Sedangkan Gram positif
mempertahankan warna ungu dan pewarna primer (Rahayu dan Gumilar, 2017)

6. Jenis pewarnaan manakah yang dapat digunakan untuk mengamati keberadaan


kapsul pada bakteri.
Jawab: Pewarnaan kapsul adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui suatu
bakteri memiliki kapsul pada tubuhnya. Kapsul adalah lapisan polimer yang
terdapat diluar dinding sel (Rahayu dan Gumilar, 2017)

7. Jelaskan prosedur yang sesuai jika ingin mengamati motilitas bakteri.


Jawab: Isolat diambil sebanyak 1 ose kemudian diinokulasi pada media SIM tegak
dengan cara ditusuk, kemudian diinkubasi pada suhu 37-50o C selama 48 jam.
Apabila terdapat tanda rambatan-rambatan pada sekitar tusukan jarum ose dalam
media maka hasilnya positif (motil) . Apabila tidak ada tanda rambatan –rambatan
maka hasilnya negatif (non motil) (Mawati et al. 2021).

8. Sebutkan secara umum perbesaran minimum pada mikroskop yang dapat


digunakan untuk mengamati bakteri.
Jawab: Secara umum perbesaran minumum pada mikroskop yang dapat digunakan
untuk mengamati bakteri yaitu dengan lensa okuler 10x dan lensa objektif 100x
(Muwarni S, 2015)

9. Sebutkan perbesaran lensa objektif mikroskop yang digunakan harus memakai


minyak imersi.
Jawab: Minyak imersi adalah komponen yang sangat penting, perbesaran lensa
objektif mikroskop yang harus menggunakan minyak imersi adalah 100x
( Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=f7KIFSgdUGU)

10. Haruskah dibersihkan lensa objektif yang menyentuh minyak imersi? jelaskan
jawaban Anda.
Jawab: Iya harus, karena lensa objektif yang menyentuh minyak imersi harus
dibersihkan menggunakan kertas lensa, hal ini dikarenakan debu atau partikel
lainnya dapat menempel pada lensa objektif sehingga menyebabkan goresan dan
kerusakan permanen pada lensa
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=f7KIFSgdUGU)

Hasil pengamatan pada Paramecium dan Euglena:


1. Gambarkan morfologi Paramecium dan tunjukkan bagian-bagiannya.
Jawab:
Gambar 1 Morfologi Paramecium

2. Jelaskan cara Paramaecium dalam memperoleh nutrsi dari tempat hidupnya.


Jawab: Cara menangkap makanannya adalah dengan cara menggetarkan rambut
(silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah
bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya,
memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan
makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa
makanan (Maya dan Nurhidayah 2020, 15)

3. Sebutkan fungsi vakuola kontraktil, makronukleus dan mikronukelus


Paramaecium.
Jawab: Fungsi Vakuola kontraktil adalah untuk mengeluarkan sisa makanan cair
dengan berkontraksi / berdenyut. Makronukleus yang berfungsi untuk mengawasi
kegiatan metabolisme, pertumbuhan dan regenerasi. Sedangkan mikronukelus
berfungsi mengendalikan kegiatan reproduksi dan inti besar
(Maya dan Nurhidayah 2020, 16)

4. Jelaskan perbedaan tipe perolehan nutrisi pada Paramecium dan Euglena.


Jawab: Paramecium merupakan makhluk hidup heterotrof sehingga tidak
memiliki kemampuan untuk menyintesis senyawa, sehingga mereka memperoleh
nutrisi dari makhluk hidup lain karena tidak dapat membuat makanan sendiri.
Sedangkan Euglena merupakan makhluk hidup heterotrof dan autotrof yang
memperoleh nutrisi dengan menyintesis berbagai senyawa organik dan dapat
membuat makanan sendiri. Namun meskipun demikian Euglena tetap
membutuhkan vitamin yang tidak dapat disintesis oleh dirinya sendiri

5. Gambarkan morfologi Euglena dan tunjukkan bagian-bagiannya.


Jawab:
Gambar 2 Morfologi Euglena

Hasil pengamatan pada cendawan:


1. Gambarkan morfologi Rhizopus dan tunjukkan bagian-bagiannya.
Jawab:

Gambar 3 Morfologi Rhizopus

2. Sebutan spora seksual Rhizopus ialah….. dan sebutan spora aseksualnya ialah ….
Jawab: Zigospora dan Sporangium

3. Spora pada soal no 2 tersebut haploid ataukah diploid?


Jawab: Haploid

4. Jelaskan cara Rhizopus dan Pilobolus memperoleh nutrisi dari subtrat tempat
hidupnya.
Jawab: Cara Rhizopus memperoleh nutrisi dari substrat tempat hidupnya adalah
dengan cara saprofit. Cara saprofit yaitu dengan cara hifa mengeluarkan enzim
pencernaan, fungsinya untuk menguraikan bahan organik menjadi bahan yang
lebih sederhana sehingga mudah untuk diserap (Winarsih, 2019). Pilobulus
memperoleh nutrisi dengan cara spora menempel pada tumbuhan yang akan
dimakan oleh hewan ternak, selanjutnya spora akan mengalami berhenti
pertumbuhan setelah spora keluar bersamaan dengan feses hewan ternak spora
akan aktif dan akan mengalami fase perkecambahan (Skendzic 2016)

5. Sebutan spora Pilobolus ialah….


Jawab: Sporangiospora

6. Topi yang ditembakkan oleh Pilobolus adalah…


Jawab: Sporangium berisi spongiospora

7. Pilobolus menembakkan topinya (soal no 6) ke arah manakah? Jelaskan jawaban


Anda.
Jawab: Pilobolus menembakkan topinya kearah cahaya. Hal ini disebabkan daerah
di bawah ujjung sporangiofor merupakan daerah yang peka terhadap cahaya
(Campbell 2012)

8. Sebutan cendawan yang tumbuh pada kotoran hewan dikenal dengan istilah….
Jawab: Cendawan koprofil (Gunawan dan Hartanti, 2014)

9. Sebutkan jenis somatik Rhizopus dan Pilobolus.


Jawab: Rhizopus tidak bersekat, sedangkan Pilobolus bersekat. Karena Rhizopus
dan Pilobolus termasuk ke divisi Zygomycota jenis sel somatiknya adalah Hifa
Aseptat. Hifa merupakan suatu tubulus yang mengandung nukleus (inti) dengan
jumlah lebih dari satu (bahkan dapat berjumlah ratusan), yang dilingkupi
sitoplasma. Hifanya tidak mengandung septa sehingga hifa tersebut tidak terbagi
menjadi beberapa sel. Hifa semacam ini disebut hifa nonseptat atau hifa aseptat.
Septa yang membatasi tiap-tiap sel tidak sepenuhnya membatasi sitoplasma sel
yang berdekatan melainkan masih ada pori yang memungkinkan terjadinya
perpindahan sitoplasma dan nukleus antara sel-sel tersebut sebagaimana terjadi
pada hifa nonseptat (Fayaz et al.2015)

SIMPULAN

Setelah melakukan pratikum ini dapat disimpulkan bahwa makhluk hidup secara luas
dikategorikan pada tiga domain kehidupan, yaitu Bakteria, Arkhaea, Eukarya. Dalam
Eukarya terdiri atas Protista, Cendawan, Hewan dan Tumbuhan. Untuk mengamati
organisme tak kasat mata tersebut digunakanlah mikroskop agar dapat
mengidentifikasi bentuk dan struktur selnya. Sel bakteri yang merupakan sel tidak
mewarna sehingga perlu dilakukan pewarnaan dengan pewarnaan gram positif dan
gram negatif, selain itu juga diperlukan minyak imersi dengan perbesaran lensa
objektif 100x.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. Z. (2008). Pemanfaatan cendawan untuk meningkatkan produktivitas dan


kesehatan ternak. Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 1-9.

Bulele, T. Rares, F. E., and John Porotu'o (2019). Identifikasi Bakteri dengan
Pewarnaan Gram pada Penderita Infeksi Mata luar di Rumah Sakit Mata Kota
Manado. eBiomedik, 7(1).

Dahlian, D. (2016). PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI


PENERAPAN BAHAN AJAR PETA KONSEP BERGAMBAR PADA
KONSEP PROTISTA. Doctoral dissertation, FKIP UNPAS.

Fayaz F, Kamili AN, Hafiz BZ, Khan I, Dar GH. (2015). Abundance and diversity of
major cultivable fungal floraaf River Jhelum in Kashmir Himalaya. Journal of
Ecology and the Natural Environment, 7: 1-6. Bogor (ID) : Institut Pertanian
Bogor

Febriza, M. A., Adrian, Q. J. (2021). PENERAPAN AR DALAM MEDIA


PEMBELAJARAN KLASIFIKASI BAKTERI. Jurnal BIOEDUIN, 11(1): 10-
18.

Gunawan AW, Hartanti. AT .2008. Biologi dan Bioteknologi Cendawan dalam


Praktik. Jakarta(ID): Universitas Katolik Indonesia Atmaja.

Kirk PZ. (2018). Dictionary of the fungi. Portsmouth (UK): Wallingard.

Mawati, S. D., Harpen, E., and Hilma Putri Fidyandini. (2021). SKRINING BAKTERI
TERMOFILIK POTENSIAL AMILOLITIK DARI SUMBER AIR PANAS
WAY BALERANG KALIANDA LAMPUNG SELATAN. Journal of
Aquatropica Asia, 6(1):1-7.

Maya, S, Nurhidayah. (2020). ZOOLOGI INVERTEBRATA. Bandung(ID). WIDINA


BHAKTI PERSADA BANDUNG.

Muwarni S. (2015). Dasar- Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang(ID): UB Press.


Rahayu, S. A., Gumilar, M. M.H. (2017). Uji cemaran air minum masyarakat sekitar
Margahayu Raya Bandung dengan identifikasi bakteri Escherichia coli.
Indonesian journal of pharmaceutical science and technology, 4(2): 50-56.

Skendzic, E. M. (2016). The influence of light on the development of the coprophilous


fungus, Pilobolus. The American Biology Teacher, 69(5)

Winarsih S. (2019). Ensiklopedia Dunia Fungi. Semarang(ID): Mutiara Aksara.


Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:
Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah Syarafina A24180171
Hari, Tanggal : Senin, 30 Agustus 2021 2. Rifki Setiadi Junianto E34180015
3. Titis Ayuningtyas Dyah K F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

JUDUL PRAKTIKUM

PENDAHULUAN
Dasar Teori
Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup yang tidak bisa dilihat
manusia dengan mata telanjang (Sahertian dan Helilintar 2017). Secara struktural,
sel dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik.
Penamaan eukariot dan prokariot ini didasari oleh ada tidaknya membran pada
nukleus. Organisme yang tidak memiliki membran nukleus disebut organisme
prokariot, sedangkan organisme yang memiliki membran nukleus disebut
organisme eukariot.
Sel tumbuhan adalah unit dasar yang universal dari suatu struktur organik.
Struktur yang membedakan sel tumbuhan dengan sel yang lain adalah keberadaan
dinding sel yang merupakan lapisan terluar dari sel yang berbatasan dengan
membran sel (Eifa 2015). Sel tumbuhan tersusun atas dinding sel, membran sel,
sitoplasma/protoplasma, nukleus atau inti sel, retikulum endoplasma, ribosom,
mitokondria, badan golgi, plastida dan vakuola. Plastid merupakan organel khas
yang terdapat pada tumbuhan dan tidak dijumpai pada hewan, tipe utama plastid
kloroplas, kromoplas dan leukoplas. Adapun sel hewan adalah nama umum untuk
sel eukariotik yang menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel
eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena sel hewan tidak memiliki dinding sel,
kloroplas, dan sel hewan memiliki dinding sel yang keras (Huda dan Kusumo
2015).
Pada sel tumbuhan dapat dijumpai bahan-bahan yang disebut zat ergastik
yaitu bahan cadangan dan bahan buangan yang diproduksi oleh sel. Zat ergastik
terdiri dari dua komponen, yaitu padat dan cair. Zat ergastik yang bersifat padat
terdiri atas pati dan kristal, sedangkan zat ergastik yang bersifat cair terdiri atas
asam organik, karbohidrat, protein, lemak, tannin, antosianin, alkaloid dan minyak
esteris. Bentuk kristal jarum merupakan zat ergastik yang hanya terdapat di
permukaan dan dalam daun (Nurza 2019).
Tujuan
Pratikum ini bertujuan mempelajari organel-organel dan zat ergastik yang terdapat
dalam sel tumbuhan.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan meliputi mikroskop cahaya, cutter, gelas object dan gelas
penutup. Bahan yang diperlukan terdiri atas: sel gabus singkong, bawang merah,
daun Hydrilla, daun Rhoeo discolor, bunga Allamanda, umbi kentang, tangkai daun
Begonia, tangkai daun bunga pukul 4 (Mirabilis jalapa).

Metode
Pada pratikum ini akan dilihat organel-organel sel dan zat ergastik di dalamnya
dengan menggunakan mikroskop cahaya. Bila tidak memungkinkan, maka mencari
informasi melalui literatur.
1. Informasi yang menggambarkan bentuk sel gabus pada singkong serta
gambarnya.
2. Informasi yang menggambar bentuk sel epidermis bawang merah dan
organel berupa inti sel di dalamnya serta gambar.
3. Informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis daun Hydrilla dan
organel berupa kloroplas di dalamya serta gambar.
4. Informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis daun Rhoeo discolor
dan zat warna di dalamnya serta gambar.
5. Informasi yang menggambarkan bentuk sel epidermis bunga alamanda
(Allamanda cathartica), zat warna di dalamnya serta gambar.
6. Informasi yang menggambarkan bentuk sel pada umbi kentang serta gambar
7. Informasi yang menggambarkan bentuk kristal pada tangkai daun Begonia
serta gambar.
8. Informasi yang menggambarkan bentuk kristal pada tangkai daun bunga
pukul 4 (Mirabilis jalapa) serta gambar.
HASIL PENGAMATAN

1. Apakah sel gabus singkong merupakan sel hidup atau sel mati? Mengapa
demikian? Jelaskan!
Jawab:

Sel Mati

Dinding Sel

Gambar 1 Sel gabus pada singkong (Manihot esculenta)


Sumber: Susanti et al. 2017

Sel gabus pada singkong adalah sel mati. Karena tidak ditemukan nukleus
dan sitoplasma di dalam sel gabus tersebut. Sel gabus adalah sel matang
yang telah mati dan merupakan pengganti kulit inti heksagonal yang
berongga. Pada sel gabus, karena tidak ada nukleus, maka sel ini tidak aktif,
sehingga sel gabus disebut sel mati (Fah 2013).

2. Bagaimanakah bentuk sel epidermis bawang merah dan bentuk inti selnya?
Jawab :
Inti sel (Nukleus)

Dinding Sel

Sitoplasma

Gambar 2 Sel epidermis bawang merah (Allium cepa)


Sumber: Handayani 2019

Sel epidermis bawang merah (Allium cepa) mempunyai bentuk yang rapi
kotak-kotak, meskipun kotak-kotaknya tidak sempurna. Ini dikarenakan
bawang merah adalah tumbuhan yang memiliki sel diluar membrannya.
Selnya berwarna keungu-unguan karena mengandung kloroplas meski tidak
terdapat klorofil di dalamnya. Inti sel berbentuk bulat dengan posisi
bervariasi tidak hanya di tengah sel dan karena inti sel tersebut sel epidermis
disebut sel hidup (Handayani 2019).

3. Bagaimanakah bentuk epidermis dan kloroplas dari daun Hydrilla ?


Jawab :

Dinding sel

Plastida

Sitoplasma
Gambar 3 Sel epiderrmis Hydrilla
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=6THb6XM-_Ck

Sel epidermis Hydrilla sp berbentuk segiempat beraturan yang tersusun rapi


seperti batu bata. Sel epidermis ini memiliki dinding sel dengan ruang
antarsel dan plastid berupa kloroplas. Kloroplas pada daun Hydrilla
berbentuk bulat (Nayana dan Malode 2011).

4. Bagaimanakah bentuk epidermis daun R. discolor ? Apa warna dari sel


epidermisnya? Mengapa berwarna demikian? Zat warna tersebut terdapat
pada organel ……..
Jawab :

Sel
tetangga

Celah
stomata Sel penutup

Kloroplas

Pigmen
antosianin

Gambar 4 Sel epiderrmis daun Rheo discolor


Sumber: microcosmos.foldscope.com

Bentuk sel daun Rhoeo discolor adalah persegi panjang dan susunannya
rapat. Sel epidermis Rhoeo discolor heksagonal berwarna ungu yang
disebabkan oleh adanya kandungan pigmen warna pada vakuola. Pigmen
warna tersebut dinamakan antosianin (Ratnasari et al. 2016)
5. Bagaimanakah bentuk epidermis bunga A. cathartica ? Apa warna dari sel
epidermisnya? Mengapa berwarna demikian? Zat warna tersebut terdapat
pada organel……
Jawab :

Kromoplas

Dinding sel

Gambar 5 Sel epidermis bunga Allamanda cathartica


Sumber: search.library.wisc.edu

Bentuk sel epidermis bunga Allamanda cathartica adalah memanjang


dengan susunan tak beraturan (Rahayu 2015). Warna kuning sel
epidermisnya disebabkan oleh kandungan karoten, zeaaxanthin dan lutein
dalam kromoplas. Karoten ini merupakan salah satu jenis karotenoid yang
memberikan warna merah, kuning dan oranye (Petricevich dan Vargas
2019).

6. Bagaimana bentuk sel parenkima kentang? Di dalam umbi kentang terdapat


butir pati. Bagaimanakah bentuk butir dari kentang? Butir pati terdapat pada
organel yang disebut…………
Jawab :
Butir-butir
Amilum

Gambar 6 Sel parenkim umbi kentang (Solonum tuberosum)


Sumber: Silalahidan dan Adinugraha 2019

Bentuk sel parenkim kentang yaitu dinding yang tipis dengan ruang
interseluler dan bentuk-bentuk sel yang hampir bulat pada penampang
melintang dan memanjang titik umbi kentang merupakan modifikasi batang
yang digunakan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan
khususnya karbohidrat. Bentuk butir dari umbi kentang yaitu berbentuk
bulat atau oval yang terdiri dari 18-21% amilosa, pada saat diberi tetesan
yodium akan bewarna biru (Sari et al. 2017).
Pada umbi kentang (Solanum tuberosum) terdapat plastida yang
tidak aktif, berfungsi untuk menyimpan butir-butir amilum atau pati
sehingga dikenal dengan nama amiloplas (Silalahi dan Adinugraha 2019).
7. Kristal pada tangkai daun Begonia berada pada sel parenkima.
Bagaimanakah bentuk sel parenkima dan bentuk kristalnya ?
Jawab :

Gambar 7 Kristal pada batang daun Begonia


Sumber: Wahyuni et al. 2019
Bentuk sel parenkimnya tersusun rapi namun bentuknya tidak beraturan
(Shil et al. 2017). Bentuk kristal Begonia yaitu kristal stiloida atau rafida
semu. Kristal ini berbentuk prisma segi panjang dengan ujung yang runcing
dan terdapat dalam sel tunggal atau berkelompok dalam jumlah kecil
(Wahyuni et al. 2019)

8. Kristal pada tangkai daun Bunga pukul 4 terdapat pada sel parenkima.
Bagaimanakah bentuk sel parenkima dan bentuk kristalnya?
Jawab :

Kristal Co-oksalat

Gambar 8 Tangkai daun bunga pukul 4 (Mirabilis jalapa)


Sumber: Hanani et al. 2017

Sel parenkima adalah penyusun jaringan dasar. Pada tangkai daun bunga
pukul 4 (Mirabilis jalapa), sel-sel parenkima adalah sel hidup berbentuk
isodiametrik atau poligonal, berbanding tipis dan memiliki ruang antar sel
(Hadisunarso dan Djuita 2018). Selain itu, parenkima juga menjadi tempat
ditemukannya kristal berbentuk jarum pada tumbuhan Mirabilis jalapa
(Purnonasuki 2011)
SIMPULAN

Setelah melakukan pratikum ini dapat disimpulkan bahwa pada sel tumbuhan
terdapat organel-organel seperti dinding sel, mambran sel,
sitoplasma/protoplasma, nukleus atau inti sel, retikulum endoplasma, ribosom,
mitokondria, badan golgi, plastid, vakuola, zat-zat ergastik dan lain-lain. Sel
plastid inilah yang menjadi pembeda antara sel hewan dan sel tumbuhan. Selain
itu, zat ergastik pada tumbuhan berfungsi sebagai bahan cadangan dan bahan
buangan yang diproduksi oleh sel. Zat ergastik memiliki dua sifat yaitu padat yang
terdiri atas pati dan kristal, sedangkan yang bersifat cair terdiri atas asam organik,
karbohidrat, protein, lemak, tannin, antosianin, alkaloid, dan minyak esteris.

DAFTAR PUSTAKA

Fah WK. 2013. Tissue Culture Studies, Secondary Metabolitesand Pigment


Extraction From Allamanda cathartica. Kuala Lumpur (MYS): University
of Malaya.

Hadisunarso, Djuita. 2018. Morfologi Tumbuhan. Tanggerang (ID): Universitas


Terbuka.

Hanani E, Prastiwi R, Karlina L. 2017. Indonesian Mirabilis jalapa linn. :


pharmacognostical and preliminary phytochemical investigations.
Pharmacognosy Journal. 9(5): 683-688.

Handayani S. 2019. Penerapan Mikroskop Digital Dengan bantuan Smartphone


Android Sebagai Media Pembelajaran Ipa. Susunan Artikel Pendidikan.
4(1): 46-52.

Huda SN, and Kusumo DA. 2015. Alat Bantu Ajar Pengenalan Sel Hewan dan
Tumbuhan. Prosiding SENTIA. 7: 1-4.

Nayana S, Malode SM. 2011. Effect of idol immersion in Wadali Lake, Amravati
(MS) India on growth, chlorophyll and anatomy of Hydrilla verticellata.
Jurnal Bioscience Discovery. 2(3): 363-366.

Nurza IS. 2019. Identifikasi tanaman hanjuang (Cordyline fruticosa) di kebun Raya
Bogor sebagai tanaman lanskap berdasarkan morfologi dan anatominya.
Risenologi. 4(1):24-33.
Petricevich,Vargas. 2019. Allamanda cathartica: a review of the phytochemistry.
pharmacology, toxicology, and biotechnology. Molecules. 24(7): 1-22.

Purnobasuki H. 2011. Inklusi Sel. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Sahertian J, Helilintar R. 2017. Pengembangan Aplikasi Mobile Augmented Reality


Sebagai Media Pembelajaran Biologi Materi Sel. J sains dan inform. 3(1):
49-53.

Sari AP, Indriyani S, Ekowati G, Batoro J. 2017. Keragaman Struktur Butir


Amilum, Kadar Tepung, dan Clustering Delapan Taksa Tanaman Berumbi
di Desa Simo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Jurnal Biotropika.
5(1): 16.

Silalahi M, Adinugraha F. 2019. Anatomi, Fisiology dan Perkembangan Tumbuhan


1. Jakarta (ID): Universitas Kristen Indonesia.

Susanti D, Aziz, D. N, Astuti, W, and Nuraeni E. 2017. The Effect of Sunlight in


Parenchyma Pith Cells Diameter of Manihot esculenta IOP Conference
Series. Materials Science and Engineering. 8(2): 1-5.

Wahyuni S, Purwanti E, Hadi S, Fatmawati D. (2019). Anatomi Fisiologi


Tumbuhan . Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang.
Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14.2 1.Yasmin Alifah Syarafina A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 6 September 2021 2. Rifki Setiadi Junianto E34180015


3. Titis Ayuningtyas Dyah K F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

PERMEABILITAS MEMBRAN SEL: Opera Sabun Selular

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Membran sel merupakan lapisan luar sel yang hanya memiliki ketebalan 8
nm dan bersifat selektif permeabel, artinya membran hanya dapat ditempus lebih
mudah oleh substrat tertentu (Campbell et al. 2017). Struktur membran terdiri atas
lipid, lapisan protein, lapisan mukplolisakarida dan juga dilengkapi pori-pori agar
zat yang tidak larut dalam lipid melewati membran (Gade 2014). Lipid pembentuk
membran sel mamalia yang terutama yaitu fosfolipid, glikosfingolipid, dan
kolestrol.Membran sel merupakan struktur penting sel yang berperan membatasi
ruang, sebagai sarana transpost, mengatur masuknya makanan dan keluarnya
limbah, dan membangkitkan perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar
ruangan (Budiono 2012)
Untuk mengamati struktur dan fungsi membran sel secara sederhana, kita
dapat mengamati gelembung sabun. Sabun tersusun dari molekul yang berbentuk
pin, dengan tiap molekul memiliki kepala bersifat polar hidrofilik (tersusun dari
fosfot) dan ekor bersifat nonpolar hidrofobik (tersusun dari lemak). Molekul-
molekul ini saling terhubung membentuk gelembung kecil kecil yang disebut misel
(Nakoe et al. 2020). Perbedaan keduanya terdapat pada penempatan kepala dan
ekor lapisan fosfolipid. Pada membran sel, bagian kepala mengarah keluar dan ekor
terhimpit di dalamnya. Adapun pada gelembung sabun, ekor hidrofobik mengarah
keluar (udara) dan kepala hidrofiliknya mengarah ke dalam (air) sehingga dapat
memerangkap air untuk membentuk busa.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengamati karakter lapisan ganda fosfolipid pada
lapisan gelembung sabun.
BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan pratikan dalam pratikum kali ini yaitu sedotan, sendok, gelas,
wadah, gunting dan benang. Adapun bahan yang diperlukan yaitu gula pasir, sabun
cair, air hangat, minyak goreng, cuka, alkohol, air sabun, dan air.

Metode
 Membuat larutan sabun
1. Masukkan 4 sendok makan gula dalam segelas air hangat dengan
perbandingan 1:4, aduk dengan sendok hingga larut
2. Masukkan 4 sendok makan sabun cair kedalam larutan gula tadi dengan
perbandingan 1:4, kemudian aduk perlahan hingga tercampur dan
usahakan tidak menghasilkan busa
3. Pindahkan larutan sabun secara perlahan ke dalam wadah yang telah
disediakan, kemudian diamkan semalaman agar gelembung tidak pecah.

 Membuat Bingka
1. Sediakan 4 buah sedotan
2. Sambungkan ujung-ujung sedotan hingga membentuk persegiempat.

 Perlakuan 1
1. Siapkan wadah berisi larutan sabun yang sudah didiamkan semalaman.
2. Pegang bingkai, lalu rendam seluruh bingkai dalam larutan sabun.
3. Angkat bingkai perlahan sampai pada posisi berdiri, pastikan lapisan
gelembung benar-benar terbentuk dalam bingkai. Jika pecah, rendam
kembali dan angkat lagi sampai lapisan gelembung benar-benar
terbentuk.
4. Perhatikan dengan cermat permukaan lapisan gelembung, dan tiuplah
dengan lembut lapisan gelembung tersebut.

 Perlakuan 2
1. Rendam seluruh bingkai dalam larutan sabun, lalu angkat dan pastikan
terdapat gelembung sabun di dalamnya.
2. Keringkan jari tangan, dan cobalah menyentuhkan jari kering pada
lapisan gelembung sabun. Kemudian amati apa yang terjadi dan foto
hasilnya.
3. Basahi jari tangan dengan air, cobalah menyentuhkannya pada lapisan
gelembung sabun dan amati apa yang terjadi dan foto hasilnya.
4. Basahi/masukkan jari tangan dalam minyak goreng, cuka, alkohol, dan
airsabun, kemudian cobalah menyentuhkan jari pada lapisan gelembung
sabun.

 Perlakuan 3
1. Rendam seluruh bingkai dalam larutan sabun, lalu angkat dan
pastikan terdapat gelembung sabun di dalamnya.
2. Ambil karet yang tipsi, lalu masukkan ke dalam larutan sabun
sampai semua permukaannya basah.
3. Sentuhkan salah satu ujung karet pada lapisan gelembung, dan amati
apa yang terjadi.
4. Jika berhasil membuat karet menembus lapisan gelembung sabun
dalam bingkai, lewatkanlah pensil melalui karet tersebut sehingga
pensil berpindah posisi dari depan bingkai ke belakang bingkai.

HASIL PENGAMATAN

Perlakuan 1

Gambar 1 Lapisan gelembung sabun Gambar 2 Lapisan gelembung sabun


dalam bingkai
Saat ditiup.
Pembahasan:
Berdasarkan perlakuan yang telah dilakukan, permukaan lapisan gelembung
sabun terlihat dalam bingkai seperti kaca yang sangat tipis dan lentur. Kelenturan
ini terlihat ketika lapisan gelembung ditiup dengan lembut. Lapisan gelembung
akan meliuk-liuk ke depan dan ke belakang lalu kembali ke posisi semula. Adapun
ketika ditiup dengan sedikit lebih keras, lapisan gelembung akan memanjang ke
depan sejajar arah tiupan angin, lalu melepaskan diri membentuk seperti bola
gelembung utuh. Kelenturan ini dapat terjadi karena lapisan gelembung tersusun
atas asam lemak/lipid (Febriyenti et al. 2014). Lapisan lipid mempertahankan
keelastisan gelembung sabun sehingga tidak mudah pecah. Pada kasus yang sama
dengan membran sel, lapisan lipid dalam bentuk fosfolipid memberikan karakter
elastis dan dapat merengga (Azzahra dan Musfiroh 2018).

Perlakuan 2

Tabel 1 Pengamatan kondisi lapisan gelembung


Perlakuan Lapisan Gelembung
(Pecah/Tidak Pecah)
1. Jari Kering Pecah
2. Jari dilapisi (dibasahi)
a. Air Tidak Pecah
b. Air Sabun Tidak Pecah
c. Minyak Goreng Tidak Pecah
d. Cuka Tidak Pecah
e. Alkohol Pecah
f. Susu Pecah

Gambar 3 Kondisi lapisan Gambar 4 Kondisi lapisan Gambar 5 Kondisi lapisan


gelembung saat perlakuan jari Gelembung saat perlakuan gelembung saat perlakuan
kering Jari dibasahi air Jari dibasahi air sabun
Gambar 6 Kondisi lapisan Gambar 7 Kondisi lapisan Gambar 8 Kondisi lapisan
gelembung saat perlakuan jari gelembung saat perlakuan jari gelembung saat perlakuan
dibasahi minyak goreng dibasahi cuka jari dibasahi alkohol.

Gambar 9 Kondisi lapisan


gelembung saat perlakuan jari
dibasahi susu

Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, lapisan gelembung yang
disentuh oleh jari kering akan pecah karena permukaan jari yang kering dan kasar
dapat memasuki lapisan gelembung sabun. Hal ini terjadi karena permukaan lapisan
gelembung tidak dapat mempertahankan bentuknya dan rusak.
Jari yang dibasahi larutan sabun tidak membuat lapisan gelembung sabun
pecah, karena sabun tersusun atas asam lemak atau lipid sehingga memiliki struktur
kepala hidrofilik dan ekor hidrofobik (Febriyenti et al. 2014). Lapisan gelembung
dalam bingkai tidak akan pecah saat ekor nonpolar hidrofobik bertemu dengan
molekul sejenis.. Jari yang dibasahi minyak goreng tidak akan membuat lapisan
gelembung pecah , karena minyak terdiri atas dua komponen utama, yaitu asam
lemak dan gliserol sehingga memiliki kesamaan jenis partikel dengan lipid pada
lapisan gelembung (Febriyenti et al. 2014).
Lapisan gelembung tidak pecah saat disentuh oleh jari yang dibasahi cuka,
karena cuka memiliki sifat polar, seperti halnya air (Oxi et al. 2018). Sehingga dapat
menembus lapisan gelembung sabun dan tidak membuatnya pecah.
Sabun memiliki gugus nonpolar pada gugus –R sehingga bisa mengikat
minyak goreng dan gugus –COONa yang dapat mengikat air dan cuka karena sama-
sama gugus polar. Oleh sebab itu, larutan sabun bersifat ampifilik, yaitu sapat
mengikat cairan yang bersifat polar maupun nonpolar (Suksesi 2018).
Perlakuan dua menunjukkan salah satu sifat membran sel yaitu selektif
permeabel. Dengan mengamati lapisan gelembung, nampak kecenderungan
membran sel dalam menyeleksi zat-zat yang dapat masuk ke dalam lingkungan
internal sel. Di antaranya syarat yang harus dipenuhi adalah kesamaan jenis partikel
dengan struktur kepala atau ekor, serta ukuran molekul sehingga dapat melewati
membran.

Perlakuan 3

Gambar 9 Kondisi gelembung sabun


saat dilewati benda silinder
(pipa pvc/botol plastik/karet)

Pembahasan:
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, karet gelang yang dibasahi
dengan larutan sabun dapat menempel pada gelembung sabun dalam bingkai.
Kemudian, pensil dapat melewati karet gelang dari posisi depan ke belakang
bingkai. Karet gelang mewakili struktur protein transpor yang berfungsi membantu
partikel lain masuk, partikel yang masuk diibaratkan dengan pensil. Peristiwa ini
menunjukkan salah satu struktur dalam membran sel yakni protein membran.
Protein membran berfungsi membantu proses transport zat pada membran sel.
Salah satu protein membran adalah protein integral, protein ini dapat
menembus inti hidrofobik membran sel sehingga menjadi protein transmembran,
yang membentang dari kedua sisi membran (Campbell dan Reece 2008). Daerah
hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih asam amino nonpolar yang
biasanya bergulung menjadi heliks-a. Protein integral berperan penting dalam
pengaturan transport untuk substansi yang bersifat spesifik (Handayani et al. 2011).

SIMPULAN
Membran sel memiliki struktur yang bersifat selektif permeabel, sehingga
menyeleksi zat-zat yang masuk. Tersusun dari molekul protein dan senyawa
lipidnyang bersifat amfimatik, sehingga memiliki kepala hidrofilik dan ekor
hidrofobik. Perbedaan antara membran sel dan gelembung sabun terletak pada
penempatan kepala dan ekornya, masuk tidaknya zat tergantung pada ukuran
molekul dan kesamaan jenis partikel dengan lapisan luar membran sel.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, NA, Reece JB. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Campbell, NA, Reece JB, Mitchel AG. 2017. Biologi Edisi 5 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Febriyenti, Sri LI, Nofita R. 2014. Formulasi sabun transparan minyak ylang-ylang
dan uji efektivitas terhadap bakteri penyebab jerawat. Jurnal sains Farmasi
& Klinis. 1(1):61-71.

Gade, M. 2014. Stuktur, fungsi organel dan komunikasi antar sel. Jurnal Al Ulum:
LPPM Universitas Al Washliyah Medan. 2(1):1-9.

Handayani NSN, Sukmawati F, Pratiwi R. 2011. Mutasi missense


(P.374phe/leu)pada ekson 5 gen matp, penyebab Oculocutaneous albinism
tipe 4 (Oca4) di Wonosobo, Jawa Tengah. Proceeding Biolopgy Education
Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning. 8(1):412-416.

Nakoe MR, Ayini N, Mohamad YA. 2020. Perbedaan efektivitas hand-sanitizer


dengan cuci tangan menggunakan sabun sebagi bentuk pencegahan covid-
19. Jambura Journal of Health Sciences and Research. 2(2):65-70.

Oxi, Rizki Yulia, Kuntjoro, Sunu, dan Ulfi Faizah. 2018. Pengaruh perendaman
larutan asam cuka sebagai penurun kadar logam berat kadmium pada ikan
mujair (Oreochromis mossambicus). LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi.
7(3):203-208.

Rafika, A. 2015. Identifikasi miskonsepsi siswa pada subtopik struktur dan fungsi
organel sel menggunakan instrumen CRI dan wawancara diagnostik.
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi (BioEdu), 4(2):908-912.

Sukeksi L, Sianturi M, Setiawan L. 2018. Pembuatan sabun transparan berbasis


minyak kelapa dengan penambahan ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia) sebagai bahan antioksidan . Jurnal Teknik Kimia USU. 7(2):17-
25.

Ueno M, et.al. 2016. Pratical chemistry of long-lastinng bubles. World Journal


Chemical Education. 4(2):32-34.
Nama : Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14.2 1. Yasmin Alifah Syarafina A24180171


Hari, Tanggal : Senin, 13 September 2021 2. Rifki Setiadi Junianto E34180015
3. Titis Ayuningtyas Dyah K F14190089
4. Daffani Zahda G34190011

JUDUL PRAKTIKUM

PENDAHULUAN
Dasar Teori

Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik


yaitu CO2 dan H2O pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan cahaya matahari.
Fotosintesis terdiri atas 2 fase, yaitu fase I yang berlangsung pada grana dan
menghasilkan ATP dan NADPH2, serta fase II yang berlangsung pada stomata
dan menghasilkan karbohidrat. Persamaan reaksi fotosintesis adalah sebagai
berikut.
6 CO2 + 6 H2O → C6H12O6 + 6 O2

Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan substrat


dalam reaksi fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil. Energi
cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat pada
membran interna atau tilakoid (Ai 2012). Proses fotosintesis dapat berlangsung
secara cepat maupun lambat. Proses fotosintesis yang cepat akan menghasilkan
energi yang besar hingga tidak semua energi yang dihasilkan fotosintesis terpakai.
Pemberian natrium bikarbonat (NaHCO3) pada percobaan proses
fotosintesis berfungsi sebagai sumber penghasil CO2. Hal ini terjadi ketika
NaHCO3 larut dalam air akan terurai menjadai NaOH dan CO2. Campuran
NaHCO3 dengan H2O akan menghasilkan CO2 sebagai bahan baku fotosintesis,
sehingga reaksi kesetimbangan fotosintesis bergeser kearah produk sehingga
NaHCO3 dapat mempercepat laju fotosintesis (Mawaddah 2019). Oleh karena itu,
pemberian NaHCO3 berpengaruh terhadap jumlah gelembung O2 yang dihasilkan.
Tujuan

Mengamati pengaruh cahaya dan ketersediaan CO2 terhadap laju fotosintesis


dengan mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan

Dalam pratikum ini menggunakan alat antara lain statif, penjepit, lampu
LED, tabung reaksi, jarum suntik, penggaris, penggaris, pipa, thermometer, dan
tabung beaker. Adapun bahan yang digunakan pada pratikum di antarnya adalah
tanaman Hydrilla, senyawa Natrium Bikarbonat (NaHCO3), dan air.

Metode

1. Tanaman Hydrilla dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang diletakkan


dalam tabung beaker berisi air (250 ml) kemudian ditambahkan NaHCO3.
Konsentrasi NaHCO3 yang dipakai:
Percobaan 1 dan 4:1 gr/250 ml
Percobaan 2 dan 5:2 gr/250 ml
Percobaan 3 dan 6:3 gr/250 ml
2. Termometer di masukkan ke tabung beaker untuk memantau suhu air agar
stabil pada suhu ruang.
3. Lampu diarahkan pada Hydrilla dengan jarak yang sudah ditentukan. Jarak
cahaya ke tabung berisi tanaman Hydrilla: 120 cm, 90 cm, 60 cm, 30 cm,
15 cm, dan 5 cm. Lampu dinyalakan dan setelah massa adaptasi bereakhir,
pengamatan jumlah gas yang terkumpul pada pipa kapiler (tubing)
dilakukan selama 5 menit.
4. Amati volume gelembung udara (dengan asumsi O) yang dihasilkan
selama proses fotosintesis.

HASIL PEMBAHASAN
1. Buat grafik dan tabel dan dirata-ratakan terlebih dahulu. (hubungan antara
jarak cahaya dan NaHCO3 dengan volume gelembung udara).
Analisis dan interpretasikan data.
Tabel 1. Hubungan antara jarak cahaya dan NaHCO3 dengan volume gelembung
udara.

Gelembung Udara yang dihasilkan (mm)


Kombinasi Perlakuan
1 2 3 4 5 6
Percobaan 1
Ulangan 1 1,2 3,8 5,6 6,4 6,5 6,7
Ulangan 2 1,1 3,9 5,7 6,3 6,7 6,5
Ulangan 3 1,2 4 5,6 6,2 6,4 6,6
Ulangan 4 1,2 3,7 5,7 6,3 6,4 6,7
Ulangan 5 1,3 3,7 5,8 6,2 6,5 6,7
rataan 1,2 3,82 5,68 6,28 6,5 6,64
Percobaan2
Ulangan 1 1,3 5,8 6,5 1,5 6,2 7,5
Ulangan 2 1,2 5,7 6,3 1,4 6,3 7,4
Ulangan 3 1,2 5,6 6,3 1,3 6,4 7,3
Ulangan 4 1,1 5,7 6,2 1,3 6,2 7,3
Ulangan 5 1,2 5,6 6,4 1,4 6,5 7,4
rataan 1,2 5,68 6,34 1,38 6,32 7,38
Percobaan 3
Ulangan 1 1,2 5,1 6,5 2,7 7,6 9
Ulangan 2 1,3 5,4 6,3 2,5 7,5 8,9
Ulangan 3 1,2 5,2 6,2 2,3 7,5 8,7
Ulangan 4 1,3 5,2 6,3 2,4 7,4 8,8
Ulangan 5 1,1 5,3 6,3 2,3 7,6 8,7
Rataan 1,22 5,24 6,32 2,44 7,52 8,82
Percobaan 4
Ulangan 1 1,2 5,1 6,5 2,7 7,6 9
Ulangan 2 1,3 5,4 6,3 2,5 7,5 8,9
Ulangan 3 1,2 5,2 6,2 2,3 7,5 8,7
Ulangan 4 1,3 5,2 6,3 2,4 7,4 8,8
Ulangan 5 1,1 5,3 6,3 2,3 7,6 8,7
Rataan 1,22 5,24 6,32 2,44 7,52 8,82
Percobaan 5
Ulangan 1 2,3 3,1 1,9 6,2 7,2 1,2
Ulangan 2 2,4 2,8 1,8 6,1 7,2 1,1
Ulangan 3 2,5 3 1,9 6 7,3 1
Ulangan 4 2,3 3,1 1,7 6,1 7,1 1,1
Ulangan 5 2,4 3,2 1,8 6,1 7,3 1,2
Rataan 2,38 3,04 1,82 6,1 7,22 1,12
Tabel 2. Hasil rataan dari seluruh perlakuan

1 2 3 4 5 6
Perlakuan 1 1,2 3,82 5,68 6,28 6,5 6,64
2 1,2 5,68 6,34 1,38 6,32 7,38
3 1,22 5,24 6,32 2,44 7,52 8,82
4 1,22 5,24 6,32 2,44 7,25 8,82
5 2,38 3,04 1,82 6,1 7,22 1,12
Rataan 1,444 4,604 5,296 3,728 6,962 6,556

Grafik 1. Hubungan antara jarak cahaya dan NaHCO3 dengan volume gelembung
udara

Laju Fotosintesis
8

7
Volume gelembung udara

0
1 2 3 4 5 6
Jarak Cahaya

Dari data yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa jarak cahaya
mempengaruhi jumlah gelembung gas yang dihasilkan pada fotosintesis
tumbuhan Hydrilla. Kegiatan fotosintesis dapat diukur dengan menghitung
jumlah gelembung gas yang muncul pada percobaan. Grafik diatas menunjukkan
bahwa jarak cahaya dan jumlah volume NaHCO3 mempengaruhi hasil
gelembung udara. Grafik terlihat naik turun karena konsentrasi CO2 yang
digunakan dalam pratikum kali ini berbeda. Dari grafik disimpulkan bahwa
semakin banyak NaHCO3 yang ditambahkan ke dalam air, maka semakin banyak
gelembung yang muncul. Hal ini dikarenakan kadar CO2 yang diproses oleh
tumbuhan berbanding lurus dengan gelembung yang dihasilkan, gelembung yang
dihasilkan diartikan sebagai O2.

2. Buat pembahasan untuk peran cahaya dan ketersediaan CO2 pada fotosintesis
a. Berdasarkan data yang ada, faktor apa yang paling besar pengaruhnya
terhadap oksigen yang dihasilkan? Jelaskan alasannya.

Faktor yang paling berpengaruh adalah cahaya dan NaHCO3,


karena saat cahaya di tempatkan di jarak yang lebih dekat dan banyaknya
volume NaHCO3 membuat gelembung oksigen yang dihasilkan semakin
banyak. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produktivitas tanaman karena tidak semua tanaman memerlukan intensitas
cahaya yang sama dalam proses fotosintesis. Cahata matahari merupakan
sumber energi utama bagi reaksi fotosintesis, energi matahari yang diserap
oleh daun sebesar 1-5 % sedangkan sisanya dikeluarkan melalui transpirasi
dan dipancarkan/dipantulkan (Yustiningsih 2019). Cahaya yang redup
akan mengakibatkan lambatnya laju fotosintesis, sehingga dapat
menghambat proses pertumbuhan (Setyanti et al. 2013).

b. Apakah hydrilla dapat menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan


oksigen yang dihasilkan?

Ya, yaitu menurut posisi daun saat dilakukan percobaan dan letak
stomata yang berada di bawah permukaan daun. Hal ini dibuktikan pada
percobaan yang dilakukan oleh Ingen House diketahui bahwa daun-daun
yang berfotosintesis mengeluarkan oksigen lebih cepat pada bagian
permukaan sisi bahwa daun daripada sisi permukaan atas daun. Disamping
itu, temuan Ingen House menunjukkan bahwa terdapat sejumlah ±
100.000/cm2 stomata dibagian sisi permukaan bawah daun dan tidak
ditemukan sama sekalo adanya stomata di permukaan atas daun (Handoko
et al. 2013).

3. Selain terkait dengan data percobaan yang diamati, faktor apa lagi
yang memengaruhi laju fotosintesis tumbuhan?
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor
yang dapat mempengaruhi secara langsung seperti kondisi lingkungan
maupun faktor yang tidak mempengaruhi secara langsung seperti
terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses
fotosintesis. Fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi
lingkungan, meliputi kehadiran cahaya matahari, suhu lingkungan,
konsentrasi CO2. Faktor lingkungan dikenal dengan faktor pembatas
dan berpengaruh langsung bagi proses fotosintesis.
Faktor lain yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah
klorofil, titik kompensasi, unsur hara dan ketersedian H2O. Titik
kompensasi yang kecil akan menghambat fotosintesis untuk mencapai
kondisi optimum. Kekurangan H2O dapat menghambat masuknya CO2
dan menurunkan aktivitas fotosintesis karena sebagian stomata daun
menutup. Klorofil sangat berperan pada proses fotosintesis karena
mampu menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.
Selain itu, klorofil juga memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan
karbohidrat dan menyediakan energi bagi ekosistem (Ai 2012).

SIMPULAN

Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


cahaya sangat berpengaruh besar pada proses fotosintesis. Semakin rendah
intensitas cahaya yang diterima tumbuhan, maka semakin sulit pula tumbuhan
tersebut dalam melakukan fotosintesis. Selain itu, kadar NaHCO3 juga
berpengaruh terhadap laju fotosintesis. Reaksi NaHCO3 dengan H2O akan
menghasilkan CO2 yang merupakan faktor paling penting dalam proses
fotosintesis. Semakin besar kadar CO2 maka laju fotosintesis akan bertambah
besar. Semua faktor ini telah terbukti dalam percobaan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ai NS. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. 12(1):28-
34. doi: https://doi.org/10.35799/jis. 12. 1. 2012. 398

Handoko P, Fajariyanti Y. 2013. Pengaruh spektrum cahaya tampak terhadap laju


fotosintesis tanaman air Hydrilla verticillata. Proceeding Biologi
Education Conference: Biology Science, Enviromental, and
Learning.10(2): 300-308.

Kurniawan MP, Ma'ruf WF, Agustini TW. 2013)\. Pengaruh penambahan


MgCO3 dan NaHCO3 dengan perbedaan pencahayaan terhadap stabilitas
pigmen klorofil-A mikroalga Chlorella vulgaris. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 2(3):25-33.

Mawaddah. 2019. Uji toksisitas isolate steroid kromogtografi kolom fraksi n-


Heksana Hdyrilla verticillata [Skripsi]. Jawa Timur: UIN Maulana Malik
Ibrahim.

Setyanti YH, Anwar S, Slamet W. 2013. Karakteristik fotosintetik dan serapan


fosfor hijauan alfalfa (Medicago sativa) pada tinggi pemotongan dan
pemupukan nitrogen yang berbeda. Animal Agriculture Journal. 2(1):86-
96.

Yustiningsih M. 2019. Intensitas cahaya dan efisiensi fotosintesis pada tanaman


naungan dan tanaman terpapar cahaya langsung. BIO-EDU: Jurnal
Pendidikan Biologi. 4(2): 44-49. doi: https://doi.org/10.32938/jbe.v4i2.385
Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 / 1 1. Yasmin Alifah S A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 20 September 2021 2. Rifki Setiadi J E34180015


3. Titis Ayuningtyas DK F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

KONVERSI ENERGI

PENDAHULUAN
Dasar Teori
Fermentasi berasal dari kata latin ferfere yang berarti “mendidihkan”.
Fermentasi adalah proses terjadinya penguraian senyawa organik untuk
menghasilkan energi serta terjadi pengubahan substrat menjadi produk baru oleh
mikroba (Madigan 2011). Gula adalah bahan umum yang digunakan dalam proses
fermentasi, beberapa contoh hasil fermentasi seperti etanol, asam laknat, dan
hidrogen. Alkohol adalah proses fermentasi dari bahan utama ragi yang
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya (Mulyani
2011). Beberapa contoh produk fermentasi antara lain nata de coco, yogurt, dan
kecap (Hidayanto 2017). Proses fermentasi dibutuhkan starter sebagai mikroba
yang akan tumbuh dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam
jumlah dan fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi (Azizah et.
al 2012). Proses fermentasi yang terjadi pada pembentukan etanol adalah fermentasi
anaerob atau tanpa oksigen (Kurniawan et. al 2011). Dengan persamaan reaksi
kimia, yaitu:
C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2 + 22 kkal

Pada proses fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol dalam 2


langkah. Langkah pertama yaitu dengan melepaskan karbondioksida dari piruvat
selanjutnya diubah menjadi senyawa asetaldehida berkarbon dua. Langkah kedua
asetaldehid direduksi oleh NADH menjadi etanol (Campbell dan Reece 2008).
Faktor yang mempengaruhi fermentasi adalah suhu, derajat keasaman (pH),
oksigen, mikroba, lamanya waktu fermentasi. Suhu fermentasi mempengaruhi lama
fermentasi karena pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh suhu linngkungan. Jika
suhu terlalu rendah, maka fermentasi akan berlangsung lambat dan sebaliknya jika
suhu terlalu tinggi maka Saccharomyces cerevisiae akan mati sehingga proses
fermentasi tidak akan berlangsung (Kumalasari 2011).
Tujuan
Mengetahui mol etanol dan CO2 dengan volume CO2 dan waktu yang
berbeda. Serta, mengamati proses konversi energi melalui reaksi fermentasi dan
mengetahui pengaruh substrat gula dan suhu terhadap reaksi fermentasi.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum ini yaitu labu erlenmeyer, gelas piala,
sumbat karet erlenmeyer berlubang 2, plastisin, batang pengaduk, gelas piala,
selang, termometer dan neraca. Adapun bahan yang digunakan yaitu glukosa, jus
nanas, ragi/fermipan, indikator pp, air kapur/CaCO3, dan aquades.

Metode
1. Masukkan 100 ml aquades ke dalam labu erlenmeyer A, tambahkan gula
dan ragi 10 gram. Kemudian aduk hingga larut.
2. Isi penuh gelas ukur 50/100 ml dengan air kapur dan masukkan secara
terbalik ke dalam gelas piala.
3. Pasang selang di head space erlenmeyer. Masukkan ujung selang satunya
ke dalam mulut gelas ukur terbalik di dasar gelas piala. Amati dan catat
volume udara setiap 15 menit.
4. Lakukan hal yang sama untuk percobaan lainnya, yaitu larutan jus nanas
100 ml yang ditambah ragi 10 gram dan larutan tepung tapioka 10 gram
dalam 100 ml yang ditambahkan ragi 10 gram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1

No Waktu Volume Jumlah Jumlah Molekul


pengamatan CO2 (ml) Molekul CO2 alkohol/etanol
(menit) (mol) (mol)
1 0 0 0 0
2 15 9,7 0,00039 0,00039
3 30 16,1 0,00064 0,00064
4 45 23,1 0,00092 0,00092
5 60 29,7 0,00118 0,00118
6 75 37,6 0,00150 0,00150
7 90 37,6 0,00150 0,00150
Tabel 1 Hasil Percobaan Larutan Gula

Contoh Perhitungan:
Diketahui:
P= 1 atm Reaksi: C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2
V= 16,1 ml
= 16,1 × 10-3 = 0,0161 L
R= 0,082057 Latm/mol.K
T= 306,3 K
Ditanya: n CO2 dan n etanol ?
Jawab:
n CO2 = P.V = n.R.T
= PV/RT
= 1× 0,0161 / 0,082057 × 306,3
= 0,0161 / 25,1340591
= 0,00064 mol
n etanol= n CO2 = 0,00064 mol
No Waktu Volume Jumlah Jumlah Molekul
pengamatan CO2 (ml) Molekul CO2 alkohol/etanol
(menit) (mol) (mol)
1 0 0 0 0
2 15 11 0,00044 0,00044
3 30 17,7 0,00070 0,00070
4 45 26,1 0,00103 0,00103
5 60 34,9 0,00138 0,00138
6 75 35,2 0,00140 0,00140
7 90 35,2 0,00140 0,00140
Tabel 2 Hasil Percobaan Jus Nanas

Contoh Perhitungan:
Ditanya:
P=1atm Reaksi: C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2
V=34,9ml
=34,9×10-3 = 0,0349L
R=0,082057 L.atm/mol.K
T=306,3 K

Ditanya: n CO2 dan n etanol ?


Jawab:
n CO2 = P.V = n.R.T
= PV/RT
= 1× 0,0349 / 0,082057 × 306,3
= 0,0349/ 25,1340591
= 0,00138 mol
n etanol= n CO2 = 0,00138 mol
No Waktu Volume Jumlah Jumlah Molekul
pengamatan CO2 (ml) Molekul CO2 alkohol/etanol
(menit) (mol) (mol)
1 0 0 0 0
2 15 8,5 0,00033 0,00033
3 30 12,3 0,00048 0,00048
4 45 19,3 0,00076 0,00076
5 60 23,1 0,00091 0,00091
6 75 30,3 0,00120 0,00120
7 90 30,5 0,00121 0,00121
Tabel 3 Hasil Percobaan Larutan Tepung Tapioka

Contoh Perhitungan:
Diketahui:
P=1atm
V=19,3ml = 19,3×10-3 =0,0193 L Reaksi: C6H12O6 → 2CH3CH2OH + 2CO2
R=0,082057 L.atm/mol.K
T=306,3 K
Ditanya: n CO2 dan n etanol ?
Jawab:
n CO2 = P.V = n.R.T
= PV/RT
= 1× 0,0193 / 0,082057 × 306,3
= 0,0193 / 25,1340591
= 0,00076 mol
n etanol= n CO2 = 0,00076 mol
Laju Fermentasi
0,0016
Jumlah molekul etanol (mol)
0,0014
0,0012
0,001
0,0008 Gula
0,0006 Jus Nanas
0,0004 Tepung Tapioka
0,0002
0
0 20 40 60 80 100
Waktu pengamatan (menit)

Grafik 1 Laju Fermentasi

Pembahasan:
Semakin banyak volume CO2 dan lamanya waktu dalam proses fermentasi
maka etanol yang dihasilkan semakin banyak. Hal ini dikarenakan dalam ketetapan
gas ideal, volume berbanding lurus dengan mol, pernyataan tersebut dinyatakan
dengan rumus PV=nRT (Aminoto et al. 2020). Terlihat dari grafik di atas
bertambahnya waktu pengamatan mempengaruhi bertambahnya laju pembentukan
etanol. Dapat dilihat percobaan menggunakan indicator yang berbeda, yakni
percobaan pertama menggunakan gula, percobaan kedua menggunakan jus nanas,
dan percobaan terakhir menggunakan tepung tapioka.
Pada grafik tersebut dapat terlihat pada percobaan dengan menggunakan
gula dan tepung tapioka mengalami stagnan pada waktu 75 menit, sedangkan pada
jus nanas mengalami stagnan pada waktu pengamatan 60 menit.
Percobaan 2
1. Apakah parameter dari eksperimen pada video yang menunjukkan bahwa
terjadi proses fermentasi pada masing-masing gelas perlakuan?
Jawab:
Berdasarkan pengamatan pada video 2 yang menjadi parameter terjadinya
proses fermentasi adalah ketinggian busa pada masing-masing gelas perlakuan
dan plastik wrapnya menggembung ke atas. Gelas perlakuan dengan air panas
menunjukkan ketinggian busa paling rendah, sedangkan gelas dengan
perlakuan air suhu tubuh menunjukkan ketinggian busa paling tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa fermentasi alkohol terjadi karena aktivitas mikroba yang
menghasilkan etanol dan CO2. Dapat disimpulkan yang menjadi parameter dari
eksperimen ini adalah suhu dan udara.

2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap proses fermentasi seperti yang ditunjukkan


pada video, fenomena apa yang terjadi pada masing-masing gelas perlakuan?
Jawab:
Suhu sangat mempengaruhi proses fermentasi karena pertumbuhan mikroba
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh
optimal pada kisaran suhu 30-350 C (Kumalasari 2011). Setiap mikroorganisme
mempunyai suhu minumum, suhu optimal, dan suhu maksimum dalam
fermentasi. Suhu lingkungan yang terlalu rendah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri sehingga proses fermentasi etanol berlangsung lama.
Namun, jika suhu lingkungan terlalu tinggi maka bakteri bisa mati, sehingga
proses fermentasi bisa tidak terjadi (Azizah et. al 2012).
Pada gelas pertama yang berisi air dingin, memiliki suhu minimum sehingga
fermentasi berjalan lambat dan busa yang dihasilkan sedikit. Pada gelas kedua
berisi air panas memiliki suhu yang tinggi sehingga perkembangan mikrobanya
terhambat sehingga busa yang dihasilkan sedikit. Sedangkan, pada gelas ketiga
dan keempat yang berisi air dengan suhu tubuh membuat mikroba dapat
berkembang dengan baik dan busa yang dihasilkan lebih banyak. Busa yang
dihasilkan pada gelas yang berisi air suhu tubuh baik dibuka maupun ditutup
memiliki ketinggian 6 cm untuk gelas terbuka dan 5 cm untuk gelas tertutup
plastik wrap.

3. Bagaimana mekanisme konversi energi yang terjadi pada khamir tersebut? Apa
indikasinya bahwa konversi energi terjadi?
Jawab:
Mekanisme konversi energi yang terjadi pada video kedua. Gula sebagai
pemercepat proses fermentasi akan terhidrolisis dan ragi akan berperan dalam
reaksi fermentasi (Berlian et.al 2016).
Konversi energi terjadi pada khamir berupa perubahan kimia yang terjadi
pada substrat organik. Hal ini terjadi karena adanya aksi katalisator biokimia,
yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba tertentu dan aktifitas mikroba
penyebab fermentasi pada substrat organic yang sesuai. Terjadinya perubahan
kimia dari zat organik yang disebabkan oleh mikroorganisme menjadi
penyebab fermentasi bereaksi substrat organik sesuai dengan pertumbuhannya
(Widyanti et. al 2016).
Mekanisme konversi energi yang terjadi pada khamir dimulai dari sumber
energi bergabung dengan senyawa kimia sehingga terbentuklah kemototrof,
kemoheterotrof, dan kemolitotrof. Kemoheterotrof bergantung pada zat kimia
sebagai sumber energi dan memanfaatkan CO2 sebagai sumber karbon
(Hadiyanto dan Azim 2016). Kemoheterotrof terbentuk dari senyawa organik
dimana penerima elektron terakhir adalah O2, dan senyawa anorganik penerima
elektron terakhir tidak memerlukan O2.
4. Dari hasil percobaan Anda, apa yang terjadi jika Anda menambah gula
sebanyak dua kali lipat terhadap hasil percobaan di masing-masing gelas?
Jawab:

Penambahan gula sebanyak dua kali lipat terhadap masing-masing gelas


percobaan akan membuat peningkatan kadar etanol dan CO2 terbentuk. Hal ini
dikarenakan senyawa gula merupakan sumber nutrisi/karbon yang digunakan
sebagai energi bagi aktivitas khamir. Semakin banyak kandungan senyawa
gula dalam substrat maka semakin besar pula senyawa disakarida yang
dirombak menjadi monosakarida (glukosa) yang kemudian dikonversi menjadi
etanol. Fermentasi akan berlangsung terus selama ada gula dan akan berhenti
bila gula telah habis difermentasi (Rochani et.al 2016).

SIMPULAN
Konversi energi pada proses reaksi fermentasi terjadi pada pemecahan glukosa
menjadi karbondioksida dan etanol dengan bantuan ragi. Semakin banyak volume
CO2 dan lama waktu yang digunakan dalam proses fermentasi maka mol yang
dihasilkan semakin banyak pula. Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi
yaitu gula dan suhu.
DAFTAR PUSTAKA

Aminoto T, Dani R, Lestari N. 2020. Penerapan inovasi termometer gas sebagai


media pembelajaran fisika di SMAN 5 Sungai Penuh. Jurnal Karya Abdi.
4(1).

Azizah N, Al-Barrii AN, Mulyani S. 2012. Pengaruh lama fermentasi terhadap


kadar alkohol, ph, dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari
whey dengan subtitusi kulit nanas. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2):
72-77.

Berlian Z, Aini F. 2016. Uji kadar alkohol pada tapai ketan putih dan sinngkong
melalui fermentasi dengan dosis ragi yang berbeda. Jurnal Biota. 2(1): 106-
111.

Campbell NA, Reece JB. 2008. Biologi edisi ke-8 jilid ke-2. Penerjemah: Hardani
W, Adhika P, editor. Jakarta: Erlangga.

Hadiyanto, dan Azim, Maulana . 2016. Dasar-Dasar Bioproses. Semarang: EF Pres


Digimedia.

Kumalasari, Indah Jayanti. 2011. Pengaruh variasi suhu inkubasi terhadap kadar
etanol hasil fermentasi kulit dan bonggol nanas (Ananas sativus). [Skripsi].
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Kurniawan R Juhanda S, Syamudin R. 2011. Pengaruh jenis dan kecepatan


pengaduk dan fermentasi etanol secara sinambung dalam bioreactor tangka
bepengaduk sel terhambat. Jurnal Teknik Kimia. 1(1): 1-5.

Mulyani. 2011. Mikroorganisme fermentatif dalam ilmu biologi sekolah menengah


atas. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Rochani A, Yuningsih S, Ma'sum Z. 2016. Pengaruh konsentrasi gula larutan


molase terhadap kadar etanol pada proses fermentasi . Reka Buana: Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia. 1(1): 43-48.
Widyanti EM, Moehadi BI. 2016. Proses pembuatan etanol dari gula menggunakan
Saccharomyces cerevisiae amobil. Jurnal Metana. 12(2): 31-38.

Zulfanita, Z., Mudawaroch, R. E., dan Jeki Mediantari. 2017. Manajemen kesehatan
ternak melalui pemberian jamu herbal fermentasi. Surya abdimas. 1(1):38-
44.
Nama : Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah S A24180171


Hari, Tanggal : Senin, 27 September 2021 2. Rifki Setiadi J E34180015
3. Titis Ayuningtyas DK F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

PEWARISAN SIFAT PADA TANAMAN DAN PENERAPANNYA UNTUK


GOLONGAN DARAH SISTEM-ABO

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mekanisme pewarisan gen dikemukakan oleh bapak genetika modern yaitu
Gregor Johann Mendel pada tahun 1865. Hukum Mendel dibagi menjadi dua
bagian, yakni Hukum Mendel I atau hukum segregasi bebas menyatakan bahwa
pada pembentukan gamet, kedua gen induk yang merupakan pasangan alel akan
memisah sehingga tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Sedangkan hukum
Mendel II merupakan hukum yang menjelaskan proses berpasangan secara bebas
atau independen assortme(Akbar et al. 2015). Prinsip persilangan monohibrid yaitu
persilangan dengan satu sifat beda dan berkaitan dengan hukum Mendel I,
Keturunan F1 akan memiliki sifat sama salah satu induk dan dipengaruhi oleh alel
dominan dan resesif. Persilangan dihibrid melibatkan dua sifat beda dan berlaku
hukum Mendel II (Wijayanto et al. 2013). Uji khi-kuadrat digunakan untuk menguji
dua kelompok data baik variabel independen maupun dependennya dan menguji
ada tidaknya hubungan antara variabel (independency test), homogenitas antar sub-
kelompok dan bentuk distribusi (Ling 2014). Dasar uji khi-kuadrat adalah
membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang
diharapkan (E).
Hukum hereditas mendel adalah penurunan sifat dari induk kepada
keturunannya yang dihasilkan dari perkawinan antar individu yang mempunyai
perbandingan fenotipe maupun genotipe yang mengikuti aturan tertentu (Huda
2015). Penerapan pewarisan sifat pada tanaman dapat dilihat salah satu contohnya
pada sifat warna jagung dan tipe jagung manado kuning. Pada biji jagung terdapat
beberapa warna biji jagung seperti kuning, merah, ungu dan putih, perbedaan warna
ini dikendalikan secara genetik oleh sintesis pigmen biji jagung kelompok
antosianin dan karotenoid (Pamandungan dan Ogie 2018).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari pewarisan sifat tanaman berdasarkan
percobaan monohibrid dan dihibrid serta penerapannya pada pewarisan golongan
darah.

ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam video pertama, yaitu wadah plastik,
tisu atau kertas, plastik wrab, wadah bersekat untuk media tanam benih, kayu
sebagai penyangga, tali, cangkul, benih sweet pea, air, dan kompos. Alat dan bahan
yang digunakan dalam video kedua, yaitu penjepit yang tajam, etanol, label dan
bunga tanaman sweet pea (Lathyrus latifolius).

METODE
Tuliskan dalam bentuk bagan alir metode yang terdapat di video :
 Growing Sweet Peas from Seed

siapkan benih sweet Media plastik diisi selembar Media plastik ditutup
peas yang telah dibeli, tisu dan diberi air sampai dengan plastik wrap dan
kemudian dibasahi dan permukaan tisu basah. Biji didiamkan semalaman.
didiamkan semalaman. sweet peas ditaruh di atasnya
dan disusun merata.

Siapkan lahan yang Setelah 7 hari kecambah akan Wadah bersekat yang telah disiapkan
sebelumnya telah diberi mulai tumbuh, tanaman yang diisi dengan kompos lalu beri sedikit
kompos dan tanah, susun empat sudah tumbuh sekitar 10-15 air secara merata dan letakkan benih di
tongkat lalu ikat ujunngnya cm dijepit ujung atas daun atas kompos tersebut lalu tutup
untuk menunjang pertumbuhan untuk mendorong tunas baru kembali dengan tipis secara merata dan
tanaman sweet peas yang diberi di sampingnya sehingga ditekan kuat agar udara hilang di
jarak masing-masing 30 cm. setiap tanaman akan sekitah benih
mendapat 3 batang.

Saat tinggi tanaman mencapai sekitar Tanaman sweet peas


30 cm, kelilingi tanaman sweet peas (Lathyrus latifolius) disiram
(Lathyrus latifolius) menggunakan dan dirawat hingga 10
benang di sekitar tongkat, agar minggu, yang ditandai
pertumbuhannya teratur. Hal yang dengan mekarnya bungan
tanaman sweet peas
sama dilakukan pada ketinggian
(Lathyrus latifolius).
tanaman mencapai 60 cm.
 Crossing Sweet Peas

Pinset disterilkan Bagian kelopok luar dipotong Dipilih bunga yang


menggunakan atau dihilangkan untuk sudah mengembang
etanol, dipilih membuka bagian kepala sari untuk menyumbangkan
bunga yang dan stigma. Semua kepala sari serbuk sari.
belum mekar atau dilepaskan dan disisakan
masih kuncup kepala putik yang siap
sebagai resipien. menerima serbuk sari.

Tanaman tersebut kemudian Kepala putik dan serbuk sari


ditandai menggunakan label didekatkan sehingga
agar mengetahui mana yang keduanya menempel. Stigma
telah dilakukan untuk dapat digunakan sebagai kuas
pengamatan. untuk memberi serbuk sari ke
stigma penerima.
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Monohibrid dan Dihibrid dari Hasil Percobaan Bateson et al.


(1905)

1. Lakukan pengujian Khi-kuadrat dari data fenotipe F2 untuk masing-


masing sifat secara terpisah (monohibrid), yaitu untuk Sifat Warna Bunga
dan untuk Sifat Bentuk Polen.

Tabel 1 Uji Khi-kuadrat fenotipe F2 Sweet pea (Lathyrus odoratus)


untuk sifat warna bunga
No. Fenotipe F2 Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
3/4
1 Ungu 5221 5214 0.009

1/4
2 Merah 1731 1738 0.028
Total 6952 1 6952 0.037
X -tabel (db=1, α = 0.005=3.841)
2

Harapan ungu= hipotesis × total observasi


= ¾ × 6952
= 5214
Harapan merah = hipotesis × total observasi
= ¼ × 6952
= 1738
Perhitungan X – hitung:
2

(ungu) X2 = (N1 - n1.N)2


───────
n1.N
= (5221 – ¾.6952)2
───────
¾ .6952
= 0.009
(merah) X2 = (N2 – n2.N)2
───────
n1.N
=(1731 – ¼ .6952)2
───────
¼ .6952
= 0.028
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai khi-kuadrat hitung < nilai khi-
kuadrat tabel yaitu 0.037 < 3.841, sehingga sebaran observasi tidak
berbeda dengan serabaran harapan.
Tabel 2 Uji Khi-kuadrat fenotipe F2 Sweet pea (Lathyrus odoratus)
untuk sifat bentuk polen

No. Fenotipe F2 Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung


¾
1 Panjang 5224 5214 0.019

2 Bulat 1738 ¼ 1738 0.058


Total 6952 1 6952 0.077
X – tabel (db=1, α=0.05) = 3.841
2

Harapan panjang = hipotesis × total observasi


= ¾ × 6952
= 5214
Harapan Bulat = hipotesis × total observasi
= ¼ × 6952
= 1738
Perhitungan X – hitung:
2

(Panjang) X2 = (N1 - n1×N)2


───────
n1×N
= (5224 – ¾×6952)2
───────
¾ ×6952
= 0.019
(Bulat) X 2
= (N2 – n2×N)2
───────
n2×N
= (1738 – ¼ ×6952)2
───────
¼ ×6952
= 0.058

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai khi-kuadrat hitung < nilai khi-


kuadrat tabel yaitu 0.077 < 3.841, sehingga sebaran observasi tidak
berbeda dengan sebaran harapan.

2. Bagaimana determinisme genetik atau pengendalian genetik untuk


masing-masing sifat tersebut?

Sifat warna bunga dikendalikan oleh 1 gen dengan 2 alel dominan


resesif, alel pada bunga berwarna ungu dominan dan alel bunga
berwarna merah resesif. Sifat bentuk polen dikendalikan oleh 1 gen
dengan 2 alel dominan resesif, alel bentuk polen panjang dominan dan
alel bentuk polen bulat resesif. Karakter kuantitatif suatu tanaman
dikendalikan oleh 1-2 gen mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya
(penyimpangan yang terjadi). Estimasi jumlah gen yang mengendalikan
suatu sifat pada tanaman yang memiliki kesesuaian antara nilai
pengamatan dan harapan dianggap sebagai jumlah gen yang
mengendalikan sifat yang diamati. Suatu alel dianggap dominan ketika
frekuensi pengamatan dan harapan lebih besar dibandingkan alel
lainnya (Hartati et. al 2013).

3. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk masing-


masing sifat tersebut.

Gambar 1 Diagram persilangan Sweet pea (Lathyrus odoratus) untuk


sifat warna bunga
P : UU >< uu
(Ungu) (Merah)

Gamet : U u

F1 : Uu
(Ungu)
Hasil persilangan F1 dengan F1
P2 : Uu >< Uu
(Ungu) (Ungu)
Gamet : U,u U,u
F2 :
U u
U UU Uu
(Ungu) (Ungu)
U Uu Uu
(Ungu) (Merah)

Ratio genotip F2→ UU : Uu : uu


1 : 2 : 1

Ratio fenotip F2→ Ungu : Putih


3 : 1
Gambar 2 Diagram persilangan Sweet pea (Lathyrus odoratus) untuk
sifat bentuk polen
P : PP >< pp
(Panjang) (Bulat)
G : P p
F1 :

Pp
(Panjang)
Hasil persilangan F1 dengan F1
P2 : Pp >< Pp
(Panjang) (Panjang)
Gamet : P, p P, p

F2 :
P P
P PP Pp
(Panjang) (Panjang)
P Pp Pp
(Panjang) (Bulat)

Rasio genotip F2→ PP : Pp : pp


1 : 2 : 1
Rasio Fenotip F2→ Panjang : Bulat
3 : 1

4. Lakukan pengujian Khi-kuadrat untuk data fenotipe F2 sekaligus untuk


dua sifat beda (dihibrid) dengan pengujian atau hipotesis bahwa kedua gen
pengendali Sifat Warna Bunga dan Sifat Bentuk Polen saling bebas dengan
pengujian peluang dua kejadian bebas.

Tabel 3 Uji Khi-kuadrat dan analisis fenotipe F2 untuk menguji bahwa gen
pengendali sifat warna bunga dan gen pengendali sifat bentuk polen adalah saling
bebas
No. Fenotipe F2 Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
1 Ungu - Panjang 4831 9/16 3910,5 216.678
2 Ungu - Bulat 390 3/16 1303,5 640.185
3 Merah - Panjang 393 3/16 1303,5 635.987
4 Merah - Bulat 1338 1/16 434,5 1878.74
Total 6952 1 6952 3371.59
X2 – tabel (db=3, α=0.05)= 7.815

Perhitungan X2 – hitungan:
(Ungu-Panjang) X2 = (N1 - n1×N)2
───────
n1×N
= (4831 –9/16 ×6952)2
───────
9/16×6952
= 216.678
(Ungu-Bulat) X2
= (N2 – n2×N)2
───────
n2×N
= (390 –3/16 ×6952)2
───────
3/16×6952
= 640.185
(Merah-Panjang) X =(N3 – n3×N)2
2

───────
n3×N
= (393 –3/16 ×6952)2
───────
3/16×6952
= 635.987

(Merah-Bulat) X2 = (N4 – n4×N)2


───────
n1×N
= (1338 –1/16 ×6952)2
───────
1/16×6952
= 1878.739 = 1878.74
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai khi-kuadrat hitung > nilai khi-kuadrat
tabel yaitu 3371.59 > 7.815, sehingga sebaran observasi berbeda dengan sebaran
harapan yang berarti perbandingan ciri fenotipe F2 untuk sifat warna bunga dan
sifat bentuk polen yaitu ungu-panjang : ungu-bulat : merah-panjang : merah-bulat
= 9: 3: 3: 1.

5. Bagaimana kesimpulan anda, apakah gen pengendali Sifat Warna Bunga


dan gen pengendali Sifat Bentuk Polen berada pada satu kromosom yang sama
atau berada pada kromosom berbeda, dan kenapa?
Jawab: Berdasarkan hasil uji khi-kuadrat diketahui bahwa sebaran observasi
berbeda dengan nilai sebaran harapan, gen pengendalian sifat warna bunga dan sifat
bentuk polen berada pada satu kromosom yang saling bebas. Hal ini dikarenakan
sifat warna dan bentuk polen termasuk informasi genetik yang membedakan sifat
tubuh yang dikendalikan oleh kromosom tubuh. Menurut hukum Mendel, pada
hukum pilihan bebas faktor yang menentukan suatu karakter berbeda yaang
diwariskan secara bebas antar satu sama lain (Klug et. al 2012).

6. Buat diagram persilangan dan model pewarisan sifat untuk Warna Bunga
dan Bentuk Polen tersebut

Gambar 3. Persilangan dihibrid antara bunga ungu-panjang dan bunga merah-bulat.

P1 : UUPP >< uupp

Fenotip : (Ungu-Panjang) >< (Merah-Bulat)

Gamet : UP up

F1 :

UuPp

Fenotip : (Ungu-Panjang)

Hasil persilangan F1 dengan F1

P2 : UuPp >< UuPp

Fenotip : (Ungu-Panjang) (Ungu-Panjang)

Gamet : UP, Up, uP, up UP, Up, uP, up

F2 :

UP Up uP up

UP UUPP UUPp UuPp UuPp

Up UUPp Uupp Uupp Uupp

uP UuPp UuPp uuPP uuPp

Up UuPp Uupp uuPp uupp


Ratio fenotip F2 = ungu-panjang: ungu-bulat: merah-panjang: merah-bulat

= 9 : 3 : 3 : 1

7. Kombinasi fenotipe ciri-sifat yang baru muncul pada F2 (tidak ada di tetua
maupun F1) terjadi karena mekanisme berpadu bebas atau pindah silang, dan
jelaskan mengapa?

Jawab: Karena dalam proses pembentukan gamet, setiap alel akan diturunkan
secara berpadu bebas kepada setiap gamet dan tidak selalu bersamaan, dengan
begitu memungkinkan untuk terbentuknya karakter-karakter baru yang beraneka
ragam pada keturunannya. Pembentukan karakter baru terjadi pada proses
pembalahan meiosis. Patah dan melekatnya kromatid mengikuti mekanisme pindah
silang pada proses meiosis fase profase. Terbentuknya rekombinasi baru pada
gamet disebabkan oleh pertukaran materi genetik oleh pasangan kromosom
homolog yang berpisah (Haqiqi et. al 2015)

B. Pewarisan Sifat Golongan Darah Sistem-ABO


1. Data Tipe Golongan Darah
Tabel 5 Data tipe golongan darah anggota keluarga
No Anggota Keluarga Golongan Darah
1 Ayah kandung A
2 Ibu kandung B
3 Diri sendiri A

2. Silsilah Pewarisan Golongan Darah

Ayah Ibu
IAIA IBIB

Saya
IAIA
3. Analisis Genotipe Golongan Darah
Tabel 6 Genotipe golongan darah anggota keluarga

- Bagaimana genotipe golongan darah sistem- ABO anda, serta ayah dan
ibu kandung anda?

Jawab: Ibu saya bergolongan darah B dengan genotipe IBIB, sedangkan


ayah saya bergolongan darah A dengan genotipe IAIA sehingga saya
bergolongan darah A dengan genotipe IAIA.

- Apakah untuk dapat menentukan/memastikan genotipe anda cukup


menggunakan data golongan darah anda dan ayah-ibu anda saja, atau
perlu tambahan dari saudara kandung, atau bahkan harus ditambah data
dari kakek-nenek anda dari pihak ayah dan/atau ibu anda?

Jawab: Pada genotipe golongan darah ayah dan ibu sudah dapat
menentukan genotipe anak pada kasus ini, tetapi jika ditemukan kasus
dimana jika anak kandung tidak memiliki golongan darah berdasarkan
genotipe orang tuanya maka diperlukan tambahan data dari kakek dan
nenek dari pihak ayah dan pihak ibu.

4. Kemungkinan Pewarisan Golongan Darah


Bila anda menikah dengan pasangan bergolongan darah yang sama
dengan anda, tuliskan persilangan untuk kemungkinan golongan darah
anak-anak anda.
Jawab:
Kemungkinan 1
P : IAIA >< IAIA
Gamet : IA ,IA
F :
IA IA
IA IAIA IAIA
IA IAIA IAIA
Hasil yang didapat:
Golongan darah A genotipe IAIA (homozigot), dengan persentase 100%

Kemungkina 2
P : IAIA >< IAIO
Gamet : IA IA, IO
F :
IA IA
IA IAIA IAIA
IO IAIO IAIO

Hasil yang didapat:


Golongan darah A genotipe IAIA (homozigot), dengan persentase 50%
Golongan darah A genotipe IAIO (heterozigot), dengan persentase 50%

Kemungkinan 3
P : IAIO ><
IAIO
Gamet : IA , IO IA ,IO
F :
IA IO
IA IAIA IAIO
IO IAIO IOIO

Hasil yang didapat:


Golongan darah A genotipe IAIA (homozigot), dengan persentase 25%
Golongan darah A genotipe IAIO (heterozigot), dengan persentase 50%
Golongan darah A genotipe IOIO (homozigot), dengan persentase 25%

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, genotipe golangan darah pratikan adalah
IAIO, sehingga ketika persilangan dilakukan dengan pasangan genotipe golongan
darah yang sama akan menghasilkan F1 dengan golongan darah A atau O. Hal ini
dapat terjadi karena golongan darah A memiliki sel darah merah ber-antigen A di
permukaan membran selnya sehingga menghasilkan antibody terhadap antigen B.
Antigen tersusun atas struktur karbohidrat dan protein yang berbeda-beda pada
masing-masing antigen. Oleh karena itu, golongan darah A hanya dapat menerima
golongan darah ber-antigen A atau O (Amroni 2017). Selanjutnya, persilangan
antara pasangan golongan darah ber-antigen A tidak akan menghasilkan golongan
darah ber-antigen B yaitu B dan AB, dan hanya memiliki probabilitas menghasilkan
golongan darah A homozigot, A heterozigot, dan O.
SIMPULAN

Pengujian X2 pada persilangan monohibrid tanaman Sweat pea


menunjukkan bahwa sebaran hasil pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan. Berbeda dengan persilangan monohibrid, persilangan dihibrid
menunjukkan bahwa sebaran hasil pengamatan berbeda nyata dengan sebaran
harapan. Pewarisan sifat golongan darah sistem-ABO dapat diketahui dari genotipe
kedua orang tuanya saja, karena genotipe dari suatu keturunan (F) merupakan hasil
dari penyilangan genotipe parental (P).
DAFTAR PUSTAKA

Akbar RT, Hardhienata S, Aries M. 2015. Implementasi sistem hereditas


menggunakan metode persilangan hukum Mendel untuk identifikasi
pewarisan warna kulit manusia. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Ilmu Komputer/Informatika. 1(1).

Amroni. 2017. Penerapan rule base system untuk mengetahui hasil perkawinan
antar golongan darah. Jurnal Ilmiah Media Sisfo. 10(2): 669.

Haqiqi I, Damanhuri, Kendarini N, Agisimanto D. 2015. Studi keberhasilan


persilangan Stroberi (Fragaria x ananassa Duch). Jurnal Produksi
Tanaman. 3(2):107-112.

Hartati S, Barmawi M, Sa'diyah N. 2013. Pola segregasi agronomi tanaman kedelai


(Glycine max {L.} Merrill) generasi F2 hasil persilangan Wilis X B3570.
Jurnal Agrotek Tropika. 1(1):8-13.

Huda DW. 2015. Aplikasi pembelajaran persilangan berdasarkan hukum mendel.


Jurnal Bangkit Indonesia. 4(2): 45.

Klug WS, Cummings MR, Spencer CA, Palladino MA. 2012. Concepts of Genetics.
Tenth Edition. San Fransisco (AS): Pearson Education, Inc.

Ling J. 2014. Analisis sentimen menggunakan metode naive bayes classifer dengan
seleksi fitur chi square . Jurnal Matematika. 93-95.

Pemandungan Y, Ogie TB. 2018. Pewarisan sifat warna dan tipe biji jagung
manodo kuning. Eugenia. 24(1).

Wijayanto DA, Hidayat R, Mohammad Hasan. 2013. Penerapan model persamaan


diferensiasi dalam probabilitas genotip keturunan dengan dua sifat beda.
Jurnal Ilmu Dasar. 14(2):77-84.
Nama: 1. Kevin Giovani Manurung PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
2. Alin Yusriyatun Ulwiyah Asisten Praktikum:

3. Umi Zahro Laylatul Wardhah 1. Yasmin Alifah S A24180171

4. Galih Restu Pratama 2. RifkiSetiadi J E34180015


5. Yulia Rahman 3. Titis Ayuningtyas DK F14190089

4. Daffani Zahda T G34190011


Hari/Tanggal : Senin, 18 Oktober 2021
Kelompok : 1 (Satu)

ISOLASI DNA, ELEKTROFORESIS GEL, DAN POLYMERASE CHAIN


REACTION

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari Teknik isolasi DNA untuk
mendapatkan DNA yang dapat digunakan sebagai template PCR, mempelajari
teknik elektroforesis gel agarose untuk memisahkan fragmen DNA, mempelajari
teknik amplifikasi DNA dengan Polymerase Chain Reaction.

Hasil dan Pembahasan

Isolasi DNA
1. Simak Video Teknik Isolasi DNA Bagian I
https://www.youtube.com/watch?v=tcPgdR9_t64
dan Bagian II (https://www.youtube.com/watch?v=1PisbDHKXTU)
2. Jawablah pertanyaan di bawahini:
a. Apa fungsi dari buffer lisis?
Buffer lisis berfungsi untuk menghancurkan membrane sel dan
mengeluarkan DNA genom. Selain itu, buffer berperan sebagai inhibitor
enzim nuklease yang merupakan enzim pendegredasi DNA sehingga
struktur DNA selama proses penghancuran dan pemurnian tetap terjaga
(Iqbal et al. 2016).
b. Mengapa campuran buffer lisis dan sampel perlu diinkubasi pada suhu
tertentu?
Hal ini karena suhu berpengaruh nyata terhadap konsentrasi DNA.
Apabila suhu inkubasi terlalu tinggi maka DNA akan rusak, sebaliknya jika
suhu terlalu rendah maka membran dan jaringan sel tidak dapat hancur.
Selain itu, larutan buffer lisis juga memiliki suhu optimal untuk melakukan
kerjanya (Langga et al. 2012).

c. Apa fungsi sentrifugasi dalam percobaan ini?


Sentrifugasi dalam percobaan isolasi DNA berfungsi dalam
pemisahan molekular, dimana pemisahannya berdasarkan berat jenis
molekul penyusunnya.

d. Apa fungsi ethanol dingin?


Fungi dari ethanol dingin adalah membantu proses presipitasi DNA
atau pengendapan DNA, dimana ethanol tersebut menurunkan aktivitas
molekul air, dapat menghilangkan residu kloroform, dan memekatkan DNA
sehingga DNA menjadi menggumpal dan membentuk pelet (Liana 2017).

e. Pada tahapan setelah pemberian ethanol dingin dan disentrifugasi, di


bagian mana DNA berada?
Setelah pemberian ethanol dingin dan disentrifugasi, DNA akan
berada pada lapisan supernatan. Hal ini karena DNA memiliki sifat yang
polar (Hartawanet al. 2015).

Elektroforesis Gel
1. Simak Video Teknik Elektroforesis Gel Agarosa
https://www.youtube.com/watch?v=vq759wKCCUQ
2. Jawablah pertanyaan berikut:
a. Apa yang anda ketahui tentang gel agarose?
Gel agarose merupakan sirkuit elektrik yang digunakan untuk
memisahkan fragmen-fragmen DNA berdasarkan jumlah nukleotida
penyusunnya terhadap analisis hasil amplifikasi elektroforesis (Radji et al.
2010).

b. Apa fungsi larutan buffer pada teknik elektroforesis gel agarose?


Larutan buffer berperan sebagai media pembawa yang dapat
mempengaruhi kecepatan koneksi karena ion pembawanya bermuatan
(Ulfin et al. 2016). Larutan buffer elektrolit pada elektroforesis gel
memiliki pengaruh yang kuat terhadap hasil migrasi molekul dalam sampel.

c. Mengapa sampel DNA harus diletakkan pada sisi negatif?


Sampel DNA harus diletakkan pada sisi negatif karena mini-sub sel
elektroforesis gel agarosa memiliki kawat elektroda yang berjalan di bagian
bawah, sehingga DNA akan bergerak dari elektroda negatif melalui gel
menuju elektroda positif atau merah tempat agarosa gel ke dalam ruang gel.
Adanya gugus fosfat dalam DNA menyebabkan DNA menjadi bermuatan
negatif, serta posisi sumur untuk DNA pada bejana elektroforesis diletakkan
pada area kutub elektroda negatif (Adhiyanto et al. 2020).

d. Apa tujuan memberikan arus listrik pada elekroforesis gel agarose?


Pemberian arus listrik pada elekroforesis gel agarosa yaitu bertujuan
untuk memisahkan fragmen DNA yang lewat pada sampel berdasarkan
ukuran fragmen.

e. Apa yang menyebabkan fragmen DNA dapat terpisah satu sama lain pada
gel agarose?
Penyebab fragmen DNA dapat terpisah pada gel agarosa adalah
pemberian arus listrik pada elekroforesis gel agarosa. Hal tersebut yang
menyebabkan fragmen yang lebih besar dekat dengan elektroda negatif
yang ditandai dengan warna hitam pada tayangan praktikum.

f. Mengapa fragmen DNA yang berukuran lebih besar akan berada dekat
dengan kutub positif, sedangkan yang lebih kecil akan berada kearah
negatif?
Jika fragmen DNA kecil, pergerakan menuju kutub elektroda positif
akan lebih cepat karena molekul DNA akan dengan mudah melewati pori-
pori gel agarosa (Adhiyanto et al. 2020). Dengan fragmen DNA yang besar,
lajunya diperlambat karena penghambatan pori-pori kecil gel agarosa. Pada
hasil praktikum yang di dapat melalui tayangan video, elektroda positif atau
merah memiliki lebih sedikit gelembung daripada elektroda negatif atau
hitam yang sampelnya mulai bermigrasi ke pemberitahuan gel sebagai
sampel DNA.

Teknik Polymerase Chain Reaction


1. Simak Video Animasi PCR
https://www.youtube.com/watch?v=iQsu3Kz9NYo&frags=pl%2Cwn
2. Perhatikan tahapan dari PCR. Simak juga Video Deteksi GMO dengan PCR.
https://www.youtube.com/watch?v=liCG5aaEu9w
3. Lakukan simulasi PCR virtual dengan mengunjungi link http://virtual-
pcr.ico2s.org/pcr/
dan pelajari petunjuk yang ada di gambar pada web tersebut
4. Lakukan modifikasi kondisi PCR dengan mengubah beberapa parameter pada
bagian kiridari window sebagai berikut:
a. Jumlah Siklus: 15, 25, dan 35
b. Suhu Annealing: 45, 56, dan 68 C
c. Waktu Denaturation, Annealing, dan Extention dengan kombinasi 10, 10,
20 dan 30, 30, 60 sec3
5. Beberapa parameter yang tidak perlu diubah adalah:
a. Suhu Denaturasi: 94 C
b. Extension: 72 C for 20 sec
c. Plasmid: 100 ng
d. Each dNTP: 0.5 uL
e. Each primer: 1 uL
f. Polimerase: 1 uL
g. JenisPolimerase: Taq

Tabel 1 Konsentrasi DNA Hasil PCR


Waktu Kombinasi Suhu Anneling, dan Siklus PCR
Denaturasi, 450C 560C 680C
No Ulangan
Anneling, dan
Extension (Sec) 15 25 35 15 25 35 15 25 35
1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
1. 10 10 20 2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Rata-Rata 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 17.4 61.9 83.1 44.8 75.4 86.0 1.2 8.2 19.0


2. 30, 30, 60 2 16.7 67.0 85.3 44.3 92.6 111.0 1.2 6.8 20.3
3 17.2 60.4 85.5 48.4 76.8 94.9 1.3 7.1 10.3
Rata-Rata 17.1 63.1 84.6 45.8 81.6 97.3 1.2 7.3 16.5

Jawablah pertanyaan berikut:


1. Fenomena sel mana yang ditiru oleh Teknik PCR?
Jawab: Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknik amplifikasi
DNA selektif in vitro yang menirukan fenomena replikasi DNA in vivo
yang bersifat konservatif (Kusnadi 2011). PCR memiliki tiga prinsip dasar,
yakni denaturasi, annealing, dan extension.

2. Utas DNA mana dari template DNA yang diamplifikasi?


Jawab: Utas DNA dari templete DNA yang diamplifikasi adalah template
DNA yang mengandung bagian DNA target. Template DNA merupakan
molekul DNA beruntai ganda yang berisi urutan target atau yang akan
diamplifikasi. Salah satu parameter amplifikasi yang penting adalah
memahami desain awal yang spesifik, karena primer merupakan inisiator
dalam sintesis DNA (Larasati 2018).

3. Apa fungsi primer?


Jawab: Primer pada teknik PCR berfungsi untuk membatasi fragmen DNA
target yang diamplifikasi dan menyediakan gugus hidroksi pada ujung 3’
yang diperlukan untuk proses eksistensi DNA. Primer memicu terbentuknya
DNA baru yang mirip dengan gen target seperti proses replikasi DNA
(Septiari et al. 2015).

4. Apa fungsi enzim DNA polymerase?


Jawab: Enzim polymerase DNA berfungsi sebagai katalis untuk reaksi
polymerase DNA.Enzim ini juga diperlukan untuk tahapan pemanjangan
DNA yang diinginkan sesuai dengan panjang urutan basa nukleotida yang
ditargetkan (ekstension DNA) (Satiyati et. al 2017). Selain itu, enzim
polimerase yang digunakan untuk proses PCR akan diisolasikan dari bakteri
termofilik atau hipertermofilik, oleh karena itu enzim bersifat termostabil
sampai temperatur 95℃ (Yustinadewi 2018)

5. Pada suhu berapa utas DNA bisa terpisah, dan pada suhu berapa utas DNA
bisa disintesis?
Jawab: Utas DNA dapat berpisah pada kisaran suhu 93-95 ℃ tergantung
pada panjang DNA template dan panjang DNA target yang digunakan.
Sedangkan suhu yang diperlukan agar utas DNA dapat disintesis adalah
72℃ pada proses ekstensi.

6. Berapa molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang
diamplifikasidengan PCR setelah 35 siklus
Jawab: Jumlah molekul DNA yang terbentuk dari satu molekul DNA yang
diamplifikasi dengan PCR dapatdihitung dengan menggunakan formula:
Y = (2n – 2n) X

Keterangan:

Y = Jumlah amplicon

n = Jumlah siklus

X = Jumlah molekul DNA template semula

Diketahui: jumlah siklus (n) = 35

Ditanyakan :Jumlah molekul DNA yang diamplifikasi (Y)


Penyelesaian:

Y = (235 – 2(35)) 1

Y= (3.43 1010 – 70) 1

Y= (34.359.738.368 – 70)

Y= 34.359.738.298 molekul

7. Apa fungsi perubahan suhu pada proses PCR ini?


Jawab: Perubahan suhu pada proses PCR berfungsi agar tahap-tahap pada
teknik PCR berjalan dengan efisien, serta pada tiap tahapan memiliki suhu
optimum yang berbeda-beda. Pada tahap denaturasi, suhu yang diperlukan
sekitar 93-95℃, namun pada umumnya suhu denatursi yang digunakan
adalah 94℃. Kemudian suhu diturunkan menjadi 50-65℃ untuk memasuki
tahap annealing yaitu proses penempelan primer yang membutuhkan suhu
yang tepat karena berpengaruh pada efisiensi dan spesifitasikatan primer
dengan DNA target. Selanjutnya, suhu dinaikkan kembali menjadi sekitar
75-80℃, tergantung DNA polimerase yang digunakan, tetapi pada
umumnya suhu yang digunakan adalah 72℃, suhu yang tepat akan
membuat polimerisasi berjalan dengan efisien (Handoyo dan Rudiretna
2001).

8. Pada suhu denaturasi berapa tidak terbentuk produk PCR? Mengapa?


Jawab: Pada suhu denaturasi kurang dari 90℃ tidak akan terbentuk produk
PCR karena pada suhu tersebut ikatan hydrogen tidak terputus atau tidak
terdenaturasi sehingga mempersulit primer dan polymerase untuk melekat
pada untai DNA. Menurut Hadoyo dan Rudiretna (2000) suhu denaturasi
berkisar dari 93-95℃.

9. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan PCR?


Jawab: Keberhasilan reaksi PCR sangat ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya, deoksiribonukleotida triphosphat (dNTP), oligonukleotida
primer, DNA template (cetakan), komposisi larutan buffer, jumlah siklus
reaksi, enzim yang digunakan, dan faktor teknis serta non-teknis lainnya,
seperti kontaminasi (Sasmito et al. 2014)

10. Kondisi PCR seperti apa dari simulasi yang anda kerjakan yang
menghasilkan produk paling optimum?
Jawab: Berdasarkan hasil simulasi, kondisi PCR yang menghasilkan produk
paling optimum terjadi pada siklus 35 dengan suhu annealing 56˚C. Kondisi
ini memiliki hasil rata-rata simulasi PCR yang paling optimum diantara
hasil yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adhiyanto C, Hendarmin L, & Puspitaningrum R. 2020. Pengenalan Dasar Teknik


Bio-Molekuler. Sleman: Grup Penerbit CV BUDI UTAMA.

Iqbal M, Buwono ID, Kurniawati N. 2016. Analisis perbandingan metode isolasi


DNA untuk deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Perikanan Kelautan. 7(1):54-65.

Kusnadi S. 2011. Deteksi virus Hepatitis C (HCV) pada komunitas gigolo Surakarta
berbasis Nested PCR pada regio E1-E2 [skripsi]. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Langga IF, Restu M, Kuswinanti T. 2012. Optimalisasi suhu dan lama inkubasi
dalam ekstraksi DNA tanaman bitti (Vitex cofassusReinw) serta analisis
keberagaman genetik dengan teknik RAPD-PCR. Jurnal Sains &
Teknologi. 12(3):265-276.

Larasati DUR. 2018. Limit of detection (LOD) fragmen DNA pengkode gen
sitokrom b (cyt b) babi (Sus scrofa) [skripsi]. Surabaya: Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Liana HA. 2017. Isolasi DNA Chlorella sp. Dengan Metode CTAB dan Identifikasi
Sikuen 18S rDNA [skripsi]. Malang (ID) : Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.

Radji M, Puspaningrum A, Sumiati A. 2010. Deteksi cepat bakteri Escherichia coli


dalam sampel air dengan metode Polymerase Chain Reaction menggunakan
primer 16E1 dan 16E2. Makara Journal of Science.

Sasmito DEK, KurniawannR, Muhimmah I. 2014. Karakteristik primer pada


Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk sekuensing DNA: mini review.
In Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) V. 93-102.

Satiyati RB, Nurmilah, Rosahdi. 2017. Identifikasi fragmen DNA mitokondria pada
suatu garis keturunan ibu dari sel epitel rongga mulut dan sel folikel akar
rambut. Biosfer: Jurnal Tadris Biologi . 8(1): 13-27.

Septiari IGAA, Yustiantara PS, Yowani SC. 2015. Analisis primer untuk
amplifikasi promoter inhA multidrug resistance tuberculosis (MDR-TB)
dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Jurnal Kimia. 9(1): 117-
123.
Ulfin D, Kurniawan F, Fuad ARM. 2016. Penggunaan agar-agar komersial sebagai
media gel elektroforesis pada zat warna remazol: pengaruh komposisi
buffer, pH Buffer dan konsentrasi media. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).

Yustinadewi PD, Yustiantara PS, Narayani I. 2018. Teknik perancangan primer


untuk sekuen gen MDR-1 varian 1199 pada sampel buffy coat pasien anak
dengan LLA. Jurnal Metamorfosa. 5(1): 105-111.

Lampiran:
Bagian isolasi DNA dikerjakan oleh Kevin Giovani Manurung
Bagian elektroforesis gel dikerjakan oleh Umi Zahro Laylatul Wardhah
Bagian teknik PCR dan pengumpulan data dikerjakan oleh Alin Yusriyatun
Ulwiyah, Galih Restu Pratama, dan Yulia Rahman
Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah S A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 25 Oktober 2021 2. Rifki Setiadi J E34180015


3. Titis Ayuningtyas DK F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

PRODUK GMO DAN NON-GMO

PENDAHULUAN
Genetically Modified Organisms (GMO) merupakan organisme yang materi
genetiknya telah mengalami perubahan melalui teknik rekayasa genetika. Rekayasa
genetik yang dilakukan bertujuan menghasilkan sifat ungul pada suatu organisme
(Herlanti 2014). Berdasarkan struktur dan strategi dalam mengkontruksi transgenik,
jenis modifikasi genetik digolongkan menjadi 4 generasi, yaitu generasi pertama
atau satu sifat, tanaman mengandung satu atau lebih dari 6 elemen. Generasi kedua,
tanaman merupakan hasil persilangan anatara generasi pertama yang komersial.
Generasi ketiga yang disebut near-intragenics. Sedangkan, generasi keempat
digolongkan dalam dalm intragenik dan cisgenik (Prianto dan Yudhasasmita 2017).
Manfaat atau keuntungan dari GMO yaitu meningkatkan produktivitas yang dapat
tahan hama serta tahan penyakit, mengatasi masalah kekurangan pangan, dan
menghasilkan makanan-makanan yang lebih bergizi (Mahrus 2014). Dampak
positif yaitu tanaman transgenik miliki potensi sebagai teknologi ramah lingkungan
dan dapat membantu mengatasi masalah pertanian yang tidak mampu dipecahkan
secara konvensional. Selain itu, taman transgenik memiliki dampak negatif, yaitu
menimbulkan kekhawatiran produk yang disebabkan adanya anggapan bahwa
tanaman genetik hasil rekayasa genetik dapat memindahkan gen ke kerabat liar dan
menjadi gulma super, menimbulkan dampak bagi serangga, menyebabkan alergi,
keracunan, atau bahkan bakteri di dalam perut resisten terhadap antibiotik (Hidayat
2016).
Menurut PP (2005) tentang keamanan hayati Produk Rekayasa Genetik atau
PRG. Keamanan hayati adalah keamaan lingkungan, keamanan pangan atau
keamanan pakan. Pemberlakuan PP (2005) ditujukan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya risiko yang merugikan bagi keanekaragaman hayati,
kesehatan manusia dan hewan dari proses produksi, penyiapan, penyimpanan,
peredaran, dan pemanfaatan pangan. PRG juga didefinisikan sebagai organisme
hidup, bagian atau hasil olahan yang mempunyai susunan genetik baru dari hasil
penerapan bioteknologi modern. Disisi lain GMO menjadi kontroversi dan dampak
negatif diberbagai aspek kehidupan masyarakat baik dalam bidang pertanian,
lingkungan, kesehatan, agama, budaya dan etika. Banyak pihak yang menilai GMO
bisa menggangu keanekaragaman hayati karena banyak makhluk hidup baru yang
tidak terdata. Selain itu secara kesehatan juga dikhawatirkan bisa menimbulkan
alergi bagi konsumen (Herlanti 2014).

Tujuan

 Mengidentifikasi produk-produk GMO yang belum dan sudah beredar di


masyarkat.
 Mengumpulkan data dari produk-produk GMO dan modifikasi genetik yang
telah dilakukan.
 Mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat terkait produk GMO.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah laptop untuk mencari informasi
terkait, hp untuk recorder, buku dan pulpen untuk menulis hasil wawancara yang
dilakukan.

Metode
Metode untuk melakukan pratikum yang pertama adalah dengan mencari
informasi mengenai produk GMO melalui jurnal maupun web resmi yang telah
valid. Informasi-informasi yang didapatkan seperti negara asal, produk genetik,
karakteristik perubahan disatukan ke dalam tabel pertama. Terkait tabel kedua,
pratikan mewawancarai orang-orang yang berada di tempat terdekat dari pratikan
membeli kebutuhan pokok terkait produk GMO dengan menggunakan recorder hp
dan menuliskan hasilnya pada buku catatan yang telah disiapkan sebelumnya oleh
pratikan. Jika keadaan tidak memungkin maka dapat digantikan dengan wawancara
online untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selain identitas narasumber juga
terkait pemahaman orang-orang terdekat pratikan mengenai GMO, seperti
pengertian GMO, contoh produk, negara asal, hingga cara membedakan antara
produk GMO dengan non-GMO. Setelah pertanyaan tersebut terjawab, hasil
wawancara disatukan dengan memasukkannya ke dalam tabel 2.
Pertanyaan Wawancara:
a. Nama bapak/ibu
b. Umur
Grafik: Umur
c. Peran (penjual/pembeli)
Grafik: Penjual/pembeli
d. Pekerjaan
Grafik: Pekerjaan
e. Pendidikan (SD, SMP, SMA, D3, S1, S2, S3)
Grafik: Pendidikan terakhir lulus. (Ex: Sedang kuliah S1, maka
pendidikannya SMA)
f. Tempat wawancara (penjual keliling/warung/pasar/online atau lainnya)
Grafik: Tempat wawancara
g. Lokasi wawancara (Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten,
Provinsi)
h. Apakah bapak/ibu mengetahui apa itu GMO? jika iya, Jelaskan!
Grafik: Ya/Tidak
i. Apakah bapak/ibu mengetahui produk-produk dari GMO? Jika bapak/ibu
mengetahui produk-produk GMO tersebut, sebutkan tiga contoh dari produk
GMO!
Grafik: contoh produk, tidak tahu
j. Jika bapak/ibu mengetahui pertanyaan huruf h dan i, dari mana bapak/ibu
mengetahui mengenai informasi tersebut?
Grafik: sumber informasi, tidak tahu
k. Apakah bapak/ibu mengetahui Negara yang banyak menghasilkan produk
GMO? jika ya, tuliskan nama Negara tersebut!
Grafik: Nama negara, tidak tahu
l. Apakah bapak/ibu mengetahui produk yang bapak/ibu beli merupakan
produk GMO atau bukan?
Grafik: Ya/Tidak
m. Apakah bapak/ibu mengetahui cara membedakan antara produk GMO atau
non-GMO di pasar? jika iya, Jelaskan!
Grafik: Ya/Tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Produk Perubahan Karakteristik Negara Produk Produk GMO dan Referensi (Jurnal/Buku/Dokumen/Laporan)
GMO Genetik Perubahan Asal Olahan Olahannya dapat Ditemukan
GMO di Tempat Anda (Ya/Tidak)
1 Padi Penyisipan gen Mengandung Fliphina Beras Ya Sugianto 2017
dari tumbuhan provitamin A emas
narsis, jagung, dalam golden
dan bakteri jummlah rice
Erwinia kepada banyak
kromosom
tumbuhan padi

2 Kentang Gen Solanum Ameria Kentang Tidak Ambarwati et. al 2017


bulbocastanum Tahan Serikat katahdin
menjadi gen terhadap SP951
RB, yang penyakit
dimediasi oleh busuk daun
bakteri Pytophthora
Agrobacterium infestans
tumefaciens
dan
menghasilkan
kentang PRG
variates
Katahdin event
SP951

3 Kedelai Penyisipan gen Tanaman Amerika Susu Ya Wardani et al. 2017


asing berupa terlindungi Serikat Kedelai
EPSPS-CP4. dari herbisida
Sisipan gen Roundup
CaMV 35S Ready
Promotor, dan
Nos
Terminator
jugga
ditambahkan
ke kedelai
Tabel 1 Informasi terkait produk GMO

Pertanyaan
No.
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
1. Winda 30 Penjual Pemililik SMP Warung Balai Jariang, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
warung Labuh Gunung,
harian Kec. Lareh Sago
Halaban, Kab. 50
Kota, Sumatera
Barat
2. Sarah 18 Pembeli Mahasiswa SMA Online Tanjung Gadang Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Habibah Rumah, Kec.
Lareh Sago
Halaban, Kab. 50
Kota, Sumatera
Barat
3. Amelia 19 Pembeli Mahasiswa SMA Online Asrama Putri Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Safitri Politeknik
Pertanian Negeri
Payakumbuh,
Koto Nan
Ampek,
Payakumbuh,
Sumatera Barat

4. Nasya 18 Pembeli Mahasiwa SMA Online Desa Cigawir, Iya, Organisme Kedelai, Materi Amerika Iya Dilihat dari
Fadillah Kec. Selaawi, yang material jagung, perkuliaha Serikat, labelnya
Kab. Garut, Jawa genetikanya papaya n, artikel Jepang menggunakan
Barat telah dan dan produk GMO
dimodifikasi internet Indonesia atau tidak,
menggunakan umur simpan
metode lebih lama
rekayasa
genetik
5. Fajrilla 18 Pembeli Mahasiswa SMA Online Tembung, Kec. Iya, organisme Kedelai, Internet Indonesi Tidak Tidak
Santika Percut Sri Tuan, yang gen- Jagung, a
Kab. Deli gennya telah Tomat
Serdang, Sumatera diubah dengan
Utara menggunakan
teknik
rekayasa
genetik
6. Zaura 18 Pembeli Mahasiswa SMA Online Kota Padang, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Adrian Sumatera Barat
Putri

7. Rahmat 19 Pembeli Mahasiswa SMA Online Alang Laweh, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Fauzan Halaban, Kec.
Lareh Sago
Halaban, Kab. 50
Kota, Sumatera
Barat
8. Syafri 20 Pembeli PNS D3 Online Jorong Atas Ya tahu. GMO Jagung Internet, Amerika, Iya Kalau untuk
Laban, Halaban, adalah manis, materi Indonesi bedanya
Kec. Lareh Sago Genetically buah- perkuliha a biasanya
Halaban, Kab. 50 Modified buahan n produk
Organism tanpa biji, GMO dari
Kota, Sumatera yaitu kedelai sisi
Barat organisme/ yang penampakan
mahluk hidup ukurannya lebih besar
yang telah besar- dan bagus,
dirubah besar kulit mulus
DNAnya tanpa cacat
dengan dan
rekayasa sempurna,
genetika. bisa ukuran dan
terjadi di warna lebih
tanaman, seragam,
binatang dan dan biasanya
mikroorganism ada promosi
e lainnya yang
(bakteri, disampaikan
jamur, virus), "buah tanpa
dimana biji",
organisme
tersebut
tumbuh dan
menghasilkan
sesuatu yang
tidak
dilakukan
secara
wajar/harfiahn
ya namun
dimodifikasi
sedemikian
rupa untuk
meningkatkan
hasilnya
seperti
memperpende
k waktu panen,
kebal terhadap
penyakit/hama,
dll.
9. Sanur 58 Penjual Tukang SMP Penjual Kapalo Koto, Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
sayur keliling Halaban, Kec.
keliling dekat Lareh Sago
rumah Halaban, Kab. 50
Kota, Sumatera
Barat.
10. Rizal 63 Penjual Penjual SMP Penjual Batu aia, Pakan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Bakso keliling Rabaa, Kec. Lareh
Keliling ke daerah Sago Halaban
dekat
rumah

Tabel 2 Hasil wawancara


Pertanyaan
1. Berdasarkan hasil anda, apakah produk GMO yang beredar di masyarakat
Indonesia dapat lebih dari 3 produk? Jelaskan!
Jawab:
Berdasarkan hasil penelitian, Produk GMO yang beredar di
Indonesia dapat lebih dari tiga produk. Hal ini dikarenakan adanya
pertambahan jumlah penduduk dunia yang tidak berbanding lurus dengan
ketersedian lahan pertanian (Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
2015). Dengan adanya produk GMO ini memiliki peranan penting dalam
ketahanan pangan nasional. Beberapa produk GMO atau tanaman
transgenik yang berkembang di Indonesia, seperti padi, tomat, kedelai,
pepaya, kentang, jagung, kapas, kacang dan masih banyak lagi. Disisi lain,
peneliti-peniliti dalam negeri juga terus berusaha menciptakan produk-
produk GMO baru yang belum pernah ditemukan. Mulai dari padi tahan
wereng UNPAD, padi toleran alumunium IPB, dan tebu toleran kekeringan
LIPI (Prianto dan Yudhasasmita 2017).
2. Berdasarkan hasil anda, umumnya perubahan keuntungan apa yang
diperoleh dari produk GMO? Jelaskan!
Jawab:
Perubahan keuntungan yang umum diperoleh dari produk GMO
adalah perubahan dari yang semula rentan terhadap serangan hama menjadi
lebih kebal terhadap serangan hama dan terlindungi dari kebusukkan, salah
satu contohnya terjadi pada produk kentang katahdin (Ambarwati et. al
2017). Pada tanaman kedelai dapat terlindungi dari herbisida (Wardani et.
al 2017). Sedangkan pada padi dengan produk olahan yaitu golden rice, padi
menggandung banyak provitamin-A (Sugianto 2017).
3. Berdasarkan hasil anda, Negara manakah yang memiliki produk GMO yang
paling banyak? Mengapa?
Jawab:
Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2, negara yang paling banyak memiliki
produk GMO adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan salah
satu negara yang mengembangkan produk GMO sebagai komoditi pangan.
Hal ini disebabkan Amerika Serikat menganggap produk GMO sebagai
solusi menghadapi kekurangan pangan sehingga menghasilkan produk
pertanian variates unggul, seperti tanaman yang kebal terhadap hama,
produksi rendah menjadi tinggi, umum panen menjadi tinggi (Marwan
2016)
4. Buatlah grafik persentase untuk masing-masing pertanyaan dari tabel 2.

peran

penjual pembeli

Grafik 1 Peran Narasumber

Umur

60 58 30 20 19 18

Grafik 2 Usia Narasumber


Pekerjaan

Mahasiswa Penjaga warung Tukang sayur keliling tukang bakso keliling PNS

Grafik 3 Pekerjaan Nasumber

Pendidikan

SMP SMA D3

Grafik 4 Pendidikan Nasumber


Tempat wawancara

Online Penjual keliling Warung

Grafik 5 Tempat wawancara

pengetahuan mengenai GMO

mengetahui tidak mengetahui

Grafik 6 Pengetahuan mengenai GMO


pengetahuan mengenai produk produk GMO

mengetahui tidak mengetahui

Grafik 7 Pengetahuan mengenai produk-produk GMO

Sumber pengetahuan GMO

tidak mengetahui internet materi kuliah

Grafik 8 Sumber Pengetahuan GMO


negera GMO

Amerika Indonesia Jepang

Grafik 9 Negara GMO

GMO yang dibeli

tidak iya

Grafik 10 GMO yang dibeli


beda GMO non-GMO

tidak iya

Grafik 11 Beda GMO non-GMO


5. Berdasarkan hasil anda, apakah produk GMO mudah ditemukan di sekitar
masyarakat Indonesia? Jelaskan!
Jawab:
Produk GMO mudah ditemukan di sekitar masyarakat Indonesia
karena mulai menjadi produk yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari (Prianto dan Yudhasasmita 2017). Tiga produk hasil
yang didapatkan termasuk produk yang mudah ditemukan di Indonesia.
Contohnya susu kedelai hampir ada di setiap supermarket, toko ataupun
warung.
6. Berdasarkan hasil anda, apakah masyarakat mengetahui dengan baik
mengenai GMO? Jelaskan!
Jawab:
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, sebagian
masyarakat belum mengenal tentang GMO. Terlihat pada tabel 2, ketiga
penjual belum mengetahui atau mendengar tentang GMO. Di sisi lain, 3
diantara 7 pembeli dapat menjelaskan cukup baik GMO dan informasi yang
terperinci. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat dan
sosialisasi pemerintah mengenai GMO dan persebarannya. Selain itu, belum
ketatnya regulasi pemerintah terhadap produk hasil rekayasa genetika
membuat banyak pihak tidak mengklasifikasikan secara jelas produk GMO
dan non-GMO. Salah satu kasusnya adalah pada impor kedelai dari Amerika
Serikat, dimana produk pertanian yang mereka ekspor tidak diklasifikasikan
ke dalam produk GMO atau bukan (Marwan 2016). Alhasil yang sampai ke
Indonesia tidak dapat diidentifikasi yang berujung pada terbatasnya
pengetahuan distributor dan produsen makanan olahan mengenai produk
GMO.
7. Bagaimana perbedaan dan perbandingan harga produk GMO, non-GMO
non-organik dan non-GMO organik? Jelaskan!
Jawab:
Produk non-GMO non-organik adalah produk umum yang kita
sering temui. Harganya tergolong standar karena tidak ada perlakuan khusus
dan masih menggunakan bahan kimia untuk mematikan hama (Khorniawati
2014). Produk GMO dan non-GMO organik harganya lebih mahal dari pada
non-GMO non-organik. Produk GMO melibatkan orang-orang
berpengetahuan tinggi, teknologi memadai serta usaha untuk mendapatkan
label aman. Kualitas produk GMO yang tinggi juga merupakan faktor
mahalnya produk GMO (Kurniawan dan Rhondi 2019). Produk GMO
memang memilliki kualitas tinggi, namun memiliki efek samping jika rutin
dikonsumsi. Produk non-GMO mengandung bahan-bahan alami dalam segi
pembasmian hama, perawatan, penanganan selain itu juga kualitas bibit
yang dipakai adalah bibit unggul. Hal inilah yang membuat produk non-
GMO organik juga tidak memiliki efek samping apapun dan harga non-
GMO organik bisa lebih mahal dari produk GMO.
8. Bagaimana membedakan produk GMO dengan non-GMO di sekitaran
masyarakat di Indonesia dan Negara lain? Jelaskan
Jawab:
Cara yang pertama yaitu dengan membaca label pada kemasan
produk. Produk non-GMO biasanya diberi label bertuliskan ‘organik’,
‘100% organik’. Sedangkan produk GMO yang menggandung tidak lebih
dari 0,9% bertuliskan ‘Bebas GMO’, Non-GMO’, atan ‘dibuat tanpa bahan
yang dimodifikasi secara genetik’. Ada juga di Amerika Serikat dengan
kode PLU, kode PLU pada produk GMO dimulai dengan angka 8,
sedangkan produk organik kode PLU angka 5. Cara yang kedua adalah
perhatikan buah dan sayurannya. Produk GMO akan terlihat sempurna,
bentuk yang tepat, ukuran yang besar, dan umur simpannya lama. Hal ini
disebabkan gen baru dapat menahan dampak ekternal yang negatif
menyerang tubuh buah atau sayuran. Sedangkan, produk organik justru akan
dihinggapi serangga (Manilasari 2019).

SIMPULAN
Pada penerapannya, Genetically Modified Organism (GMO) digunakan
untuk mendapatkan sifat organisme unggul yang diinginkan melalui modifikasi
genetik. Produk GMO sudah beredar di masyarakat, seperti kedelai, jagung,
kentang, padi, dan lain-lainnya. Perkembangan produk GMO juga terus terjadi
untuk menyediakan jumlah pangan yang cukup saat peningkatan populasi dan
kebutuhan mayarakat. Namun, kurangya pengetahuan membuat masyarakat tidak
mengetahui tentang peredaran produk GMO, salah satunya disebabkan kurangnya
sosialisasi dari pemerintah mengenai produk GMOdan non-GMO. UPeran
pemerintah dalam memberikan label pada makanan juga sangat penting untuk
membedakan antara produk GMO dan non-GMO.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati AD, Santosa TJ, Listanto E, Hadiarto T, Riyanti EI, Kusmani K,


Sukadirman S. 2017. Pemulian kentang produk rekayasa genetik tahan
terhadap penyakit busuk daun (Phytophthora infestans) dan aman pangan
di Indonesia. Jurnal AgroBiogen. 13(1): 67-74.

Herlanti Y. 2014. Analisis argumentasi mahasiswa pendidikan biologi pada isu


sosiosainifik konsumsi Genetically Modified Organism (GMO). Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. 3(1).

Hidayat YR. 2016. Persepsi masyarakat terhadap tanaman transgenik di Kabupaten


Cirebon. Agrijati Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian. 26(1): 75-88.

Khorniawati M. 2014. Produk pertanian organik Indonesia: Tinjauan atas prefensi


konsumen Indonesia terhadap produk pertanian organik lokal. Kompetensi
: Jurnal Studi Manajemen. 8(2): 171-182.

Kurniawan MA, Rondhi M. 2019. Prefensi risiko dan faktor-faktor yang


mempengaruhi keputusan masyarakat ilmiah dalam mengonsumsi produk
rekayasa genetika. Jurnal Agribisnis Indonesia. 8(1): 43-57

Mahrus. 2014. Kontrovesi produk rekayasa genetika yang dikonsumsi masyarakat.


Jurnal Biologi Tropis. 14(2)

Manilasari S. 2019. 3 Cara sederhana membedakan buah sayur organik dan yang
sudah dimodifikasi atau transgenik. [Diakses 30 Oktober 2021] pada:
http://style.tribunnews.com/2019/08/03/3-cara-sederhana-membedakan-
buah-sayur-organik-dan-yang-sudah-dimodifikasi-atau-transgenik.

Marwan FB. 2016. Politik pangan: hegemoni komoditas pertanian genetically


modified organisms Amerika Serikat di dunia tahun 2011-2014. Journal of
Internasional Relationship. 2(4): 189-200.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005 tentang


Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. 2005. Jakarta: Kementerian
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Sugianto S. 2017. Kajian bioetika tanaman transgenik. Jurnal Magnifera Edu. 1(2):
25-34. doi: 10.31943/mangiferaedu.v1i2.79.
Wardani AK, Arlisyah A, Fauziah A, Fa’ida TN. 2017. Identifikasi gen transgenik
pada produk susu bubuk kedelai dan susu formula soya dengan metode PCR
(Polymerase Chain Reaction). Agritech: Jurnal Fakultas Teknologi
Pertanian UGM. 37(3): 237-245. DOI:
http://doi.org/10.22146/agritech.16656

LAMPIRAN

Wawancara bersama Rizal Wawancara bersama Winda


Wawancara bersama Nasya Fadillah Wawancara bersama Zaura Adrian Putri

Wawancara bersama Syafri Wawancara bersama Sarah Habibah


Wawancara bersama Amelia Safitri Wawancara bersama Sanur

Wawancara bersama Fajrilla Santika Wawancara bersama Rahmat Fauzan


Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah Syarafina A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 1 November 2021 2. Rifki Setiadi Junianto E34180015


3. Titis Ayuningtyas Dyah K F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

BIOMIMIKRI: INOVASI YANG TERINSPIRASI OLEH ALAM

PENDAHULUAN
Dasar Teori:

Fenomena alam dapat menginspirasi manusia dalam menciptakan berbagai


inovasi yang bermanfaat (Sidiqa 2013). Istilah biomimikri berasal dari bahasa
Yunani “bios” yang artinya hidup dan “mimesis” yang artinya tiruan (Menu 2020).
Biomimikri adalah sebuah pendekatan untuk menciptakan inovasi yang terinspirasi
dari alam dan bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari (Haslina
dan Syarief 2014). Selain itu, biomimikri berfungsi meningkatkan efisiensi dan
mengoptimalkan penggunaan energi dalam menciptakn suatu inovasi. Inovasi
biomimikri ini dapat digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.
Biomimikri mencakup segala lini kehidupan, baik dalam bidang transportasi,
tempat tinggal, komunikasi dan lain-lain. Pendekatan rancangan biomimikri
memiliki tiga tingkat kategori yang menjadi acuan dalam proses rancangan untuk
memenuhi karakteristik tersebut yaitu proses, bentuk dan sistem. Biomimikri
adalah solusi alternatif dari desain bangunan yang sustainable dengan penerapan
teknologi dalam bidang arsitektur yang disempurnakan dan dikembangkan dari
alam. Untuk setiap desain bangunan yang berkelanjutan perlu mempertimbangkan
efisiensi struktural, air, sistem zero-waste, lingkungan termal, dan pasokan energi
(Mutmainah 2020).

Tujuan:
Pratikum ini bertujuan membuka wawasan tentang biomimikri dan
mengetahui berapa banyak yang bisa kita pelajari dari kehidupan organisme lain di
alam.
HASIL PENGAMATAN

1. Setelah menonton video YouTube, diperoleh informasi


a. Biomimikri 1
Nama spesies : Burung Raja Udang/Burung
Cekakak (Kingfisher)
Bidang biomimikri : Transportasi
Permasalahan : Kereta yang menimbulkan suara
dentuman hingga sejauh 400 m saat masuk dan keluar terowongan akibat
adanya peningkatan tekanan udara dalam gelombang kereta di sepanjang
terowongan yang menghasilkan dentuman sonik pada ujung terowongan.
Keuntungan : Kerata Shinkansen dapat keluar masuk terowongan
tanpa menimbulkan suara dentuman yang mengganggu serta mengalami
peningkatan efisiensi sekitar 15% serta dapat melaju 10%lebih cepat.

b. Biomimikri 2
Nama spesies : Nyamuk (Culicidae)
Bidang biomimikri : Kesehatan atau medis
Permasalahan : Rasa sakit pada jarum suntik menyababkan sekitar
10 % penduduk Amerika mengalami ketakutan akibatnya menghalangi
proses seseorang untuk tes darah, mendeteksi penyakit, pemberian vaksin
dan sebagainya.
Keuntungan : Pengobatan yang menggunakan jarum suntik
menjadi bebas rasa sakit dan terbukti lebih aman dan efektif

c. Biomimikri 3
Nama spesies : Paus Bungkuk (Megaptera novaeangliae)
Bidang biomimikri : Energi dan teknologi pada turbin
Permasalahan : Turbin konvensional membutuhkan kecepatan
rotasi tinggi untuk menghasilkan daya listrik
Keuntungan : Dengan baling-baling yang bentuknya terinspirasi
dari sirip paus, turbin dapat menghasilkan jumlah daya sama pada 10 mil
per jam yang dihasilkan turbin konvensional dengan kecepatan rotasi yang
lebih rendah yaitu pada 17 mil per jam.
d. Biomimikri 4
Nama spesies : Hiu (Selachimorpha)
Bidang biomimikri : Olahraga
Permasalahan : Perenang mengalami tekanan air yang pasif saat
berada di bawah air, sehingga membutuhkan tenaga lebih untuk bergerak
maju.
Keuntungan : Terinspirasi dari kulit hiu yang disebut dentikel
dermal, ketika bergerak dermal akan menciptakan zona tekanan rendah dan
menarik hiu kedepan sehingga mempercepat kecepatan dalam renang.
Akhirnya, hiu diadaptasi dan diterapkan pada pakaian renang atlet
olimpiade sehingga atlet renang dapat berenang dengan cepat tanpa
hambatan dengan meminimalisir gaya gesekan.

e. Biomimikri 5
Nama spesies : Kumbang Stenocara (Gracilipes stenocara)
Bidang biomimikri : Energi atau teknologi air dari udara
Permasalahan : Kondisi bumi yang mudah mengalami kekeringan
saat musim kemarau membuat penduduk bumi mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan air untuk berbagai aktivitas.
Keuntungan : Kumbang dapat mengeluarkan air dari udara
dengan menarik uap air kabut, tetesan, lalu meluncur dari gundukan
kesaluran kecil dari dari mulut kumbang. Maka dari itu, menginspirasi para
ilmuwan untuk menciptakan teknologi yang memproduksi kondensasi uap
air di atmosfer.

f. Biomimikri 6
Nama spesies : Burung Pelatuk (Picus)
Bidang biomimikri : Transpostasi
Permasalahan : Black box atau kotak hitam adalah alat rekam data
pada pesawat yang memiliki struktur rentan akan guncangan dan tekanan
tinggi sehingga ketika terjadi kecelakaan jatuhnya pesawat, akibat
kurangnya pengamanan pada kotak hitam maka kotak hitam akan sangat
mudah hancur.
Keuntungan : Burung pelatuk memiliki struktur paruh khusus
yang dapat membuat mereka tahan akan guncangan diantaranya paruh yang
keras dan elastis, tulang tengkorak yang berongga, dan terdapat ruang
cairan antara tengkorak, serta struktur khusus yang melekat pada lidah yang
disebut hyloid. Dari bentuk paruh burung inilah yang menginspirasi para
peneliti menciptakan apllikasi yaitu black box (kotak hitam) yang dapat
meredam guncangan sehingga tidak rusak lagi jika pesawat mengalami
guncangan hebat.
g. Biomimikri 7
Nama spesies : Cumi-cumi (Cephalopoda)
Bidang biomimikri : Militer
Permasalahan : Pakaian tentara yang tidak mampu beradaptasi
dengan linkungan dapat dengan mudah diketahui oleh musuh
Keuntungan : Cephalopoda dapat mengubah warna kulit sehingga
dapat melakukan penyamaran dan memungkinkan untuk bersembunyi dari
pemangsa. Hal ini kemudian dikembangkan para peneliti untuk membuat
pakaian tentara dengan menggunakan perangkat yang mampu mendeteksi
lingkungan disekelilingnya hanya dalam hitungan detik. Sehingga dengan
sifat kamulflase ini tentara tidak diketahui oleh musuh.

h. Biomimikri 8
Nama spesies : Rayap (Isoptera)
Bidang biomimikri : Arsitektur
Permasalahan : Bangunan yang selau terasa panas di Zimbabwe
membuat pemilik gedung membutuhkan AC agar udara dalam ruangan
tersebut terasa sejuk. Namun pemilik gedung tidak ingin menghabiskan
banyak uang untuk membeli AC.
Keuntungan : Terinspirasi dari rayap rumah rayap yang memiliki
sistem ventilasi alami. Suhu dalam rumah rayap tetap sejuk meski dalam
kondisi panas. Akhirnya, di Zimbabwe dibangun gedung-gedung pusat
perbelanjaan dengan menerapkan sistem konveksi alami. Saat ini sistem
tersebut dapat menurunkan penggunaan energi sebesar 10% dari
penggunaan sebelumnya.

i. Biomimikri 9
Nama spesies : Biji Burdock (Xanthium strumarium)
Bidang biomimikri : Tekstil
Permasalahan : Anak-anak yang biasanya mengalami kesulitan
mengikat tali sepatu, menutup resleting tas, atau mengancingkan baju
Keuntungan : Terinspirasi dari biji burdock yang mudah
menempel pada bulu anjing, akhirnya ditemukan Velcro yang berfungsi
sebagai peerekat dan mudah dilepas. Biasanya diaplikasikan pada sepatu,
dompet, tas, dan pakaian. Hal ini memudahkan anak-anak dan orang lain
mudah menggunakannya sehingga tidak memakan waktu lama untuk
pemakaiannya.
j. Biomimikri 10
Nama spesies : Burung (Aves)
Bidang biomimikri : Transportasi
Permasalahan : Mobilasi yang terjadi di darat semakin padat untuk
itu mendorong manusia menciptakan inovasi transportasi udara. Selain itu,
keinginan manusia untuk terbang juga menjadi pemicu terciptanya inovasi
ini.
Keuntungan : Sejarah desain penerbangan Leonardo Da Vinci
telah membuka prinsip dalam menunjukkan bahwa manusia berpotensi
dapat terbang. Banyak peneliti yang terinspirasi dari cara burung terbang,
akhirnya dibuat pesawat terbang dengan guna mempermudahkan manusia
melakukan perjalanan jauh serta dapat menghemat waktu dan energi.

2. Setelah mengamati organisme di sekitar tempat tinggal, jelaskan karakteristik


yang dapat dimanfaatkan dari organisme tersebut serta inovasi yang ingin
dikembangkan (tulis tangan dalam 1 halaman).
SIMPULAN

Biomimikri merupakan inovasi yang tercipta karena terinspirasi dari alam.


Biomimikri menjadi solusi untuk mempermudah kehidupan sehari-hari. Dengan
cara meniru pola yang sudah teruji di alam untuk mencapai sebuah produk, proses
dan cara-cara yang baru untuk kita hidup dan beradaptasi di bumi dalam jangka
waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

Haslina R, Syarief A. 2014. Pengembangan desain alat bermain untuk anak TK


berbentuk modular menggunakan konsep biomimikri berdasarkan lokomosi
ulat Manduca sexta. Product Design, 3(1): 1-6.

Institut Biomimikri. 2021. Biomimikri [internet]. https://biomimicry.org/ [diakses


tanggal 1 November 2021].

Manu S. 2020. Biomimicry: When nature inspires amazing inventions. Amerika


Serikat (AS): Seven Stories Press.

Mutmainah AF. 2020. Penerapan konsep biomimikri desain pada theme park orchid
pavilion di kota Baru Parahyangan. Repository Tugas Akhir Arsitektur,
13(5): 1-10.

Sidiqa AN. 2013. Biomimetik pada bahan kedokteran gigi. Jurnal Material
Kedoktersn Gigi. 2(1): 1-8.
Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah S A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 8 November 2021 2. Rifki Setiadi J E34180015


3. Titis Ayuningtyas DK F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

POTENSI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN NILAI PEDULI


LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

Istilah “Fitoremediasi” merupakan kombinasi dari dua kata yaitu phyto yang
berarti tumbuhan dan remedium berarti memperbaiki atau membuang makhluk
jahat. Fitoremediasi pada dasarnya adalah penggunaan tumbuhan dan asosiasi
mikrobia tanah untuk mengurangi konsentrasi atau mengurangi pengaruh racun
bahan pencemar. Menurut Handayanto et al. (2017) fitoremediasi dapat digunakan
untuk menyingkirkan logam berat, radionuklida, dan pencemar organik (seperti
hidrokarbon aromatik dan pestisida). Tumbuhan menyerap bahan pencemar dari
lingkungan dan menetralkan daya racun bahan pencemar tersebut melalui berbagai
mekanisme.
Mekanisme dan efisiensi fitoremediasi bergantung pada jenis kontaminan,
ketersediaan hayati dan sifat tanah (Li et al. 2012). Ada beberapa mekanisme kerja
fiteoremediasi dalam mereduksi polutan terdiri dari tahapan pertama
Phytoacumulation, yaitu proses tanaman dalam menarik zat-zat yang
terkontaminan dalam tanah. Tahapan Kedua Rhizofiltration, yaitu proses akar
tumbuhan dalam mengabsorpsi zat-zat kontaminan. Tahapan ketiga
Phytostabilization, yaitu proses tumbuhan dalam menarik zat-zat kontaminan
tertentu kebagian akar tanaman karena tidak dapat diteruskan kebagian lain
tanaman. Tahapan Keempat Ryzhodegradation, yaitu proses tumbuhan dalam
menguraikan zat-zat kontaminan. Tahapan Kelima Phytodegradation, yaitu proses
penyerapan polutan oleh tumbuhan untuk proses metabolisme tanaman. Sedangkan
tahapan keenam Phytovalatization, yaitu proses penyerapan polutan oleh tumbuhan
dan merubahnya menjadi bersifat volatile agar tidak berbahaya ketika diuapkan ke
atmosfer (Patandungan et al. 2014). Penerapan fitoremediasi dinilai dapat
mengurangi pencemaran air dari logam beracun dan polutan organik yang
terkontaminasi.
Tujuan

Pratikum ini bertujuan mengetahui perubahan kualitas air akibat


fitoremediasi, mengetahui respon tanaman akibat mekanisme fitoremediasi, dan
mengenali jenis-jenis tanaman yang mampu bertindak sebagai agen fitoremediasi

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi wadah air berupa toples bening berukuran
besar sebanyak 2 buah. Bahan yang digunakan meliputi air limbah (bekas cucian
baju) dan air bersih. Bahan tanaman yang digunakan berupa eceng gondok
(Eichornia crassipes).

Metode
Dua buah toples bening yang berukuran sama dengan volume minimal 10
liter disiapkan. Eceng gondok (Eichornia crassipes) disiapkan sebagai agen
fitoremediasi. Masing-masing air sebanyak 10 liter ditempatkan pada toples. Pada
toples pertama, diisi air limbah. Sedangkan, pada wadah kedua diisi air bersih.
Tingkat kejernihan air/kekeruhan air diamati. Pada setiap toples, ditempatkan dua
eceng gondok (Erichornia crassipes) hidup dengan ukuran relatif sama dengan
memperhatikan jumlah daun dan perakaran yang sehat, kemudian catatat. Wadah
ditempatkan pada tempat yang terlindungi, tidak ditempat terbuka untuk
menghindari masuknya sumber lain, misalnya air hujan. Diusahakan tanaman tidak
terpapar pancaran sinar matahari langsung, hal ini untuk menghindari
evapotranspirasi yang berlebihan. Pengamatan dilakukan selama dua minggu, pada
akhir pengamatan, jumlah daun yang ada dicatat dan jika ada kerusakan atau
kematian daun, diamati. Selain itu, kejernihan air/kekeruhan air juga ikut diamati.
Jangan lupa didokumentasikan untuk laporan praatikumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Kondisi awal eceng gondok di Gambar 2 Kondisi awal eceng gondok di
air tercemar. air bersih.

Gambar 3 Kondisi eceng gondok di air Gambar 4 Kondisi eceng gondok di air
tercemar setelah satu minggu. bersih setelah satu minggu.

Gambar 5 Kondisi eceng gondok di air Gambar 6 Kondisi eceng gondok di air
tercemar setelah dua minggu. bersih setelah dua minggu.
PEMBAHASAN

Setelah 2 minggu pengamatan, perubahan tingkat kejernihan air dari hari kehari
mengalami perubahan, air yang awalnya tercemar/kotor mulai menjadi jernih dan
kotoran-kotaran mengendap kebawah di bagian akarnya, adanya perubahan ini
disebabkan oleh proses fitoremediasi tanaman eceng gondok dalam menyerap
polutan organik melalui akarnya (Djo et al. 2017). Sedangkan, pada air jernih 3 hari
pertama muncul sedikit kotoran yang berasal dari akar tanaman, namun air masih
terlihat jernih. Eceng gondok mampu menyedot air dan menguapkannya ke udara
melalui proses penguapan (Ratnani et al. 2011) sehingga tingkat kejernihan untuk
air yang tercemar berbeda dengan sebelumnya. Air tercemar menjadi lebih jernih
karena pencemaran tersebut diserap oleh eceng gondok dan menguap keudara. Akar
tanaman eceng gondok mampu menyerap racun logam, logam tersebut kemudian
disimpan dalam vakuola yang nantinya akan digunakan untuk mengolah enzim
yang dapat menurunkan kadar racun logam tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
eceng gondok mampu hidup diperairan yang memiliki kandungan logam yang
tinggi.
Parameter dalam pratikum ini berupa pH karena limbah detergent yang bersifat
alkalis dan air bersih yang digunakan sebagai pengenceran detergent mengandung
kapur. Adanya zat kapur di dalam air akan mengubah sistem penyangga air dan
mengakibatkan perubahan nilai pH, pH berperan penting dalam fitoremediasi
karena berpengaruh pada kelarutan unsur hara yang menyebabkan adanya
pertumbuhan bagi tanaman. Kondisi pH yang baik untuk penyerapan fosfat oleh
tanaman berkisar antara 6-8, dibawah atau diatas angka tersebut maka penyerapan
unsur fosfat akan terganggu (Nurfadilah et al. 2016). Parameter lain yang harus
ditentukan untuk mengukur perubahan air adalah tingkat keasaman, DO (Dissolved
Oxygen), TDS (Total Dissolved Supended), suhu dan kadar tembaga (Haerunnisa
2014).
Berdasarkan pengamatan, eceng gondok yang berisi air tercemar mengalami
pengurangan jumlah daun, sedangkan eceng gondok pada wadah yang berisi air
bersih terjadi pengurangan dan penambahan daun secara berskala. Selain itu,
terlihat perubahan dan pengurangan daun terjadi selama 10 hari perlakuan.
Perlakuan pada hari ke-14 eceng gondok pada air tercemar dinyatakan mati karena
semua daun telah berubah warna menjadi kecoklatan dan kering dengan jumlah
kesegaran daun segar nol. Kematian pada tanaman ini diduga karena faktor
eksternal yaitu kurangnya paparan sinar matahari dan suhu belum memenuhi syarat
pada metode fitoremediasi dengan system tampungan sehingga tanaman tidak
mampu bertahan lebih lama (Novita et al. 2019). Hal lain juga disebabkan logam
yang sudah masuk kedalam tanaman akan dieksresikan dengan cara menggugurkan
daun yang sudah tua sehingga nantinya dapat mengurangi kadar logam tersebut
(Oktavia et al. 2016).
Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) dapat digunakan sebagai agen
fitoremediasi karena eceng gondok merupakan tanaman yang memiliki toleransi
tinggi terhadap logam berat. Kelebihan tanaman eceng gondok (Eichornia
crassipes) yaitu lebih optimal dalam menyerap senyawa nitrogen dan fosfor yang
tercemar, sedangkan kekurangannya yaitu belum optimalnya dalam penurunan
pencemaran logam Cu dan Cr. Hal ini dikarenakan belum optimalnya kemampuan
mikroorganisme yang menempel pada akar eceng gondok dalam menguraikan
senyawa logam (Djo et al. 2017). Selain eceng gondok, ada tanaman lain yang
berperan sebagai fitoremediator, yaitu kiambang (Salvina molesta) dan kayu apu
(Pistia stratiotes L.). Tanaman kiambang (Salvina molesta) dapat digunakan
sebagai agen fitoremediasi. Kelebihan tanaman ini yaitu mampu tumbuh dalam
perairan dengan kadar nutrisi yang rendah dan mempunyai kekurangan akar yang
lebat dan panjang, berpotensi menghalangi penetrasi cahaya ke dalam air (Oktavian
et al. 2016). Tanaman kayu apu (Pistia stratiotes L.) termasuk tanaman
fitoremediator yang dapat mengikat logam berat pada jaringan akar. Kelebihan
tanaman ini, yaitu mampu menurunkan Pb lebih tinggi dibandinngkan tanaman
Echinodorus radicans, sedangkan kekurangannya yaitu akarnya yang mudah
memendek disebabkan karena suhu tinggi dan toksitas meningkat (Billah et al.
2020).

Pengayaan
1. Apakah perbedaan antara fitoekstrasi dan fitodegradasi?
Fitoekstrasi merupakan penyerapan logam berat oleh akar tanaman
dan mengakumulasi logam berat kebagian-bagian seperti akar, batang, dan
daun atau proses ekstraksi dan akumulasi polutan dari lapisan tipis tanaman
yang dapat dipanen untuk mendapatkan kembali polutan yang bernilai
ekonomis. Sedangkan fitodegradasi adalah metabolisme logam berat di
dalam jaringan tanaman oleh enzim seperti dehalogenase dan oksigenase
yaitu proses remediasi polutan yang disebabkan terjadinya perubahan
molekul organik kompleks menjadi sederhana. Proses ini melibatkan
metabolisme kontaminan di dalam jaringan tumbuhan (Hisyam 2016).

2. Berikan contoh beberapa tanaman yang dapat berperan sebagai agens


fitoremediasi melalui mekanisme fitovolatilisas
Fitovolatilisas merupakan proses penyerapan polutan oleh tanaman
dan diubah menjadi bersifat volatif (mudah merubah menjadi gas) yang
kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Proses ini terjadi ketika tumbuhan
menyerap kontaminan dan melepaskan ke udara melalui daun, serta dapat
pula kontaminan mengalami degradasi sebelum terlepas (Nur 2013).
Contoh tanaman yang berperan sebagai agens fitoremediasi melalui
mekanisme fitovolatilisas yaitu tanaman Acanthus montanus memiliki
kemampuan untuk meremediasi limbah detergent dengan mekanisme
fitovolatilisas. Tanaman krangkong (Ludwigia adscendens) mempu
meningkatkan kualitas air irigasi yang tercemar residu pupuk NPK.
Tanaman kremah (Alternanthera sessilis) mampu menurunkan kadar
detergent. Selanjutnya tanaman embet (Thypa angustifolia) mampu
menurunkan tingkat TDS. Keempat tanaman ini menjadi agens
fitoremediasi dengan mekanisme fitovolatilisas karena dapat menurunkan
kadar nitrat dan mengubahnya menjadi gas nitrogen lalu dikembalikan ke
atmosfer (Khinanty dan Retnaningdyah 2017).

SIMPULAN

Fitoremediasi mengakibatkan terjadinya perubahan kualitas air yang awalnya


keruh/kotor mejadi jernih dan polutannya terkumpul diakar. Respons tanaman
terhadap mekanisme fitoremediasi dapat berupa serangkaian proses fisiologis-
biokimia tertentu. Jenis tanaman yang mampu bertindak sebagai agen
fitoremediasi diantaranya tanaman kayu apu, eceng gondok, kiambang, dan lain-
lain.

DAFTAR PUSTAKA

Billah AR, Moelyaningrum AD, Ningrum PT. 2020. Phtroremediasi chromium


total (Cr-T) menggunakan kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada limbah cair
batik. Jurnal Biologi Undayana. 24 (1): 47-54.

Djo YHW, Astuti DA, Suprihatin IE, WD Sulihingyas. 2017. Fitoremediasi


menggunakan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) untuk
menurunkan COD dan kandungan Cu dan Cr limbah cair laboratorium
analitik Universitas Undayana. Cakra Kimia. 5(2):137-144.

Haerunnisa. 2014. Penggunaan eceng gondok (Eichornia crassipes) dalam


penurunan kadar logam tembaga (Cu) pada perairan Danau Tempe
Kabupaten Wajo. Jurnal Galung Tropika. 3(2): 18-30.

Handayanto E, Nuraini Y, Muddarisna N, Syam N, Fikri A. 2017. Fitoremediasi


dan phytomining logam berat pencemar tanah Malang: UB Press.

Hisyam NA. 2016. Potensi fitoremediasi eceng gondok (Eichornia crassipes)


dalam mereduksi logam berat seng (Zn) dari perairan Danau Tempe,
Kabupaten Wajo [skripsi]. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Alauddin Makassar.

Khinanty RD, Retnaningdyah C. 2017. Potensi beberapa hidromakrofita lokal


untuk meningkatkan kualitas air lindi tempat pemreosesan akhir sampah
Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika.
1(1): 1-7.
Li HY, Wei DQ, Shen M, Zhou ZP. 2012. Endophytes and their role in
phytoremediation . Fungal Diversity. 54(1): 11-18. doi:
htpps://doi.org/10.1007/sI3225-012-0165-x.

Nur F. 2013. Fitoremediasi logam berat kadmium (Cd). Biogenesis Jurnal Ilmiah
Biologi. 1(1): 74-83.

Nurfadillah, Awaliyah NA, Nurinsa. 2016. Fitoremediasi limbah domestik


(detergent) menggunakan eceng gondok (Eichornia crassipes) untuk
mengatasi pencemaran lingkungan. Jurnal Pena. 3(2): 577-590.

Oktavia Z, Budiyono, Dewanti NAD. 2016. Pengaruh variasi lama kontak


fitoremediasi tanaman kiambang (Salvina molesta) terhadap kadar
kadmium (Cd) pada limbah cair home industry “Batik X Magelang”. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 4(5): 238-246.

Patandungan A, Syamsidae HS, Aisyah. 2014, Fitoremediasi tanaman akar wangi


(Vetiver zizaniodes) terhadap tanah tercemar logam kadmium (Cd) pada
lahan TPA Tamangapa Antang Makassar. Al-kimia. 4(2): 8-21.

Ratnani D, Hartati I, Kurniasari L. 2011. Pemanfaatan eceng gondok (Eichornia


crassipes) untuk menurunkan kandungan COD (Chemical Oxygen
Demond), pH, bau, dan warna pada limbah cairan tahu. Momentum. 7(1):
41-47
Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:

Kelas / Kelompok : ST14. 2 1. Yasmin Alifah S A24180171

Hari, Tanggal : Senin, 15 November 2021 2. Rifki Setiadi J E34180015


3. Titis Ayuningtyas DK F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

SEL DARAH MERAH DAN PUTIH PADA BERBAGAI TAKSA HEWAN -


KONSEP DIAGNOSTIK DINI KELAINAN GENETIK DARI SAMPEL
DARAH

Tujuan
Praktikum ini bertujuan memahami mekanisme pembuatan preparat ulas
darah, mengidentifikasi bentuk sel darah merah dan sel darah putih pada berbagai
hewan vertebrata serta bagian-bagiannya, dan memahami salah satu contoh
mekanisme pengujian kelainan genetik pada manusia.

Hasil Pengamatan

1. Praktikum mandiri satu demo pembuatan preparat ulas darah


a) Alat dan bahan yang digunakan dalam penyiapan preparat ulas darah
Alat yang digunakan dalam penyiapan preparat ulas darah yaitu 2 kaca
preparat, mikroskop cahaya, cawan petri, pipet tetes, dan blood lancet.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penyiapan preparat ulas darah yaitu
sampel darah, leishman’s stain, air suling, minyak imersi, kapas dan alkohol
90%.
b) Metode penyiapan preparat ulas darah
Bentuk diagram alir

Kaca preparat Jari didesinfeksi Darah


dibersihkan dan ditusuk dengan diteteskan
menggunakan jarum blood lancet pada kaca
alkohol 90% yang steril preparat

Tetesan darah
Letakkan kaca Kaca preparat
diratakan
preparat di atas dibiarkan sampai
menggunakan kaca
cawan petri darah mengering
preparat lain dengan
selama 1 menit
sudut 450 secara
cepat dan lembut

Tambahkan Kaca preparat Tambahkan 2 kali


beberapa tetes dicelupkan ke volume air
pewarna dalam leishman’s sulingan ke noda
leishman’s stain ke stain dan diamkan darah dan
kaca preparat lalu 1 menit diamkan 10 menit
cawan petri ditutup

Kaca preparat di
Sebanyak satu tetes Bersihkan kaca
letakkan di bawah
minyak imersi preparat dan cuci
mikroskop cahaya
diteteskan pada
dan amati dengan dengan air suling
kaca preparat
perbesaran 40x lensa
okuler dan 100x
lensa objketif

Lensa objektif dengan Fokus disesuaikan Komponen


perbesaran 100x dengan cara penyusun sel darah
diturunkan sampai dapat diamati dan
mememutar kenop
menyentuh permukaan hasil dicatat
mikroskop
minyak imersi dengan baik
2. Praktikum mandiri dua mengidentifikasi perbedaan & persamaan sel darah
merah dan putih pada hewan vertebrata

Gambar 1 Sel darah merah Kodok Gambar 2 Sel darah putih


lembu (Rana catesbeiana) (monosit) Kodok lembu
Perbesaran : 400x-1000x (Rana catesbeiana)
Sumber : Ridwan et al. 2019 Perbesaran : 400-100x
Sumber : Ridwan et al. 2019

Gambar 3 Sel darah putih (neutrofil) Gambar 4 Sel darah merah


Kodok lembu (Rana catesbeiana) Burung rhea
Perbesaran : 400x-1000x (Rhea americana)
Sumber : Ridwan et al. 2019 Perbesaran : 100x
Sumber : Gallo et al. 2015
mm

Gambar 5 Sel darah putih (monosit) Gambar 6 Sel darah putih


Burung rhea (Rhea americana) (neutrofil) Burung rhea
Perbesaran : 100x (Rhea americana)
Sumber : Gallo et al. 2015 Perbesaran : 100x
Sumber : Gallo et al. 2015

nnn mmkkkmmmm

Gambar 7 Sel darah merah (eritrosit) Gambar 8 Sel darah putih


dan sel darah putih (monosit) (neutrofil) Lumba-lumba
Lumba-lumba hidung botol hidung botol (Tursiops
(Tursiops aduncus) aduncus)
Perbesaran : 1000x Perbesaran : 1000x
Sumber : Syarafina 2014 Sumber : Syarafina 2014
Pembahasan
Eritrosit kodok lembu (Lithobates catesbeianus) merupakan sel darah
terbesar yang ditemukan pada pengamatan kelas amphibi, berbentuk oval dan
memiliki inti (nukleus) di tengah. Leuskosit atau sel darah putih kodok lembu
terbagi atas, yaitu monosit dan neutrofil. Monosit yang ditemukan pada pengamatan
sel darah kodok lembu memiliki inti berbentuk seperti ginjal dan terletak dibagian
pinggir dengan sitoplasma kebiruan. Monosit memiliki kandungan sitoplasma yang
lebih tinggi dibandingkan limfosit. Neutrofil pada kodok lembu memiliki inti yang
berlobus (Ridwan et al. 2019).
Hewan vertebrata dari kelas aves contohnya burung rhea (Rhea
americana) memiliki eritrosit berbentuk oval dengan kedua ujungnya mengerucut,
begitu juga dengan nukleusnya. Monosit berbentuk bulat dan memiliki inti tanpa
pembelahan atau bilobbular yang berada ditengah. Neutrofil berbentuk bulat
dengan nukleus berbentuk lokus tidak beraturan (Gallo et al. 2015). Sel darah merah
pada kelas mamalia tidak memiliki inti, sedangkan pada kelas amphibia dan aves
memiliki inti. Ukuran eritrosit mamalia yang kecil dapat melewati kapiler darah
mamalia yang berukuran kurang 75 µm. Sel neutrofil pada kadal, burung dan
mamalia berbentuk sferis, nukleus tidak berlobus (Rousdy dan Linda 2018).
Eritrosit lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) berbentuk cakram dan tidak
memiliki inti. Cakram bikonkaf memiliki permukaan yang relatif luas untuk
pertukaran oksigen. Bentuk eritrosit dapat berubah ketika sel berjalan melewati
kapiler. Sel monosit berbentuk bulat dengan nukleus menyerupai kacang yang
mendominasi sebagian besar sel monosit. Neutrofil merupakan komponen paling
banyak dari jumlah total leukosit. Sel neutrofil berbentuk bulat dengan dua nukleus
berbentuk menyerupai huruf U (Mulyani et al. 2012)

3. Praktikum mandiri tiga uji kelainan genetik pada manusia – penapisan dan
pengujian prenatal

A. Mengapa tes prenatal perlu dilakukan?


Jawab:
Tes prenatal merupakan pemeriksaan kehamilan untuk mengenali secara
dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang dapat terjadi selama
kehamilan, dan memastikan kesehatan ibu dan janin. Tes prenatal dapat
membantu ibu hamil untuk mengendalikan pikiran, keinganan, dan reaksi
terhadap stress (Mediarti et al. 2014).

B. Mengapa sebagian orang tidak melakukan tes prenatal?


Jawab:
Sebagian besar orang tidak melakukan tes prental karena terdapat beberapa
alasan, misalnya seorang ibu merasa bahwa anak yang dikandungnya baik-baik
saja. Alasan lainnya seperti moral pribadi ataupun agama yang telah menjadi
keputusan bagi sang calon orang tua tersebut, mereka menganggap keputusan
masa depan bukanlah pilihan yang harus mereka khawatirkan dengan adanya
hasil diagnosa dan skrining positif itu menyatakan bahwa janin mengidap
kelainan, hal ini dapat menyebabkan seseoran mengalami gangguan kecemasan
(anxiety).

C. Jelaskan karakteristik penderita kelainan kromosom trisomy 21?


Jawab:
Kelainan kromosom trisomy 21 atau lebih dikenal dengans Down Syndrome
merupakan kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak
yang disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal atau gagal dan
mengakibatkan terjadinya kelainan kromosom (seharusnya memiliki 2
kromosom akan tetapi penderita memiliki 3 kromosom 21). Pada umumnya
penderita Donw Syndrome memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu seperti
bentuk wajah yang khas, adanya garis horizontal pada telapak tangan (simian
crease), jarak yang berlebihan antara jempol kaki dan telenjuk (excessive space
between), bentuk kuping yang abnormal (dysplastic middle phalanx of the fifth
finger), mata bagian pinggir melancip ke atas, ada bintik putih pada bagian pupil
mata, hidung bagian atas datar, leher datar, lidah besar, jari-jari pendek dan lebar,
pusar berukuran besar, perawakan pendek, kepala mengecil, bergerak lebih
pasif, gangguan belajar, dan perkembangan tertunda (Lestari 2016).

D. Apa yang dimaksud dengan non-invasive prenatal screening?


Jawab:
Non-invasive prenatal screening merupakan pemeriksaan pada awal masa
kehamilan (biasanya pada trisemester pertama) yang dilakukan secara non-
invasive untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kelainan genetik pada janin.

Simpulan

Mekanisme pembuatan preparat ulas darah digunakan untuk memudahkan


pengamatan morfologi darah di bawah mikroskop. Hewan vertebrata memiliki
eritrosit dan 2 tipe sel darah putih yaitu neutrofil dan monosit. Kelainan genetik
pada manusia dapat dicegah saat ibu hamil melakukan tes prenatal dan non-invasive
prenatal screening.
Daftar Pustaka

Gallo SSM, Ederli NB, Boa-Morte MO, Oliveira FCR. 2015. Hematological,
morphological and morphometric characteristics of blood from rhea, Rhea
americana (Struthiobiformes: Rheidae): a standard for brazilian birds.
Brazilian Journal of Biology. 75(4): 953-962.
Lestari FA, Mariyati LI. 2016. Resiliensi ibu yang memiliki anak Down Syndrome
di Sidoarjo. Jurnal Psikologi. 3(1): 141-155.
Mediarti D, Sulaiman, Rosnani, Jawiah. 2014. Pengaruh yoga antenatal terhadap
pengurangan keluhan ibu hamil trisemester III. Jurnal Kedokteran dan
kesehatan. 1(1): 47-53.
Mulyani GT, Fibrianto YH, Budipitojo T. 2012. Pengaruh penangkaran terhadap
profil eritrosit lumba-lumba hidung botol dari perairan laut jawa. Jurnal
Sain Veteriner. 30(1): 51-56.
Ridwan IA, Utama IH, Dharmawan NS. 2019. Gambaran ulas darah kodok lembu
(Lithobates catesbeianus). Indonesia Medicus Vaterinus. 8(6): 836-843.
Rousdy DW, Linda R. 2018. Hematologi perbandingan hewan vertebrata: lele
(Clarias batracus), katak (Rana sp), kadal (Eutropis multifasciata), merpati
(Columba livia) dan mencit (Mus musculus). Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi.
7(1): 1-13.
Syarafina RF. 2014. Gambaran dan profil sel darah putih pada lumba-lumba hidung
botol (Tursiops aduncus) di pusat konservasi mamalia air PT. wersut seguni
Indonesia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nama :Yulia Rahman PJP : Prof. Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIM : E2401211018 Asisten Praktikum:
Kelas / Kelompok : ST14. 2 1.Yasmin Alifah Syarafina A24180171
Hari, Tanggal : Senin, 22 Nov 2021 2. Rifki Setiadi E34180015
3. Titis Ayuningtyas Dyah K F14190089
4. Daffani Zahda T G34190011

PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI SECARA


BERKELANJUTAN

Tujuan
Praktikum online ini bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman hayati
yang ada di lingkungan sekitar rumah, menganalisis potensi ekonominya, dan
strategi konservasinya.

BAHAN DAN METODE


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam paratikum ini adalah smartphone, google maps,
dan aplikasi aplikasi google lens. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berbagai
jenis tumbuhan, hewan, dan jamur yang dijumpai di sekitar perkarangan rumah.

Metode
Mengunduh dan menginstal aplikasi google lens dan google maps pada
smartphone, pengamatan atau observasi dilakukan secara langsung. Pengamatan
dilakukan dengan cara mengamati satu habitat atau lokasi pengamatan di
lingkungan sekitar yang sudah ditentukan dan ditandai melalui aplikasi google
maps. Organisme-organisme yang terdapat pada lokasi tersebut diidentifikasi dan
dicari deskripsi nama lokal, nama ilmiah, deskripsi habitat, serta potensi wisatan
dan referensinya.
HASIL PENGAMATAN

A. Lokasi Pengamatan

Pengamatan dilakukan di sekitar pekarangan rumah yang berada


pada Jorong Simpang Empat Kabindu, Kenagarian Labuah Gunuang,
Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi
Sumatera Barat. Longitude dan latitude dari lokasi pengamatan yaitu -
0.285748, 100.726645 atau 0,28575 oS, 100,726645 oE.

B. Deskripsi Habitat

Habitat pada lokasi pengamatan ini merupakan habitat di lingkungan


terestrial (daratan) yaitu perkarangan depan rumah yang berlokasi di Jorong
Simpang Empat Kabindu, Kenagarian Labuah Gunuang, Kecamatan Lareh
Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Perkarangan rumah diatapi dengan seng putih sehingga sinar matahari tidak
langsung mengenai hewan maupun tumbuhan yang ada. Tempatnya berada
di daerah pemukiman dengan suhu di lokasi 29 oC hingga 32 oC. Habitat
diamati adalah di lingkungan teresterial (daratan) dengan tekstur tanah dan
suhu lingkungan yang baik. Di dalam habitat tersebut terdapat beberapa
jenis tumbuhan dan hewan.
Tabel 1 Keanekaragaman hayati pada lokasi pengamatan, potensi ekonomi, strategi konservasi, dan nilai budayanya.
No Nama Lokal Nama Ilmiah Karakteristik Potensi Strategi Nilai Budaya Dokumentasi
Morfologi Ekonomi Konservasi (Pemanfaatan oleh
masyarakat lokal)
1. Lidah Aloe vera Daunnya Sebagai Budidaya ex Dijadikan tanaman
Buaya berdaging tebal, bahan situ di hias, masker wajah
panjang dan kosmetik, perkarangan dan rambut, diolah
runcing pada hiasan dan rumah menjadi minuman
ujungnya, obat atau makanan dan
memiliki sedikit dapat digunakan
duri disamping sebagai obat
daunnya, penyembuh luka
berwarna hijau
dan memiliki
lendir di
dalamnya,
daunnya yang
unik serta
memiliki bintik-
bintik putih
menarik (Ananda
dan Zuhrotun
2010)
2. Nangka Artocarpus Ukuran buah Sebagai Budidaya ex Diolah menjadi
heterophyllus besar dan sayuran dan situ di bahan masakan dan
beraroma harum buahan, perkarangan cemilan
serta tajama, rasa rumah
buah manis serta
berwarna kuning
(Anggriana et al.
2017)
3. Ayam Gallus gallus Warna bulunya Sebagai Budidaya ex Diolah menjadi
domesticus khas untuk jantan sumber situ di masakan kuliner
adalah tipe liar protein perkarangan dan dapat menjadi
dan untuk betina hewani , rumah kerajinan seni rupa
coklat bergaris kerajinan,
hitam, memiliki berperan
jenger, memiliki dalam
sayap, kaki dan ekologi
paruh pendek
(Subekti dan
Arlina 2011)
KESIMPULAN
Terdapat banyak jenis tumbuhan dan hewan di lingkungan sekitar rumah
artinya keanekaragaman hayati di lingkungan sekitar pengamatan begitu beragam.
Pada masing-masing organisme memiliki potensi ekonomi yang berbeda. Menjaga
strategi konservasi yang dapat dilakukan dengan baik agar keanekaragaman hayati
di lingkungan sekitar tetap terjaga keanekaragamannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda H, Zuhrotun A. 2010. Aktivitas tanaman lidah buaya (Aloe vera) sebagai
penyembuh luka. Jurnal Farmaka. 15(2): 82-89.
Anggriana A, Muhardi, Rostiati. 2017. Karakteristik buah nangka (Artocarpus
heterophyllus Lamk) siap saji dipasarkan di kota palu. Jurnal Agrotekbis.
5(3): 278-283.
Subekti K, Arlina F. 2011. Karakteristik genetik eksternal ayam kampung di
kecamatan sungai pagu kabupaten solok selata. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. 14(2): 74-86.

Anda mungkin juga menyukai