Anda di halaman 1dari 8

RESUME

EKOSISTEM PANTAI

PENGANTAR EKOLOGI LAUT TROPIS

DOSEN : MUHAMMAD GANDRI HARYONO, S. KEL, M. SI

DISUSUN OLEH :

ADITIYA NUR RAHMAWATI (1930702056)

ANITA RAHMAWATI (1930702018)

DIAH LINA YULIANTI (1930702012)

DWI WULAN RAMADYANTI (1930702040)

ELITAHLIA (1930702016)

NONI YULIAWATI (1930702022)

PUTRI MELBY HANDAYANI (1930702014)

SYAKIRATUL ASMAH (1930702050)

YULIAWANI (1930702054)

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2022
PENGERTIAN

Menurut Rhizal (2013), pantai juga memiliki ekosistem, ekosistem pantai


adalah ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan,
dalam ekosistem pantai terdapat komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah
pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin,
pasir, batuan dan sebagainya.

Davies (1972) dalam Soetikno (1993) mengatakan bahwa ekosistem pantai


adalah ekosistem yang dinamik dan unik, karena terjadi pertemuan tiga kekuatan
yaitu yang berasal daratan, perairan laut dan udara. Kekuatan dari darat dapat
berwujud air dan sedimen yang terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir,
dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing pantainya. Kekuatan dari darat ini
sangat beraneka. Sedang kekuatan yang berasal dari perairan dapat berwujud
tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal dari udara
berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu
udara dan curah hujan.

PANTAI DIBAGI MENJADI DUA YAITU BERBATU DAN BERPASIR

Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh
batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara
umum tersusun oleh bebatuan.

Ekositem pantai pasir merupakan zona litoral yang terkena ombak terus
menerus dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam. Pantai berpasir terbentuk
dari bebatuan dan karang yang hancur karena hantaman air laut lalu terseret oleh
gelombang menuju tepi laut dan membentuk Pantai Berpasir, selain itu, pasir juga
dibawa oleh aliran sungai yang mengalir ke tepi laut.

EKOSISTEM PANTAI DAPAT DIMANFAATKAN SEBAGAI :

1. Areal tambak garam


2. Daerah pertanian pasang surut
3. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
4. Objek pariwisata
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah pantai,
dan lain-lain.

CIRI-CIRI EKOSISTEM PANTAI

1. Garis pantai permanen terjaga dengan baik, yakni wilayah laut yang
berbatasan dengan daratan.
2. Terdapat kawasan ekosistem mangrove dengan jumlah ideal 30% dari jumlah
total luas pesisir.
3. Terdapat pola usaha budidaya jenis air payau dengan berpegang pada
wawasan lingkungan yang baik.
4. Pencemaran pantai bisa dikendalikan secara baik dengan metode alamiah atau
dengan campur tangan manusia.
5. Pantai berperan sebagai rumah yang baik bagi mahluk hidup dan bisa menjadi
sumber penghidupan bagi manusia di sekitarnya.

PERMASALAHAN EKOSISTEM PANTAI

Perubahan ekosistem merupakan fenomena terbaru yang mempengaruhi


aktivitas masyarakat pedesaan saat ini, khususnya di wilayah pesisir. Aktivitas
gelombang dan pasang surut air laut, menurut Triatmodjo (2012:15) dapat
mengakibatkan permasalahan daerah pantai sebagai berikut :

1. Bencana Tsunami

Menurut Simandjuntak (1994), tsunami adalah satu dari sekian


kejadian alam yang ditandai dengan pasangnya air laut dalam skala besar
dan terjadi secara mendadak, kejadian ini biasa terjadi setelah adanya
goncangan gempa bumi tektonik. Gelombang air laut yang dihasilkan
mampu menghancurkan area pemukiman di sekitar pantai. Sementara itu,
Djunire (2009) juga menyebutkan bahwa tsunami adalah salah satu jenis
bencana alam yang kerap terjadi di kawasan Indonesia. Menurutnya
tsunami merupakan gelombang besar yang terjadi akibat adanya gempa
bumi di bagian dasar samudera, letusan gunung api, serta longsoran massa
batuan di sekitar kawasan basin samudera.

Bencana Tsunami pada tahun 2004 serta cuaca buruk yang terjadi
pada musim timur merupakan penyebab kerusakan terumbu karang dan
mangrove di Pulau Sabang. Dari hasil analisis terlihat bahwa bebesar
(56,1%) penyebab perubahan ekosistem karang dikarenakan bencana
Tsunami. Bencana tsunami telah menyebabkan hanyut terumbu karang dan
hilangnya luasan ekosistem pantai (Purbani, 2014).

Penanggulangan Tsunami :

a. Penataan kembali (relocation)

Pada tempat-tempat yang potensialteijadi tsunami,


penataankembali lahan pantai harus dilakukan.Pembangunan
pemukiman yang terletak terlalu dekat dengan garis pantai harus
dihindari. Daerah di sepanjang garis pantai setebal 200 meter periu
dihijaukan kembali dengan hutan mangrove dan pohon-pohon besar
lainnya seperti pohon kelapa yang berlapis-Iapis. Batu-batu karang
perlu dibiaikan tumbuh karena dapat berfungsi sebagai pemecah
gelombang alami.

b. Melestarikan hutan Mangrove.

Hutan mangrove,yang secara alamihanya dijumpai di pantai-


pantai daerah tropik, pada umumnya terbentuk oleh pepohonan halofit -
yaitu pohon-pohon yang dapat bertahan hidiip pada kondisi tanah yang
tergenang terus menerus dengan tingkat salinitas(kadargaram)
yangtinggi - seperti pohon bakau (Rhizophora mucronata), pohon
tanjang (Bruguiera cylindrica), dan pohon nipah.

2. Abrasi Pantai
Abrasi pantai merupakan perubahan dataran pantai yang
menyebabkan mundurnya garis pantai (Bird 2008; Alongi 2008;
Ongkosongo 2010).

Faktor – faktor yang mempengaruhi erosi pantai adalah:

a. Faktor klimatologi
perubahan iklim, badai, gelombang, peningkatan muka air laut,
perpindahan sudut datang gelombang, pasang surut, dan
ketidakseimbangan neraca sedimen. Ketidakseimbangan neraca
sedimen pantai terutama akibat aktivitas manusia penambangan pasir
(Bird 2008), penanggulan pantai (Ongkosongo 2010), dan konstruksi
bendungan yang mengurangi sedimentasi dan mengganggu aliran air di
muara sungai dan pantai (Palanques dan Guillen 1998).
b. Faktor tektonik seperti uplift dan subsidence
Erosi Pantai/Abrasi, dapat merusak kawasan permukiman, objek
wisata bila ada dan prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai.
Erosi pantai dapat terjadi secara alami oleh serangan gelombang atau
oleh kegiatan manusia yang menebang hutan bakau, pengambilan
karang, pembangunan lain di daerah pantai. Pembelokan dan
pendangkalan muara sungai, yang dapat menyebabkan tersumbatnya
aliran sungai yang dapat mengakibatkan banjir di daerah hulu.
Sedimentasi di daerah pantai menyebabkan majunya pantai sehingga
dapat menyebabkan masalah pada drainase yang kemungkinan dapat
menyebabkan di wilayah tersebut tergenang. Pencemaran lingkungan
oleh limbah dari kawasan industri ataupun permukiman yang dapat
merusak ekologi pantai. Penurunan tanah dan intrusi air asin
diakibatkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga
menyebabkan air laut masuk ke rongga air tanah. Sehingga air di
wilayah tersebut terasa asin atau payau. Sektor pariwisata menjadi
sektor yang strategis untuk menambah pendapatan daerah. Akan tetapi
juga menimbulkan masalah ekologi pantai. Dengan adanya pariwisata
maka banyaknya pengunjung yang datang tidak semuanya dapat
terkendali untuk menjaga keindahan pantai, selain itu lingkungan
sekitar yang dibangun tempat penginapan atau fasilitas lain juga dapat
merusak dan mencemari wilayah pantai.

PENANGGULANGAN

1. Menanam pohon mangrove/bakau

2. Membangun Revetmen (Dinding pantai dan dinding penahan

3. Penumpukan sampah industry


Sampah plastik bukan menjadi masalah nasional lagi melainkan menjadi
permasalahan tingkat internasional. Banyak negara yang mengeluhkan jumlah
sampah plastik yang terus meningkat dan perilaku pembuangan sampah yang
berakhir di laut. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pemakaian plastik pada
semua sisi kehidupan sehingga produksi plastik terus meningkat. Selain produksi
yang tinggi, pengelolaan dan pembuangan sampah yang belum strategis
menyebabkan penumpukan jumlah sampah plastik di laut semakin banyak.
Penggunaan plastik yang tidak dapat dihentikan menyebabkan terjadinya
penumpukan sampah plastik di sungai dan berakhir di laut. Menurut Indonesia
Solid Waste Association/INSWA (2017), produksi sampah plastik di Indonesia
sekitar 5,4 juta ton per tahun, sementara belum ada data akurat mengenai jumlah
pencemaran sampah di perairan Indonesia. Walaupun terdapat beberapa perkiraan
dan secara keseluruhan sampah di Jakarta mencapai 6.000 hingga 6.500 per hari.
Berdasarkan data dari KLHK (2018), menyatakan bahwa sampah plastik dari 100
toko/gerai selama satu tahun menghasilkan 10,95 juta lembar sampah plastik, hal
ini berarti sama dengan sekitar 65,7 Ha kantong plastik. Sumber utama sampah
plastik berasal dari kemasan makanan dan minuman, kemasan barang konsumsi
(consumer goods), kantong belanja, serta pembungkus barang lainnya. Saat ini
laut diperkirakan sudah menampung 150 juta ton sampah plastik dengan 250 ribu
tonnya terfragmentasi menjadi 5 trilliun potongan plastic.
Penanggulangan:
a. Edukasi dan kampanye peningkatan kesadaran kepada masyarakat
b. Memberikan sanksi kepada pelanggar yang membuang sampah di area pantai
c. Melakukan kerja bakti di area pantai
DAFTAR PUSTAKA
Alongi, D.M. 2008. Mangrove forests: resilience, protection from
tsunamis, and responses to global climate change. Estuarine, Coastal and
Shelf Science, 76 :1-13

Bird, E. 2008. Coastal Geomorphology: an introduction, 2nd Edition. John


Wiley & Sons, Ltd, Chicester

Bengen, D. 2001. Ekosistem dan sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.


Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL)-IPB.
Davis, K. & John W.N.1972. Human Behavior at Work: Organizational
Behavior. Terj.Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Hadi, S., 1993, Pemodelan EvplusiPantai Akibat Pengaruh Gelombang d


Arus Laut Studi Kasus Pantai Anyer,Carita,Jawa Barat,Laporan
KemajuanPenelitianHibahBersaing DIKTI Ongkosongo, O. S. R. 2010.
Kuala, Muara Sungai dan Delta. Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta

Purbani Dini, Terry Louise Kepel, 2014. Coral Reef Condition in Weh
Island After Mega Tsunami Disaste. J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN,
Vol. 21, No.3: 331-340

Rhizal. (2013). Ekosistem dan Ekologi

Sutikno, 1993. Karakteristik Bentuk dan Geologi Pantai di Indonesia.


DIKLAT PU WIL III. Dirjen Pengairan Pepartemen PU. Bentuk dan
Geologi Pantai di Indonesia. DIKLAT PU WIL III. Dirjen Pengairan
Pepartemen PU. Yogyakarta. 51 Hal.

Anda mungkin juga menyukai