1
al., 2013). Selain itu kulit buah naga juga memiliki kapasitas antioksidan, efek
antiproliferatif (Wu et al., 2006; Stintzing et al., 2002), sebagai sumber potensi
pewarna alami dan thickening agent (Harivaindaram et al., 2008; Phebe et al.,
2009) serta sebagai pelembab dalam produk-produk kosmetik (Stintzing et al.,
2002).
Kulit buah naga merah memiliki kandungan antosianin yang cukup tinggi
dalam pelarut air sebesar 62,68 % (Simanjuntak dkk., 2014). Antosianin
memberikan warna merah yang terkandung di dalam kulit buah naga merah
berjenis sianidin 3-rammosil glukosida 5 glukosida (Le Bellec et al., 2006).
Antosianin dapat digunakan sebagai pewarna alami yang relatif lebih aman
dibandingkan dengan pewarna sintetik. Selain itu antosianin dalam kulit buah
naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar
73,2772 mg/L (Putri dkk., 2015). Walaupun aktivitas antioksidan dari lipstik buah
naga merah memiliki aktivitas yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 1215.72
μg/ml (Nurhaida dkk., 2017).
2
Lemak yang digunakan pada praktikum ini adalah adeps lanae.. Adeps
lanae merupakan produk alami yang diperoleh dari kelenjar sebaceous domba dan
konstituennya bervariasi. Dalam pembuatan lipstick adeps lanae berperan dalam
mempertahankan massa lipstick dalam campuran yang homogen. Hal ini akan
mempengaruhi kekerasan lipstick dengan bertambahnya jumlah adeps lanae yang
digunakan. Adeps lanae juga berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir,
memberi tekstur yang lembut, member sejumlah perlindungan terhadap perubahan
suhu yang mendadak serta dapat mengurangi efek berkeringat dari minyak pelarut
dan pecah pada lipstik. Adeps lanae dapat mengurangi efek berkeringat melalui
pengikatan antara fase minyak dan faselilin. Penggunaan adeps lanae 1 % sudah
sesuai dengan rentang konsentrasi adeps lanae dalam kosmetik menurut literatur,
yaitu 0,1-50% (FDA, 1972).
Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam
basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi
tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki
arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi
sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan. Pigmen-pigmen yang
diigunakan dalam lipstik dapat berupa lake dari barium atau kalsium, akan tetapi
lake dari stronsium juga sering digunakan karena menghasilkan warna yang tahan
lama dan jernih. Untuk menghasilkan warna yang agak pudar (muda), pigmen
3
putih seperti titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan (Balsam,
1972).
Pada proses pembuatan lipstik, halpertama yang dilakukan adalah melebur
semua bahan lilin dan lemak diatas penangas air hingga suhu 70 oC. Peleburan
dimulai dari bahan yang memiliki titik lebur paling tinggi sampai ke rendah, yaitu
cera alba dengan titik lebur 61o-65oC, vaselin album dengan titik lebur 36o -60oC,
kemudian adeps lanae dengan titik lebur 40o-44,4oC. Peleburan ini bertujuan
untuk memudahkan proses pencampuran bahan lilin dan setengah padat dengan
bahan-bahan yang lain. Pada saat bersamaan dilakukan peleburan bahan minyak
secara berurutan, yaitu oleum arachis dengan titik leleh 28 o-30oC kemudian oleum
ricini dengan titik leleh -12oC diatas penangas air pada suhu 70oC. Hal ini
bertujuan agar suhu bahan lilin dan lemak sama dengan suhu bahan minyak,
sehingga memperlambat waktu campuran lilin memadat kembali.
Kemudian pewarna dicampurkan ke dalam minyak nabati karena minyak
nabati mampu melarutkan pewarna dengan baik. Selanjutnya bahan minyak
ditambahkan kedalam campuran lilin yang sudah cair dan aduk hingga rata.
Kemudian massa lipstick dituang ke dalam cetakan pada saat massa lipstick
membentuk konsistensi kental namun tetap mudah untuk dituang. Hal ini untuk
mencegah warna lipstick mengendap pada cetakan. Cetakan lipstick sebelumnya
telah dioleskan dengan gliserin untuk memudahkan pelepasan lipstick dari cetakan
sehingga didapatkan permukaan lipstik yang baik.
4
Lipstick yang dihasilkan dalam percobaan tidak sesuai dengan salah satu
persyaratan lipstick yang baik dikarenakan warna lipstick tidak homogen.
Sehingga terdapat perbedaan warna saat dioleskan di kulit. Hal ini dapat
dikarenakan dalam pembuatan lipstick tidak melaksanakan proses color-grinding.
Grinding dengan roller mill atau coloid mill membantu proses pembasahan
pigmen warna dari pewarna alami yaitu antosianin oleh minyak atau lanolin
supaya pigmen dapat terdispersi merata dan tidak menggumpal dalam basis.
Mencampurkan pewarna kedalam campuran bahan sekaligus akan membuat zat
warna menggumpal atau tidak terdispersi merata dalam sediaan. Proses grinding
tidak bertujuan untuk menurunkan ukuran partikel dari masing-masing bahan,
namun untuk memecah gumpalan. Alat yang digunakan biasanya roller mill atau
colloid mill.Pada roller mill, suspensi pigmen dalam minyak dilewatkan diantara
silinder berputar pada kecepatan yang berbeda satu sama lain. Untuk colloid mill,
pencampuran dilakukan diantara dua kepingan atau alat berbentuk kerucut dan
diputar pada kecepatan tinggi.
Selain itu, bahan yang dapat digunakan untuk mendispersikan warna yaitu
surfaktan. Surfaktan diperlukan pada zat warna yang tidak larut untuk
meningkatkan pembasahan dan dispersi pigmen, tetapi penambahan surfaktan
juga dapat merubah konsistensi lipstick (Jellinek, 1970).Untuk menghasilkan
warna yang agak pudar (muda), pigmen putih seperti titanium dioksida dan seng
oksida harus ditambahkan (Balsam, 1972).
5
organoleptis, lipstik yang dihasilkan berbentuk padat, bau khas adeps, tekstur
halus, dan berwarna merah yang tidak homogen. Warna yang tidak homogen ini
dapat disebabkan ekstrak kulit buah Naga belum terdipersi secara sempurna dalam
minyak dan juga saat proses penuangan massa lipstick kedalam cetakan yang
dilakukan pada suhu tinggi ketika massa berbentuk cair. Hal ini menyebabkan
ekstrak cepat mengendap dan tidak terdispersi merata dalam sediaan. Pada uji pH,
pengukuran pH sediaan dilakukan saat massa lipstick masih berbentuk cair
menggunakan pH universal. PH lipstik yang dihasilkan yaitu pH XXX, hasil ini
sesuai dengan pH fisiologis kulit bibir yaitu 4,0-6,5 (Balsam, 1972).
Sedangkan untuk uji daya lekat pada kulit dengan mengoleskan lipstick
pada bibir panelis dan biarkan selama beberapa menit. Setelah itu, dihapus olesan
tersebut dan diamati apakah warna melekat dengan baik. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah warna dapat bertahan lama pada bibir. Hasil yang didapatkan
yaitu lipstick dapat melekat pada kulit atau bibir dan bertahan hingga XXXXX
menit.
Cara memakai lipstick yang benar adalah dengan memoles dari bagian
tengah bibir, lalu sapukan lipstick ke arah luar. Untuk mengaplikasikan lipstick
pada bibir dapat bisa langsung mengusapkan lipstick dari tabungnya atau dengan
menggunakan kuas khusus untuk memoleskan lipstick pada bibir. Lipstick yang
6
terlalu sering digunakan, tanpa dibersihkan terlebih dahulu, akan menyebabkan
pigmen warna dari lipstick menjadi mengendap, dan pada akhirnya akan
menjadi penyebab bibir hitam.Selain itu, dapat menyebabkan kulit bibir menjadi
pecah – pecah dan juga kasar apabila menggunakan lipstick secara terus menerus.
Oleh karena itu, cara mencegah hal tersebut dengan selalu bersihkan lipstik dari
bibir dengan benar setelah digunakan, gunakan warna lipstick yang tidak mudah
mengendap, melihat kandungan – kandungan kimia yang terkandung pada liptick
yang akan digunakan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Balsam, M.S. 1972. Cosmetic Science and Technology. Second Edition. London:
Jhon Willy and Son, Inc.
Jellinek, J.S., 1970, Formulation and Function of Cosmetics, John Willey & Sons
Inc, USA.
Lauffer, P.G.I., 1972, Lipsticks, dalam Balsam, M.S., Cosmetic Science and
Technology, 2nd Edition, John Willey & Sons Inc, USA
William, D.F. 2009. Chemistry & Manufacture of Cosmetics. Volume III. Book 2.
USA: Making Cometic Inc.
8
9