Anda di halaman 1dari 5

BAHASA

INDONESIA

2020

S
e B
E
p N
r G
i K
U
a L
S2 U
nPENDIDI
dKAN
iDASAR
1 | Sepriandi Universitas Bengkulu

1. Daya serap siswa rendah

Inilah kendala yang sering dihadapi oleh guru, tingkat daya serap siswa yang rendah
terhadap materi pelajaran akan mengganggu rencana guru, alokasi waktu belajar, dan
lain sebagainya. Jangan terlalu cepat mendiskreditkan siswa karena kelambatannya
menerima materi, namun sedapat mungkin guru menemukan strategi yang tepat yang
dapat mendorong siswa memaksimalkan kemampuannya menerima dan menyerap
materi yang diajarkan.

Djamarah (2009:16) mengemukakan bahwa “Daya serap siswa adalah kemampuan


menyerap suatu konsep atau materi pelajaran yang disampaikan oleh pendidik dengan
kesadaran memanfaatkan daya guna dalam menjalankan pemahaman atas
pelaksanaanyang sejalan dengan tuntutan perubahan”

Solusinya dapat dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw, seperti


hasil penelitian yang dilakukan Andi (2016) Tingkat partisipasi dan daya serap siswa
dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran ekonomi di kelas X.1 SMA Negeri
21 Makassar dengan menggunakan metode diskusi model jigsaw mampu meningkatkan
partisipasi dan daya serap siswa

2. Kurangnya disiplin siswa

Kedisiplinan merupakan faktor penentu keberhasilan pembelajaran, disiplin terhadap


waktu, disiplin terhadap tugas yang diberikan, disiplin terhadap proses pembelajaran
dan lain sebagainya. Mengajar di kelas yang siswanya memiliki tingkat kedisiplinan
tinggi lebih menyenangkan dibandingkan dengan mengajar di kelas yang memiliki
disiplin rendah. Akan tetapi guru tidak boleh menyerah dengan permasalahan ini, guru
harus mengembalikan kedisiplinan siswa agar pembelajaran berjalan sesuai dengan
yang diharapkan

Solusinya

pendidikan itu sendiri. Pengendalian diri siswa merupakan suatu kemampuan individu
dalam mengelola dirinya, baik dalam lingkungan belajar, lingkungan keluarga, ataupun
dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengendalian diri yang baik, siswa akan mampu
beradaptasi dalam kondisi lingkungannya, dan dapat terhindar dari permasalahan
penyesuaian diri, dan permasalahan bersosialisasi dengan individu lain serta siswa
mampu mematuhi segala peraturan yang ada di sekolah.

Solusinya menurut beberapa teori berikut:

Menurut Akhmad Sudrajat (2008:24) setiap siswa dituntut dan diharapkan untuk
berperilaku setuju dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Perilaku,
aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu: 1) Kepatuhaan dan ketaatan siswa terhadap berbagai peraturan dan tat
tertib yang berlaku disekolahnya, itu biasa disebut dengan disiplin siswa. 2) Peraturan,
2 | Sepriandi Universitas Bengkulu

tata tertib dan berbagai ketentuan lainya yang berupaya mengatur perilaku siswa
disebut disiplin sekolah. Senada dengan hal tersebut Elizabeth Hurlock (1987:83) juga
mengemukakan bahwa anak membutuhkan disiplin, bila mereka ingin bahagia dan
menjadi orang yang baik penyesuaiannya, karena melalui disiplin mereka dapat belajar
berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima oleh
anggota kelompok sosial. Dari kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang
peserta didik yang baik, adalah peserta didik yang dapat mentaati segala aturan dan
norma-norma yang berlaku di sekolah dan lingkungan di luar sekolah.

3. Siswa terlalu pasif

Menurut ibtisam (2014) Perilaku pasif adalah perilaku yang tidak menyatakan
perasaan, gagasan dan kebutuhannya dengan tepat serta mengabaikan hak-haknya
sendiri. Perilaku pasif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung,
terhambat dan menolak diri sendiri. Individu yang pasif akan membiarkan orang lain
menentukan apa yang harus dilakukannya dan sering berakhir dengan perasaan cemas,
kecewa terhadap diri sendiri, bahkan kemungkinan akan berakhir dengan kemarahan
dan perasaan tersinggung.

Sudjana (2004:61) mengatakan bahwa keaktifan belajar siswa dapat dilihat dalam hal:
1. Turut serta dalam melakssanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan
masalah. 3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya. 4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah. 5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemapuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7. Menggunakan dan
menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya

Pernahkah anda menemukan situasi seperti baik ditanya maupun tidak mereka tetap
diam?. Situasi ini menyulitkan guru, guru sulit memastikan bahwa mereka telah
mengerti dan paham materi atau belum. Solusinya tentu saja harus memancing mereka
agar menjadi aktif sehingga anda dapat membaca dan menganalisis sejauh mana tingkat
penerimaan mereka terhadap materi yang diajarkan

Solusi untuk membuat siswa tidak pasif atau menjadi lebih aktif dapat dilakukan
dengan pendekatan siswa dengan teknik Berpikir, Berpasangan, Berbagi karena
pembelajaran ini mempunyai keunggulan-keunggulan diantaranya memberikan
kesempatan pada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
3 | Sepriandi Universitas Bengkulu

4. Kepercayaan siswa pada Guru

Jangan sepelehkan tentang ini, salah satu keberhasilan pembelajaran antara lain tentang
keyakinan siswa pada anda. Keyakinan dimaksud adalah mereka tidak salah belajar
pada anda karena anda menguasai materi sehingga mendorong mereka mencintai
pelajaran yang anda ajarkan. Kepercaan diri merupakan faktor sangat penting bagi
siswa karena sikap percaya diri akan membuat individu merasa optimis dam mampu
melakukan penyesusaian dengan lingkungannya.

Dalam teori Thursan (200) disebutkan bahwa Pengertian secara sederhana dapat
dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang
dimiliki oleh individu dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa
mencapai berbagai tujuan hidupnya. Pengertian kepercayaan diri adalah sikap yang
mantap dan penuh keyakinan pada diri seseorang dalam berbuat sesuatu. Orang yang
percaya diri tidak akan takut, malu atau ragu dalam melaksanakan sesuatu, dan tidak
mudah terpengaruh orang lain. Sifat ini tidak tumbuh dalam diri seseorang, tetapi harus
dilatih secara terus menerus, kepercayaan diri termasuk sifat yang terpuji.

Solusinya adalah guru harus menumbuhkan kepercayaan diri siswa dengan


menerapkan pembelajaran di kelas secara bervariatif dan inovatif. Salah satunya dapat
menggunakan model pembelajaran inquiri, seperti yang dilakukan oleh Ahmad Hariandi
(2018) dalam penelitiannya Penggunaan pendekatan inkuiri bisa meningkatkan
keaktifan belajar siswa karena siswa akan merasa tertarik dengan berbagai sintak yang
ada disetiap pembelajaran yang digunakan dan siswa lebih bersemangat untuk
mengemukakan pendapat, bertanya yang belum di pahami

5. Miskinnya Pujian untuk Siswa

Siswa sebenarnya haus dengan pujian dari anda, saat ini banyak guru mengabaikannya
karena lebih menitikberatkan pada penyelesaian materi pelajaran. Karena kurangnya
pujian yang diperolehnya sehingga mengurangi motivasi belajarnya, sementara
motivasi belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.

Beberapa teori menyebutkan, Menurut Slameto (1991) bahwa pemberian hadiah lebih
baik apabila diberikan kepada siswa dan pemberian pengakuan atau penghargaan perlu
diberikan untuk setiap pekerjaan. Jika anak beiajar kemudian mendapat hadiah maka
dia akan giat belajar (Suryabrata, 1990).

Solusinya adalah dalam proses belajar mengajar jangan pelit dengan pujian atau pun
reward keapada anak, sehingga anak selalu termotivasi terhadap pelajaran yang
mereka ikuti.
4 | Sepriandi Universitas Bengkulu

Sumber

Akhmad Sudrajat. 2008. Perkembangan Kognitif. Jakarta: Bumi Aksara. Elizabeth


Hurlock. 1987. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, dkk. (1996). Strategi belajar mengajar. Jakarta : Rineka cipta.

Ibtisam Salamatun Nuha , “Hubungan Perilaku Bullying dengan Perilaku Asertif pada
Santriwati”. (Surabaya, UINSA, 2014), 14-15

Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta, Puspa Swara, 2002, hlm. 6.

Slameto. (1991). Belajardanfaktor-J'aktoryang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


CIPTA.

Suryabrata, S. (1990). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rajawali. Syah, M. (1999). Psikologi


pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai