Anda di halaman 1dari 16

A.

  DEFINISI GLIKOSIDA

Glikosida merupakan senyawa yang terdiri atas dua bagian senyawa,

yaitu senyawa gula (glikon) dan senyawa bukan gula (aglikon/genin). Kedua

senyawa ini dihubungkan oleh sebuah ikatan yang berupa jembatan oksigen-

glikosida (diocsin), jembatan nitrogen-glikosida (adenosine), jembatan sulfur –

glikosida (sinigrin), maupun jembatan karbon-glikosida (barbaloin).

Glikosida berbentuk kristal atau amorf. Umumnya mudah larut dalam air

atau etanol encer (kecuali pada glikosida resin). Oleh karena itu, banyak

sediaan-sediaan farmasi mengandung glikosida umumnya diberikan dalam

bentuk ekstrak, eliksir ataupun tingtur dengan kadar etanol yang rendah.

B.  SIFAT DAN PEMBAGIAN GLIKOSIDA

1.  Sifat Glikosida

Karena glikosida mempunyai ikatan dengan gula, maka : 

   Mudah larut dalam air, yang bersifat netral

   Dalam keadaan murni; berbentuk kristal tak berwarna, pahit

   Larut dalam alkali encer

   Mudah terurai dalam keadaan lembab, dan lingkungan asam

     Glikosida gula + non gula 

   Tidak dapat mereduksi larutan Fehling, tapi setelah dihidrolisa gula dapat

mereduksi larutan Fehling

   Dapat dihidrolisa dengan adanya enzim dan air dan asam.

2.  Pembagian Glikosida

Klasifikasi banyak dilakukan, sebagaian berdasarkan atas gulanya,

sebagian atas aglikonnya, dan yang lainnya berdasarkan aktifitas

farmakologinya.
a.  Pembagian berdasarkan Fergusin :

1. Glikosida sterol (gikosida jantung)

2. Saponin

3. Glikosida antrakinon

4. Glikosida resin

5. Tanin

6. Aneka glikosida (zat aroma, tonika, zat pahit, dan zat warna)

b. Pembagian menurut Gathercoal :

1. Golongan fenol (arbutin, hesperidin, dan lain-lain)

2. Golongan alkohol (salicin, populin, dan lain-lain)

3. Golongan aldehid (salinigrin, amigdalin, dan lain- lain)

4. Golongan glikosida asam (jalapa, gaulterin, dan lain- lain)

5. Golongan antrakinon (rheum, senna, dan lain- lain)

6. Golongan sianophora (glikosida sianogenetik, prunasin, sambunigrin, dan

lain-lain).

7. Golongan tiosianat (sinigrin, sinalbin, dan lain- lain)

8. Saponin (senega, sarsaparilla, dan lain-lain)

9. Glikosida jantung (digitoksin, antropantin, dan lain- lain)

c.  Pembagian menurut Claus

 Golongan kardioaktif

 Golongan Antrakinon

 Golongan Saponin

 Golongan Sanopora

 Golongan Isotiosianat

 Golongan Flavonol
 Golongan Alkohol

 Golongan Aldehid

 Golongan Fenol

 Golongan lain, termasuk diantaranya zat netral

d.  Pembagian Lainnya

1. Glikosida Fenol

 Golongan fenol (arbutin)

 Golongan Lakton (kumarin)

 Golongan Antrakinon (emodin)

  Golongan dengan kerangka C6-C3-C6 (flavonoid).

2. Glikosida Alkohol

 Alkohol steroid (digitoksin)

 Saponin steroid

 Alkohol terpen dan Alkohol triterpen

3. Glikosida Sianhidrin (glikosida pada resaceae dan Linanceae)

4. Glikosida Mustard Oil (sinalbin, sinigrin).

Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel

didalamnya dengan menambahkan kata oksida. Sebagai contoh, glikosida yang

mengandung glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut

arabinosida, yang mengandung galakturonat disebut galakturonosida, dan

seterusnya. 

Gula yang sering menempel pada glikosida adalah β-D-glukosa.

Meskipun demikian ada juga beberapa gula jenis lain yang dijumpai menempel

pada glikosida misalnya ramnosa, digitoksosa dan simarosa. Bagian aglikon

atau genin terdiri dari berbagai macam senyawa organik, misalnya triterpena,
steroid, antrasena, ataupun senyawa-senyawa yang mengandung gugus fenol,

alkohol, aldehid, keton dan ester. 

Secara kimiawi, glikosida adalah senyawa asetal dengan satu gugus

hidroksi dari gula yang mengalami kondensasi dengan gugus hidroksi dari

komponen bukan gula. Sementara gugus hidroksi yang kedua mengalami

kondensasi di dalam molekul gula itu sendiri membentuk lingkaran oksida. Oleh

karena itu gula terdapat dalam dua konformasi, yaitu bentuk alfa dan bentuk

beta maka bentuk glikosidanya secara teoritis juga memiliki bentuk alfa dan

bentuk beta. Namun dalam tanaman ternyata hanya glikosida bentuk beta saja

yang terkandung didalamnya. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa emulsion

dan enzim alami lain hanya mampu menghidrolisis glikosida yang ada pada

bentuk beta.

 GLIKOSIDA SAPONIN 

Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.

Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.

Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai struktur

steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan koloidal

dalam air dan membui bila dikocok. Saponin merupakan senyawa berasa

pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi

terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir

darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah

dingin, dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila

terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini

merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga


dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras

atau beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin. Menurut SOBOTKA : 

1. Saponin merupakan turunan dari hidrokarbon yang jenuh dari siklopentano

perhidrofenantren

2. Juga dapat merupakan turunan yang tak jenuh dari siklopentano

perhidrofenantren. 

 Glikosida antrakinon, 

Golongan glikosida ini aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena

yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom

C9 dan C10) atau hanya C9 (antron) dan C9 ada gugus hidroksil (antranol).

Adapun strukturnya adalah sebagai berikut.

Senyawa yang pertama ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon,

baik dalam keadaan bebas maupun sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut

menunjukkan bahwa produk alam juga mengandung turunan antrakuinon

yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol, dan antron. Termasuk juga

produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua molekul antron, yaitu

diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas (tidak terikat

dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam bentuk

glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.

 GLIKOSIDA SIONAGENIK
Glikosida sianogenik adalah senyawa hidrokarbon yang terikat dengan

gugus CN dan gula. Beberapa tanaman tingkat tinggi dapat melakukan

sianogenesis, yakni membentuk glikosida sianogenik sebagai hasil

sampingan reaksi biokimia dalam tanaman .Rumus bangun glikosida

sianogenik secara umum dapat dilihat pada gambar.

Keberadaan glikosida sianogenik pada tanaman memiliki fungsi

penting terhadap kelangsungan hidup tanaman tersebut. Glikosida sianogenik

berperan sebagai sarana protektif terhadap gangguan predator terutama

herbivora. Adanya kerusakan jaringan pada tanaman akibat hewan pemakan

tumbuhan akan menyebabkan pelepasan HCN yang mengganggu

kelangsungan hewan tersebut. Pada Trifolium repens, keberadaan glikosida

sianogenik berfungsi untuk melindungi kecambah yang masih muda agar

tidak dimakan siput dan keong.

 GLUKOSINOLAT

Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari

beberapa asam amino dan terdapat secara umum pada Cruciferae

(Brassicaceae). Glukosinolat dikelompokkan menjadi setidaknya 3 kelompok,

yakni: (1). glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino

alifatik (biasanya metionin), (2) glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin),

terbentuk dariasam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin) dan (3)

glukosinolat indol, yang terbentuk dari asam amino indol (triptofan).

Keragaman jenis glukosinolat tergantung pada modifikasi ikatannya dengan

gugus lain melalui hidroksilasi, metilasi dan desaturasi. Hidrolilis dari

glukosinolat terjadi karena adanya enzim mirosinase, sehingga menghasilkan

beberapa senyawa beracun seperti isotiosianat, tiosianat, nitril, dan epitionitril.


Senyawa-senyawa tersebut merupakan racun bagi serangga yang bukan

spesialis pemakan tumbuhan Cruciferae, dan merupakan zat penolak makan

bagi ulat kilan, Trichoplusia ni.

 GLIKOSIDA SIANOPORA 

Glikosida sianopora adalah glikosida yang pada ketika dihidrolisis akan

terurai menjadi bagian-bagiannya dan menghasilkan asam sianida (HCN).

 GLIKOSIDA ISOTIOSIANAT 

Banyak biji dari beberapa tanaman keluarga Crucifera mengandung

glikosida yang aglikonnya adalah isotiosianat. Aglikon ini merupakan turunan

alifatik atau aromatik. Senyawa-senyawa yang penting secara farmasi dari

glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra = black mustard), sinalbin (Sinapis

alba = white mustard) dan glukonapin (rape seed).

 GLIKOSIDA FLAVONOL 

Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida

ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman.

Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan

merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat

tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin,

hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang

paling dikenal.

 GLIKOSIDA ALKOHOL 

Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki

gugus hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin.

Salisin adalah glikosida yang diperoleh dari beberapa spesies Salix dan

Populus.
 GLIKOSIDA ALDEHIDA 

Salinigrin yang terkandung dalam Salix discolor terdiri dari glukosa

yang diikat oleh m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida yang

aglikonnya suatu aldehida. 

 GLIKOSIDA LAKTON 

Meskipun kumarin tersebar luas dalam tanaman, tetapi glikosida yang

mengandung kumarin (glikosida lakton) sangat jarang ditemukan. Beberapa

glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan tanaman

seperti skimin dan Star anise Jepang, aeskulin dalam korteks horse chestnut,

daphin dalam mezereum, fraksin dan limettin.

 GLIKOSIDA FENOL 

Beberapa aglikon dari glikosida alami mempunyai kandungan bercirikan

senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman

Ericaceae lain menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin

dalam buah jeruk juga dapat digolongkan sebagai glikosida fenol. Uva ursi

adalah daun kering dari Arctostaphylos uva ursi (Famili Ericaceae). Tanaman

ini merupakan semak yang selalu hijau merupakan tanaman asli dari Eropa,

Asia, Amerika Serikat dan Kanada.

Metilglikosida yang dihasilkan dari reaksi glukosa dengan metal alcohol

disebut juga metilglukosida. Ada dua senyawa yang terbentuk dari reaksi ini, yaitu

metil–α–D–glukosida atau metil-α-D-glukopiranosida dan metil-β-D-glukosida atau

metil-β-D-glukopiranosida. Kedua senyawa ini berbeda dalam hal rotasi optic,

kelarutan serta sifat fisika lainnya. Dengan hidrolisis, metil glikosida dapat diubah
menjadi karbohidrat dan metilalkohol. Glikosida banyak terdapat dalam alam,

yaitu pada tumbuhan. Bagian yang bukan karbohidrat dalam glikosida ini dapat

berupa metilalkohol, gliserol atau lebih kompleks lagi misalnya sterol. Di samping

itu antara sesama monosakarida dapat terjadi ikatan glikosida, misalnya pada

molekul sukrosa terjadi ikatan α-glukosida-β-fruktosida

C. BIOSINTESIS GLIKOSIDA

Jalan reaksi utama dari pembentukan glikosida meliputi pemindahan

(transfer) gugusan uridilil dari uridin trifosfat (UTP) ke suatu gula-l-fosfat. Enzim-

enzim yang bertindak sebagai katalisator pada reaksi ini adalah uridilil

transferase dan telah dapat diisolasi dari binatang, tanaman dan mikroba.

Sedang gula fosfatnya dapat pentosa, heksosa dan turunan gula lainnya. Pada

tingkat reaksi berikutnya enzim yang digunakan adalah glikolisis transferase,

dimana terjadi pemindahan (transfer) gula dari uridin difosfat kepada akseptor

tertentu (aglikon) dan membentuk glikosida 

a. U T P + Gula-l-fosfat 🡪UDP – gula + PP1 

b. UDP – Gula + akseptor 🡪Akseptor – gula + UDP (glikosida) 

Apabila glikosida telah terbentuk, maka suatu enzim lain akan bekerja

untuk memindahkan gula lain kepada bagian monosakarida sehingga terbentuk

bagian disakarida. Enzim serupa terdapat pula dalam tanaman yang

mengandung glikosida lainnya yang dapat membentuk bagian di-, tri- dan

tetrasakarida dari glikosidanya dengan reaksi yang sama.

D. CONTOH SIMPLISIA

a. Glikosida antrakoinon

 Contoh simplisia yang mengandung glikosida antrakoinon


Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni

purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae

Folium. Kecuali itu Chrysa robin dan Cochineal (Coccus cacti) juga

mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat

pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya

digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna

(Cochineal, Coccus Cacti).Tumbuhan yang mengandung glikosida golongan.

ini antara lain sebagai berikut:

1. Simplisia penghasil antrakinon

a. Daun sena, Senna leaf (Sennae Folium)

 Asal tumbuhan: Cassia acutifolia DeliIe (Alexandria senna) dan Cassia

angustifolia Vahl. (Tinnevelly senna) (Suku Leguminosae)

 Tempat tumbuh: Untuk C. acutifolia tumbuh liar di lembah sungai Nil (dari

Aswan sampai Kordofan), sedangkan C. angustifolia tumbuh liar di

Somalia, Jazirah Arab, dan India. Di India Selatan (Tinnevelly) tanaman

ini dibudidayakan. Juga ditanam di Jammu dan Pakistan Barat Laut. Di

India tanaman ini dibudidayakan dengan pengairan. 

 Kualitas: Daun yang bewarna hijau kebiruan adalah yang terbaik,

sedangkan yang bewarna kuning adalah yang terjelek. 

 Kandungan kimia: Kandungan aktif utama adalah merupakan glikosida

dimer yang aglikonnya terdiri dari aloe-emodin dan latau rein. Kadar

yang paling besar adalah senosida A dan senosida B, merupakan

sepasang isomer yang aglikonnya adalah rein-diantron (senidin A dan

senidin B). Kandungan lain yang lebih kecil kadarnya adalah senosida C

dan D. Polong sena (Sennae Fructus, Senna pods) juga mengandung


glikosida aktif, glikosidanya memiliki 10 gugus gula yang melekat pada

inti rein-diantron.

 Simplisia serupa yang disebut Bombay, Mecca, dan Arabian Sennae

didapatkan dari tumbuhan liar Cassia angustifolia yang tumbuh di Arab.

Daunnya mirip dengan sena namun lebih panjang dan lebih sempit. Di

Perancis digunakan dog sennae dan tumbuhan Cassia obovata yang

tumbuh di Mesir.

 Penggunaan: Sebagai katartika dengan takaran 2 g sekali pakai. Sering

dikombinasi dengan bahan gom hidrokoloid. Juga digunakan dalam teh

pelangsing.

 Produk: HerbalaxR

b. Rhamni purshianae Cortex (Cascara bark)

 Asal tumbuhan: Kulit kayu dari Rhamnus purshianus DC atau Frangula

purshiana (DC) 

 Pengumpulan dan penyimpanan. Simplisia adalah kulit kayu dikumpulkan

dari tumbuhan liar pada bulan pertengahan April sampai akhir Agustus.

Kulit diambil memanjang 5-10 cm, dikeringkan diketeduhan, dihindarkan

dari lembab dan hujan, karena kulit dapat berkapang. Kemudian

disimpan paling lebih dari satu tahun. Dahulu diekspor dalam bentuk

simpleks, namun sekarang dalam bentuk ekstrak.

 Identifikasi. Makroskopik dan mikroskopik 

 Kandungan kimia (Constituents). Kaskara mengandung senyawa gol.

antrakinon 6- 9%, dalam bentuk O-glikosida dan C-glikosida. Ada empat

glikosida primer, yaitu kaskarosida, yaitu kaskarosida A, B, C, dan D

yang berbentuk 0- maupun C glikosida. Senyawa lainnya a.I. barbaloin


dan krisaloin. Turunan emodin oksantron, yaitu aloe emodin dan

krisofanol baik dalam bentuk bebas maupun glikosida. Juga berbagai

turunan (derivates) diantron lainnya, yaitu palmidin A, B, dan C.

 Simplisia pengganti dari tumbuhan Rhamnus cathartica dan R. carniolica.

c. Cassia pods (Buah trengguli)

 Asal tanaman. Buah yang dikeringkan dari Cassia fistula (suku

Leguminosae). Tumbuhan ini ditanam di Hindia Barat (Dominika dan

Martinique) dan Indonesia.

 Bentuk dalam perdagangan. Bubur daging buah dibuat dengan perkolasi

dengan air, diuapkan akan terbentuk bubur.

 Kandungan kimia. Bubur kasia mengandung gula 50%, zat warna, dan

minyak atsiri. Bubur ini mengandung rein dan senyawa mirip senidin.

Daun tanaman ini mengandung rein bebas atau terikat, senidin,

senosida A, dan B. Empulur mengandung barbaloin dan rein, serta

Ieukoantosianidin.

 Kegunaan. Menurut pengobatan Ayurveda bubur kasia bersifat antifungi,

antibakteri, dan pencahar (laxatives), juga sebagai antitussive.

d. Rhei Radix (Rhubarb, Chinese Rhubarb)

 Asal tanaman. Bagian dalam tanah yang dikeringkan dan Rheum

palmatum L. (suku Polygonaceae) R. officinale atau hibrida dari dua

jenis tanaman ini.

 Pengumpulan dan persiapan. Dahulu diperkirakan akar ditumbuhkan atau

ditanam didataran tinggi (lebih dari 3000 m) dan digali pada musim gugur

atau musim semi saat berumur 6-10 tahun. Didekortisasi dan dikeringkan.

Akar yang telah didekortisasi adalah jika seluruh permukaannya


disilinderkan (melingkar) atau jika dipotong secara longitudinal di bagian

planokonvex (datar). Bagian yang digunakan sering memperlihatkan

lubang yang mengindikasikan bahwa akar itu telah disiapkan untuk

dikeringkan.

 Obat ini diekspor dari Shanghai ke Tientsin, seringkali melewati Hong

Kong. Kualitas yang lebih bagus dibungkus dalam kotak kayu kecil yang

berisi 280 lb atau 50 kg, dan kualitas yang lebih jelek dalam tas.

 Identifikasi. ldentifikasi secara makroskopi, mikroskopi, dan kimiawi

tercantum dalam Trease & Evans Pharmacognosy (2002)

 Kandungan kimia. Antrakinon bebas sebagai krisofanol, aloe-emodin,

rhein, emodin, dan emodin mono-etileter (physcion). Senyawa tersebut

juga terdapat dalam bentuk glikosida.

 Lidah Buaya ( Aloe)

Dalam sistem tata binomial, klasifikasi lidah buaya dijabarkan sebagai

berikut : 

  Kingdom: Plantae (Tumbuhan) 

  Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan dengan pembuluh) 

  Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan bebijian) 

  Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan dengan bunga) 

  Kelas: Liliopsida yakni tumbuhan berkeping satu atau monokotil.

  Ordo: Asparagales 

  Famili: Asphodelaceae 

  Genus: Aloe 

  Spesies: Aloe vera L. 


Dari klasifikasi lidah buaya di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa

lidah buaya merupakan tanaman perdu yang basah. Bagian batangnya

bengkok cenderung berbaring dengan ukuran sebesar jempol manusia

dewasa. Adapun bagian daunnya bergerigi dan mampu mencapai panjang 15

cm. Bagian dalam daun lidah buaya ini dipenuhi getah dan daging berlendir

tanpa warna. Teksturnya kenyal dan cenderung tebal mudah hancur.

Sementara itu, bagian bunga lidah buaya memiliki bentuk seperti terompet

atau bertabung. Ukurannya berkisar di angka 2 sampai 3 cm. Warna bunga

lidah buaya ini kuning cenderung oranye. Ia tampat bersusun dan berjungkai

mengelilingi bagian tangkai yang sedikit menjulang. Terakhir, bagian akar

lidah buaya yang berserabut dang sangat pendek. Panjangnya hanya berkisar

di angka 30 cm. 

b)  Glikosida Sianogenik

Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Almond (Prunus

amygdalus), Shorgum (Shorgum album), Singkong (Manihot esculenta) dari

jenis Linamarin, Singkong (Manihot carthaginensis) dari jenis lotaustralin,

Stone fruits (Prunus sp.), dan Bambu (Bambusa vulgaris)

.Salah satu tanaman yang mengandung glikosida sianogenik adalah :

 Singkong (Manihot esculenta)

  Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

  Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

  Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

  Divisi : Magnollophyta (Tumbuhan berbunga)

  Class : Magnollopsida (Berkeping dua / dikotil)

  Sub class : Rosidae


  Ordo : Euphorbianceas

  Genus : Manihot

  Spesies : Manihot esculenta crantz

  Sinonim : Manihot utilissima

c)  Glikosinolat

  Contoh simplisia yang mengandung glikosinolat

Simplisia yang mengandung glikosinolat adalah tanaman yang

termasuk dalam family brassicaceae antara lain kubis, kecamba dan mustard.

Salah satu tanaman yang mengandung glikosinolat adalah :

 Biji Sawi

  Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

  Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

  Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

  Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

  Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

  Sub Kelas: Dilleniidae

   Ordo: Capparales

  Famili: Brassicaceae  (suku sawi-sawian)

  Genus: Brassica

  Spesies: Brassica nigra (L.)

Ciri khas family Brassicaceae  (suku sawi-sawian):  Famili

Brassicaceae : Tidak mempunyai stipula, bunga majemuk rasemosa, tidak

ada braktea, stamen tetradinamous, pistillum 1 dengan ovarium superum

beruang 2.
Tanaman yang mengandung glikosida saponin ialah Glicyrrhizae radix,

liquorice root, atau radix liquiritiae adalah akar dan batang bawah tanah

tanaman Glycyrrhizae glabra L atau tanaman Succus liquiritiae L yang berasa

manis. Glikosida yang mngandung glikosida aldehida : Buah vanili yang

dipanen adalah buah yang belum masak , tetapi sudah tumbuh sepenuhnya,

yaitu bila ujung atas buah telah berubah warnanya dari hijau menjadi kuning 

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar

Swadaya. Jakarta. 

2. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

3. Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam UNHAS. Makassar. 

4. http/www. Google.co.id/ glycoside.

Anda mungkin juga menyukai