Anda di halaman 1dari 2

Beredarnya buku-buku tulisan H.

Mahrus

Beredarnya buku-buku tulisan H. Mahrus Ali di berbagai tempat di wilayah Indonesia benar-benar sangat meresahkan masyarakat ummat
Islam. Otomatis itu dapat menjadikan fitnah besar bagi kaum Nahdhiyyin dan dapat mengancam persatuan dan kesatuan ummat Islam di
Indonesia, bahkan bisa mengancam eksistensi Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menganut ideologi
Pancasila dan berazaskan Undang-undang Dasar 1945. Atas dasar itu, saya bersama kawan-kawan yang tergabung dalam gorup
“SARKUBIYAH” melakukan silaturrahim ke rumah kediamannya H. Mahrus Ali di Tambakwaru Sidoarjo, Surabaya – Jawa Timur untuk
meminta penjelasan langsung mengenai buku-buku tulisannya yang kontroversial dan menyesatkan itu.

Dalam silaturrahim ini kami sempat mengambil foto secara rahasia lewat hp untuk dijadikan sebagai data dan bukti yang valid. Karena, H.
Mahrus Ali tidak mau difoto dan menghukumi haram masalah foto. Begitupula, kami sempat berdialog dan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada Mahrus Ali termasuk masalah penggunaan istilah “Mantan Kyai NU” di setiap buku karangannya. Ternyata dalam
jawaban Mahrus Ali penggunaan istilah “Mantan Kiai NU” itu bukanlah dari kemauan H. Mahrus Ali (Wahhabi tulen) sendiri, tetapi istilah itu
merupakan keinginan dan hasil rekayasa dari penerbit “Laa Tasyuk” yang menerbitkan buku-buku karangannya dengan tujuan agar buku-
buku tersebut best seller di pasaran. Buku2 tersebut pada hakikatnya merupakan suatu pelecehan dan penghinaan terhadap eksistensi NU
baik di forum nasional maupun internasional. Dengan demikian, kami meminta langsung kepada H Mahrus Ali dengan sejujurnya untuk
membuat pernyataan mengenai istilah Mantan Kyai NU yang merupakan bukan pilihannya sendiri sebagai suatu klarifikasi agar tidak
menjadi fitnah berkepanjangan di kemudian hari. Jadi, dalam hal ini penerbit “Laa Tasyuk” bersalah secara hukum. Begitupula dengan
Mahrus Ali. Olehkarena itu, pihak NU harus menuntut dan menyeret mereka ke pengadilan demi tegaknya hukum di Indonesia. Kalau
dibiarkan saja, pasti fitnah yang ditimbulkan oleh penerbit “Laa Tasyuk” dan H.Mahrus Ali akan semakin berkobar saja dan dapat
mengancam kewibawaan NU, bahkan bisa merugikan bangsa Indonesia.

Adapun mengenai tulisan-tulisan H Mahrus Ali di setiap buku karangannya, semuanya itu berisikan pengkajian dan pembahasan yang tidak
ilmiah dan mengandung ketidakbenaran, karena tidak disertai dengan dalil-dalil yang kuat dan penjelasan-penjelasan yang ilmiah secara
keilmuan. Hanya saja dalil-dalil yang diambil olehnya baik dari Al-Qur’an maupun Hadits Nabi hanyalah merupakan hasil terjemahan secara
tekstual atau letterleg saja sehingga sama sekali tidak mengenai sasaran yang tepat. Bahkan dalam mengartikan ayat-ayat suci al-Quran
yang ada asbabun nuzulnya, dia itu sangat anti sekali dengan asbabun nuzul (sebab2 diturunkannya ayat2 suci Al-Qur’an). Karena, menurut
dia asbabun nuzul itu dipenuhi dengan sanad-sanad (sandaran-sandaran hukum) yang dhaif atau lemah. Selain itu beliau sangat anti sekali
terhadap kitab-kitab karangan Imam Syafi’i. Dia hanya menggunakan tafsir yang dilakukan oleh sahabat Nabi SAW. Dengan demikian,
pengkajian Al-Qur’an yang ia lakukan merupakan suatu kekeliruan dan penyimpangan yang besar, karena tidak berdasarkan ilmu tafsir Al-
Qur’an dari para ulama yang tidak diragukan lagi mengenai kredibilitas keilmuan mereka. Padahal ilmu tafsir Al-Qur’an itu sangat penting
sekali dalam memecahkan setiap permasalah hidup (problem solving) terutama yang berkaitan dengan ayat-ayat mutasyabbihat dan ayat-
ayat kauniyah. Hal itu pernah saya kemukakan di dalam tulisan saya dahulu yang berjudul “Membentuk Generasi Intelektual Qur’anic.
Silahkan lihat tulisan saya itu:

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=151207428257226&set=a.151207358257233.25927.100001039095629

Selain itu, dia menganggap bahwa ilmu hisab itu bid’ah dholalah dan yang paling benar hanyalah ilmu rukyat semata dalam penentuan
awal bulan Qamariyah seperti awal Ramadhan, Syawal dan Dzul-Hijjah. Bahkan dia menyalahkan NU, Muhammadiyah, PERSIS dan ormas-
ormas Islam lainnya. Dalam masalah jatuhnya waktu wukuf di Padang Arafah Saudi Arabia dan masalah jatuhnya hari puasa Arafah di
Indonesia juga dia mengikuti keputusan pemerintah Saudi Arabia. Alasannya pemerintah Saudi Arabia itu menggunakan rukyat dan
rukyatnya didukung dengan teropong-teropong yang canggih dari Maroko. Kata saya kepadanya: “Bagaimana kita dapat melakukan rukyat
(melihat hilal) dengan baik dan benar kalau tanpa didukung dengan data hisab yang akurat”? Karena, rukyat yang baik itu harus dilakukan
hisab terlebih dahulu, dengan kata lain ” ‫“ الرؤية بعد الحساب‬. Rukyat tanpa data hisab yang akurat sudah barangtentu akan terjadi
kesalahan dalam merukyat. Karena, untuk mengetahui posisi dan ketinggian hilal itu harus menggunakan ilmu hisab. Begitupula lamanya
hilal di atas atau di bawah ufuk itu hanya bisa diketahui dengan ilmu hisab. Adapu lamanya hilal di atas ufuk hanya sekitar beberapa menit
atau detik saja tergantung ketinggian hilalnya. Untuk lebih jelasnya coba lihat tentang tulisan hisab saya, yaitu: “REKAPITULASI HASIL
PERHITUNGAN AWAL BULAN DZUL-HIJJAH 1431 H / 2010 M MENURUT SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA” dengan markas kota Mekkah,
Saudi Arabia:

http://www.facebook.com/note.php?note_id=138688112848087

Kata saya kepada Mahrus Ali: “Ilmu hisab itu ibarat alamat lengkap seseorang pak. Sedangkan, rukyat itu ibarat rumah seseorang.
Bagaimana kita bisa menemukan rumah seseorang kalau tanpa adanya alamat yang jelas. Coba bapak pikirkan baik-baik !. Saya ini datang
dari jauh dan ingin ke rumah bapak. Apakah saya akan menemukan rumah bapak kalau saya tidak mempunyai alamat rumah bapak yang
jelas?. Jawab dia kepada saya: Oh iya ya pasti sampeyan tidak bisa menemukan alamat rumah saya!”.
Itulah penjelasan saya kepada Mahrus Ali dan diapun mengakuinya secara jujur. Kemudian saya bertanya lagi kepada dia: “Ngomong-
ngomong ! Apakah bapak bisa tidak ilmu hisab?. Jawab dia: Saya tidak bisa sama sekali ilmu hisab. Kok mengapa bapak menulis ilmu hisab
di buku karangan bapak yang berjudul “Amaliyah Sesat Di Bulan Ramadhan?. Bahkan bapak mencela NU dan Muhammdiyah serta
Kementrian Agama Republik Indonesia. Jawab dia: Oh itu saya ambil dari internet saja. Kata saya: Memangnya bapak punya internet?. Ya,
saya punya.
Itulah pengakuan sejujurnya Mahrus Ali kepada saya. Karena, saya berusaha meyakinkan dan memeluruskan pemahaman dia yang salah
dan keliru itu tentang ilmu hisab. Wal hasil H Mahrus Ali itu tidak faham sama sekali tentang ilmu hisab dan rukyat. Ternyata tulisan dia
tentang hisab itu hanyalah merupakan copy paste dari internet alias google saja.

Adapun dalam masalah penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzul-Hijjah di Indonesia dia menyerahkan sepenuhnya kepada NU. Dari
sini kita fahami bahwa dia tidak konsisten dengan pendiriannya semula, padahal secara keilmuan NU itu menggunakan perpaduan antara
Hisab dan Rukyat. Tapi, mengapa dia menganggap ilmu hisdab itu bid’ah (maksudnya bid’ah dholalah atau sesat).
Bukan hanya itu saja, H. Mahrus Ali pun sama sekali tidak paham tentang ilmu mantik (logics). Bagaimana dia bisa memahami isi Al-Qur’an
dan Hadits kalau dia tidak paham tentang ilmu itu. Sedangkan, ilmu mantiq merupakan salah satu pendukung untuk membongkar rahasia
Al-Qur’an dan Hadits. Begitupula ketika ditanya tentang ilmu tauhid pun pemahamannya sangat dangkal sekali, sehingga apa yang dia
pahami dalam masalah ilmu tauhid tidak sesuai dengan pemahaman aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dengan demikian, pemahaman
keilmuan H. Mahrus Ali benar-benar sangat diragukan tentang kebenarannya karena tidak sesuai denagn fakta-fakta keilmuan yang berlaku
di dalam ajaran agama Islam. Itulah ajaran Wahhabi yang dianut oleh H. Mahrus Ali untuk menyesatkan ummat Islam di Indonesia.
Memang Mahrus Ali itu otaknya sudah dicuci oleh Wahhabi ketika dia belajar dahulu di Saudi Arabia selama 8 tahun. Wallahu A’lam bis
Showab.

Sumber : http://warkopmbahlalar.com/istilah-mantai-kiai-nu-bukan-dari-mahrus-ali/
MEMBENTUK GENERASI INTELEKTUAL QUR'ANIC
Al-Qur'an sebagai "Hudal Linnas ( ‫ )هدى للناس‬dapat memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia ...

Al-Qur'an sebagai "Hudal Linnas (‫ )هدى للناس‬dapat memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada manusia

Anda mungkin juga menyukai