Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Oleh :
I Wayan Gede Yudi Wigata
219012667

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
CKD (Cronic Kidney Disease) atau yang biasanya disebut Gagal Ginjal
Kronik yaitu merupakan kondisi kronik yang telah menyebabkan kerusakan
jaringan ginjal progresif dan kehilangna fungsi (Black,2017). Chronic kidney
disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis
(GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

2. Etiologi
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit
vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris
sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
Penyebab GGK menurut Price, 2006; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara
lain:
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2) Penyakit peradangan misalnya glomerulonephritis
3) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
4) Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
6) Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amyloidosis
7) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.

3. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara
C Long, 2006, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth,2001: 1448).

4. Pathway
Pathway terlampir
5. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m 2 dengan
rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber: Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta:FKUI

6. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2005) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal
kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan
sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada
bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari.
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
system renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema
(kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku. Diseguilibrium
syndrome : Mual, muntah , kelelahan dan sakit kepala
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler

7. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain:
a. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT (renal fungsi test)
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test)
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK, BGA
b. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
d. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu:
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

9. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer
dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu
pada Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD
dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai
peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam
dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih,
dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan
terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi
dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan
darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.

g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat atau uremia, dan terjadi perikarditis.

2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai
berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan
retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas tidak efeketif berhubungan dengan hiperventilasi
paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
7. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan kelebihan volume cairan

3. Rencana Tindakan

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kelebihan volume cairan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi TTV
b.d penurunan haluaran keperawatan selama …x 24 2. Monitor intek dan output cairan
urin dan retensi cairan dan jam diharapkan mampu 3. pantau adanya gejala retensi
natrium mempertahankan cairan di urine
dalam ruangan intraseluler dan 4. Timbang berat badan pasien
ekstraseluler tubuh. Dengan setiap 3 hari sekali
kriteria hasil: 5. batasi cairan yang sesuai
1. Tidak tampak adanya edema 6. jelaskan kepada klien dan
perifer keluarga terkait alasan disetia
2. Tidak terganggunya berat tindakan prosedur yang
jenis urine dilakukan
3. Tidak adanya bola mata 7. kolaborasi dengan asien untuk
cekung dan lembek menyesuaikan panjang dialisi,
4. Adanya keseimbangan peraturan diet, keterbatasan
intake dan output alam 24jam cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan

2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. monitor status pernafasan dan
b.d hiperventilasi paru keperawatan selama …x 24jam oksigenasi
sehingga dapat dipertahankan 2. buka jalan nafas dengan think
kualitas udara yang keluar dan chin lift atau jaw thrust
masuk ke dalam paru. Dengan 3. posisikan untuk maksimalkan
kriteria hasil: ventilasi
1. Dengan frekuensi 4. lakukan fisioterapi dada
pernafasan dalam rentang 5. auskultasi suara nafas
normal 12-10x/menit 6. edukasi kepada pasien dan
2. Tidak terganggunya irama keluarga erkait tata cara batuk
pernafasan efektif
3. Tidak adanya suara nafas 7. kolaborasikan emberian
tambahan oksigen dan therapy nebulizer
4. tidak adanya dyspnea sesuai dengan inruksi dokter
5. tidak ada penggunaan otot
bantu nafas
6. tidak adanya retraksi dinding
dada
3 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan asuhan 1. monitor kalori dan asupan
dari kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama …x 24jam makanan
anoreksia mual muntah diharapkan asupan nutrisi 2. monitor kecenderungan
pasien dapat terpenuhi, dengan terjadinya penurunan dan kenaikan
kriteria hasil: berat badan
1. asupan gizi seimbang 3. berikan pilihan makanan
2. asupan makanan terhadap makanan yang lebih sehat
3. rasio berat badan normal 4. ciptakan lingungan yang
4. IMT : 17,99-24,99 optimal pada saat mengonsumsi
5. menghabiskan porsi makan makanan
6. hasil lab normal (albumin, 5. lakukan atau bantu pasien
kalium) terkait dengan perawatan mulut
sebelum makan
6. berikan edukasi terkait
pemilihan makan sehat seimbang
7. kolaboasikan dengan dokter
terkait emberian obat penambah
nafsu makan
4. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhan 1. monitor level ketidaknyamanan
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24jam atau nyeri
penurunan suplai O2 dan diharapkan mampu 2. lakukan penilaian secara
nutrisi ke jaringan mempertahankan kecukupan komprehensif fungsi sirkulasi
sekunder aliran darah melalui organ periper. (cek nadi perier, oedema,
tubuh untuk berfungsi pada kapiler refil, temperature
tingkat sel. Dengan kriteria ekstremitas)
hasil: 3. atur posisi pasien setiap 2 jam
1. tidak terganggunya aliran sekali, ekstremitas bawah lebih
darah melalui pembuluh darah rendah untuk memperbaiki
hepar sirkulasi
2. tidak terganggunya aliran 4. dukung latihan ROM aktif dan
darah melalui pembuluh darah pasif
ginjal 5. pertahanan hidrasi yang cukup
3. tidak terganggunya aliran 6. kolaborasikan dengan dokter
darah melalui pembuluh darah terkait therapy antikoagulan
gastrointestinal
4. tidak terganggunya aliran
darah melalui pembuluh darah
melalui seluruh organ-organ
central manusia
5. tidak terganggunya aliran
darah melalui pembuluh erifer
hingga ke tingkat sel
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. monitor terkait penggunaan alat
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24jam bantu atau dibantu orang lain
keletihan anemia, retensi diharapkan mampu dalam proses ambulasi
produk sampah dan meningkatkan kemampuan 2. ciptakan lingkungan yang
prosedur dialysis. bergerak tanpa dsertai bantuan. kondusif
Dengan kriteria hasil: 3. bantu pasien untuk berpindah
1. tidak terganggunya sesuai kebutuhan
keseimbangan dan koordinasi 4. bantu pasien untuk berdiri dan
tubuh ambulasi dengan jarak tertentu
2. kemampuan perawatan diri 5. fasilitasi terkait penggunaan alat
dan mobilisasi pada rentang 0 bantu sesuai kebutuhan
(tanpa bantuan) 6. edukasi terkait semua prosedur
3. tidak terganggunya gerakan yang akan dilakukan kepada
otot dan sendi pasien dan keluarga
4. mampu bergerak dengan 7. Kolaborasikan dengan
mudah fisioterapi mengenai rencana
latihan dan ambulasi sesuai
kebutuhan pasien

6. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status pernafasan dan
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24jam oksigenasi
kerusakan alveolus diharapkan pasien mampu 2. Buka jalan nafas, gunakan
sekunder terhadap adanya bernafas dengan normal teknik chin lift atau jaw thrust bila
edema pulmoner. dengan Kriteria Hasil : perlu
1. Mendemonstrasikan 3. Posisikan pasien untuk
peningkatan ventilasi memaksimalkan ventilasi
dan oksigenasi yang 4. Identifikasi pasien perlunya
adekuat pemasangan alat jalan nafas
2. Memelihara kebersihan buatan
paru-paru dan bebas 5. Pasang mayo bila perlu
dari tanda-tanda 6. Posisikan pasien untuk
distress pernafasan meringankan sesak nafas
3. Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
4. Tanda-tanda vital
dalam rentang normal
7. Gangguan intregitas kulit Setelah dilakukan asuhan 1. monitor karakteristi kulit
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24jam 2. dorong pemberian cairan yang
kelebihan volume cairan diharapkan dapat sesuai
mempertahankkan keutuhan 3 tempatan jauh alat-alat yang
struktur dan fungsi fisiologis menimbulkan luka
kulit, dengan kriteria hasil: 4. anjurkan penggunaan peembab
1. akhral teraba hangat ada area kulit yang kering
2 tidak terganggunya elastisitas 5. jelaskan kepada pasien terkait
kulit tanda dan gejala dai kerusakan
3. tidak terganggunya tekstur jaringa atau intregitas kulit
kulit 6. kolaborasikan dengan dokter
4. tidak terdapatnya terkait pemberian salep jika
pengerasan pada kulit diperlukan

4. implementasi
Implementasiadalah pelaksanaan dari rencana untuk mencaai tujuan yang spesifik
yang ditujukan untuk membantu klien dalam hal mencegah penyakit, penigkatan
derajat kesehatan dan pemulihan kesehatan (Nursalam, 2009)
5. evaluasi
Diagnosa 1, hasil yang diharapkan:
1. Tidak tampak adanya edema perifer
2. Tidak terganggunya berat jenis urine
3. Tidak adanya bola mata cekung dan lembek
4. Adanya keseimbangan intake dan output alam 24jam
Diagnosa 2, hasil yang diharapkan:
1. Dengan frekuensi pernafasan dalam rentang normal 12-10x/menit
2. Tidak terganggunya irama pernafasan
3. Tidak adanya suara nafas tambahan
4. tidak adanya dyspnea
5. tidak ada penggunaan otot bantu nafas
6. tidak adanya retraksi dinding dada

Diagnosa 3, hasil yang diharapkan:


1. asupan gizi seimbang
2. asupan makanan
3. rasio berat badan normal
4. IMT : 17,99-24,99
5. menghabiskan porsi makan
6. hasil lab normal (albumin, kalium)
Diagnosa 4, hasil yang diharapkan:
1. tidak terganggunya aliran darah melalui pembuluh darah hepar
2. tidak terganggunya aliran darah melalui pembuluh darah ginjal
3. tidak terganggunya aliran darah melalui pembuluh darah gastrointestinal
4. tidak terganggunya aliran darah melalui pembuluh darah melalui seluruh
organ-organ central manusia
Diagnosa 5, hasil yang diharapkan:
1. tidak terganggunya keseimbangan dan koordinasi tubuh
2. kemampuan perawatan diri dan mobilisasi pada rentang 0 (tanpa bantuan)
3. tidak terganggunya gerakan otot dan sendi
4. mampu bergerak dengan mudah
5. tidak terganggunya aliran darah melalui pembuluh erifer hingga ke tingkat
sel
Diagnosa 6, hasil yang diharapkan:
1. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2. Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Diagnosa 7, hasil yang diharapkan:
1. akhral teraba hangat
2 tidak terganggunya elastisitas kulit
3. tidak terganggunya tekstur kulit
4. tidak terdapatnya pengerasan pada kulit

Daftar pustaka
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta : EGC. 2002
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical
Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.
2005
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing
Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.
2008.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006
PATHWAY
infeksi vaskuler zat toksik Obstruksi saluran
kemih
reaksi antigen arteriosklerosis tertimbun ginjal Retensi urin batu besar dan iritasi / cidera
antibodi kasar jaringan
suplai darah ginjal menekan saraf hematuria
turun perifer
anemia
nyeri pinggang
GFR turun

CKD

sekresi proteinterganggu retensi Na sekresi eritropoitis turun Tidak mampu mengekresi asam(H)

produksi Hb turun
sindrom uremia urokrom tertimbun di kulit total CES naik Asidosis Hiperventilasi
gang.perfusi jaringan
oksihemoglobin turun
perpospatemiagang. keseimbangan asam basa tek. kapiler naik
Pola nafas
perubahan warna kulit
pruritis tidak efektif
vol. interstisial naik intoleransi aktivitas Kelemaha
suplai O2 kasar turun
n otot
gang.integritas kulit prod. asam naik
edema payah jantung kiri bendungan atrium kiri naik
as. lambung naik (kelebihan volume cairan)

nausea, vomitus iritasi lambung preload naik COP turun


tek. vena pulmonalis

infeksi
ngguan nutrisi kurangdari kebutuhan perdarahan beban jantung naik aliran darah ginjal turun
suplai O2 jaringan turun suplai O2 ke otak turun
kapiler paru naik
gastritis
- hematemesis hipertrofi ventrikel kiri
RAA turun metab. anaerob syncope edema paru
mual, muntah - melena
(kehilangan kesadaran)
anemia retensi Na & H2O naik timb. as. laktat naik
gang. Pertukaran gas

kelebihan vol. cairan

Anda mungkin juga menyukai