KULIAH I
H. Rhiti.
=======================================
POKOK BAHASAN
A. Pengantar
B. Lingkungan Hidup
LITERATUR
Peraturan Perundang-Undangan
2
LINGKUNGAN HIDUP:
DAN PERSOALANNYA
A. Pengantar
1. Tentang hukum. Benih Hukum (Lingkungan) ada dalam kesadaran “normatif” dan
“praktis” manusia tentang hidup dan relasinya dengan dunia atau alam semesta.
Singkatnya, benih itu kemudian tumbuh menjadi “hukum” dan masuk dalam sejarah
manusia. Apa jadinya bagi manusia dan lingkungan hidup, jika sama sekali tidak ada
hukum yang mengatur dan melindungi kepentingan manusia dan lingkungan hidup itu?
Maka sebelum mempelajari materi Hukum Lingkungan lebih jauh, perlu diperhatikan
kembali tentang apa yang dimaksud dengan “hukum.” Tujuannya ialah untuk mengetahui
sifat Hukum Lingkungan itu. Ringkasnya hukum dapat dimaknai antara lain sebagai:
a. Moral (in abstracto) yang bersumber dari rasio atau akal budi manusia. Hukum
macam ini berasifat kodrati dan menjadi sumber utama perilaku atau tindakan
manusia (paham hukum kodrat). Hukum yang baik berisi moralitas dan keadilan.
Prinsipnya: lex injusta non est lex (hukum yang tidak adil bukanlah hukum).
St. Thomas Aquinas, salah seorang tokoh terkenal dalam aliran Hukum Kodrat (lex
naturalis/ius naturale/natural law) mengartikan hukum (lex humana positiva)
sebagai: quaedam rationis ordinatio ad bonum commune, ab eo qui curam
communitatis habet, promulgata (tidak lain daripada peraturan (ordonansi) akal budi
untuk kebaikan umum, dibuat dan diumumkan oleh yang berwenang memelihara
masyarakat (St. Thomas Aquinas, Summa Theologiae. Translated by Fathers of the
English Dominican Province, Benziger Bros, edition, 1947, hlm. 1332).
b. Peraturan (tertulis) dibuat oleh lembaga yang berotoritas dan bersifat mengikat.
Hukum ini adalah “komando” dari superioritas kekuasaan bagi inferioritas. Hukum
ini juga diartikan sebagai ekspresi kekuasaan (expression of power). Demikian pula
hukum seperti ini menganut “sistem logika tertutup.” Hukum pun harus dipisahkan
dari gagasan tentang moral dan keadilan (paham positivisme hukum). Dkl. Hukum
adalah apa yang tertulis sebagai hukum, tidak peduli betapa pun tidak adil dan
amoralnya hukum itu, tetaplah disebut hukum, karena dibuat oleh penguasa (law as
properly so-called). Aliran ini mengenyampingkan hukum adat atau hukum
kebiasaan dan tidak menganggapnya sebagai hukum yang sesungguhnya.
c. Keputusan hakim. Paham ini berasal dari aliran realisme hukum (spt di Amerika
Serikat). Dkl apa yang menjadi keputusan hakim, itulah hukumnya. Dengan
demikian, hukum pun bisa diartikan sebagai “prediksi tentang apa yang akan diputus
oleh hakim terhadap kasus-kasus konkrit.” Keputusan hakim merupakan sumber
hukum utama bagi menyelesaikan kasus-kasus serupa.
d. Tatanan atau sistem sosial. Ini dianuti oleh aliran-aliran yang berparadigma
sosiologik seperti sociological jurisprudence (dari Eugen Ehrlich). Hukum positif
disebut baik, jika sesuai dengan hukum yang hidup (the living law/das lebendiges
Recht) di dalam masyarakat (adat, budaya dsb). Maka bagi aliran ini hukum
adat/kebiasaan mempunyai arti penting sebagai hukum. Sebagai sistem sosial, hukum
3
B. Lingkungan Hidup
1. Apa itu lingkungan hidup? Sebetulnya lingkungan hidup secara gampang ialah “dunia
yang melingkupi dan dialami oleh manusia dan makhluk hidup lain.” Dalam arti luas
lingkungan hidup adalah “keseluruhan yang melingkupi,” alam termasuk sesama manusia
dan semua sarana politik, sosial dan budayanya (Michael Kloepfer, Umweltrecht, C.H.
Beck’sche Verlagsbuchhandlung, Muenchen, 1989, hlm. 11). Pengertian yang agak
filosofis ini menunjuk lingkungan hidup sebagai realitas yang seolah-olah bulat dan
tunggal. Dalam pandangan postmodernisme, realitas itu tidak bulat dan juga tidak tunggal,
melainkan beraneka ragam dan kompleks. Saling melingkupi adalah realitas dunia yang
ingin dilihat sebagai sesuatu yang utuh, dalam pengertian sebagai asumsi atau anggapan-
anggapan. Dengan demikian, lingkungan hidup adalah Lebenswelt (lingkungan kehidupan
manusia yang luas dan kompleks).
2. Selain itu ada juga yang mengartikan lingkungan hidup sebagai “keberanekaragaman dan
keberbedaan yang luas dari hewan, manusia, tumbuhan dan elemen-elemen tidak hidup
yang ada di bumi yang perlu dihargai dan dilindungi” (Ricardo Timm de Souza, “Umwelt
und Philosophie” dalam Herman Weber, ed., KAAD, Bonn, Jerman, hlm. 72).
Pengertian lingkungan hidup menurut Ricardo de Souza itu tidak begitu jelas, apakah
keberanekaragaman dan keberbedaan itu mengandung arti “keterpisahan” lingkungan
sebagai fenomena yang harus dilindungi ataukah tidak. Tampaknya itu adalah
“keterpisahan” dan karenanya tidak ditekankan pada aspek kesatuan. Yang perlu dihargai
dan dilindungi adalah keberanekaragaman dan keberbedaan itu saja.
3. Dalam arti sempit, lingkungan hidup meliputi sumber daya alam (natural resources) dan
ekosistem alami yang bersifat fisik (natural ecosystem). Diduga, bahwa setiap kali orang
menyebut kata “lingkungan hidup”, maka yang dimaksud dalam pikiran adalah
lingkungan dalam arti sempit itu, yakni yang bersifat fisik atau alam, atau yang di luar
dirinya, tanpa menginherenkan manusia (yang memberi arti itu) ke dalamnya. Manusia
seolah-olah dikeluarkan dari lingkungan hidup. Di satu pihak itu “logis”, karena yang
dimaksud adalah lingkungan hidup manusia (Umwelt), yang melingkupi atau mengitari
manusia, sehingga manusia tidak termasuk dalam pengertian lingkungan hidup itu sendiri.
5
D. Hukum Lingkungan
1. Ada beberapa pengertian tentang Hukum Lingkungan, di antaranya ialah”
a. Hukum Lingkungan (positif) adalah kumpulan peraturan perundang-undangan (the
body of rules) yang mengatur perilaku manusia dengan tujuan melindungi kualitas
lingkungan.
b. Ben Boer: Environmental law can be generally difined as the body of law which
contains elements to control the human impact on the earth. Elements of
environmental law can be found throughout a society’s legal codes, whether
specifically referred to as ‘environment’ or not.
c. Lal Kurukulasurya & Nicholas A. Robinson: Environmental law can be generally
defined as the body of law that contains elements to control the human impact on the
earth and on public health.
d. UNEP: the body of law which contains elements to control the human impact on the
environment.
Tentang pengertian Hukum Lingkungan tersebut di atas dapat dibaca lebih lanjut dalam
A’an Efendi, Hukum Lingkungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014 (Bab II).
2. Koenadi Hardjasoemantri membagi Hukum Lingkungan menjadi Hukum Lingkungan
Klasik yang berorientasi pada penggunaan/pemanfaatan/eksploitasi lingkungan dan
sumber daya alam tanpa peduli pada pelestariannya (used-oriented law) dan Hukum
Lingkungan Modern (environment oriented law) yang berorientasi pada perlindungan
kualitas lingkungan hidup. Hukum Lingkungan yang kita pelajari kini adalah Hukum
Lingkungan Modern.
3. Hukum Lingkungan berdiri sendiri sebagai sebuah cabang dari ilmu hukum. Karakternya
adalah administratif. Maka Hukum Lingkungan dalam hal ini adalah instrumen yuridik
administratif bagi perlindungan lingkungan melalui pengaturan perilaku manusia dalam
relasinya dengan lingkungan hidup. Sifat hukum ini adalah keperdataan, kepidanaan,
administrasi, dan ketatanegaraan.
4. Asas-asas Hukum Lingkungan: dalam literatur Indonesia hampir tidak ditemukan uraian
yang jelas tentang asas-asas hukum ini. Nyaris dikatakan, bahwa Hukum Lingkungan di
Indonesia tidak punya asas-asas hukum. Yang ada ialah asas-asas yang terdapat dalam
UUPPLH (Pasal 2) yang diambil begitu saja dan dijadikan sebagai “asas-asas Hukum
Lingkungan.” Asas hukum tidaklah sama dengan asas undang-undang. Karena itu, di sini
dikutip asas-asas Hukum Lingkungan dari negara lain (sebagai materi tambahan). Asas-
asas itu ialah asas pemeliharaan (Vorsorgeprinzip) dan pengurangan risiko/bahaya
(Gefahrenabwehr), asas pencemar atau perusak bertanggung jawab (Verursacherprinzip)
dan asas kerja sama atau partisipasi masyarakat (Kooperationsprinzip) (diambil dari
Pruem, Umweltschutzrecht. Eine Systematische Einführung. Metzner Verlag, Frankfurt
am Main, 1989, hlm. 64-71).