Anda di halaman 1dari 2

Apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri bukan milik kami dan apalah arti dari kebahagiaan?

Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan dan juga sebaliknya, kehilangan banyak
pula saat menemukan.

Apalah arti cinta? Ketika kamu menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?

Bagaimana mungkin kamu terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya sci dan tidak menuntut
apapun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan
untuk melupakan saat kamu dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang
saja?

Akan menceritakan tentang perjalanan yang panjang dengan sebuah kerinduan, akan bertemakan
zaman penjajahan belanda di tanggal 1 desember 1938 dimana dalam sejarah kita Makassar yang
untuk pertama kalinya dimunculkan oleh kedatangan kapal uap yang sangat besar pada zamannya.
Tertulis sangat besar “Blitar Holland” di lambung kapal uap tersebut, saat itu tidak ada yang bisa
menandingi tingginya menara uap dari kapal tersebut. Saat itulah dimulai perjalanan dengan rasa
rindu yang banyak menimbun beban di dalam hati.

Akan menceritakan mengenai sejarah nusantara, serta banyak tokoh dan juga kisah yang pertanyaan
seputar masa lalu, takdir, kemunafikan, kebencian, kehilangan dan juga cinta.

Latar belakang dan alur:

Dimana latar dari cerita buku ini ada pada masa penjajahan Belanda, saat itu pemerintahan Belanda
memberikan fasilitas bagi mereka yang ingin melakukan ibadah naik haji bagi warga pribumi yang
mampu pada saat itu, dan menggunakan alat transportasi paling modern pada masa itu yaitu kapal
uap.

Ditulis oleh tere Liye dengan alur maju yang hal ini memudahkan kita pembacanya untuk mengikuti
jalan cerita dari buku ini dimana Tere menyungguhkan ceritanya dengan bentuk dialog yang
berkorelasi pada kisa yang telah disampaikan. Berlatarkan tahun 1938 di kota Surabaya yang
menceritakan perjalanan kapal Blitar Holland yang berlayar selama berbulan-bulan lamanya melewati
kota Makassar, Surabaya, Semarang, Batavia, Lampung, Bekulu, Padang, dan juga Aceh dan singgah
di negara Belanda di Kolombo, Jeddah dan Rotterdam.

Tere membuat kita para pembacanya menjadi mengenal secara utuh racikan dari cerita dalam buku
Rindu ini. Sehingga setting dari buku didominasikan oleh aktifitas dari penumpang di kapal Blitar
Holland dan Tere mampu membuatnya menjadi fresh sehingga tidak terasa membosankan.

Penulisan dalam buku ini juga bisa terbilang sederhana, serta disisipkan beberapa bahasa Belanda
yang meskipun tidak disertakan artinya kita para pembacanya menjadi mengerti dan memahami
maksud kalimat dengan deskripsi yang ditulis oleh Tere.

Akan berisikan masa lalu yang memilukan mengenai kebencian kepada seseorang yang berlebihan,
dimana seharusnya orang itu sangat disayangi, serta hilangnya sosok kekasih hati, cinta sejati,
kemunafikan dan juga sebuah lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang penuh kerinduan. Serta
akan menceritakan tentang kehidupan di atas kapal uap Blitar holland yang akan berlayar selama
berbulan-bulan, dimana perjalanan dari kota Makassar menuju Mekkah dan akan menceritakan
kehidupan tokoh-tokoh serta karakter dari  masing-masing tokoh yang memiliki kekuatan masing-
masing.Serta konflik yang akan dimulai dan dibungkus oleh Tere sedemikian rupanya sehingga kita
para pembacanya dapat diunggah emosinya, dimulai dari konflik diantara serdadu Belanda dan tokoh
Gurutta, dimana sejak pertama memang Gurutta tidak disukai kehadirannya oleh para serdadu
Belanda. Sehingga para serdadu Belanda mengawasi gerak gerik dari Gurutta selama sepanjang
perjalanan Makassar-Mekkah. Para serdadu takut akan perbuatan dri Gurutta dapat mendoktrin para
penumpang lainnya dengan hal-hal yang berbau kemerdekaan dan membuat serdadu mengambil
langkah untuk menyita hasil dari tulisan miliki Gurutta dengan judul “kemerdekaan adalah hak segala
bangsa” dan membuat Gurutta menjadi  ditahan dan dipenjarakan di bagian bawa kapal uap Blitar
Holland.

Akan banyak cerita cinta yang akan membuat kita pembacanya menjadi hangat salah satunya dengan
kisah cinta yang murni serta tulus dari mbah kakung dan mbah putri, namun juga akan ada patah hati
karena kisah dari kehidupan mereka.

Kelebihan:

Buku ke-20 karya penulis Tere Liye ini merupakan buku yang memiliki beberapa kelebih sebagai
berikut,

-penulis yaitu Tere Liye mengemas cerita ini dengan baik sehingga mudah untuk dipahami oleh kita
pembacanya, penulis menghilangkan jenuh kita para pembacanya dengan melakukan pembolak
balikan emosi yang tidak menentu naik turunnya. Serta alur cerita dalam buku ini saling
berkesinambungan sehingga tidak membuat kita pembacanya menjadi bingung dan menjadi pusing.

-Banyaknya ilmu pengetahuan yang ditulis oleh Tere sangat berbagai macam serta dikemas
sedemikian rupa sehingga membuat kita pembacanya mudah kita tangkap dan mengerti.

-Meskipun alur dalam buku ini merupakan mundur, Tere mengemasnya dengan baik sehingga dialog
dan membawa kita pembacanya ke rasa penasaran sehingga emosi kita dipermainkan.

Kekurangan:

Selain kelebihan yang ada dalam buku ini, diingat tidak ada yang sempurna didunia ini dimana
adanya beberapa kekurangan yang dimiliki buku “Rindu” karya Tere Liye ini ada pada,

-dalam buku ini ada beberapa istilah-istilah dalam bahasa Belanda yang membuat kita pembacanya
yang tidak paham menjadi bingung akan maksud kata-kata tersebut

-sampul buku yang kurang menarik sehingga banyak banyak dari mereka yang hanya melihat dari
cover buku atau yang merupakan pembaca yang memiliki kriteria buku yang dibaca memiliki visual
menarik menjadi tidak tertarik padahal dibandingkan dengan isinya buku ini tidak ada bandingannya
sama sekali, dimana buku ini sangat menarik, unik karena berbeda dengan yang lain, dan juga fresh.

 Judul: Rindu
 Genre: Sejarah, Fiksi, dan Fantasi
 Penulis: Tere Liye
 Bahasa: Indonesia
 Penerbit: Republika
 Tahun Terbit: 19 September 2014
 Jumlah Halaman: 544 halaman

Anda mungkin juga menyukai