Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmatnya kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tambahan Fisika Inti.
Makalah ini disusun dan diuraikan dengan di dasari oleh informasi buku dan internet.

Makalah ini di di buat pula untuk mengetahui manfaat radioaktif dan reaksi fusi dalam
bidang kesehatan dan disertai dengan gambar. Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah baik penyusunan serta kata-kata. Oleh sebab itu saya mohon maaf atas
kekurangannya makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat petunjuk dari Tuhan
yang berupa ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang “Manfaat Radioaktif dalam Bidang
Kesehatan”.

Banda Aceh, 06 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
A. UNSUR DAN MANFAAT RADIOAKTIF DALAM BIDANG KESEHATAN............................2
1. Pengertian Radioaktif..................................................................................................................2
2. Sejarah Penemuan Unsur Radioaktif...........................................................................................2
3. Sejarah Penemuan Unsur Radioaktif...........................................................................................3
4. Unsur Radioaktif dalam Bidang Kesehatan.................................................................................4
5. Manfaat Unsur Radioaktif dalam Bidang Kesehatan...................................................................7
6. Efek Samping Radioaktif Bagi Kesehatan.................................................................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................14
B. SARAN.........................................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Radiasi dan radioisotop telah lama dikenal manusia, yaitu sejak ditemukanya teknik
perunut oleh Hevesy pada tahun 1923, sehingga menambah kemajuan teknik nuklir untuk di
gunakan dibidang kedokteran dan industri. Ada beberapa sumber radiasi dilingkungan kita,
antara lain televesi, lampu penerangan, komputer. Selain itu ada sumbersumber radiasi yang
bersifat unsur alamiah yaitu berada di air, udara dan lapisan bumi. Sumber radiasi dari unsur
alamiah adalah thorium dan uranium berada di lapisan bumi, sedangkan karbon dan radon berada
di udara. Sumber radiasi yang berada di air adalah tritium dan deuterium. Jika ditinjau jenisnya
radiasi terdiri dari alpha (α), beta (β), gamma (γ), sinar-X dan neutron (n). Selain sumber radiasi
alami terdapat juga sumber radiasi buatan manusia. Ada dua sumber radiasi buatan manusia yaitu
sumber radiasi pengion dan non pengion.
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan efek ionisasi apabila
berinteraksi dengan sel-sel hidup. Jenis radiasi pengion adalah alpha, beta, gamma, neutron dan
sinar-X. Radiasi nonpengion adalah jenis radiasi yang tidak menyebabkan ionesasi apabila
berinteraksi dengan ion-ion hidup. Jenis radiasinya meliputi gelombang radio, televisi,
gelombang radar dan lain-lainya.
Suatu unsur dikatakan radioisotop atau isotop radioaktip ialah apabila unsur tersebut
dapat memancarkan radiasi. Pada umumnya radioisotop digunakan untuk berbagai keperluan
seperti dalam bidang kedokteran dan industri. Radioisotop yang digunakan tersebut tidak
terdapat di alam, disebabkan waktu paruh dan beberapa faktor lainnya yang kurang memenuhi
persyaratan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemanfaatan unsur radioaktif dalam bidang kesehatan?
2. Apa manfaat unsur radioaktif dalam bidang kesehatan?
3. Apa efek negatif dari penggunaan unsur radioaktif dalam bidang kesehatan?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. UNSUR DAN MANFAAT RADIOAKTIF DALAM BIDANG KESEHATAN
1. Pengertian Radioaktif
Kita telah mengetahui bahwa atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang
beredar mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan penggaraman),
hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama elektron pada kulit terluar,
sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi yang menyangkut perubahan pada inti disebut
reaksi inti atau reaksi nuklir (nukleus=inti). Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan
ataupun buatan. Reaksi nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang
mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir tidak spontan
dapat terjadi pada inti yang stabil maupun, inti yang tidak stabil. Reaksi nuklir disertai
perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi nuklir disertai pembebasan
kalor yang sangat dasyat, lebih besar dan reaksi kimia biasa. Dewasa ini, reaksi nuklir telah
banyak digunakan untuk tujuan damai (bukan tujuan militer) baik sebagai sumber radiasi
maupun sebagai sumber tenaga dan pemanfaatannya dalam bidang kesehatan.
2. Sejarah Penemuan Unsur Radioaktif
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah uranium. Pada tahun 1898, Marie
Curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua unsur lain dari batuan
uranium yang jauh lebih aktif dari uranium. Kedua unsur itu mereka namakan masing-
masing polonium (berdasarkan nama Polonia, negara asal dari Marie Curie), dan radium
(berasal dari kata Latin radiare yang berarti bersinar).
Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat radioaktif. Semua isotop yang
bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau kurang
mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat
radioaktif disebut isotop radioaktif atau radioi isotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif
disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi
disamping radioisotop alami juga ada radioisotop buatan.
Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar katode
mengahasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat menghitamkan film potret,
walaupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena belum mengenal hakekatnya, sinar
ini dinamai sinar X. Ternyata sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik yang timbul

2
karena benturan berkecepatan tinggi (yaitu sinar katode dengan suatu materi (anode).
Sekarang sinar X disebut juga sinar rontgen dan digunakan untuk rongent yaitu untuk
mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam.
Penemuan sinar X membuat Henry Becguerel tertarik untuk meneliti zat yang
bersifat fluorensensi, yaitu zat yang dapat bercahaya setelah terlebih dahulu mendapat
radiasi (disinari), Becquerel menduga bahwa sinar yang dipancarkan oleh zat seperti itu
seperti sinar X. Secara kebetulan, Becquerel meneliti batuan uranium. Ternyata dugaan itu
benar bahwa sinar yang dipancarkan uranium dapat menghitamkan film potret yang masih
terbungkus kertas hitam. Akan tetapi, Becqueret menemukan bahwa batuan uranium
memancarkan sinar berdaya tembus tinggi dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih
dahulu. Penemuan ini terjadi pada awal bulan Maret 1986. Gejala semacam itu, yaitu
pemancaran radiasi secara spontan, disebut keradioaktifan, dan zat yang bersifat radioaktif
disebut zat radioaktif.
3. Sejarah Penemuan Unsur Radioaktif
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan
zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang
berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negatif diberi nama sinar beta.
Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan
diberi nama sinar gamma.
1. Sinar alfa ( α )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar alfa
sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah
partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Karena memiliki massa yang besar,
daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara sinar-sinar radioaktif.
2. Sinar beta ( ß )
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan
berkas elektron yang berasal dari inti atom. Sinar beta paling energetik dapat menempuh
sampai 300 cm dalam uadara kering dan dapat menembus kulit. Karena sangat kecil,
partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan notasi .
3. Sinar gamma (γ )

3
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi, tidak bermuatan
dan tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi . Sinar gamma mempunyai
daya tembus.
4. Unsur Radioaktif dalam Bidang Kesehatan
Radioisotop telah banyak digunakan dalam banyak bidang, salah satunya adalah di
bidang kesehatan. Bidang kesehatan merupakan bidang terbesar yang menggunakan
senyawa bertanda radioaktif. Hampir 80% dari penggunaan zat radioaktif terletak pada
bidang ini. Dengan adanya zat radioaktif kita telah dapat menyelidiki dan mempelajari
proses fisiologi, biokimia, patologi dan farmakologi berbagai macam obat.
Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran, telah dimulai pada tahun 1901 oleh
Henry Danlos yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit TBC pada kulit.
Radioisotop adalah isotop suatu unsur yang radioaktif yang memancarkan sinar radioaktif.
Isotop suatu unsur baik yang stabil maupun radioaktif memiliki sifat kimia yang sama.
Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber
radiasi terbuka berasal dari inti radionuklida buatan untuk mempelajari perubahan fisiologik
dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi, dan penelitian
(World Health Organization). Bidang kedokteran yang menggunakan isotop untuk keperluan
diagnosis maupun terapi dikenal dengan bidang kedokteran nuklir.
Bidang kedokteran lain yang memanfaatkan radiasi untuk keperluan diagnosis dan
terapi adalah bidang radiologi. Perbedaan antara kedua bidang tersebut terletak pada jenis
sumber radiasi yang digunakan. Bidang radiologi menggunakan sumber radiasi tertutup,
sedangkan bidang kedokteran nuklir menggunakan sumber radiasi terbuka.
Ditinjau dari sisi keselamatan penggunaan sumber radiasi tertutup lebih mudah
penangananya, karena tidak mengakibatkan terjadinya kontaminasi internal. Contoh sumber
radiasi tertutup yaitu pesawat sinar X, jarum radium, cobalt unit dan akselerator linier.
Radiologi dimanfaatkan untuk menunjang diagnosis penyakit.
Sumber radiasi terbuka sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi internal.
Sedang dalam penggunanya justru sebagian besar sengaja memasukkan sumber radiasi
terbuka ke dalam tubuh. Namun demikian penggunaan sumber radiasi terbuka dalam bidang
kedokteran telah diperhitungkan seteliti mungkin hingga tidak membahayakan pasien.

4
Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran di Indonesia telah dimulai sejak
akhir tahun enam puluhan, setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai beroperasi di
Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh ahli dari luar negeri mulai merintis
pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Reaktor Atom Bandung (kini bernama Pusat
Penelitian Teknik Nuklir), salah satu Pusat Penelitian di lingkungan Badan Tenaga Atom
Nasional. Selain digunakan untuk mendiagnosis penyakit, radioisotop juga digunakan untuk
terapi radiasi. Terapi radiasi adalah cara pengobatan dengan memakai radiasi. Terapi seperti
ini biasanya digunakan dalam pengobatan kanker. Pemberian terapi dapat menyembuhkan,
mengurangi gejala, atau mencegah penyebaran kanker, bergantung pada jenis dan stadium
kanker. Dalam bidang radiologi, zat radioaktif digunakan dalam radiodiagnostik dan
radioterapi.
1. Radiodiagnostik

Radiodiagnostik adalah kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi


sinar pengion (sinar X), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi. Ahli dalam bidang ini
dikenal sebagai radiolog. Salah satu contoh radiodiagnostik adalah rontgen. Radiodiagnostik
dilakukan sebelum melakukan radioterapi.
Prinsip dasar digunakannya penunjang diagnostik di bidang radiologi adalah
penggunaan pesawat radiologi sebagai sumber tertutup (Tungsten), dengan energi yang
besar (kV) untuk menghasilkan sinar x (sinar pengion) yang mengenai tubuh pasien.
Transmisi radiasi yang mengenai tubuh tersebut bergantung dari kepadatan organ yang
dilalui, makin padat akan memberikan gambaran putih (opakue) hal ini juga dapat
ditimbulkan dengan pemberian kontras bubur barium pada pemeriksaan traktus intestinal
(saluran cerna), juga pada pemeriksaan traktus urinarius (saluran kemih). Sedangkan
sebaliknya akan memberikan warna hitam (lusence). Penggunaan kontras ini harus
menggunakan persyaratan yang cukup ketat karena sifat alergik yang mungkin timbul pada
5
diri pasien, sehingga diperlukan uji alergi dan juga ada kontra indikasi tertentu yang
dipersyaratankan pada diagnsotik menggunakan kontras. Hasil pencitraan dalam bentuk
gambaran anatomi.
2. Radioterapi

Radioterapi adalah tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel
kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada sel normal sekecil mungkin. Tindakan
terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar radiasi gamma atau pesawat sinar-
x dan berkas elektron.
Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi
akan merusak sel-sel kanker sehingga proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel
kanker akan terhambat. Sekitar 50 – 60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan
radioterapi adalah untuk pengobatan secara radikal, yaitu untuk mengurangi dan
menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker, selain itu juga bertujuan untuk
mengurangi resiko kekambuhan dari kanker. Dosis dari radiasi ditentukan dari ukuran,
luasnya, tipe, dan stadium tumor bersamaan.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
a. Mengobati: banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan
atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi.
b. Mengontrol: Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna
untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih
kecil dan berhenti menyebar.
c. Mengurangi gejala: Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi
gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat
hidup penderita lebih nyaman.
3. PET

6
PET merupakan salah satu hasil di garis depan pengembangan radioisotop untuk dunia
kedokteran. PET adalah metode visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop
pemancar positron.Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang
menggambarkan fungsi organ tubuh. Kelainan dan ketidaknormalan fungsi atau
metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal
ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain, seperti MRI (magnetic resonance
imaging) dan CT (computed tomography). MRI dan CT scans adalah visualisasi anatomi
tubuh yang menggambarkan bentuk organ tubuh. Dengan kedua metode ini, yang terdeteksi
adalah kelainan dan ketidaknormalan bentuk organ. Berbagai kelainan metabolisme di
dalam tubuh, termasuk di dalamnya adalah adanya metabolisme sel kanker, dapat diketahui
dengan cepat melalui PET.
5. Manfaat Unsur Radioaktif dalam Bidang Kesehatan
Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut (untuk mengikuti unsur dalam suatu
proses yang menyangkut senyawa atau sekelompok senyawa) dan sebagai sumber radiasi
/sumber sinar.
Berikut adalah beberapa contoh aplikasi radioisotop sebagai perunut:
1. Teknesium-99 (Tc-99) yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah akan akan diserap
terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati dan paru-
paru. Sebaliknya, TI-201 terutama akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung.
Oleh karena itu, kedua radioisotop itu digunakan bersama-sama untuk mendeteksi
kerusakan jantung.
2. Iodin-131 (I-131) dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar
gondok, hati, dan untuk mendeteksi tumor otak.
3. Iodin-123 (I-123) adalah radioisotop lain dari Iodin. I-123 yang memancarkan
sinar gamma yang digunakan untuk mendeteksi penyakit otak.
4. Natrium-24 (Na-24) digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran
darah. Larutan NaCl yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam
darah dan aliran darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang dipancarkan,
sehingga dapat diketahui jika terjadi penyumbatan aliran darah.
5. Xenon-133 (Xe-133) digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru.

7
6. Phospor-32 (P-32) digunakan untuk mendeteksi penyakit mata, tumor, dan lain-
lain. Serta dapat pula mengobati penyakit polycythemia rubavera, yaitu
pembentukan sel darah merah yang berlebihan. Dalam penggunaanya isotop P-
32 disuntikkan ke dalam tubuh sehingga radiasinya yang memancarkan sinar
beta dapat menghambat pembentujan sel darah merah pada sum-sum tulang
belakang.
7. Sr-85 untuk mendeteksi penyakit pada tulang.
8. Se-75 untuk mendeteksi penyakit pankreas.
9. Kobalt-60 (Co-60) sumber radiasi gamma untuk terapi tumor dan kanker.
Karena sel kanker lebih mudah rusak terhadap radiasi radioisotop daripada sel
normal, maka penggunakan radioisotop untuk membunuh sel kanker dengan
mengatur arah dan dosis radiasi.
10. Kobalt-60 (Co-60) dan Skandium-137 (Cs-137), radiasinya digunakan untuk
sterilisasi alat-alat medis.
11. Ferum-59 (Fe-59) dapat digunakan untuk mempelajari dan mengukur laju pembentukan
sel darah merah dalam tubuh dan untuk menentukan apakah zat besi dalam makanan
dapat digunakan dengan baik oleh tubuh.
12. Cr-51 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan limpa.
13. Ga-67 dapat digunakan untuk memeriksa kerusakan getah bening.
14. C–14 dapat digunakan untuk mendeteksi diabetes dan anemia.
15. Cobalt-57 (272 detik): digunakan sebagai penanda untuk memperkirakan ukuran organ
dan untuk kit diagnostik in-vitro.
16. Tembaga-64 (13 jam): digunakan untuk mempelajari penyakit genetik yang
mempengaruhi metabolisme tembaga, seperti dan penyakit Menke, dan untuk
pencitraan PET tumor, dan terapi.
17. Tembaga-67 (2.6 detik): digunakan dalam terapi.
18. Fluor-18 sebagai FLT (fluorothymidine) miso,-F (fluoromisonidazole), 18F-kolin:
digunakan untuk pelacak.
19. Gallium-67 (78 jam): digunakan untuk pencitraan tumor dan lokalisasi lesi inflamasi
(infeksi).

8
20. Gallium-68 (68 menit): positron emitor digunakan dalam PET dan unit PET-CT Berasal
dari germanium-68 dalam generator.
21. Germanium-68 (271 detik): digunakan sebagai 'orang tua' dalam generator untuk
menghasilkan Ga-68.
22. Indium-111 (2,8 detik): digunakan untuk studi diagnostik spesialis, misalnya studi otak,
infeksi dan studi usus transit.
23. IIodine-123 (13 jam): semakin digunakan untuk diagnosis fungsi tiroid, ini adalah
emitor gamma tanpa radiasi beta I-131.
24. Iodine-124: pelacak.
25. Krypton-81m (13 detik) dari Rubidium-81 (4,6 jam): gas Kr-81m dapat menghasilkan
gambar fungsi ventilasi paru, misalnya pada pasien asma, dan untuk diagnosis awal
penyakit paru-paru dan fungsi.
26. Rubidium-82 (1,26 menit): nyaman PET agen dalam pencitraan perfusi miokard.
27. Stronsium-82 (25 detik): digunakan sebagai 'orang tua' dalam generator untuk
menghasilkan Rb-82.
28. Talium-201 (73 jam): digunakan untuk mendiagnosa kondisi arteri koroner jantung
penyakit lain seperti kematian otot jantung dan untuk lokasi limfoma tingkat rendah

Contoh aplikasi radioisotop sebagai sumber radiasi:


1. Teknik Pengaktifan Neutron
Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh
terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil
(Co, Cr, F, Fe, Mn, Se, Si, V, Zn, dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda
konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada siftanya yang tidak merusak dan
kepekaannya yang sangat tinggi. Disini contoh bahan biologic yang akan diperiksa
ditembaki dengan neutron.
2. Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi
gamma atau sinar-X. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar – X yang diserap
oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang.

9
Perhitungan dilakukan oleh komputer yang dipasang pada alat osteoporosis yang sering
menyerang wanita pada usia menopause sehingga menyebabkan tulang mudah patah.
3. Three Dimensional Conformal Radiotherapy (3d-Crt)
Terapi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit
radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik
elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade, telah membawa
perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan menggunakan pesawat
pemercepat partikel generasi terakhir telah dimungkinkan untuk melakukan radioterapi
kanker dengan sangat presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya
yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang akan dikenai radiasi,
memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada target.
Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah berkembang metode
pembedahan dengan radiasi pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife).  Kasus-kasus
tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi
dengan teknik ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan tanpa merusak jaringan di
luar target.
4. Sterilisasi radiasi.
Radiasi dalam dosis tertentu dapat mematikan mikroorganisme sehingga dapat
digunakan untuk sterilisasi alat-alat kedokteran. Steritisasi dengan cara radiasi mempunyai
beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sterilisasi konvensional
1. Sterilisasi radiasi lebih sempurna dalam mematikan mikroorganisme.
2. Sterilisasi radiasi tidak meninggalkan residu bahan kimia.
3. Karena dikemas dulu baru disetrilkan maka alat tersebut tidak mungkin tercemar
bakteri lagi sampai kemasan terbuka. Berbeda dengan cara konvensional, yaitu
disterilkan dulu baru dikemas, maka dalam proses pengemasan masih ada kemungkinan
terkena bibit penyakit.
Prinsip sterilisasi adalah membebaskan alat tersebut dari semua jasad hidup terutama jasad
renik (mikroba). Secara umum teknik sterilisasi dapat dibagi menjadi 2 bagian:
1. Sterilisasi panas menggunakan uap dan tekanan atau suhu 170oC
2. Sterilisasi dingin dengan menggunakan cara kimia atau cara radiasi

10
Alat kedokteran kebanyakan berbahan plastik sehingga tidak tahan terhadap
sterilisasi panas, untuk itu dilakukan sterilisasi cara radiasi menggunakan radioisotop. Alat-
alat kedokteran yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang
digunakan. Bila bahan tersebut terurai karena radiasi maka hasil urainya tidak berpengaruh
negatif.
Jenis radiasi yang dapat digunakan untuk sterilisasi terdiri dari :
1. Radiasi pengion yang dapat berupa gelombang elektromagnetik (sinar , sinar X) dan
dapat pula berupa partikel .
2. Radiasi non pengion misalnya sinar ultraviolet, infra merah, ultra sonik dll.
Besarnya dosis untuk sterilisasi tergantung pada jumlah, jenis dan daya tahan mikroba yang
mencemari, akan tetapi umumnya dosis yang digunakan adalah 25 kGy. Alat kedokteran
yang disterilkan dengan cara radiasi harus tahan terhadap dosis radiasi yang digunakan.
5. Metode Terapi
Saat ini, telah ada beberapa terapi menggunakan radioisotop yang dapat
dikatagorikan ke dalam nanomedicine. Salah satunya adalah penggunaan CNT. Mereka
menggunakan lensa dilapisi dengan carbon nanotube (CNT) untuk mengkonversi cahaya
dari laser untuk gelombang suara terfokus. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sebuah
metode yang bisa menghancurkan tumor atau bagian tubuh lainnya yang sakit tanpa merusak
jaringan yang sehat. Para peneliti sedang menyelidiki penggunaan nanopartikel bismut untuk
memfokuskan radiasi yang digunakan dalam terapi radiasi untuk mengobati tumor-kanker.
Terapi ini sedang dikembangkan untuk menghancurkan tumor kanker payudara. Dalam
metode ini, antibodi ditarik oleh protein yang diproduksi oleh sel kanker payudara setipe
yang melekat pada nanotube, yang menyebabkan nanotube berakumulasi di tumor. Sinar
inframerah dari laser diserap oleh nanotube dan menghasilkan panas yang dapat
menghancurkan tumor.
6. Terapi tumor atau kanker.
Berbagai jenis tumor atau kanker dapat diterapi dengan radiasi. Sebenarnya, baik sel
normal maupun sel kanker dapat dirusak oleh radiasi tetapi sel kanker atau tumor ternyata
lebih sensitif (lebih mudah rusak). Oleh karena itu, sel kanker atau tumor dapat dimatikan
dengan mengarahkan radiasi secara tepat pada sel-sel kanker tersebut.
7. Medical Imaging

11
Medical imaging menggunakan sinar-X didasarkan pada perbedaan daya tembus
sinar-X pada materi yang berbeda. Sedangkan pada nuclear medicine, medical imaging lebih
didasarkan pada interaksi level molekul antara senyawa atau gugus atom tertentu dengan sel
atau jaringan. Misalnya senyawa 2- methoxy-isobutyl-isonitrile (MIBI) untuk jantung,
diethylene tetramine penta acetate (DTPA) dan hexamethylpropylene amine oxime
(HMPAO) untuk otak, DTPA untuk ginjal, hepatoiminodiacetic acid (HIDA) untuk hati dan
hydroxy methylene diphosphonate (HMDP) untuk tulang.
Penggunaan teknik nuklir dalam bidang kedokteran, dapat menunjang para ahli
medis untuk mengambil keputusan dalam mendiagnosis suatu penyakit serta dapat dipakai
untuk pengobatan. Diagnosis penyakit dengan teknik nuklir dapat dilakukan dengan lebih
cepat dan tepat karena dari hasil pencitraan dapat dievaluasi keadaan struktur morfologis,
maupun anatomis dan fisiologis suatu organ serta tidak memberikan rasa sakit. Pemakaian
zat radioaktif untuk maksud diagnosis serta pengobatan penyakit relatif aman selama
memenuhi aturan yang telah ditentukan baik mengenai dosis maupun penanganannya.
Efek radiasi yang dipancarkan radioisotop dapat digunakan untuk sterilisasi bahan
dan peralatan yang menunjang segi kesehatan serta dapat digunakan sebagai pengobatan dan
terapi berbagai penyakit dalam organ tubuh. Teknik nuklir memberikan manfaat dan andil
yang cukup besar dalam menunjang program kesehatan masyarakat.
6. Efek Samping Radioaktif Bagi Kesehatan
 Darah dan Sumsum Tulang Merah
Darah putih merupakan komponen seluler darah yang tercepat mengalami perubahan
akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlah sel. Komponen seluler darah
yang lain (butir pembeku dan darah merah) menyusun setelah sel darah putih. Sumsum
tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel-sel
darah merah, sedang pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang
berakhir dengan kematian (dosis lethal 3–5 sv).
Akibat penekanan aktivitas sumsum tulang maka orang yang terkena radiasi akan
menderita kecenderungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan hemoglobinefek
stokastik pada penyinaran sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah merah.
 Saluran Pencernaan Makanan

12
Kerusakan pada saluran pencernaan makanan memberikan gejala mual, muntah, gangguan
pencernaan dan penyerapan makanan serta diare. kemudian dapat timbul karena dehidrasi
akibat muntah dan diare yang parah. Efek stokastik yang dapat timbul berupa kanker pada
epithel saluran pencernaan.
 Organ Reproduksi
Efek somatik non stokastok pada organ reproduksi adalah sterilitas, sedangkan efek genetik
(pewarisan) terjadi karena mutasi gen atau kromosom pada sel kelamin.
 Sistem Syaraf
Sistem syaraf termasuk tahan radiasi. Kematian karena kerusakan sistem syaraf terjadi pada
dosis puluhan sievert.
 Mata
Lensa mata peka terhadap radiasi. Katarak merupakan efek somatik non stokastik yang masa
tenangnya lama (bisa bertahun-tahun).
 Kulit
Efek somatik non stokastik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis, mulai dengan
kemerahan sampai luka bakar dan kematian jaringan. efek somatik stokastik pada kulit
adalah kanker kulit.
 Tulang
Bagian tulang yang peka terhadap radiasi adalah sumsum tulang dan selaput dalam serta luar
pada tulang. kerusakan pada tulang biasanya terjadi karena penimbunan stontium-90 atau
radium-226 dalam tulang. Efek somatik stokastik berupa kanker pada sel epithel selaput
tulang.
 Kelenjar Gondok
Kelenjar gondok berfungsi mengatur metabolisme umum melalui hormon tiroxin yang
dihasilkannya. Kelenjar ini relatif tahan terhadap penyinaran luar namun mudah rusak
karena kontaminasi internal oleh yodium radioaktif.
 Paru-paru
Paru-paru pada umumnya menderita kerusakan akibat penyinaran dari gas, uap atau partikel
dalam bentuk aerosol yang bersifat radioaktif yang terhirup melalui pernafasan.

13
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Penggunaan zat radioaktif yang sangat luas dewasa ini dapat menimbulkan berbagai
sensasi dalam kehidupan.
2. Zat radioaktif dan radioisotop yang berperan besar dalam ilmu kedokteran yaitu untuk
mendeteksi berbagai penyakit serta digunakan untuk terapi.
3. Kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat radioaktif dan radioisotop memudahkan
aktifitas manusia dalam berbagai bidang kehidupan.
B. SARAN
1. Masalah zat radioaktif dan radioisotop hendaknya tidak ditafsirkan sebagai satu
fenomena yang menakutkan.
2. Penggunaan radioaktif dan radioisotop hendaknya dibarengi pengetahuan dan teknologi
yang tinggi.
3. Diharapkan penggunaan zat radioaktif dan radioisotop ini untuk kemakmuran dan
kesejahteraan umat manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2004. Pemanfaatan Radioisotop Dalam Teknik Nuklir Kedokteran. Badan Tenaga
Nuklir Nasional: Jakarta.
Arma, A. J. A. 2004 . Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat - Universitas Sumatera Utara: Medan.
Nurlaila, Z. 2002. Penggunaan Teknik Nuklir dalam Bidang Kedokteran Nuklir dan Sterilisasi
Serta Resikonya bagi Kesehatan. Buletin BATAN Th. XXII No. 1: Jakarta.
Suyatno, F. 2010. Aplikasi Radiasi dan Radioisotop dalam Bidang Kedokteran. STTN-BATAN
& Fak. Saintek UIN: Yogyakarta.
Wiharto, K. 1996. Kedokteran Nuklir Dan Aplikasi Teknik Nuklir Dalam Kedokteran. Pusat
Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi - BATAN : Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai