Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fiqih Ramadhan

Nim : 2042500591

Kelas : HF

No Absen : 26

UAS HUKUM INTERNASIONAL

1. A. Pengertian Hukum Internasional Publik menurut Prof.Mochtar Kusumaatmadja

Mochtar Kusumaatmadja memberikan pengertian hukum internasional sebagai keseluruhan


kaidah dan asas yang mengatur hubungan dan persoalan yang melintasi batas negara
antara,negara dengan negara,negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain.

B. Menurut Beberapa Ahli

Salah seorang dari penulis awal hukum internasional, Emmerich de Vattel (1714-1767)
menyatakan bahwa “the law of nations is the science which teaches the rights subsisting
between nations or states, and the obligations correspondent to those rights.” Sementara itu,
Hackworth mengatakan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan aturan-aturan yang
mengatur hubungan antar negara.Penulis lainnya, Brierly, mendefinisikan hukum bangsa-
bangsa atau hukum internasional “sebagai himpuanan kaidah-kaidah dan azaz-azaz tindakan
yang mengikat bagi negara-negara yang beradab dalam hubungan mereka antara yang satu
dengan yang lainnya”.

No Perbedaan Hukum publik Hukum perdata


1. Dilihat dari subjeknya Salah satu pihaknya Kedua belah
adalah penguasa pihak adalah
perorangan
2. Dilihat dari kedudukan dari pihak Kedudukan tidak sejajar Kedudukan
sejajar
3. Dilihat dari sifatnya Umumnya memaksa Umumnya
pelengkap
4. Dilihat dari akibatnya Aturannya tidak dapat Dapat
disimpangi disimpangi
5. Dilihat dari aspek perlindungan Melindungi Melindungi
kepentingan kepentingan umum perorangan
Menurut Hyde, hukum Internasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri
atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara.Untuk itu
hukum internasional harus ditaati ketika negara-negara saling berhubungan

c. Perbedaan Hukum Publik dan Hukum Perdata


2. A. Perbedaan Hukum Nasional dan Hukum Internasional

Hukum internasional pada umumnya ditunjukkan untuk mengatur hubungan negara- negara
pada tatanan internasional. Sedangkan hukum nasional ialah hukum yang berlaku secara
eksklusif dalam wilayah suatu negara berdaulat.

Hukum internasional mengatur soal hubungan antara negara, sedangkan hukum nasional
mengatur hubungan individu dengan individu dan individu dengan negara. Selanjutnya
hukum internasional berdasarkan atas persetujuan antar negara termasuk persetujuan menurut
Triepel adalah perjanjian dan kebiasaan internasional

B. Hukum Internasional Mempunyai Kekuatan Mengikat

Hukum Internasional itu mengikat bagi negara, bukan karena kehendak mereka 1 per 1 untuk
terikat, melainkan karena adanya suatu kehendak bersama (vereinbarung) yang lebih tinggi
dari kehendak masing-masing negara untuk tunduk pada Hukum Internasional.

C. Aliran Teori Hukum

Aliran teori hukum tersebut terdiri atas :

 aliran hukum alam


 positivisme
 sejarah hukum
 sociological jurisprudence.

3. A. Pengertian subyek Hukum internasional

subyek hukum internasional adalah sebuah badan/lembaga atau entitas yang memiliki
kemampuan untuk menguasai hak dan melaksanakan kewajiban di dalam hukum
internasional

B. Prinsip penting dalam hukum internasional

hukum internasional merupakan hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara
dengan negara, subjek hukum bukan negara, atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya.

C.macam-macam subyek hukum internasional

 Tahta suci Vatikan


 Negara
 Palang Merah Internasional
 Organisasi internasional
 Individu (orang-perorangan)
 Pemberontak dan pihak yang bersengketa
4. Akibat Hukum Suatu Negara Baru Tidak Mendapat Pengakuan Dari Negara lain

Tanpa mendapatkan penga-kuan ini, negara tersebut akan mengalami kesulitan


dalammengadakan hubungan dengan negara lainnya. Negara yang belum mendapatkan
pengakuan dapat memberi kesan pada negara lain bahwa negara tersebut tidak mampu
menjalankan kewajiban-kewajiban internasional. Selain itu akibat tidak adanya pengakuan
terhadap suatu Negara, Negara tersebut tidak dapat menjadikan pengakuan sebagai atribut
kedaulatan negara, dan dengan tidak adanya pengakuan terhadap suatu negara juga berarti
tidak ada pengakuan terhadap pemerintahan negara tersebut, karena pemerintah itu
merupakan satu-satunya organisasi yang mempunyai wewenang untuk bertindak atas nama
Negara

5. Dua Cara Penyelesaian Sengketa Internasional


A. Arbitrasi

Arbitrasi adalah sebuah salah satu cara alternatif penyelesaian sengketa yang telah dikenal
lama dalam hukum internasional. Dalam penyelesaian suatu kasus sengketa internasional,
sengketa diajukan kepara para arbitrator yang dipilih secara bebas oleh pihakpihak yang
bersengketa. Menurut F. Sugeng Istanto, arbitrasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa
dengan mengajukan sengketa kepada orang-orang tertentu, yang dipilih secara bebas oleh
pihak-pihak yang bersengketa untuk memutuskan sengketa itu tanpa harus memperhatikan
ketentuan hukum secara ketat.

B. Penyelesaian Yudisial (Judicial Settlement)

Penyelesaian yudisial berarti suatu penyelesaian yang dihasilkan melalui suatu pengadilan
yudisial internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya dengan memperlakukan dari
suatu kaidah-kaidah hukum. Peradilan yudisial ini menurut F. Sugeng Istanto juga dapat
disamakan dengan suatu peradilan internasional. Peradilan Internasional penyelesaian
masalah dengan menerapkan ketentuan hukum yang dibentuk secara teratur.

6. Keistimewaan Bagi Para Pejabat Perwakilan Diplomatik

Seorang pejabat diplomatik mendapatkan kekebalan dan keistimewaan kepada perwakilan


diplomatik bertujuan untuk menjamin terlaksananya tugas para pejabat diplomatik secara
efisien terutama tugas dari negara yang diwakilinya.

Pemberian hak kekebalan dan keistimewaan bagi pejabat diplomatik dan pejabat konsuler
dalam Konvensi Wina 1961 dan 1963 hampir sama. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam
hak keistimewaan sesuai tingkatan dan fungsi penempatannya.

Ketentuan mengenai hak kekebalan dan hak istimewa seorang pejabat perwakilan negara
asing telah disepakati secara Internasional oleh negara-negara di dunia. Tepatnya, telah
dituangkan dalam Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik dan Konvensi
Wina Tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler.

Kedua konvensi tersebut menjamin akan imunitas dan keistimewaan pejabat perwakilan
negara asing (pejabat diplomatik dan konsuler) dalam rangka kelancaran dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Dalam hal ini, Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi tersebut
melalui UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan
Diplomatik dan Konsuler.
7. A. Makna Dan Manfaat Konvensi PBB

Konvensi PBB 1982 telah ditandatangani oleh lebih dari 100 negara peserta. Konvensi PBB
1982 dikenal sebagai United Nation Convention of Law of the Sea atau UNCLOS 1982.
Sesuai dengan namanya, UNCLOS 1982 membahas perihal hukum kelautan termasuk aturan
di dalamnya. Konvensi ini ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika.

Secara garis besar, konvensi ini terdiri atas 320 pasal dengan sembilan lampiran. Isinya
berupa penetapan batas kelautan, pengendalian lingkungan, penelitian ilmiah terkait kelautan,
kegiatan ekonomi dan komersial, transfer teknologi, serta penyelesaian sengketa yang
berkaitan dengan masalah kelautan.

Dengan adanya UNCLOS yang kemudian diratifikasi kedalam peraturan perundang-


undangan nasional membuat adanya kejelasan batas wilayah dari Negara Indonesia, sehingga
dapat dijadikan alat legitimasi dalam menjalin hubungan berbangsa dan bernegara

B. Sikap yang RI harus lakukan jika negara lain mengklaim wilayah kita bagian dari
wilayah RRC

Pertama, Indonesia tidak akan mundur sejengkal pun terkait masalah kedaulatan dan hak
berdaulat. Kedua, pemerintah telah menunjukkan konsistensinya dalam menjaga
kedaulatan dan hak berdaulat Ketiga, pemerintah tetap konsisten tidak mengakui klaim
Sembilan Garis Putus China atau nine dash line yang berada di tengah Laut China Selatan
dan menjorok ke ZEE Natuna Utara. Klaim itu yang digunakan China untuk melindungi
nelayannya mengambil ikan di laut Natuna. Indonesia diminta tetap konsisten tidak
mengakui nine dash line China. Apalagi ZEE Natuna memiliki legal dasar hukum yang
kuat yakni UNCLOS 1982 dan dipertegas lagi dengan Permanent Court of Arbitration
(PCA) dalam penyelesaian sengketa antara Filipina melawan China.

Anda mungkin juga menyukai