Anda di halaman 1dari 3

Disuatu desa terpencil, hiduplah mantan anggota PETA.

PETA adalalah  kesatuan militer


yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Tentara PETA telah
berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini telah dibubarkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa
kelompok orang-orang yang tergabung dalam PETA yang tidak benar-benar bubar. Mereka
tetap bersatu dan hidup bertetangga hingga usia yang sudah senja ini. Sebagai salah satu
pasukan pembela tanah air, mereka sangat suka meMbahas tentang perjalanan bangsa ini,
khususnya dalam bidang politik.

Seting              : Di sebuah pelataran di depan rumah Mbah Sup. 

Mbah Minah    : Mbah Waroh, masih ingat pesan bung Karno?


Mbah Waroh    :  Ya masih to, Mbah Minah. Monggo diminum kopinya, nanti dingin          
Mbah Minah    : Saya jadi kepingin tahu, bagaimana ya reaksi beliau melihat politik negeri
ini. (sambil meminum kopi)
Mbah Nunung    : Assalamualaikum, selamat sore Mbah Minah, Mbah Waroh, jangan lupa
nanti ada  Kenduri di rumahnya mas Karno.
Mbah Waroh       : Iya... sampeyan bisa datang?
Mbah Nunung    : Ya bisa dong, masa tanya begitu sama yang ngabari sampeyan, gimana
toh?
Mbah Minah    : Haiah Yo...Karyo sampeyan itu kan pelupa.
Mbah Minah   : Kenduren kemarin kamu tidak datang kenapa?
Mbah Waroh-Mbah Minah : (tertawa)
Mbah Nunung    : Wah kalau itu saya lupa Mbah Minah
Mbah Waroh    : Tuh, sampeyan sendiri yang bilang.
Mbah Nunung    : Ngomong-ngomong tadi sampeyan sedang bahas apa?
Mbah Waroh     : Ini.. tadi Mbah Minah kepingin tahu. Pendapat kamu tentang politik.
Mbah Nunung    : Wah saya seneng nih kalau debat seperti ini. Politik ya? Politik itu kata
yang berasal dari   bahasa Yunani. Artinya dari, untuk, atau yang berkaitan
dengan warga negara. Politik juga dapat diartikan kebijaksanaan. (Dengan
bangga)
Mbah Minah    : Wes...wes...wes.. mulai kemintere.
Mbah Nunung   : Elhoh.... memangnya saya salah?
Mbah Waroh       : Endak salah Mbah Nunung, bener. Cuma yang saya tanyakan bukan arti,
apalagi asal-usul katanya Mbah. Tadi Mbah Minah kepingin tahu pendapat
kamu tentang politik sekarang ini.
Mbah Minah    : Makanya cermati dulu pertanyaannya!
Mbah Nunung   : Oh begitu. Kalau menurut saya, politik negara ini baik-baik saja. Politik itu
kan artinya bijaksana, jadi orang-orang berpolitik itu ya harus bijaksana.
Mbah Waroh       : Contohnya Mbah Nunung?
Mbah Nunung   : Nah... contohnya waktu pemilihan apa itu, pokoknya yang banyak partainya
itu lho.. Orang-orang dari partai-partai itu sangat perhatian. Mereka tahu
kesusahan kita sebagai orang kecil. Saya saja sampai dapat enam amplop.
Totalnya tiga ratus ribu. Hoo.. lumayan to?
Mbah Minah dan Mbah Nunung : hehehe diterima to...(nyengir)
Mbah Waroh       : Kalau menurut Mbah Minah, politik negeri ini bagaimana?
Mbah Minah    : Kalau menurut saya... politik jaman sekarang itu mirip Mbah Nunung.
Mbah Waroh       : Lhoh kok bisa?
Mbah Nunung   : Maturnuwun Mbah Minah, sampean ndak seperti biasanya...
Mbah Waroh       : Biasannya gimana maksudnya Mbah?
Mbah Waroh    : Itu, biasanya Mbah Minah itu kan judes kalau sama saya, hehehe.
Mbah Minah    : Hmmm...saya itu belum selesai ngomongnya. Sudah nyrocos saja kalian itu.
Begini lho maksudku. Politik itu seperti Mbah Nunung. Keminter dan
Pelupa.
Mbah Nunung   : Oalah wes podo biasane..
Mbah Minah   : Baca berita pagi tadi endak?Itu lho... yang tentang ricuh di DPR
Mbah Waroh      : Baca Mbah.
Mbah Minah   : Saya baca itu hawanya emosi saja. Mereka bilang rokyat...rakyat...rokyat...
rakyat. Tapi kok kenyataanya, tindakan mereka cuma buat kepentingannya
sendiri. Saya sebagai orang tua merasa mangkel. Bocah enom saiki kok
seperti itu. Kalau saya boleh bilang, generasi yang jadi pemimpin ini banyak
yang berasal dari generasi kecolongan, generasi gagal atau lost generastion.
Apa mereka pikir negara ini punya mereka? Lupa mereka kalau kita masih
hidup!
Mbah Waroh    : Saya setuju Mbah.
Mbah Nunung   : Kalau itu saya juga setuju.
Mbah Minah   : Setuju apa Yo? Yang mana?
Mbah Nunung    : Yang itu Mbah.. yang suka nyolong tadi. Nyolong kan maksudnya suka
korupsi to?
Mbah Minah   : Ya...Yo Wes
Mbah Waroh      : Kalau Pelupa maksudnya apa?
Mbah Minah   : Politik sekarang itu pelupa. Politikus-politikus itu sudah lupa dengan tujuan
politik. Masyarakat itu sekarang sudah banyak yang tidak percaya dengan
politikus.
                        Politik sekarang sudah lupa mana yang benar, mana yang salah. Adanya Cuma
bagi-bagi kepentingan. Lihat aja itu koalisi-koalisi di DPR. Mereka lupa,
bahwa mereka disana itu sebagai pelayan masyarakat. (berapi-api)
                        Saya salut Mbah Waroh sama sampean... sudah di usia senja seperti sekarang
sampean tidak lupa pesan Bung Karno.
Mbah Waroh : Ya, ya, ya. Eh, BTW, uang dari pak calon yang diterima mbah Nunung itu
gimana ya ?
Mbah Minah : Gimana apa maksudnya ?
Mbah Waroh : Ya, hukum asalnya mbah
Mbah Nunung : Ya, kalo menurut saya sih jelas saja halal. Soalnya, kan mereka
memperoleh uang itu secara halal. Dan kemudian mereka memberikan uang
halal tersebut kepada saya. Kita juga kan saling memberikan keuntungan.
Mereka memberikan saya uang kemudian saya memilih mereka. Sudahkan ?
beres.
Mbah Waroh : Oh, gitu ya mbah.
Mbah Minah : Ho ya, mulai lagi kemintere. Gini lho mbah. Uang itu kan bisa kita sebut
sebagai uang sogokan, biar nantinya banyak yang memilih mereka.
Sedangkan menyogok adalah salah satu cara yang curang. Dan segala sesuatu
yang curang kan sudah jelas hukumya haram.
Mbah Nunung : Lho mbah, jadi yang saya lakukan itu salah ? Berarti saya menggunakan
uang haram dong ?
Mbah Minah : Ya jelas.
Mbah Nunung : Hahh ?? Hah ?? Terus what should I do ? ( Berdiri panik )
Kemudian datanglah 2 tetangga yang mendengar kebisingan dari mbah Nunung.
Yu Darmi : Mbah-mbah ada apa to ini kok rame-rame ?
Yu Sarmi : Iya, kelihatan meriah banget mbah, emang ada apa ?
Mbah Waroh : Ini lho yu, mbah Nunung baru sadar.
Yu Darmi : Baru sadar ? Emang tadi njenengan kenapa mbah ? Habis pingsan ?
Yu Sarmi : Habis pingsan ?

Anda mungkin juga menyukai

  • MKLH Kuliah
    MKLH Kuliah
    Dokumen28 halaman
    MKLH Kuliah
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Mbak Ulil Nilai
    Mbak Ulil Nilai
    Dokumen1 halaman
    Mbak Ulil Nilai
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Memo Cheking
    Memo Cheking
    Dokumen1 halaman
    Memo Cheking
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Apalah Arti Memiliki
    Apalah Arti Memiliki
    Dokumen2 halaman
    Apalah Arti Memiliki
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Hafal Al
    Hafal Al
    Dokumen2 halaman
    Hafal Al
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen33 halaman
    Bab I
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Aya Uwu and The Geng
    Aya Uwu and The Geng
    Dokumen13 halaman
    Aya Uwu and The Geng
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat
  • Senja Di Pelabuhan Kecil
    Senja Di Pelabuhan Kecil
    Dokumen2 halaman
    Senja Di Pelabuhan Kecil
    Maulida Hanifatul Ilma
    100% (1)
  • Analisis Puisi Aku
    Analisis Puisi Aku
    Dokumen2 halaman
    Analisis Puisi Aku
    Maulida Hanifatul Ilma
    Belum ada peringkat