Anda di halaman 1dari 26

KONSEP, KEGUNAAN & KLASIFIKASI BIAYA

Landasan Teoritis
Akuntansi dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Akuntansi Keuangan
2. Akuntansi Manajemen

Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)


Yaitu suatu proses mencatat, menggolongkan, menganalisa,
menafsirkan dan menyajikan laporan tentang peristiwa-
peristiwa keuangan yang mampu mengubah posisi aktiva dan
pasiva yang menghasilkan L/K yang dibutuhkan oleh pihak
ekstern & intern.

Akuntansi Biaya (Cost Accounting)


Yaitu suatu proses mencatat, menggolongkan, menganalisa,
menafsirkan dan menyajikan laporan tentang peristiwa-
peristiwa keuangan yang berhubungan dengan biaya yang
diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan cost report yang
hanya dibutuhkan oleh pihak intern perusahaan.

Akuntansi Manajemen (Management Accounting)


Yaitu suatu proses mengolah data dari output cost accounting
yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu
keputusan.

Biaya (Cost)
Yaitu pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu.

Kegunaan Akuntansi Biaya :


1. Untuk perencanaan laba (Profit Planning) melalui budget
2. Untuk pengendalian biaya melalui akuntansi
pertanggungjawaban
3. Untuk menghitung laba – rugi tahunan dan penilaian persediaan
akhir (ending inventory)
4. Membantu dalam menetapkan harga jual & penentuan
kebijakan harga jual.
Klasifikasi Biaya
A. Berdasarkan sifatnya :
1. Biaya Produksi (Manufacturing Cost)
Yaitu Biaya Bahan Baku (Material Cost), Biaya Tenaga Kerja
(Labor Cost), Biaya Overhead pabrik (Factory Overhead
Cost).

2. Biaya Komersial (Commercial Expenses)


Yaitu Biaya pemasaran (Marketing Expense), Biaya
Administrasi & Umum (General & Administration expense).

B. Berdasarkan Periode Akuntansinya :


1. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)
Yaitu pengeluaran-pengeluaran perusahaan dimana
manfaatnya hanya dinikmati dalam satu periode akuntansi.

2. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)


Yaitu Pengeluaran-pengeluaran perusahaan dimana
manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu periode
akuntansi dan pembebanannya berupa depresiasi.

C. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi :


1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Yaitu biaya yang jumlahnya relatif tetap, tidak dipengaruhi
oleh perubahan volume.

2. Biaya Variabel (Variable Cost)


Yaitu biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan
perubahan volume.

3. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost)


Yaitu biaya yang mengandung unsur variabel dan unsur
tetap.

D. Berdasarkan Hubungannya dengan Produk


1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan yang bisa
diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang
bersangkutan.
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan yang tidak dapat
diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang
bersangkutan.

E. Berdasarkan Hubungannya dengan Departemen di Perusahaan


1. Departemen Produksi (Production Department)
Yaitu departemen yang betul-betul melakukan pengolahan
terhadap produk yang bersangkutan.

2. Departemen Pelayanan (Service Department)


Yaitu departemen yang menghasilkan jasa dimana jasa tsb
akan memperlancar kegiatan departemen produksi.

Different Classification for Different Purposes


Artinya untuk tujuan penggunaan informasi yang berbeda,
diperlukan klasifikasi yang berbeda pula.

Sistem Biaya (Cost System) :


1. Historical Cost System
Sistem penilaian biaya berdasarkan pengeluaran-pengeluaran
yang sesungguhnya terjadi.

2. Standard Cost System


Sistem penilaian biaya berdasarkan harga pokok penjualan
(HPP) yang telah ditetapkan dimuka.
Metode Pengumpulan Biaya (Cost Accumulation Method)
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method)
Yaitu metode pengumpulan biaya produksi pada perusahaan
yang menghasilkan produk atas dasar pesanan.

2. Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method)


Yaitu metode pengumpulan biaya produksi pada perusahaan
yang menghasilkan produk secara masa.

Karakteristik Metode Pengumpulan Biaya

JOB ORDER PROCESS


 Dasar Penentuan Setiap produk yang Setiap periode tertentu
Harga Pokok Produk dipesan (umumnya 1 bulan)

 Saat Penentuan HPP Saat Produk selesai Akhir periode tertentu


dikerjakan

 Perhitungan HP  B. Produksi pesanan  B. Prod. periode tertentu


per-unit produk  Produk pesanan  Produk dlm periode ttt

Metode Perhitungan Harga Pokok (Costing Method)

1. Full Costing / Absorption Costing / Conventional Costing


Yaitu Metode perhitungan harga pokok dimana seluruh unsur
biaya baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel
diikutsertakan dalam perhitungan.

2. Direct Costing / Variabel Costing / Out of Pocket Costing


Yaitu Metode perhitungan harga pokok dimana hanya unsur
biaya yang bersifat variabel saja yang diikutsertakan, sedangkan
biaya tetap tidak diikutsertakan ke dalam perhitungan, tapi
dianggap sebagai period cost.

Period cost
Yaitu Biaya-biaya yang akan diperhitungkan langsung seluruhnya
ke dalam Income Statement pada periode terjadinya, walaupun
mungkin barang belum seluruhnya terjual.
Rumus menghitung harga pokok, dengan :

• Full Costing
Biaya Bahan Baku Rp. X
Biaya Tenaga Kerja Langsung X
Biaya Overhead Pabrik (T + V) X
+
Full Production Cost Rp. XX
Biaya Administrasi + Pemasaran (T + V) X
+
Full Cost Rp. XX

• Variable Costing

Biaya Bahan Baku Rp. X


Biaya Tenaga Kerja Langsung X
Biaya Overhead Pabrik (V) X
+
Variable Production Cost Rp. XX
Biaya Administrasi + Pemasaran (V) X
+
Variable Cost Rp. XX
Contoh Soal :

Suatu perusahaan mengeluarkan biaya-biaya sebagai berikut :


BBB = Rp. 3.000.000,-
BTKL = 2.000.000,-
BOP Variabel = 1.500.000,-
Tetap = 1.750.000,-
Biaya Adm & Pemasaran Variabel = 500.000,-
Tetap = 750.000,-

Jawab :
 Full Costing
Biaya Bahan Baku Rp. 3.000.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik (T + V) 3.250.000,-
+
Full Production Cost Rp. 8.250.000,-
Biaya Administrasi + Pemasaran (T + V) 1.250.000,-
+
Full Cost Rp. 9.500.000,-

• Variable Costing
Biaya Bahan Baku Rp. 3.000.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung 2.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik (V) 1.500.000,-
+
Variable Production Cost Rp. 6.500.000,-
Biaya Administrasi + Pemasaran (V) 500.000,-
+
Variable Cost Rp. 7.000.000,-

Biaya Tetap dalam variabel costing dianggap sebagai “period


costing”.
Perbedaan Penyusunan Income Statement menurut Full Costing &
Variable Costing.
Full Costing Variable Costimg
Sales Rp. XX Sales Rp. XX
COGS XX - COGS XX -

Gross Profit Rp. XX Gross Profit Rp. XX

General & adm. Exp. XX Var. General & adm. Exp. XX


Marketing exp. XX + XX - Var. Marketing exp. XX + XX -

Net Profit Before Tax Rp. XX Net Contribution Margin Rp. XX


Fixed Cost XX -

Net Profit Before Tax Rp. XX

Contoh Soal :
Kapasitas normal suatu perusahaan 1000 unit, dengan tarif BOP
per-unit Rp. 5.000,- yang terdiri dari BOP tetap Rp. 4.000,- & BOP
variabel Rp. 1.000,-
Biaya Produksi per-unit sebagai berikut :
 BBB Rp. 6.000,-
 BTK 4.000,-
 BOP (T + V) 5.000,-
Rp. 15.000,-

B. Komersial tetap per-unit Rp. 3.000,- & B. Komersial variabel


per-unit Rp. 1.000,- Harga jual per-unit Rp. 25.000,- terjual 600
unit. Asumsi tidak ada persediaan awal & tidak ada persediaan
akhir.

Jawab :
 Income Statement secara Full Costing
Sales (600 x Rp. 25.000,-) Rp. 15.000.000,-
COGS (600 x Rp. 15.000,-) 9.000.000,- -

Gross Profit Rp. 6.000.000,-


Commercial expense (600 x Rp. 4.000) 2.400.000,-

Net Profit Before Tax Rp. 3.600.000,-


 Income Statement secara Direct Costing

Sales (600 x Rp. 25.000,-) Rp. 15.000.000,-


COGS variabel (600 x Rp. 11.000,-) 6.600.000,- -

Gross Contribution Margin Rp. 8.400.000,-

Commercial expense (600 x Rp. 1.000) 600.000,- -

Net Contribution Margin Rp. 7.800.000,-

Fixed Cost :
 BOP (1000 x Rp. 4.000,-) = Rp. 4.000.000,-
 Commercial exp. (1000 x Rp. 3.000) = 3.000.000,- +

7.000.000,- -

Net Profit Before Tax Rp. 800.000,-

Notes :

Antara Full Costing & Variable Costing terdapat perbedaan Net


Profit Before Tax sebesar Rp. 2.800.000,- hal ini disebabkan
karena ada persediaan akhir / produksi di bawah kapasitas normal.
(400 x Rp. 4.000,-) + (400 x Rp. 3.000,-) = Rp. 2.800.000,-

Dimana menurut Variabel Costing Net Profitnya  daripada Full


Costing, karena itu variabel costing tidak dipakai untuk jangka
panjang.
Karena perhitungan Harga pokok variabel tidak mencerminkan
perhitungan harga pokok yang sesungguhnya.

Banyak pihak yang dirugikan


 Pemegang saham
 Pemerintah

BIAYA BAHAN
Biaya Bahan Baku Biaya Bahan Penolong

Kegiatan Pokok Perusahaan yang berkaitan dengan


Akuntansi Biaya Bahan Baku, adalah :
1. Pembelian Bahan
Jurnal :

 Pembelian / Persediaan BB XX (Q x P)
Kas XX

 Pembelian / Persediaan BB XX (Q x P)
Utang XX

2. Pemakaian Bahan
Jurnal :

 Barang Dalam Proses / BDP – BB XX (Q x P)


Persediaan - BB XX

SISA BAHAN, PRODUK CACAT & PRODUK RUSAK


 Sisa Bahan (Scrap Materials)
yaitu Bahan yang tersisa (Bahan yang rusak)
Perlakuannya dalam akuntansi biaya :
1. Jika laku dijual, dapat dianggap sebagai :
- Pengurang BBB
- Pengurang BOP yang sesungguhnya
- Other Income
2. Jika tidak laku dijual, tetapi menimbulkan biaya
pembuangan, maka biaya tsb dianggap sebagai :
- Penambah BBB
- Penambah BOP yang sesungguhnya

 PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)


Yaitu produk yang tidak memenuhi standar mutu tertentu,
tetapi secara ekonomis maupun teknis dapat diperbaiki.

 PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)


Yaitu produk yang tidak memenuhi standar mutu tertentu, dan
tidak dapat diperbaiki lagi.
Perlakuannya dalam akuntansi biaya :
1. Jika laku dijual, maka rugi karena produk rusak dianggap
sebagai :
- Rugi penjualan
- Penambah BOP sesungguhnya

2. Jika tidak laku dijual, maka HP produk rusak dianggap


sebagai :
- Penambah HP Produksi
- Penambah BOP sesungguhnya
- Rugi Produk Rusak
BIAYA TENAGA KERJA

B. TENAGA KERJA B. TENAGA KERJA


LANGSUNG TIDAK LANGSUNG
(BTKL) (BTKTL)

MASUK BOP

• BTKL adalah jumlah rupiah yang dibayarkan kepada tenaga


kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan
Bahan Baku menjadi produk jadi.

• BTKTL adalah kebalikan dari BTKL

SISTEM BALAS (UPAH) JASA

1. Sistem upah satuan/Prestasi


Yaitu besar kecilnya upah yang diterima tenaga kerja
ditentukan oleh besar kecilnya prestasi yang dihasilkan.

2. Sistem Upah Waktu


Yaitu besar kecilnya upah yang diterima tenaga kerja
tergantung pada lamanya waktu bekerja.

KELEMAHAN SISTEM UPAH PRESTASI


Ada kecenderungan karyawan berusaha mencapai prestasi
sebanyak mungkin dengan mengabaikan mutu hasil produksi.

KELEMAHAN SISTEM UPAH WAKTU


Ada kecenderungan karyawan memperlambat kerja.
KOMBINASI 2 SISTEM UPAH

CONTOH :
Perusahaan menetapkan jam kerja per-hari 8 jam dan satu hari
dihasilkan 20 unit, upah per-jam Rp. 2.000,- Bagi mereka yang
mampu melampaui target diberi bonus 50%

• UPAH STANDAR PER-HARI


8 x Rp. 2.000,- = Rp. 16.000,- 20 unit

BTKL per-unit : 16.000


= Rp. 800,-
20

Setiap unit dibebani BTKL : Rp. 800,-

Jika Karyawan A bekerja 8 jam dan hasilnya 17 unit


• Upah yang seharusnya diterima A Tetap = Rp. 16.000,-
BTKL yang diperhitungkan pada produk :
17 unit X Rp. 800,- …………………………….. 13.600,-

Selisih Rp. 2.400,-

Karena A menghasilkan produk dibawah standar, yaitu sebesar


17 unit, maka A diberi sangsi berupa potongan sebesar
Rp. 2.400,-
Jadi BTKL yang dibayarkan pada A = Rp. 13.600,-

Jika Karyawan B bekerja 8 jam dan hasilnya 24 unit


• Upah standar per-hari ………………………… Rp. 16.000,-
Bonus 50%…………4 unit (24-20)
(4 X Rp. 800) X 50% ……………………………. 1.800,-

BTKL……………… Rp. 17.800,-

Perusahaan memberi bonus hanya 50% bagi mereka yang bisa


menghasilkan produk lebih dari standar, karena takut mutu
diabaikan. Karyawan tidak mau dibayar hanya 50%.
LEMBUR

Resikonya Biaya tinggi


Contoh Soal :
Jam kerja normal per-minggu 45 jam kerja dengan upah Rp.
2.000 / jam kerja. B bekerja 55 jam kerja per-minggu.
1. Berapa upah yang diterima dalam minggu tersebut !
2. Berapa upah regulernya (upah langsung) !
3. Berapa upah lemburnya !
4. Berapa premi lembur kalau ditetapkan premi lemburnya
50% !

Jawab :

1. 45 JK=45 X Rp. 2.000,- = Rp. 90.000


55 JK
10 JK=10 X (Rp. 2.000+1.000)= 30.000

Rp. 120.000
2. Upah reguler :
Rp. 90.000 + Rp. 20.000,- Rp. 110.000,-

3. Upah lembur : Rp. 30.000,-

4. Premi lembur (BOP) : Rp. 10.000,-

Jurnal :
1. Waktu menghitung upah
Upah Rp. 120.000,-
Utang upah Rp. 120.000,-

2. Waktu membayar upah :


Utang upah Rp. 120.000,-
Kas Rp. 120.000,-

3. Waktu membebankan upah ke dalam proses produksi


BDP – upah Rp. 110.000,-
BOP 10.000,-
Upah Rp. 120.000,-
Contoh soal :

Setiap akhir tahun PT. X memberikan bonus yang besarnya sama


dengan gaji karyawan selama dua minggu kepada karyawan yang
telah bekerja selama minimal satu tahun. Berikut ini adalah
catatan mengenai besarnya gaji yang diterima karyawan berikut
lamanya bekerja :

Nama Karyawan Lama bekerja (tahun) Gaji tiap minggu

1. Agus Tata 3 Rp. 208,00


2. Arie Toto 10 Rp. 286,00
3. Amir Tota 0,5 Rp. 198,00
4. Ali Tato 4 Rp. 182,00
5. Ani Titi 4 Rp. 234,00
6. Ati Tati 5 Rp. 260,00

Rp. 1.368,00

Diminta :

a. Hitung bonus yang diterima karyawan !


b. Buat jurnal untuk mendistribusikan gaji berikut bonus yang
harus dibayarkan !
FACTORY OVERHEAD COST

Elemen Biaya :
• Direct material Cost (Biaya Bahan Baku Langsung)
• Direct Labor Cost (Biaya Tenaga Kerja Langsung)
• Factory Overhead Cost (Biaya Overhead Pabrik)
Meliputi :
- Indirect Material Cost
- Indirect Labor Cost
- Biaya Listrik
- Biaya Penyusutan
- Biaya Reparasi
- Biaya Pemeliharaan
- Premi lembur
- Dll

BOP sulit dibebankan, karena :


1. Sifat Overhead Pabrik yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel.
2. Hubungannya dengan proses produksi tidak langsung
3. Ada Overhead Pabrik yang sudah diketahui sebelum proses
produksi
4. Ada Overhead Pabrik yang baru diketahui setelah proses
produksi selesai
5. Ada Overhead Pabrik yang baru diketahui setelah periode
tertentu.
6. Ada Overhead Pabrik yang terjadi secara periodik / sewaktu-
waktu.

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan BOP


1. Buat anggaran BOP
2. Tentukan dasar penetapan tarif yang akan digunakan.
3. Tentukan kapasitas yang dikehendaki
4. Tentukan apakah akan menggunakan tarif tunggal atau tarif
majemuk.
Tarif overhead yang ditetapkan dimuka
(Predetermined overhead Rate)

Mengatasi kesulitan pembebanan BOP ke dalam proses produksi.


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan
predetermined overhead rate :
A. Base to be used (dasar yang akan digunakan sebagai penetapan
tarif).
1. Biaya Bahan Baku

Estimasi BOP
Tarif BOP = X 100%
Estimasi BBB

Contoh :
Perusahaan menganggarkan BOP sebesar Rp. 300.000,- dan
BBB Rp. 250.000,-. Tentukan tarif BOP !
Jawab :
Rp. 300.000,-
Tarif BOP = X 100%
Rp. 250.000,-

= 120% dari BBB

Misal pada periode ybs perusahaan menerima pesanan.


Dimana pesanan tsb memerlukan BBB Rp. 20.000,- BUL
Rp.36.000,- :
a. Tentukan Harga Pokok Pesanan !
b. Apabila perusahaan menginginkan laba sebesar 15%
dari Harga Jual & menetapkan Biaya pemasaran 5%
dari HJ. Hitunglah HJ pesanan !

Jawab :
a. Harga Pokok Pesanan
BBB = Rp. 20.000,-
BUL = Rp. 36.000,-
BOP : 120% X Rp. 20.000 = Rp. 24.000,-
Harga Pokok Pesanan = Rp. 80.000,-
b. HJ = H. Pokok + B. Pemasaran + Profit
X = 80.000 + 0,05 X + 0,15 X
0,8X = 80.000
X = Rp. 100.000,-

2. Unit yang diproduksi

Estimasi BOP
Tari BOP =
Estimasi Unit yang diproduksi

Misal suatu perusahaan menganggarkan BOP


Rp.300.000,- & estimasi unit yang diproduksi 200.000
unit. Hitung tarif BOP !

Jawab :

Rp. 300.000,-
Tarif BOP =
200.000 unit

= Rp. 1,50 per-unit produksi

Misal pada suatu periode mendapat pesanan 10.000 unit


dimana pesanan tsb menghabiskan BBB Rp.40.000,-
sedangkan BUL Rp. 25.000,-. Tentukan HP pesanan tsb
!

Jawab :

Harga pokok pesanan


BBB = Rp. 40.000,-
BUL = Rp. 25.000,-
BOP : Rp. 1,50 X 10.000 = Rp. 24.000,-

Harga Pokok Pesanan = Rp. 80.000,-


3. Biaya Upah Langsung

Estimasi BOP
Tarif BOP = X 100%
Estimasi BUL

Misal :
Suatu perusahaan menganggarkan BOP Rp.300.000,-
dan anggara BUL Rp. 300.000,-. Tentukan tarif BOP !

Jawab :

Rp. 300.000,-
Tarif BOP = X 100%
Rp. 300.000

= 100% dari BUL

Misal pada periode ybs perusahaan menerima pesanan


yang menghabiskan BBB Rp. 10.000,- BUL Rp. 20.000,-
Tentukan HP pesanan Tsb !

Jawab :
Harga Pokok Pesanan
BBB = Rp. 10.000,-
BUL = Rp. 20.000,-
BOP : 100% X Rp. 20.000 = Rp. 20.000,-

Harga Pokok Pesanan = Rp. 50.000,-


4. Jam Kerja Langsung

Estimasi BOP
Tari BOP =
Estimasi Jam Kerja Langsung

Misal :
Perusahaan menganggarkan BOP Rp. 300.000,- Dengan
estimasi JK langsung 100.000 jam. Berapakah tarif BOP
per-jam !
Jawab :
Rp. 300.000,-
Tarif BOP =
100.000 jam

= Rp. 3 per-jam kerja

5. Jam Mesin

Estimasi BOP
Tarif BOP =
Estimasi Jam mesin

Misal :
Perusahaan menganggarkan BOP Rp. 300.000,- Dengan
estimasi Jam mesin 150.000 jam. Berapakah tarif BOP
per-jam mesin !
Jawab :

Rp. 300.000,-
Tarif BOP =
150.000 jam

= Rp. 2 per-jam mesin


B. Level Capacity to be used
(Tingkat kapasitas yang digunakan)

1. Normal Capacity (Kapasitas Normal)


Biasa digunakan untuk menyusun anggaran BOP.
Adalah kapasitas yang dapat dicapai oleh perusahaan
ddalam jangka panjang setelah diperhitungkan dengan
hambatan-hambatan yang berasal dari internal
perusahaan.
Misal : kerusakan mesin, kekurangan BB, mogok kerja

2. Expected Actual Capacity (Kapasitas yang sesungguhnya


diharapkan terjadi)
Adalah kapasitas yang diperkirakan dapat dicapai oleh
perusahaan dalam 1 tahun y.a.d. atau dalam jangka
pendek.

Kapasitas Praktis
Adalah kapasitas yang dapat dicapai oleh oleh perusahaan
setelah diperhitungkan dengan hambatan-hambatan yang
berasal dari ekternal perusahaan.
Misal : Krisis ekonomi, kerusuhan, hari libur nasional, dll.

C. Diperhitungkan atau tidak BOP tetap dalam Biaya produksi


1. Full Costing/Absorption Costing/Conventional Costing
Yaitu Metode perhitungan HP dimana seluruh unsur
biaya produksi diikutsertakan dalam perhitungannya
baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat variabel.

2. Variable Costing/Direct Costing/Out of Pocket Costing


Yaitu metode perhitungan HP dimana hanya unsur
biaya yang bersifat variabel saja yang diikutsertakan
sedangkan yang bersifat tetap tidak diikutsertakan ke
dalam perhitungan biaya produksi tapi dianggap
sebagai period cost.

D. Tarif tunggal atau tarif majemuk


• Tarif tunggal (Single Rate)
Artinya dalam perusahaan hanya terdapat satu macam tarif,
karena hanya ada 1 departemen produksi atau terdapat
beberapa departemen produksi, tetapi menggunakan dasar
penetapan tarif yang sama.

Contoh Soal :
Perusahaan menganggarkan BOP per-bulan sebesar Rp. 6
juta, terdiri dari BOP tetap Rp. 4 juta, selisihnya merupakan
Bop variabel. Anggaran BOP tsb digunakan untuk
menghasilkan 10.000 unit produk yang dikerjakan dalam
5.000 jam kerja atau 2.500 jam mesin. BBB Rp. 4 jt & BTK
Rp. 2 jt.
Jawab : (pilih jam mesin)

Estimasi BOP
Tarif BOP =
Estimasi Jam mesin

Rp. 6.000.000,-
=
2.500 jam mesin

= Rp. 2.400,- per-jam mesin

• Rp. 4.000.000,-
Tarif BOP tetap =
2.500 jam mesin

= Rp. 1.600 per-jam mesin

• Rp. 2.000.000,-
Tarif BOP variabel =
2.500 jam mesin

= Rp. 800 per-jam mesin


Misalkan proses produksi yang sesungguhnya diharapkan terjadi
2.600 Jam mesin. Berapa BOP-nya !
Jawab :
BOP = 2.600 jam mesin X Rp. 2.400,- = Rp. 6.240.000,-

• Kalau pakai dasar Jam kerja langsung :

Estimasi BOP
Tarif BOP =
Estimasi Jam Kerja Langsung

Rp. 6.000.000,-
=
5.000 jam kerja

= Rp. 1.200,- per-jam kerja

Rp. 4.000.000,-
Tarif BOP tetap =
5.000 jam kerja

= Rp. 800,- per-jam kerja

Rp. 2.000.000,-
Tarif BOP variabel =
5.000 jam kerja

= Rp. 400,- per-jam kerja


Misalkan proses produksi yang sesungguhnya diharapkan terjadi
6.000 Jam kerja. Berapa BOP-nya !
Jawab :
BOP = 6.000 jam kerja X Rp. 1.200,- = Rp. 7.200.000,-

• Kalau pakai dasar Biaya Tenaga Kerja :

Estimasi BOP
Tarif BOP = X 100%
Estimasi BTK

Rp. 6.000.000,-
= X 100%
Rp. 2.000.000,-

= 300% dari BTK

Misalkan proses produksi yang sesungguhnya menghabiskan


BTK Rp. 2,2 jt :
BOP = Rp. 2.200.000 X 300%
= Rp. 6.600.000,-
TARIF MAJEMUK (MULTIPLE RATE)

Contoh Soal :
Perusahaan mempunyai Dept. Produksi dan Dept. Pembantu,
dimana departemen pembantu ini berfungsi untuk melancarkan
proses produksi. Perusahaan mempunyai anggaran Biaya tidak
langsung sbb :
1. Bagian gedung Rp. 750.000,-
2. Bagian pembangkit tenaga listrik 1.950.000,-
3. Bagian produksi 1.475.000,-
4. Bagian pemasaran 1.825.000,-

Rp. 6.000.000,-
Informasi lainnya :
• Bagian gedung mempunyai luas lantai 3.000 m/2 yang digunakan
oleh bagian pembangkit tenaga listrik 200 m/2. Bagian Produksi
2500 m/2 dan bagian pemasaran 300 m/2.
• Bagian pembangkit tenaga listrik setiap bulan menghasilkan
tenaga 10.000 kwh yang dipakai oleh bagian produksi 9.500 kwh
dan bagian pemasaran 500 kwh.
• Bagian produksi tiap bulan bekerja 10.000 jam mesin dan telah
menetapkan biaya standard per-unit sbb :
a. BBB 2 kg @ Rp. 750,- = Rp. 1.500,-
b. BTK 5 jk @ Rp. 600,- = Rp. 3.000,-
c. BOP 5 jm = Rp. ……….

Biaya standar/unit = Rp. ……….

• Bagian pemasaran mempunyai rencana penjualan 20 juta


rupiah per-bulan.

Diminta :
1. Tentukan tarif untuk setiap bagian dalam perusahaan tsb.
2. Lengkapi biaya standar/unit, setelah menetapkan tarif BOP /
jam mesin.
3. Tentukan HJ per-unit setelah menetapkan tarif biaya
pemasaran dan adanya biaya administrasi dan umum sebesar
5% dari HJ dan laba 5%.
Jawaban :

1. Tarif bagian gedung / m2 (3000 m2)


Rp. 750.000
= Rp. 250 / m2
3.000

Siapapun yang memakai lantai per-meter2 akan dibebani tarif


Rp. 250,-

• Tarif bagian pembangkit listrik (10.000 kwh)


a. Biaya menurut anggaran Rp. 1.950.000,-
b. Pembebanan gedung
200 m2 @ Rp. 250,- 50.000,- +

Rp. 2.000.000,-

Tarif = Rp. 2.000.000,-

10.000 kwh

= Rp. 200 /kwh

• Tarif bagian produksi (10.000 jm)


a. Biaya menurut anggaran Rp. 1.475.000,-
b. Pembebanan gedung
2500 m2 @ Rp. 250,- 625.000,-
c. Pembebanan listrik
9500 kwh @ Rp. 200,- 1.900.000,- +

Rp. 4.000.000,-

Tarif = Rp. 4.000.000,-


= Rp. 400,- / jm
10.000 jm
• Tarif bagian pemasaran (Rp. 20 juta)
a. Biaya menurut anggaran Rp. 1.825.000,-
b. Pembebanan gedung
300 m2 @ Rp. 250,- 75.000,-
c. Pembebanan listrik
500 kwh @ Rp. 200,- 100.000,- +

Rp. 2.000.000,-

Tarif = Rp. 2.000.000


X 100% = 10%
Rp. 20 juta

2. Biaya standar per-unit :


a. BBB 2 kg @ Rp. 750,- = Rp. 1.500,-
b. BTK 5 jk @ Rp. 600,- = Rp. 3.000,-
c. BOP 5 jm = Rp. 2.000,- +

= Rp. 6.500,-

3. HJ = HP + B. Adm & umum + B. Pemasaran + Laba


X = 6.500 + 0,05X + 0,10X + 0,05X
X = Rp. 8.125,-

Anda mungkin juga menyukai