Nim : 2042500591
Kelas : HF
No Absen : 26
Salah seorang dari penulis awal hukum internasional, Emmerich de Vattel (1714-1767)
menyatakan bahwa “the law of nations is the science which teaches the rights subsisting
between nations or states, and the obligations correspondent to those rights.” Sementara itu,
Hackworth mengatakan bahwa hukum internasional adalah sekumpulan aturan-aturan yang
mengatur hubungan antar negara.Penulis lainnya, Brierly, mendefinisikan hukum bangsa-
bangsa atau hukum internasional “sebagai himpuanan kaidah-kaidah dan azaz-azaz tindakan
yang mengikat bagi negara-negara yang beradab dalam hubungan mereka antara yang satu
dengan yang lainnya”.
Hukum internasional pada umumnya ditunjukkan untuk mengatur hubungan negara- negara
pada tatanan internasional. Sedangkan hukum nasional ialah hukum yang berlaku secara
eksklusif dalam wilayah suatu negara berdaulat.
Hukum internasional mengatur soal hubungan antara negara, sedangkan hukum nasional
mengatur hubungan individu dengan individu dan individu dengan negara. Selanjutnya
hukum internasional berdasarkan atas persetujuan antar negara termasuk persetujuan menurut
Triepel adalah perjanjian dan kebiasaan internasional
Hukum Internasional itu mengikat bagi negara, bukan karena kehendak mereka 1 per 1 untuk
terikat, melainkan karena adanya suatu kehendak bersama (vereinbarung) yang lebih tinggi
dari kehendak masing-masing negara untuk tunduk pada Hukum Internasional.
subyek hukum internasional adalah sebuah badan/lembaga atau entitas yang memiliki
kemampuan untuk menguasai hak dan melaksanakan kewajiban di dalam hukum
internasional
hukum internasional merupakan hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara
dengan negara, subjek hukum bukan negara, atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya.
Arbitrasi adalah sebuah salah satu cara alternatif penyelesaian sengketa yang telah dikenal
lama dalam hukum internasional. Dalam penyelesaian suatu kasus sengketa internasional,
sengketa diajukan kepara para arbitrator yang dipilih secara bebas oleh pihakpihak yang
bersengketa. Menurut F. Sugeng Istanto, arbitrasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa
dengan mengajukan sengketa kepada orang-orang tertentu, yang dipilih secara bebas oleh
pihak-pihak yang bersengketa untuk memutuskan sengketa itu tanpa harus memperhatikan
ketentuan hukum secara ketat.
Penyelesaian yudisial berarti suatu penyelesaian yang dihasilkan melalui suatu pengadilan
yudisial internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya dengan memperlakukan dari
suatu kaidah-kaidah hukum. Peradilan yudisial ini menurut F. Sugeng Istanto juga dapat
disamakan dengan suatu peradilan internasional. Peradilan Internasional penyelesaian
masalah dengan menerapkan ketentuan hukum yang dibentuk secara teratur.
Pemberian hak kekebalan dan keistimewaan bagi pejabat diplomatik dan pejabat konsuler
dalam Konvensi Wina 1961 dan 1963 hampir sama. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam
hak keistimewaan sesuai tingkatan dan fungsi penempatannya.
Ketentuan mengenai hak kekebalan dan hak istimewa seorang pejabat perwakilan negara
asing telah disepakati secara Internasional oleh negara-negara di dunia. Tepatnya, telah
dituangkan dalam Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik dan Konvensi
Wina Tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler.
Kedua konvensi tersebut menjamin akan imunitas dan keistimewaan pejabat perwakilan
negara asing (pejabat diplomatik dan konsuler) dalam rangka kelancaran dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Dalam hal ini, Indonesia telah meratifikasi konvensi-konvensi tersebut
melalui UU Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan
Diplomatik dan Konsuler.
7. A. Makna Dan Manfaat Konvensi PBB
Konvensi PBB 1982 telah ditandatangani oleh lebih dari 100 negara peserta. Konvensi PBB
1982 dikenal sebagai United Nation Convention of Law of the Sea atau UNCLOS 1982.
Sesuai dengan namanya, UNCLOS 1982 membahas perihal hukum kelautan termasuk aturan
di dalamnya. Konvensi ini ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaika.
Secara garis besar, konvensi ini terdiri atas 320 pasal dengan sembilan lampiran. Isinya
berupa penetapan batas kelautan, pengendalian lingkungan, penelitian ilmiah terkait kelautan,
kegiatan ekonomi dan komersial, transfer teknologi, serta penyelesaian sengketa yang
berkaitan dengan masalah kelautan.
B. Sikap yang RI harus lakukan jika negara lain mengklaim wilayah kita bagian dari
wilayah RRC
Pertama, Indonesia tidak akan mundur sejengkal pun terkait masalah kedaulatan dan hak
berdaulat. Kedua, pemerintah telah menunjukkan konsistensinya dalam menjaga
kedaulatan dan hak berdaulat Ketiga, pemerintah tetap konsisten tidak mengakui klaim
Sembilan Garis Putus China atau nine dash line yang berada di tengah Laut China Selatan
dan menjorok ke ZEE Natuna Utara. Klaim itu yang digunakan China untuk melindungi
nelayannya mengambil ikan di laut Natuna. Indonesia diminta tetap konsisten tidak
mengakui nine dash line China. Apalagi ZEE Natuna memiliki legal dasar hukum yang
kuat yakni UNCLOS 1982 dan dipertegas lagi dengan Permanent Court of Arbitration
(PCA) dalam penyelesaian sengketa antara Filipina melawan China.