Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ KONSEP KOMUNIKASI PADA TAHAP PROSES KEPERAWATAN ”


Dosen pengampuh : Trifonia Sri Nurwela, S.Kep, Ns, M.Kep

Nama Kelompok :
1. Elen Fransisca Benuf
2. Evendy Satria Ratu
Kelas/Tingkat : 1B
Prodi : Pendidikan Profesi Ners
Mata Kuliah : Komunikasi Keperawatan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Umum
1.3 Tujuan Khusus
BAB II
2.1 Pengertian Komunikasi Dalam Proses Keperawatan
2.2 Tahap Komunikasi Dalam Proses Keperawatan
A. Komunikasi tahap pengkajian
B. Komunikasi tahap diagnosa
C. Komunikasi tahap intervensi
D. Komunikasi tahap implementasi
E. Komunikasi tahap evaluasi
2.3 Bentuk Komunikasi Dalam Proses Keperawatan
2.4 Prinsip Komunikasi Dalam Proses Keperawatan
2.5 Hal Yang Dihindari Dalam Komunikasi Proses Keperawatan
BAB III
3.1 Penutup
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kata pengantar

kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena rahmat-Nya


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep komunikasi
pada tahap proses keperawatan Terima kasih kami ucapkan kepada pihak yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah Konsep komunikasi pada tahap proses
keperawatan yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan

Kupang, Sabtu 19 Februari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan


orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya individu dalam
menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan perilaku dan interaksi
antar individu dalam berhubungan dengan orang lain. Pada profesi keperawatan
komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam
melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan, komunikasi
ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Sebagai ilmu komunikasi, individu diposisikan untuk menentukan potensi
diri dalam melakukan komunikasi yang efektif. Untuk dapat melakukannya, individu
tentu saja harus memiliki pemahaman dasar akan proses komunikasi dan
bagaimana teori komunikasi berfungsi dalam hidup individu.

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang tidak pernah dapat dilepaskan dari
setiap aspek kehidupan manusia ( tindakan,perilaku manusia ). Komunikasi dalam
bidang keperawatan adalah Proses untuk menciptakan hubungan perawat,pasien
atau dengan tenaga kesehatan lainnya,dan untuk mengenal kebutuhan pasien serta
menentukan rencana tindakan dan kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut
perawat kesehatan mempunyai fungsi / peran sebagai pelaksana
perawatan,pengelola perawatan,pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan.
Dari keempat unsur fungsi yang melekatpada diri seorang perawat kesehatan
dan yang secara langsung berhubungan dengan intervensi keperawatan adalah
fungsi pelaksana perawat dan pengelola perawatan seseorang perawat kesehatan
dalam melakukan intervensi keperawatan harus dilakukan secara kompherensif dan
sekaligus holistik. Pada saat itulah komunikasi therapeutik dipergunakan pada saat
intervensi kepada pasien,interpersonal skill seorang perawat kesehatan dalam
berkomunikasi menjadi suatu tuntutan yang harus dipunyai.
1.2 Tujuan Umum

Mahasiswa/I dapat memahami tentang konsep komunikasi pada tahap proses


keperawatan

1.3 Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat memahami:

A. Pengertian komunikasi dalam proses keperawatan

B. Tahapan komunikasi dalam proses keperawatan

a. Komunikasi tahap pengkajian

b. Komunikasi tahap diagnosa

c. Komunikasi tahap intervensi

d. Komunikasi tahap implementasi

e. Komunikasi tahap evaluasi

C. Bentuk komunikasi dalam proses keperawatan

D. Prinsip komunikasi dalam proses keperawatan

E. Hal yang dihindari dalam komunikasi proses keperawatan


BAB II

KONSEP TORI

2.1 Pengertian komunikasi dalam proses keperawatan

Komunikasi dalam proses keperaatan adalah suatu yang sangat penting


dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Seorang perawat tidak akan dapat
melaksanakan tahapan – tahapan proses keperawatan dengan baik bila tidak terjalin
komunikasi yang baik antara perawat dengan klien, perawat dengan keluarga atau
orang yang berpengaruh bagi klien, dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat
bersama klien mengidentifikasi dan menentukan masalah, merencanakan dan
melaksanakan tindakan, serta mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan
kepada klien. Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat merupakan salah satu
faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan yang meliputi tahap
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.2 Tahap komunikasi dalam proses keperawatan

A. Komunikasi tahap pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis


untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini
mencakup tiga kegiatan, yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan
Masalah kesehatan serta keperawatan.

a. Pengumpulan data.

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah
dianalisis. Jenis data antara lain:

Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,


pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta
warna kulit. Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang
dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala
pusing, nyeri dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi:

Status kesehatan sebelumnya dan sekarang Pola koping sebelumnya dan


sekarang, fungsi status sebelumnya dan sekarang, respon terhadap terapi
medis dan tindakan keperawatan, resiko untuk masalah potensial, hal-hal
yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan


berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

c. Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah


kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan
Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun Diagnosis Keperawatan sesuai
dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang
tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang
lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu: Keadaan yang mengancam kehidupan,
keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan
keperawatan.
B. Komunikasi proses diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah. dan merubah (Carpenito, 2000).

Perumusan diagnosa keperawatan :

Actual: Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.

Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.

Kemungkinan: Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan


masalah keperawatan kemungkinan.

Wellness: Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat


dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Syndrom: diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.

C. Komunikasi tahap intervensi keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon, 1994).
Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan
terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan
tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan
asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (potter,
1997)

D. Komunikasi tahap implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang


spesifik.. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1: persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2: intervensi. Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan


dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan
independen,dependen, dan interdependen.

Tahap 3: dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh


pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.

E. Komunikasi tahap evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan.


tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.


Hasil tindakan keperawatan berdasarkan criteria keberhasilan yang telah
dirumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil Evaluasi, terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan


sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan..
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal
ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai
yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari


pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

2.3 Bentuk komunikasi dalam proses keperawatan

Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk komunikasi, yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Berikut akan dijelaskan perbedaan
antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Selanjutnya, lakukan latihan
untuk memperjelas pemahaman Anda terhadap perbedaan keduanya.

a. Komunikasi verbal
Chitty (1997) mendefinisikan bahwa komunikasi verbal adalah pertukaran informasi
menggunakan kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang dituliskan.
Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik langsung
dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung, melalui telepon atau
telekonferensi. Komunikasi oral dilakukan untuk menyampaikan informasi secara
cepat atau untuk memperjelas pesan/informasi tertulis sehingga informasi lebih
akurat. Jenis komunikasi ini tergantung dari irama, kecepatan, intonasi, penguasaan
materi oleh komunikator, penekanan, dan nada suara serta bahasa yang digunakan.

Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat sebagai berikut:


Saat menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien, menjelaskan.
prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi, atau melaporkan kondisit klien
dan sebagainya.

b.Komunikasi nonverbal

Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi nonverbal adalah pertukaran


informasi tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi ini tidak disampaikan secara
langsung oleh komunikator, tetapi berhubungan dengan pesan yang disampaikan
secara oral ataupun tulisan. Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak
mata, ekspresi wajah, postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa isyarat
tubuh waktu bicara, penampilan secara umum, suara dan sikap diam, atau simbol
simbol lain, misalnya model pakaian dan cara menggunakan.

2.4 Prinsip-prinsip komunikasi dalam proses keperawatan

Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik:

1) Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeuti yang saling


menguntungkan.

2) Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter


yang berbeda.
3) Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan. Komunikasi yang menciptakan hubungan saling percaya
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah.

Menurut Carl Rogers (1961). prinsip-prinsip komunikasi terapeutik meliputi:

1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) yang berarti memahami
nilai-nilai yang di anut

2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai

3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun mental

4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas


berkembang tanpa rasa takut

5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki


motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh
makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

6. Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap untuk


mengetahui dan mengatasi perasaan emosional seperti perasaan gembira, sedih,
marah, keberhasilan, maupun frustasi

7. Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya

8. Perawat harus mampu memahami arti empati dan menggunakannya sebagai


tindakan yang terapeutik, dan mampu memahami arti simpati yang bukan sebagai
tindakan terapeutik

9. Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi terbuka


merupakan dasar dari hubungan terapeutik
10.Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan. dan sebagai
contoh kepada orang lain tentang perilaku sehat.

11.Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan menyatakan sikap yang


jelas

12.Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau membantu
permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan. apapun dari klien

13.Perawat harus mampu mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan


manusia

14.Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan.

2.5 Hal yang dihindari dalam komunikasi proses keperawatan

Kesalahan komunikasi dapat menyebabkan sejumlah masalah dalam praktek


medis. Ketika perhatian dan pesan tidak disampaikan dengan baik, sejumlah besar
waktu akan terbuang untuk melakukan hal sia-sia. Tidak bisa menyelesaikan
pekerjaan pada waktu yang ditentukan dapat menyebabkan penurunan
produktivitas, sehingga pada akhirnya memengaruhi penghasilan dan atmosfer
praktek medis secara keseluruhan.

Di sisi lain, jika semua hal disampaikan dengan baik, rasa percaya akan
berkembang, dan akhirnya dapat membangun hubungan baik – rasa percaya dan
hubungan dokter-pasien yang baik selalu menjadi dua faktor utama dalam
memastikan segala sesuatu berlangsung dengan baik, dan produktivitas dijaga dan
ditingkatkan. Untuk mencapai hal ini, berikut adalah beberapa kesalahan komunikasi
yang harus dihindari:

1. Terlalu lama untuk berkomunikasi

Terkadang, apa yang ingin disampaikan tidak sampai atau tertunda karena
ingin menunjukkan sopan-santun dan respek. Namun, jika masalah penting tidak
langsung disampaikan, konsekuensinya bisa jadi signifikan. Jika sesuatu yang
penting dan harus segera disampaikan ke orang bersangkutan, informasi ini harus
segera disampaikan – tidak ada waktu untuk menunda dalam urusan medis, dimana
nyawa orang terkadang menjadi taruhannya.

2. Terlalu banyak pujian

Ketika hal negatif perlu disampaikan, beberapa orang mungkin


membubuhkan beberapa komentar positif untuk menghibur pendengarnya. Namun,
pendengar mungkin bisa salah menginterpretasikannya menjadi sebuah pujian,
sehingga hal negatif menjadi terabaikan dan poin penting menjadi tidak sampai.
Cara yang lebih baik adalah langsung menyampaikannya, tapi tetap dengan sikap
yang sopan.

3. Tidak spesifik

Ketika orang yang bersangkutan tidak spesifik saat menyampaikan sesuatu,


sebuah masalah besar dapat muncul. Menyatakan informasi dengan spesifik
merupakan hal yang penting, khususnya pada pemilihan kata yang digunakan.
Misalnya, kata seperti “kapan saja,” atau istilah “ketika Anda ada waktu” merupakan
istilah yang rancu dan mudah disalah-artikan, maka hindarilah kata-kata ini.

Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, jangkan langsung menunjuk atau
mengkritik rekan sejawat lain tanpa menjelaskan alasan atau masalahnya.
Menyatakan dengan spesifik merupakan sikap yang dibutuhkan oleh rekan sejawat
lain sehingga tidak ada yang merasa bersalah, atau tertuduh apalagi ketika mereka
dikritik tanpa mengetahui alasannya.

4. Menjadi perhatian dan pelajari ekspresi lawan bicara

Penting untuk ikutserta dan memperhatikan satu sama lain ketika


berkomunikasi. Tidak berkonsentrasi kepada lawan bicara akan menjadi komunikasi
yang tidak efektif. Selain itu, kedua pembicara juga harus jeli dan penuh perhatian
ketika sedang berbicara. Penting untuk memahami ekspresi, khususnya ekspresi
wajah, untuk menghindari kesalahan saat komunikasi yang bisa jadi menuduh dan
tidak berguna. Suara dan sikap tubuh juga harus dikontrol sehingga tidak terlihat
agresif ke orang lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat dalam


proses keperawatan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan
proses keperawatan yang meliputi : tahap pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses keperawatan adalah metode
sistematik dimana secara langsung perawat bersama klien mengidentifikasi dan
menentukan masalah, merencanakan dan melaksanakan tindakan, serta
mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan kepada klien. Adapun tahap
proses keperawatan yaitu pengkajian merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan, diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data – data yang
didapatkan dalam tahap pengkajian, perencanaan dalam mengembangkan rencana
tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan komunikasi dengan klien
sangatlah penting untuk menetukan pilihan rencana keperawatan yang akan
dilakukan. Implementasi/pelaksanaan tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari
perencanaanyang sudah ditentukan sebelumnya. Evaluasi komunikasi antar perawat
dank lien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan yang telah
dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang
positif bagi klien, sebagai mana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap
sebelumnya.

3.2 Saran

Bagian akhir dari makalah ini, kami sarankan bahwa aturan komunikasi dalam
proses keperawatan yang telah ditetapkan dapat dijalankan sesuai prosedurnya dan
mahasiswa/i diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengumpulkan,
memadukan, menyamakan, menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan dan
meningkatkan kinerja dalam mewujudkan komunikasi yang adekuat sehingga
mampu menjadi mahasiswa/i professional dalam berkomunikasi secara verbal
maupun non verbal serta diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang
tahap-tahap proses keperawatan dalam komunikasi proses keperawatan. 

DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan. ECG

Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Baradero, Mary. 2006. Buku Saku Konseling Dalam Keperewatan. Jakarta : EGC

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta :

Graha Ilmu Stephen W. Hulejohn, Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta :

Salemba Humanika Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai