Bahas
a
Indon
esia
U
Pasc
a N
I
Sarja
V
na E
Pend R
idika S
nI HARI
Dasa T SAGITA
NPM:
rA A2G01907
S 1
HARI SAGITA
Faktor selanjutnya yang perlu tersedia untuk mendukung proses belajar adalah
bahan belajar atau buku yang memadai.
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis,
yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen, 1995).
Hal yang menjadi permasalahan adalah banyak sekali siswa yang tidak memiliki
buku pelajaran memadai untuk digunakan.
Bukan hanya siswa saja, seorang guru juga membutuhkan bahan untuk mengajar di
kelas, berbagi dengan siswa, dan membimbing mereka dalam pelajaran.
Solusinya adalah bahwa ketersediaan bahan ajar di kelas atau disekolah harus
dipenuhi oleh satuan pendidikan demi menunjang kebutuhan belajar siswa. Bahan
ajar sangat penting, artinya bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran.
Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Demikian pula tanpa bahan ajar akan sulit bagi siswa untuk mengikuti proses belajar
di kelas, apalagi jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas.
Mereka dapat kehilangan jejak, tanpa mampu menelusuri kembali apa yang telah
diajarkan gurunya. Oleh sebab itu, bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dapat
dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa, sebagai salah satu instrumen untuk
memperbaiki mutu pembelajaran.
Menghemat waktu guru dalam mengajar. Dengan adanya bahan ajar dalam
berbagai jenis dan bentuknya, waktu mengajar guru dapat dipersingkat. Artinya,
guru dapat menugaskan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
diajarkan serta meminta mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada
di bagian terakhir setiap pokok bahasan. Sehingga, setibanya di kelas, guru tidak
perlu lagi menjelaskan semua materi pelajaran yang akan dibahas, tetapi hanya
membahas materimateri yang belum diketahui siswa saja. Dengan demikian, waktu
untuk mengajar bisa lebih dihemat dan waktu yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk
diskusi, tanya jawab atau kegiatan pembelajaran lainnya. Mengubah peran guru dari
seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Dengan adanya bahan ajar, proses
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif karena guru tidak hanya berfungsi sebagai
pengajar tetapi lebih berfungsi sebagai fasilitator yang mampu membimbing
siswanya dalam memahami suatu materi pembelajaran. Misalnya, dengan waktu
yang dimilikinya guru tidak hanya mengajar, tetapi dapat pula melakukan kegiatan-
kegiatan lain, misalnya melaksanakan tanya jawab dengan siswa atau antarsiswa
tentang hal-hal pokok yang masih belum dikuasai siswa, meminta siswa-siswanya
universitas Bengkulu
1
HARI SAGITA
sebagai bahan bacaan, bahan belajar maupun bahan diskusi di luar kegiatan formal
sekolah. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri. Artinya, siswa
dapat menentukan cara dan kecepatannya sendiri dalam belajar. Sebagaimana kita
ketahui kecepatan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat beragam, ada
siswa yang belajarnya cepat ada yang sedang dan ada juga siswa yang belajarnya
lambat, bahkan sangat lambat. Melalui bahan ajar keberagaman kecepatan belajar
universitas Bengkulu
2
HARI SAGITA
siswa dapat diakomodasi, dan diatasi. Siswa dapat belajar menurut urutan yang
dipilihnya sendiri. Pada umumnya bahan ajar berisi keseluruhan materi pelajaran
yang akan diajarkan dalam satu semester dan guru pada umumnya telah menyusun
bahan ajar tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk belajar
secara berurutan dan bertahap. Apabila bahan ajar tersebut dimiliki siswa maka
siswa dapat menentukan sendiri pola belajarnya, apakah belajar sesuai dengan
urutan yang ada ataukah memilih materi pelajaran sesuai dengan minatnya.
Misalkan, siswa telah mengetahui materi pelajaran di Bab I maka ia dapat meloncat
ke materi pelajaran di Bab II tanpa harus menunggu guru menjelaskan Bab I terlebih
dahulu. Demikian pun sebaliknya jika guru telah menjelaskan materi di Bab II,
misalnya, sementara siswa masih belum paham sepenuhnya materi di bab
sebelumnya maka ia dapat mengulang kembali pelajaran tersebut karena ada dalam
bahan ajar. Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri. Artinya, dengan
bahan ajar yang dapat dipelajarinya sendiri, kapan dan di mana pun siswa berada
maka sedikit demi sedikit siswa akan terbiasa untuk mengarahkan dirinya sendiri
dalam belajar. Hal ini memotivasi dirinya untuk sadar akan kewajibannya sebagai
siswa, yaitu pandai mengelola waktu sehingga semua materi pelajaran dapat
dikuasai sepenuhnya dalam waktu yang telah ditentukan. Tentunya Anda
menyadari, tanpa dibantu kegiatan belajar mandiri di rumah, seperti mengerjakan
pekerjaan rumah, merangkum materi yang akan dipelajari dalam suatu pertemuan,
membaca materi yang akan dipelajari terlebih dahulu dan membuat beberapa
pertanyaan yang sesuai akan sulit bagi guru untuk menyelesaikan materi pelajaran
sesuai dengan jadwal. Terlebih lagi bila guru berhalangan hadir sehingga tidak dapat
memenuhi tugas mengajar sesuai jadwal, apa yang terjadi? Oleh sebab itu,
keberadaan bahan ajar untuk Anda maupun untuk siswa akan sangat bermanfaat
dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.
2. pendistribusian Kartu Indonesia Pintar (KIP) harus tepat sasaran dan tepat
waktu.
universitas Bengkulu
3
HARI SAGITA
secara teoretik siswa berbeda dalam banyak hal yang meliputi perbedaan fitrah
individual2 disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial, budaya, ekonomi,
dan lingkungan (Salim, 1978).
Karakteristik siswa merujuk kepada ciri khusus yang dimiliki oleh siswa, dimana ciri
tersebut dapat mempenga– ruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar.
Karakteristik siswa meru– pakan ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa
baik sebagai indi– vidu atau kelompok sebagai pertimba– ngan dalam proses
pengorganisasian pembelajaran. Winkel mengaitkan karak– teristik siswa dengan
penyebutan ke– adaan awal, dimana keadaan awal itu bukan hanya meliputi
kenyataan pada masing-masing siswa melainkan pula kenyataan pada masing-
masing guru (Winkel, 2014)
Harus kita akui bahwa masing-masing orang memiliki karakter sendiri, yang tidak
dapat disamakan dengan orang lain, hukum ini juga berlaku pada siswa. Dua puluh
orang siswa yang anda hadapi, maka anda berhadapan dengan dua puluh karakter
pula. Guru harus menemukan sedikit persamaannya untuk menunjang penerapan
model dan metode pembelajaran, perumusan strategi pendekatan yang diterapkan
dan lain sebagainya.
Budaya sekolah dipengaruhi oleh sikap dan prilakku siswanya. Saat ini banyak
sekali sikap dan prilaku anak mencerminkan identitas sekolahnya yang dikenal oleh
masyarakat apakah sekolah tersebut baik atau tidak budayanya yang dijadikan tolak
ukur untuk membentuk karakter anak yang diharapkan para orang tua.
universitas Bengkulu
4
HARI SAGITA
Solusinya guru harus membangun budaya sekolah yang sehat agar semua siswa
terbiasa menerapkan apa yang didapat disekolah untuk dibawa keluar sekolahnya.
Sikap dan perilaku sebenarnya juga adalah bagian dari karakter yang dimiliki oleh
siswa, tetapi ini lebih di fokuskan lagi karena dari semua karakter yang dimiliki oleh
siswa, sikap dan perilakulah yang paling berpengaruh dan mempengaruhi budaya
siswa di sekolah. Penanaman karakter atau akhlak yang diselenggarakan
sebagaimana termaktub dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab 2 Pasal 3 menyatakan bahwa fungsipendidikannasionaladalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Banyak anak yang memiliki minat dan bakat namun tidak dapat disalurkan ini
dikarenakan oleh sekolah yang tidak begitu selektif terhadap pengembangan minat
dan bakat para siswa yang selama ini terpendam.
Berdasarkan data yang dikutip dari buku Toyota Talent (Jeffry dan David, 2007, p.5),
menjelaskan bahwa bakat alami seseorang yang didapat dari lahir berkontribusi
sebesar 10 persen (atau kurang) dari total diagram bakat yang dimiliki orang
tersebut. Berdasarkan kutipan tersebut, menunjukkan bahwa bakat seseorang dapat
ditingkatkan dengan proses pembelajaran dan latihan terus-menerus. Bakat diri
yang dapat dikembangkan menjadi kompetensi, akan berkembang dengan baik jika
diketahui sejak awal.
Solusinya adalah Guru diwajibkan untuk menemukan bakat dan minat siswa.
Penyaluran bakat dan minat siswa secara tepat dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, sebaliknya akan menimbulkan masalah bagi guru, sekolah dan siswa itu
sendiri. Siswa yang terpendam bakat dan minatnya pada umumnya menjadi siswa
yang agresif, melawan dan suka melakukan tindakan-tindakan negatif yang
melanggar tata tertib sekolah. Gejala kenakalan siswa sebaiknya tidak direspon
secara negatif tetapi patut diapresiasi dengan baik dan dilakukan pencegahan
sehingga tidak menimbulkan bentuk kenakalan baru.
universitas Bengkulu
5
HARI SAGITA
Rohman, A., & Lamsuri, M. (2009). Memahami pendidikan & ilmu pendidikan.
LaksBang Mediatama bekerja sama dengan Kantor Advokat" Hufron & Hans
Simaela"
Jeffry K.L and David P.M, (2007). Toyota talent, Edisi Terjemahan, Erlangga; Jakarta
universitas Bengkulu
6