Anda di halaman 1dari 23

USULAN PENCIPTAAN

CUTTING RHYTHM PADA FILM FIKSI


BUDY UNTUK MEMPERLIHATKAN
KETEGANGAN SUASANA

JOEGI SEPTIAWAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM
2021
USULAN PENCIPTAAN

CUTTING RHYTHM PADA FILM FIKSI


BUDY UNTUK MEMPERLIHATKAN
KETEGANGAN SUASANA

JOEGI SEPTIAWAN
06205817

HALAMAN SAMPUL DAAM

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM
2021
Halaman Persetujuan Pembimbing Akademik

USULAN PENCIPTAAN TELAH DISETUJUI

Tanggal Oktober 2021

Pembimbing Akademik

Ediantes, S. Sn., M. Sn.

NIP. 19800306 201404 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Televisi dan Film

Fakultas Seni Rupa dan Desain

ISI Padangpanjang

Hery Sasongko, S. Sn, M. Sn.

NIP. 19780630 200812 1 004

HALAMAN PERSETUJUAN

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM.....................................................................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Karya...................................................................................1
B. Rumusan Penciptaan.....................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan....................................................................4
a. Tujuan Umum....................................................................................................4
b. Tujuan Khusus....................................................................................................5
a. Manfaat Teoritis.................................................................................................5
b. Manfaat Praktis..................................................................................................5
D. Tinjauan Karya..............................................................................................6
E. Landasan Teori............................................................................................11
F. MetodePenciptaan.......................................................................................13
G. Jadwal Pelaksanaan.....................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

iv
DAFTAR TABEL

NO. NAMA TABEL HAL


Tabel 1.1 Jadwal Produksi 16

v
DAFTAR GAMBAR

NO. NAMA GAMBAR HAL


Gambar 1.1 Poster film Fabricated City 6
Gambar 1.2 Potongan shot memperlihatkan warna film 7
Gambar 1.3 Poster film Django Unchained 8
Gambar 1.4 Potongan shotcutting rhythm dengan ritme dipercepat 9
Gambar 1.5 Poster film Psyco 10
Potongan shot pada film Pyscho dimana adegan
Gambar 1.6 mengikuti irama 11
dalam melakukan aksi pembunuhan

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Karya

Lingkungan sosial menjadi faktor penentu terhadap perubahan-

perubahan perilaku yang terjadi pada setiap individu atau kelompok.

Lingkungan keluarga, teman sebaya, serta lingkungan tempat tinggal akan

membentuk perilaku dalam diri setiap individu. Lingkungan sosial yang baik

akan membentuk pribadi yang baik, karena perilaku dan kepribadian

seseorang cerminan dari lingkungan sosial yang ia tempati.

Kepribadian yang terbentuk pada anak dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan sosial serta berbagai faktor berlangsungya interaksi sosial. Ketika

seorang anak mulai berinteraksi dengan lingungan sekitarnya, maka secara

tidak langsung kepribadian akan timbul berdasarkan hasil interaksi tersebut.

Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran lingkungan sosial dalam

membentuk kepribadian seseorang.

Kepribadian seseorang dapat memicu pada kesehatan mental.

Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang

meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian perilaku seseorang.

Peristiwa terseabut dapat berupa kekerasan rumah tangga, pelecehan seksual,

atau stres berat jangka panjang

1
2

Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau

penyakit mental. Gangguan mental dapat mengubah cara seseorang dalam

menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan

memicu hasrat untuk menyakiti seseorang

Dari latar belakang tersebut, penulis ingin mengangkat film yang

bertemakan drama sosial dimana memiliki permasalahan yang serupa.

Kepribadian pada remaja dipengaruhi dengan lingkungan sosial dan cara

mereka bergaulnya. Oleh sebab itu, penulis menuangkan permasalahan ini ke

dalam bentuk karya film fiksi dengan judul Budy.

Naskah film fiksi Budy yang ditulis oleh Muhammad Andi Surya

menceritakan tentang seorang anak remaja yang tinggal bersama ibunya di

perkampungan dengan ekonomi keluarga yang terbilang sulit. Temannya

selalu mengejek dia seorang anak yatim, hingga sering dibully oleh teman-

teman. Hingga suatu hari dihutan dia tidak sengaja membunuh salah satu

temannya tersebut. Berita pun tersebar luas dengan tidak diketahui siapa

pembunuhnya.

Film secara umum di bagi atas dua unsur pembentukan yakni unsur

naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan

berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Bisa

dikatakan bahwa unsur naratif adalah bahan yang akan di olah sedangkan

unsur Sinematik adalah cara untuk mengolahnya (Pratista, 2008: 23). Film

memiliki 3 jenis secara umum, diantaranya yaitu film fiksi. Film fiksi adalah
3

film yang menceritakan cerita tidak nyata di luar kejadiannya taserta memiliki

konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal (Pratista, 2008: 31).

Dalam memproduksi sebuah film, ada beberapa aspek yang harus

dilalui, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Proses final dalam

produksi film terletak pada proses pasca produksi, yaitu editing. Proses

editing merupakan proses terpenting dalam produksi sebuah film. Dimana

pada bagian editinglah semua adegan disusun berdasarkan naskah, melalui

dari pemotongan gambar, pembentukan struktur film, dan pemberian efek

untuk mewujudkan sebuah karya seni yang lebih baik

Dalam penggarapan film fiksi Budy, penulis memiliki tanggung jawab

sebagai seorang editor, dimana seorang editor adalah orang yang bertugas

pada pasca produksi atau proses penyelesaian film. Editor adalah orang yang

bertanggung jawab untuk melakukan pemotong, menyusun, menggabungkan

gambar untuk menjadi cerita yang utuh sesuai skenario dan memberikan efek

yang di perlukan untuk mewujudkan karya yang di inginkan.

Pada film ini penulis menggunakan metode editing cutting rhythm,

yaitu pemotong gambar yang menyesuaikan irama atau alur cerita pada scene

atau sequence, menurut Karen Pearlman di dalam buku Cutting Rhythm,

emotional rhythm yaitu ketegangan dan pelepasan emosi dibentuk oleh

pengaturan pacing, timing, dan trajectory phrasing of energy emotional

(Karen, 2009: 111).


4

Ketertarikan penulis dalam memilih cutting rhythm sebagai metode

untuk tugas akhir, karena penulis ingin meciptakan ketegangan pada aksi

pembunuhan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam membangun unsur

dramatik dari skenario Budy, maka penulis memilh menerapkan cutting

rhythm agar bias mendukung terciptanya ketegangan pada adegan tersebut.

Ketegangan adalah keadaan mental yang tidak pasti, cemas, ragu-

ragu, atau diragukan. Dalam karya dramatis atau ketegangan adalah antisipasi

hasil dari plot atau solusi untuk ketidakpastian, teka-teki, atau misteri,

terutama karena mempengaruhi karakter untuk siapa seseorang memiliki

simpati. Namun, ketegangan tidak ekslusif untuk fiksi. Ketertarikan terhadap

ketegangan yang penulis jabarkan, yaitu untuk membangun suasana cerita

pada skenario film fiksi Budy, karena penulis ingin memperlihatkan suasana

yang tertuju pada keteganan dalam tindakan tokoh utama. Untuk itulah

penulis menerapkan metode editing cutting rhythm untuk menciptakan

ketegangan suasana

B. Rumusan Penciptaan

Sesuai dengan uraian diatas, maka penulis merumuskan ide

penciptaan karya film fiksi ini adalah bagaimana cara penggunaan teknik

editing cutting rhythm pada film fiksi Budy untuk memperlihatkan

ketegangan suasana
5

C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan

1. Tujuan Penciptaan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya yang akan penulis garap adalah untuk

membangun ketegangan pada cerita melalui ketepatan pemotongan gambar

dan durasi shot yang membentuk pola agar penulis dapat memperlihatkan

emosi tokoh di beberapa scene dalam film fiksi Budy

b. Tujuan Khusus

Tujuan Tujuan dari penciptaan ini adalah pengamplikasian

penyuntingan gambar film fiksi Budy menerapkan teknik cutting rhythm

untuk memperlihatkan ketegangan cerita dan karakter pada tokoh Budy

secara keseluruhan

2. Manfaat Penciptaan

Dari tujuan diatas, maka didapatkan dalam penciptaan diantaranya

manfaat teoritis, manfaat praktis bagi masyarakat

a. Manfaat Teoritis

a. Penulis dapat mengaplikasikan konsep atau metode yang penulis

rencanakan sebagai editor dalam menciptakan sebuah film yang

bertema drama sosial dengan metode penyambungan gambar cutting

rhythm
6

b. Dapat mewujudkan sebuah film yang mencakup tentang kisah seorang

remaja yang mendapat tekanan atas lingkungan sosial yang tidak baik

c. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang penulis dapatkan

selama di bangku perkuliahan

b. Manfaat Praktis

Agar bisa menjadi bahan rujukan dan referensi dalam menciptakan

karya-karya audio visual lainnya, terutama di bidang editing

D. Tinjauan Karya

1. Fabricated City (2017)

Gambar 1.1
Poster film Fabricated City
(Sumber:http://id.pinterest.com)

Fabricated City adalah film Korea Selatan produksi tahun 2017

bergenre aksi kriminal thriller yang disutradarai oleh Park Kwang-hyun,

dibintangi oleh Ji Chang-wook, Shim Eun-kyung, dan Ahn Jae-hong. Film

ini dijadwalkan rilis pada bulan Februari 2017.


7

Film ini berkisah tentang pemain video gam, Kwon Yoo (Ji Chang-

wook) yang memiliki reputasi tinggi di dalam kancah games dunia. Dia

terjebak dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan kepada seorang siswi

sekolah menengah atas, di mana peristiwa tersebut terjadi saat dia sedang

bermain games di warung internet. Dia ditetapkan sebagai tersangka otak

pembunuhan dan ditahan. Kemudian, dia menemukan, sebuah perusahaan

besar dan organisasi yang menjebak dia dalam pembunuhan itu. Di tengah

kegusaran dan rasa penasaran untuk membuktikan bahwa dia tidak

berdosa, kawan sesama pemain games bernama Demolition (Ahn Jae-

hong) dan seorang perempuan hacker bernama Yeo-wool (Shim Eun-

kyung) menolong untuk mengungkap fakta sebenarnya.

Gambar 1.2
Potongan shot memperlihatkan warna film
(Sumber: Capture Fabricated City, 2017)

Film ini sebagai acuan dan referensi penulis, karena pewarnaan

pada film ini sama dengan yang penulis inginkan. Dimana warna mampu

membuat suasana dan akan memperkuat ketegangan suasana pada film

yang akan penulis garap. Warna kuning kebiruan ini yang kemudian
8

menjadi acuan untuk memperlihatkan ketegangan dalam cerita yang akan

penulis garap nantinya

2. Django Unchained (2012)

Gambar 1.3
Poster film Django Unchained
(Sumber:http://id.pinterest.com)

Django Unchained adalah film drama kriminal thriller Amerika

Serikat tahun 2012 yang disutradarai oleh Quentin Tarantino dan

diproduseri oleh Reginald Hudlin, Stacy Sher dan Pilar Savone. Naskah

film ini ditulis oleh Quentin Tarantino. Film ini dibintangi oleh Jamie

Foxx, Christoph Waltz, Leonardo DiCaprio, Kerry Washington, Samuel L.

Jackson dan Walton Goggins.

Film Django Unchained merupakan film kolaborasi kedua Jamie

Foxx dan Kerry Washington setelah film Ray. Film ini ditayangkan secara

perdana di Ziegfeld Theatre pada tanggal 11 Desember 2012 dan dirilis di


9

Amerika Serikat pada tanggal 25 Desember 2012. Film ini mendapatkan

review positif dari para kritikus

Gambar 1.4
Potongan shotcutting rhythm dengan ritme dipercepat
(Sumber: Capture Django Unchained, 2012)

Pada Film Django Unchained banyak terdapat adegan aksi, penulis

mengambil sudut pandang dari aksi tindakan tokoh Dr. King Schultz

(Christoph Waltz), Ketika Ace curiga, Dr. King, seorang pemburu bersenjata

yang unggul, membunuh Ace dengan hasil imbang yang cepat, lalu

menembak kuda Dicky, menjepit Dicky ke tanah dan menghancurkan

kakinya. Penulis mengambil film ini sebagai tinjauan karya dalam metode

editing cutting rhythm karena dalam tindakan tokoh utama akan sama dengan

aksi yang dilakukan oleh tokoh Dr. King.


10

3. Pyscho (1960)

Gambar 1.5
Poster film Psyco
(Sumber:http://id.pinterest.com)

Pyscho adalah film horor buatan tahun 1960 yang disutradarai oleh

Alfred Hitchcock. Film ini menceritakan tentang pembunuhan psikotik

berdasarkan novel dengan judul sama karya Robert Block yang terinspirasi

pembunuhan beruntun oleh Ed Gein di Wisconsin. Diceritakan dalam film

tersebut tentang pertemuan antara seorang sekretaris, Marion Crane (Janet

Leigh), yang bersembunyi di sebuah motel setelah melakukan pencurian dari

majkanya, dan pemilik motel yang kesepian, Norman Bates (Anthony

Perkins)
11

Gambar 1.6
Potongan shot pada film Pyscho dimana adegan mengikuti irama
dalam melakukan aksi pembunuhan
(Sumber: Capture Pyscho, 1960)

Film ini sebagai acuan dan referensi penulis, karena dalam aksi

pembunuhan di kamar mandi dengan potongan shot yang mengikuti

backsound dari film tersebut, maka kesamaan pada film yang digarap ada

pada potongan shot cepat berdasarkan backsound dengan mempersingkat

waktu cerita dari tindakan tokoh. Dengan potongan shot seperti ini akan

memperlihatkan ketegangan pada film yang akan penulis garap

E. Landasan Teori

Editing merupakan salah satu elemen sinematik dalam pembentukan

sebuah film, yang dikatakan oleh Joseph V. Marselli pada buku The Five C’s

Of Cinematograph :

Hanya editing yang baik saja yang akan menghidupkan suasana film.
Potongan shotakan menjadi potongan yang abstrak sebelum
digabungkan oleh editor berdasarkan naskah(Joseph V. Marselli,
A.S.C, 2010:281).
Dalam mencapai penuturan akhir dalam cerita yang sebelumnya juga

dibentuk dan diciptakan oleh penulisan skenario dan sutradara, namun pada
12

saat produksi metode perekaman yang dilakukan dengan scene acak atau

tidak berurutan sesuai skenario, maka untuk menyempurnakan film ini

menjadi cerita yang utuh dan menarik, dibutuhkan proses editing sebagai

tahap final dalam runtutan produksi film.

Editor berusaha memberikan keanekaragaman visual pada film


melalui pemilihan shot tersebut. Editor menciptakan sebuah struktur
berdasarkan potongan-potongan tersebut(Joseph V. Marselli,
A.S.C,2010:281).
Secara garis besar, proses editing terbagi menjadi dua bagian, yaitu

proses rough cut dan fine-cut. Rough cut adalah proses penyusunan potongan

shot berdasarkan naskah atau potongan kasar. Fine cut merupakan proses

lanjutan rough cut, pemberian efek dan penyesuaian lainnya dilakukan disini

dengan tujuan untuk meningkatkan efek dramatik (Ken Dancyger, 2011;371).

Rhythm pada editing memiiki tiga aspek, yaitu pacing, timing dan

trajectory phrasing. Rhythm sendiri sangat penting di dalam proses

penyuntigan agar penonton dapat menikmati sebuah film secara maksimal.

Ketika film memiliki rhythm yang tepat, pemotongan gambar yang

mengalirakan membuat penonton terlibat pada karakter dan cerita

(Ken Dancyger, 2011:383)

Pada umumnya, pola rhythm diterapkan pada teknik editing montage.

Kecocokan antara gambar dan musik sangat diperhitungkan, setiap

pemotongan gambar pada montage memiliki pola tersendiri dengan durasi

yang beraturan. Pola ini dapat membangun emosi penonton sehingga

penonton bisa merasakan dan terbawa suasana kedalam film.


13

Menurut Karen Pearlman, cutting rhythm terbagi menjadi tiga bagian,


yaitu 1) Physical, 2) emotional, dan 3) event rhythm. Ketiga unsur ini
membangun rhythm untuk mempengaruhi emosi dan pikiran penonton
(Karen Pearlman, 2009:111).

F. MetodePenciptaan

Pada metode penciptaan, konsep produksi editing tentu berbeda

dengan konsep produksi kerja sutradara, D.O.P, artistik, sound dan lainnya.

Dimana seorang editing bekerja di pasca produsi sebagai bentuk akhir dari

proses produksi sebuah film. Konsep produksi yang pengkarya rancang

berupa persiapan, perancangan, perwujudan, dan penyajian karya

1. Persiapan

Dalam persiapan penulis setelah menerima skenario dari penulis

naskah.Setelah menerima naskah penulis mencari berbagai sumber referensi

yang berkaitan dengan film fiksi yang akan di buat baik dalam 20 metode

editing, teknik editing, buku-buku referensi mengenai tema yang akan

diangkat, dan lain-lainnya..

2. Perancangan

Adalah tahap dimana penulis melakukan pengamatan terhadap karya

yang akan di produksi, seperti membaca naskah Budy, juga mencari referensi

dari menonton film-film yang sama dengan skenario yang akan di buat dan

juga membaca buku yang berkaitan dengan metode yang di pakai sehingga

menghasilkan metode yang cocok untuk di aplikasikan pada skenario yang

akan di produksi. Maka penulis menggunakan storyboard untuk


14

memperlihatkan shot yang mengacu pada metode penciptaan yang akan

digarap

3. Perwujudan

Pada tahap ini penulis sudah menemukan dan merancang cara

pengaplikasian metode kedalam penciptaan karya yang akan digarap. Penulis

sebagai editor mewujudkan karya dalam film fiksi, dengan menggunakan

metode editing cutting rhythm. Cutting rhythm yang penggarap gunakan ada

dibeberapa scene. Pada scene 22, penulis menerapkan cutting rhythm cepat

untuk aksi pembunuhan yang dilakukan oleh tokoh utama, dimana tokoh

utama mengambil batu untuk menghantam kepala korban, namun berhasil

dihindari, kemudian tokoh utama kembali menyerang korban, dan sangat

disayangkan menghantam korban dengan batu, kemudian menghantam ke

kepala korban berkali-kali. Penulis menyediakan fasilitas seperti Hardwere

dan Software sebagai penunjang untuk proses pengeditan sebuah film,

pengkarya akan memanfaatkan storyboard untuk menjadi patokan dalam

pasca produksi. Adapun tahapan editing dalam proses pasca produksi yaitu:

1. Screening Rushes / MenontonMateri

Istilah ini sebenarnya diambil dari film dimana pada dasarnya

seorang pembuat film harus menonton seluruh materi yang akan

diedit.

2. NG (No Good) Cutting Dan Selection Shot

o Logging
15

Sebelum memilih shot-shot yang akan kita gunakan, kita harus

membuat catatan yang komprehensif shot-shot tersebut agar dapat

memudahkan kita dalam mencari materi yang diperlukan.

o Pemilihan Shot

Setelah melakukan logging, kita melakukan pemilihan shot yang

akan kita gunakan dalam film kita.

3. Assembly

Pada tahap ini editor menyusun dan menyambung setiap shoot

sesuai dengan adegan, namun masih sangat kasar.

4. Rough Cut

Kita sudah melakukan pemotongan dan penyambungan shot-shot

dalam film, editing ini masih kasar sehingga masih memungkin kan

untuk berubah baik cutting, struktur maupun plotnya.Pada

pengerjaannya rough cut ini kita dapat melakukannya sebanyak

yang kitaperlukan.

5. Fine Cut & Trimming

Pada tahapan ini kita sudah memotong dan menyambung shot-shot

sesuai dengan apa yang kita harapkan dan bila tidak ada masalah,

maka kita tinggal membuat penajaman Trimming(Trimmingadalah

proses editing dimana editan yang sudah tersusun rapi akan lebih

diperhalus kembali, dan struktur editing tidak di rubah lagi). Kalau

pun ada perubahan jumlahnya sedikit. Biasanya sudah tidak ada

lagi perubahan mengenai struktur.


16

6. Final Edit / Picture Lock

Hasil akhir dari sebuah editing, sebenarnya istilah offline secara

tepat adalah pada tahapan ini sebab tahapan ini merupakan

kesepakatan final antara sutradara, produserdan editor.

7. On – Line Editing

Pada tahapan ini kita sudah dapat membuat Opening Sequence

(Main Title) dan Credit Title.Selain itu kita juga dapat

menambahkan optical effect (dissolve, fade & wipe) sesuai dengan

kebutuhan film. Penambahan lain yang juga sesuai dengan tuntutan

ide, script atau konsep adalah visual effect & animasi.

4. Penyajian karya

Penyajian karya adalah tahapan final dimana karya atau film Budy

dalam proses pasca produksi akan menjadi sebuah karya film agar dapat

disajikan untuk penonton

G. Jadwal Pelaksanaan

TAHAPAN Okt Nov Des Jan

Seminar Proposal

Revisi Proposal

Pra Produksi Karya

ProduksiKarya

Pasca Produksi Karya

Proposal Tugas Akhir


DAFTAR PUSTAKA

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. (Yogyakarta: HomerianPustaka,


2008).

Pearlman, Karen. Cutting rhythmsShaping the Film Edit.Fokus Press –


Elsevier, 2009

Marcelli, Joseph V., A.S.C.The Five C’s Of Cinematography : Motion Picture


Filming Thecniques Simplifield. Jakata: Fakultas Film dan Televisi IKJ,
2010

Dancynger, Ken. The Tecnique of Film Video Editing Theory and Practice.
Fokal Prees-Elsevier. 2010

Sumber Lain :

http://id.m.wikipwdia.org/wiki/Lingkungan_sosial

http://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental

http://en.m.wikipedia.org/wiki/Suspense

17

Anda mungkin juga menyukai