Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No.

2 September 2018

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada


Masyarakat Pangandaran
Sri Hartati Pratiwi1, Eka Afrima Sari2, Ristina Mirwanti3
1
Universitas Padjadjaran, sri.hartati.pratiwi@unpad.ac.id
2
Universitas Padjadjaran, e.afrimasari@unpad.ac.id
3
Universitas Padjadjaran, ristina.mirwanti@unpad.ac.id

ABSTRAK
Insidensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Indonesia semakin meningkat. Hal ini
berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat tentang pencegahan PJK masih kurang
termasuk faktor risiko PJK yang mungkin dimilikinya. Pangandaran merupakan daerah
pesisir pantai di Jawa Barat yang belum memiliki pelayanan yang memadai sehingga
deteksi dini faktor risiko PJK pada masyarakatnya belum maksimal. Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko PJK pada masyarakat pangandaran.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional study yang dilakukan pada 87 masyarakat Pangandaran dengan mengkaji faktor
risiko PJK seperti riwayat penyakit sebelumnya, tingkat aktivitas, usia, pekerjaan,
pemeriksaan gula darah, kadar kolesterol, pengukuran lingkar perut dan body Mass Index
(BMI). Berdasarkan hasil deteksi dini tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar
masyarakat Desa Pangandaran berada pada status nutrisi overweight (47,1%) dan
memiliki lingkar perut yang kelebihan ringan (36,8%), tidak berolahraga (64%), memiliki
kadar gula darah normal (69%), dan kadar kolesterol tinggi (74,7%). Sedangkan tekanan
darah sebagian besar masyarakat desa Pangandaran adalah normal (60,9%). Masyarakat
Pangandaran memiliki faktor risiko PJKdiantaranya overweight, kelebihan lingkar perut,
kurang beraktivitas, dan hiperkolesterolemia. Oleh karena itu, petugas kesehatan
diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan PJK terutama
untuk mengatasi hiperkolesterolemia, overweight dan kelebihan lingkar perut yaitu
dengan beraktivitas yang cukup dan menjaga pola diet.
Kata kunci: Faktor risiko, Pangandaran, Penyakit Jantung Koroner.

ABSTRACT
Incidence of Coronary Heart Disease (CHD) in Indonesia has increased. This relates to
the level of public awareness on the prevention of CHD is still less including CHD risk
factors that may be held. Pangandaran is a coastal area in West Java that has not had
adequate services so that early detection of risk factors for CHD in the community has
not been maximized. This study was conducted to identify risk factors of CHD in
Pangandaran society. This research is a quantitative descriptive research with cross
sectional study approach conducted on 87 Pangandaran community by examining CHD
risk factors such as previous disease history, activity level, age, occupation, blood
glucose examination, cholesterol level, measurement of abdominal circumference and
body mass index (BMI). Based on the results of early detection it can be seen that most of
the people of Pangandaran Village are in overweight nutritional status (47.1%) and have
abdominal circumferences that are overweight (36.8%), not exercised (64%), have
normal blood glucose (69%), and high cholesterol (74.7%). While the blood pressure of
most people in Pangandaran village is normal (60.9%). Pangandaran community has
risk factors for CHD including overweight, excess abdominal circumference, lack of
activity, and hypercholesterolaemia. Therefore, health workers are expected to provide
health education on the prevention of CHD, especially to overcome
hypercholesterolemia, overweight and excess abdominal circumference that is with
enough activity and maintain diet patterns.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 176


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Keywords: Coronary Heart Disease, Pangandaran, Risk factors

Diterima:19 Agustus 2018, Direvisi: 31 Agustus 2018, Diterbitkan: 15 September 2018

PENDAHULUAN lipid dalam tubuh, riwayat keluarga dengan


Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit jantung dan usia. Berbagai
penyebab kematian terbesar di dunia. penelitian menunjukkan bahwa hipertensi
Kematian akibat penyakit ini sebesar 4% di dan hiperkolesterolemia dapat
negara maju dan 42% di negara menyebabkan iskemia jantung dan infark
berkembang (WHO, 2011). Pada tahun miokardium (Nabel and Braunwald, 2012).
2012, terdapat 17,5 juta orang di dunia Selain itu, beberapa faktor lingkungan juga
meninggal akibat penyakit kardiovaskuler dapat menjadi faktor risiko terjadinya PJK
atau 31% dari 56,5 juta kematian di diantaranya adalah merokok, status
seluruh dunia. Dari seluruh kematian yang sosioekonomi, tingkat pendidikan yang
diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler, rendah, dan kurangnya aktivitas fisik
7,4 juta (42,3%) diantaranya disebabkan (Hamrefors, Hedblad, Hindy,dkk, 2014).
oleh penyakit jantung koroner (PJK) dan Faktor risiko lain dari PJK adalah obesitas,
6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke. diabetes, pola makan dan kurangnya
Begitu juga di Indonesia, angka kejadian aktivitas (Wong, Dixon, Gilbride, dkk,
penyakit kardiovaskular terus meningkat 2011).
setiap tahunnya. Penyakit kardiovaskular Peningkatan angka kejadian PJK dapat
yang banyak terjadi di Indonesia adalah menyebabkan pembiayaan kesehatan di
PJK dengan insidensi 1,5% (Kementerian Indonesia meningkat dari tahun-tahun
Kesehatan RI, 2017). sebelumnya. Pembiayaan kesehatan
Penyakit kardiovaskular merupakan terbesar di Indonesia adalah pembiayaan
sekumpulan penyakit yang disebabkan pasien dengan penyakit jantung. Padahal
oleh gangguan pada jantung dan pembuluh penyakit jantung dapat dicegah
darah. Penyakit kardiovaskular terdiri dari (Kementerian Kesehatan RI, 2017). PJK
PJK, penyakit arteri koroner, dan sindrom dapat dicegah dengan menghindari semua
koroner akut. PJK merupakan penyebab faktor risiko PJK. PJK dapat dicegah
kematian dan kecacatan terbesar di negara dengan mengontrol kadar kolesterol, pola
berkembang (Sanchis-Gomar, Perez- makan yang baik, aktivitas fisik yang
Quilis, Leischik dan Lucia, 2016). cukup, tidak merokok, mengontrol
Sebagian besar penyakit jantung koroner hipertensi, mengontrol kadar gula darah,
disebabkan oleh adanya atherosklerosis serta pola hidup yang sehat (Smeltzer and
yang disebabkan adanya penumpukan lipid Bare, 2010). Selain pencegahan yang
pada dinding arteri koronaria. Tumpukan berkaitan dengan pola hidup, mengecek
lipid dapat membentuk thrombus sehingga kondisi kesehatan secara teratur menjadi
dapat menyumbat aliran darah. Kondisi salah satu hal yang penting untuk
tersebut dapat menyebabkan penurunan mengetahui kondisi kesehatan yang dapat
aliran darah ke miokardium. Penurunan menimbulkan berbagai penyakit pada
fungsi miokardium dapat menyebabkan masyarakat termasuk PJK.
penurunan cardiac output sehingga Pencegahan PJK akan lebih efektif apabila
oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak dapat dilakukan dengan menyadarkan
terpenuhi. Pasien yang mengalami masyarakat tentang pentingnya pola hidup
penyakit jantung koroner dapat mengalami sehat. Upaya pencegahan berbagai
nyeri dada. Kondisi tersebut dapat penyakit berbasis masyarakat di Indonesia
menyebabkan kematian apabila tidak masih kurang. Sebagian besar masyarakat
teratasi. Gangguan fungsi jantung dapat masih memiliki pola hidup yang kurang
dilihat dari kelainan gelombang pada hasil sehat. Proporsi penduduk > 15 tahun yang
elektrokardiografi (EKG) dan peningkatan merokok di Indonesia mengalami
enzim jantung (Smeltzer and Bare, 2010). peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Faktor risiko PJK diantaranya kebiasaan Aktivitas fisik masyarakat Indonesia juga
merokok, hipertensi, peningkatan kadar masih termasuk kurang. Selain itu, apabila

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 177


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

merasa sakit sebanyak 26,4% masyarakat jantung mengalami hipoksia. Sumbatan


Indonesia mengobati dirinya sendiri tersebut dapat disebabkan oleh
dengan membeli obat ke warung atau toko penimbunan lemak, kolesterol, kalsium
obat (Badan Penelitian dan Pengembangan dan zat lain pada darah.Oleh karena itu,
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, pasien akan merasakan adanya nyeri dada
2014). Dengan gaya hidup dan pencegahan (angina). Apabila sumbatan tersebut
penyakit yang kurang, menyebabkan menutup total, maka pasien akan
masyarakat beresiko terkena berbagai mengalami serangan jantung. Jika tidak
penyakit termasuk PJK. ditangani dengan cepat dan tepat, pasien
Petugas kesehatan memiliki peran yang dapat mengalami gagal jantung. Dalam
besar dalam pencegahan PJK dengan kondisi ini, jantung tidak dapat
memberikan pendidikan kesehatan terkait memompakan darah ke seluruh tubuh
PJK dan pencegahannya. Selain itu, sehingga dapat menyebabkan kematian
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas atau (Smeltzer and Bare, 2010).
Rumah Sakit disuatu daerah diharapkan Penyakit jantung koroner disebabkan oleh
dapat memfasilitasi masyarakat untuk gabungan Antara genetik dan faktor gaya
melakukan pengecekan kesehatannya hidup. Jantung koroner dapat dipengaruhi
secara rutin. Keberadaan fasilitas oleh berbagai gaya hidup yang tidak sehat
kesehatan di masyarakat sangat penting yang dapat merusak lapisan endotel
sehingga pencegahan PJK dapat dilakukan pembuluh darah koroner. Faktor gaya
dengan lebih maksimal. hidup yang dapat menyebabkan PJK
Pangandaran merupakan salah satu daerah diantaranya adalah rokok, peningkatan
pesisir pantai di Jawa Barat. Berkaitan jumlah lemak dan kolesterol dalam darah,
dengan pangandaran yang merupakan tekanan darah tinggi, dan kadar glukosa
kabupaten baru yang berpisah dari dalam darah. Selain itu, terdapat berbagai
kabupaten Ciamis, pangandaran belum kondisi dan kebiasaan lain yang dapat
memiliki sarana kesehatan yang mumpuni. meningkatkan resiko PJK seperti kelebihan
Berdasarkan data profil kesehatan jawa berat badan, sindrom metabolic, kurangnya
barat tahun 2015, jumlah tempat tidur aktivitas fisik, usia, dan riwayat penyakit
Rumah Sakit atau puskesmas per jumlah jantung pada keluarga. (Al-zoughool, Al-
penduduk di Kabupaten Pangandaran Ahmari, dan Khan, 2018; Tennakoon,
berjumlah 0 (Dinas Kesehatan Ciamis, 2012; Schnohr et.al., 2002).
2014). Hal ini turut berkontribusi terhadap Hiperglikemia, hipertensi dan
kurang maksimalnya upaya pencegahan hiperkolesterolemia merupakan faktor
berbagai penyakit termasuk PJK. Padahal yang paling sering menyebabkan PJK.
pangandaran merupakan daerah pesisir Hiperglikemia dalam waktu yang panjang
pantai sehingga seafood menjadi makanan dapat menyebabkan disfungsi endotel
yang mudah didapat disana. Seafood berupa spasme koroner dan oklusi akibat
merupakan salah satu makanan yang thrombus. Kondisi tersebut dapat
banyak mengandung kolesterol. Dengan menghambat aliran darah pada pembuluh
kurangnya sarana kesehatan dan darah koroner (Efimov, Sokolova,
pengetahuan yang tidak adekuat tentang Sokolov, 2001). Tekanan darah tinggi
pencegahan PJK pada masyarakat dalam jangka waktu yang lama dapat
Pangandaran, diperlukan penelitian meningkatkan shiff cairan pada dinding
mengenai faktor resiko PJK pada pembuluh darah. Hal ini dapat
masyarakat Pangandaran sehingga menyebabkan injury dan menimbulkan
pencegahan PJK dapat dilakukan dengan respon inflamasi pada lapisan intima.
lebih efektif. Selain itu, hipertensi dapat meningkatkan
kinerja ventrikel sehingga jantung bekerja
KAJIAN LITERATUR lebih keras sehingga ukurannya akan
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan membesar. Kondisi ini dapat
suatu penyakit pada jantung yang mengakibatkan gangguan jantung
disebabkan oleh adanya sumbatan pada (Smeltzer and Bare, 2010). Kelebihan
pembuluh darah koroner sehingga otot kolesterol, LDL, dan trigliserida dapat

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 178


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

menyebabkan gangguan pada jantung. Faktor Resiko Frekuensi Persentase


LDL dapat merusak dinding pembuluh (f) (%)
darah dan dapat mempercepat 26 -35 tahun 19 21,8%
pembentukan aterosklerosis (Smeltzer and 36 – 45 tahun 47 54%
Bare, 2010). 46 – 55 tahun 9 10,3%
> 55 tahun 5 5,7%
Dengan meningkatnya angka kejadian PJK
Jenis Kelamin
di Indonesia, petugas kesehatan diharapkan Laki-laki 13 14,9 %
dapat melakukan berbagai program Perempuan 74 85.,1 %
pencegahan PJK. PJK dapat dicegah Suku
dengan meningkatkan kesadaran Sunda 53 60,9%
masyarakat akan pentingnya mencegah Jawa 31 35,6%
PJK melalui berbagai program pendidikan Minangkabau 3 3,4%
kesehatan, dan memfasilitasi pemeriksaan Lain-lain 0 0%
berbagai faktor resiko PJK secara berkala. BMI
Pencegahan PJK berbasis masyarakat Underweight 0 0%
masih belum maksimal dilakukan di Normal 26 29,9%
Overweight 41 47,1%
Indonesia. Masyarakat harus menyadari
Obesitas 20 23%
pentingnya hidup sehat dan screening
Lingkar Perut
faktor risiko PJK seperti kadar gula darah Normal / ideal 28 32,2%
dan kolesterol secara berkala. Kelebihan 32 36,8%
lemak perut
METODE PENELITIAN ringan
Penelitian ini merupakan penelitian Kelebihan 27 31%
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan lemak perut
cross sectional study. Pengambilan sampel berat
pada penelitian ini menggunakan teknik Riwayat
insidental sampling. Penelitian ini Keluarga DM
Ada 26 29,9%
dilakukan pada 87 masyarakat
Tidak 61 70,1%
Pangandaran dengan mengkaji faktor
Kebiasaan
risiko PJK seperti riwayat penyakit Berolahraga
sebelumnya, tingkat aktivitas, usia, minimal 30
pekerjaan, pemeriksaan gula darah, kadar menit/2-3 kali
kolesterol, pengukuran lingkar perut dan dalam
body Mass Index (BMI). Pengukuran status seminggu
nutrisi dilakukan dengan menghitung BMI. Ya 23 26,4%
Berat badan diukur dengan menggunakan Tidak 64 73,6%
timbangan badan yang sudah dikalibrasi Kadar Gula
sebelumnya. Pengukuran lingkar perut Darah
Rendah 20 23%
dilakukan oleh tim dengan menggunakan
Normal 60 69%
meteran. Pengukuran kadar gula darah dan Pradiabetes 0 0%
kolesterol dilakukan dengan menggunakan Tinggi 7 8%
alat glukometer dengan merk accu check Kolesterol
yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Rendah 4 4,6%
Normal 18 20,7%
PEMBAHASAN Tinggi 65 74,7%
Hasil penelitian deteksi dini faktor resiko Tekanan Darah
PJK pada masyarakat Pangandaran dapat Rendah
dilihat pada tabel 1. Normal 4 4,6%
Tabel 1. Faktor resiko penyakit PJK Hipertensi 53 60,9%
0 34,4%
masyarakat desa pangandaran
Faktor Resiko Frekuensi Persentase
(f) (%) Berdasarkan hasil deteksi dini tersebut
Usia dapat dilihat bahwa sebagian besar
17 – 25 tahun 7 8% masyarakat Desa Pangandaran berada pada

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 179


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

status nutrisi overweight (47,1%) dan memiliki tekanan darah yang berada pada
memiliki lingkar perut yang kelebihan rentang normal yaitu tekanan sistolik < 140
ringan (36,8%), tidak berolahraga (64%), mmHg. Tekanan darah tinggi dalam jangka
memiliki kadar gula darah normal (69%), waktu yang lama dapat mengakibatkan
dan kadar kolesterol tinggi (74,7%). gangguan jantung (Smeltzer and Bare,
Sedangakan tekanan darah sebagian besar 2010). Tekanan darah yang normal pada
masyarakat desa Pangandaran adalah sebagian besar responden, dapat
normal (60,9%). disebabkan oleh sebagian besar responden
PJK merupakan salah satu penyakit dalam penelitian ini berada pada rentang
kardiovaskuler yang banyak terjadi di umur 26 – 35 tahun. Hipertensi sering
Indonesia. Selain itu, peningkatan insidensi terjadi pada lanjut usia (Tomasik,
PJK disertai dengan peningkatan Gryglewska, Windak dan Grodzicki,
pembiayaan kesehatan untuk mengatasi 2013). Hal ini dapat disebabkan oleh
penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, degenerative pembuluh darah. Dengan
perlu dilakukan berbagai upaya untuk normalnya tekanan darah sebagian
mencegah PJK pada masyarakat. responden, maka risiko PJK terkait
Pencegahan dapat dilakukan dengan hipertensi pada masyarakat Pangandaran
menghindari faktor risiko PJK dan rendah. Normalnya tekanan darah pada
pemeriksaan kesehatan yang berkelanjutan. masyarakat di Pangandaran dapat
Faktor risiko PJK yang harus dihindari dipertahankan dengan pemberian
adalah pola hidup yang tidak sehat seperti pendidikan kesehatan untuk menjalankan
merokok, makan makanan yang sehat, pola hidup sehat, cukup istirahat dan bebas
perbanyak makan sayur dan buah, dari stress.
mengontrol kadar kolesterol, gula darah, Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat
aktivitas yang cukup, menjaga berat badan, berbagai faktor risiko PJK yang dimiliki
dan lain-lain. oleh responden. Salah satu faktor risiko
Kadar gula darah sebagian besar responden PJK yang banyak dimiliki oleh responden
berada pada rentang normal yaitu kadar adalah tingkat aktivitas yang kurang
gula darah puasa < 100 mg/dl. Kadar gula (73,6%). Aktivitas yang dimaksud dalam
darah yang tinggi dapat menyebabkan penelitian ini merujuk kepada aktivitas
seseorang terkena PJK. Berbagai yang direkomendasikan World Health
penelitian menyebutkan bahwa pasien Organization adalah olahraga dalam 30
diabetes mellitus memiliki risiko terkena menit selama 2 sampai 3 kali dalam
PJK lebih besar (Efimov, Sokolova, seminggu (WHO, 2007). Olahraga tersebut
Sokolov, 2001). Berdasarkan hasil akan lebih baik apabila dilakukan pada
penelitian ini, sebagian besar responden pagi hari (Smeltzer and Bare, 2010).
memiliki kadar gula darah yang normal Aktivitas fisik seseorang terdiri dari
sehingga faktor risiko PJK yang berkaitan aktivitas dengan intensitas rendah, sedang
dengan kadar gula darah tinggi pada dan berat. Aktivitas fisik dengan intensitas
sebagian besar masyarakat pangandaran rendah diantaranya adalah jalan kaki, tai-
rendah. Hal ini juga dapat disebabkan oleh chi, dan pekerjaan ringan dalam mengurus
rendahnya jumlah responden dengan rumah sehari-hari. Aktivitas fisik sedang
keluarga yang memiliki riwayat diabetes seperti aerobic, jalan cepat, mengepel, dan
mellitus. Riwayat diabetes pada keluarga mencuci pakaian dengan tangan. Aktivitas
dapat meningkatkan kejadian kuat atau berat seperti berenang dan berlari
hiperglikemia dengan meningkatkan resiko (Wong, et al, 2011). Apabila seseorang
penurunan sekresi insulin (Carlsson, kurang beraktivitas, maka akan beresiko
Midthjel and Grill, 2007). Peningkatan mengalami berbagai masalah kesehatan.
kadar gula darah dapat dicegah dengan seperti obesitas dan kelebihan lingkar
menjalankan pola makan yang sehat dan perut. Hal ini seiring dengan tingkat
rendah gula. aktivitas responden yang kurang. Aktivitas
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu yang cukup dapat mengubah makanan
faktor risiko terjadinya PJK. Berdasarkan yang dimakan menjadi energy sehingga
penelitian ini, sebagian besar responden tidak terjadi penumpukan lemak visceral.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 180


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

Selain itu, aktivitas fisik yang cukup dapat seafood, dan lain-lain. Pangandaran
membantu menjaga kestabilan tekanan merupakan daerah pariwisata bahari yang
darah (Wong et.al., 2011). Aktivitas fisik banyak menyediakan sea food. Pendidikan
seperti berjalan yang dilakukan secara kesehatan terkait cara mengontrol
teratur dapat menurunkan resiko terjadinya kolesterol dan pencegahan PJK sangat
PJK (Al-zoughool, Al-Ahmari, dan Khan, diperlukan agar masyarakat mengetahui
2018). bahaya hiperkolesterolemia. Kadar
Faktor risiko PJK lain yang dimiliki oleh kolesterol dan LDL dapat dikontrol dengan
sebagian besar responden dalam penelitian diet dan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil
ini diantaranya overweight sebesar 47,1% penelitian ini, sebagian besar responden
dan memiliki kelebihan ringan pada mengalami hiperkolesterolemia. Hal ini
lingkar perut (36,8%). Sebagian besar seiring dengan tingat aktivitas sebagian
orang yang obesitas memiliki lemak besar responden yang kurang. Oleh karena
visceral (lemak intraabdomen) yang lebih itu, masyarakat perlu disadarkan akan
banyak dibandingkan dengan lemak pentingnya menjalani pola hidup sehat
perifer. Kondisi ini biasanya sesuai dengan dengan menjaga diet dan beraktivitas yang
besarnya lingkar perut. Hal ini dapat cukup.
menyebabkan orang yang obesitas
memiliki risiko yang lebih besar untuk PENUTUP
mengalami PJK dan diabetes. Dengan PJK dapat dicegah dengan cara mengontrol
meningkatnya jumlah lemak visceral dan menghindari faktor risikonya. Faktor
dalam tubuh, maka jantung akan bekerja risiko PJK diantaranya adalah merokok,
lebih berat sehingga risiko untuk PJK akan hipertensi, diabetes mellitus, obesitas,
semakin besar. Perbandingan antara tinggi kelebihan lingkar perut, kurang
dan berat badan memiliki hubungan yang beraktivitas, hiperkolesterol dan lain-lain.
signifikan terhadap terjadinya gangguan Faktor risiko PJK yang dimiliki oleh
kardiovaskular (Sabah et. al., 2014). sebagian besar responden dalam penelitian
Masyarakat pangandaran perlu ini adalah overweight, kelebihan lingkar
menyeimbangkan asupan makanan dengan perut, dan hiperkolesterolemia. Ketiga
aktivas fisik yang dijalankan dan faktor tersebut dapat saling berkaitan.
menjalankan pola makan yang sehat. Overweight dan kelebihan lingkar perut
Sebagian besar responden dalam penelitian dapat berkaitan dengan kurangnya aktivitas
ini mengalami hiperkolesterolemia, dimana pada sebagian besar responden dalam
kadar kolesterol dalam darah > 200 mg/dl. penelitian ini. Hiperkolesterolemia dapat
Lemak tidak larut dalam air sehingga harus dsebabkan oleh pola makan (diet) yang
diubah dalam lipoprotein yang dapat larut kurang sehat. Dengan adanya beberapa
dalam air sehingga dapat ditransportasikan faktor risiko yang dimiliki, maka kejadian
melalui system sirkulasi darah. Terdapat PJK pada masyarakat pangandaran perlu
empat elemen metabolism lemak yaitu dicegah dengan menyadarkan masyarakat
total kolesterol, LDL,HDL, dan akan pentingnya pola hidup sehat.
trigliserida. Kelebihan kolesterol, LDL, Terdapat berbagai upaya yang bisa
dan trigliserida dapat menyebabkan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
gangguan pada jantung. LDL dapat masyarakat untuk melakukan pola hidup
merusak dinding pembuluh darah dan sehat diantaranya dengan program
dapat mempercepat pembentukan pendidikan kesehatan yang berkelanjutan
aterosklerosis. Sedangkan HDL dapat mengenai pentingnya mencegah PJK
meningkatkan penggunaan kolesterol dengan melakukan pola hidup sehat.
dengan mentransportasikan LDL ke liver. Berdasarkan data profil kesehatan Jawa
Sehingga dalam keadaan normal, HDL Barat, pendidikan kesehatan yang
diharapkan lebih tinggi dan LDL rendah dilakukan di Pangandaran masih kurang
(Smeltzer and Bare, 2010). (Dinas Kesehatan Ciamis, 2014). Oleh
Makanan yang berkontribusi dalam karena itu, petugas kesehatan diharapkan
meningkatkan kadar kolesterol dalam dapat melakukan berbagai pendidikan
tubuh diantaranya adalah goring-gorengan, kesehatan terkait pencegahan PJK terutama

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 181


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

pentingnya beraktivitas dan menjaga pola Masyarakat. Sabtu, 29 Juli 2017.


makan termasuk mengurangi makanan Diunduh pada 17 April 2018 dari
yang banyak mengandung kolesterol. www.depkes.go.id
Nabel, E. G. and Braunwald, E. (2012). A
REFERENSI Tale of Coronary Artery Disease
Al-Zoughool, M. Al-Ahmari, H. Khan, A. and Myocardial Inferction. The New
(2018). Patterns of Physical England Journal of Medicine. 366:
Activity and The Risk of Coronary 54-63. Diunduh pada 17 April 2018
Heart Disease : A Pilot Study. Int J pada www.nejm.org.
Environ Res Public Health. Vol Sabah, K. Chowdhury, A. Khan, H. Hasan,
15(4) : 778. Doi: H. Haque,S….et.al. (2014). Body
10.3390/ijerph15040778. Diunduh Mass Index and Waist/Height Ratio
tanggal 2 Juli 2018 dari for Prediction of Severity of
www.ncbi.nlm.nih.gov Coronary Artery Disease. BMC
Badan Penelitian dan Pengembangan Research Notes. 7: 246. Diunduh
Kesehatan Departemen Kesehatan pada 17 April 2018 dari
Republik Indonesia. (2014). www.biomedcentral.com
Laporan Tahunan Riset Kesehatan Sanchis-Gomar, Perez-Quilis, Leischik and
Dasar Tahun 2013. Diunduh Lucia. (2016). Epidemiology of
tanggal 17 April 2018, dari Coronary Heart Disease and Acute
www.depkes.go.id Coronary Syndrome. Annals of
Carlsson, S. Midthjel, K. Grill, V. (2007). Translational Medicine. Jul; 4(13):
Influence of Family History of 256. Doi.10.21037/atm.2016.06.33.
Diabetes on Incidence and Diunduh pada 17 April 2018 dari
Prevalence of Latent Autoimmune www.atm.amegroups.com
Diabetes of the Adult. Diabetes Schnohr. Jesen, Scarling, Nordestgaard.
Care. Vol (30): 3040 – 3045. (2002). Coronary Heart Disease
Diunduh pada 17 April 2018 dari Risk Factors Ranked by Importance
www.care.diabetesjournals.org. for the Individual and Community.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. European Heart Journal. Vol. 23:
(2014). Profil Kesehatan 620 – 626.
Kabupaten Ciamis Tahun 2014. Doi:10.1053/euhj.2002.2842.
Diunduh pada 17 April 2018 pada diunduh tanggal 17 April 2018 dari
www.depkes.go.id www.idealibrary.om
Efimov, A. Sokolova, L. Sokolov, M. Smeltzer, S.O. and Bare, B.G. (2010).
(2001). Diabetes Mellitus and Brunner & Suddart Medical
Coronary Heart Disease. Surgical Nursing. 12th edition.
Diabetologia Croatica. 30-4. Philadelphia: Lippincott Williams
Diunduh pada 17 April 2018 dari and Wilkins.
www.pdfs.semanticscholar.org Tennakoon, Sampath. (2012).
Hamrefors, Hedblad, Hindy, Smith, Cardiovascular Risk Factors and
Alingren, Engstrom, Sjogren, et.al. Predicted Risk of Cardiovascular
(2014). Smoking Modifies The Disease Among Sri Lankas Living
Associated Increased Risk of Future in Kandy, Sri Lanka and Oslo,
Cardiovaskular Disease by Genetic Norway. Norway: Oslo AS.
Variation on Cromosome 9p21. Diunduh tanggal 17 April 2018 dari
Plos One. Vol 9 (1): e85893. www.duo,uino.no
Diunduh pada 17 April 2018 pada Tomasik, T. Gryglewska, B. Windak, A.
www.journals.plos.one.org. Grodzicki, T. (2013). Hypertension
Kementerian Kesehatan Republik in the elderly: How to Treat
Indonesia. (2017). Penyakit Jantung Patients in 2013?. Polskie
Penyebab Kematian Tertinggi, Archiwum Medycyny Wew Netrznej.
Kemenkes mengingatkan Cerdik. Vol 123: 7-8. Diunduh pada 17
Biro Komunikasi dan Pelayanan April 2018 dari

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 182


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VI No. 2 September 2018

www.pamw.pl/sites/default/files/P
AMW_2013)7-8_tamasik.pdf
Wong, Dixon, Gilbride, Chin and Kwan.
(2011). Diet, Physical Activity and
Cardiovascular Disease Risk
Factors Among Older Chinese
Americans Living in New York
City. Journal Community Health.
36: 446-455. Doi: 10.1007/s/0900-
010-9326-6. Diunduh pada 17 April
2018 pada www.link.springer.com
World Health Association (WHO). (2007).
Prevention of Cardiovascular
Disease. Guidelines for Assessment
and Management of Cardiovascular
Risk. Diunduh tanggal 17 April
2018 dari www.who.int
World Health Association (WHO). (2011).
Global Atlas on Cardiovascular
Disease Prevention and Control.
ISBN: 978.924156437.3. Diunduh
pada tanggal 17 April 2018 dari
www.world-health-federation.org.

BIODATA PENULIS
Penulis pertama dan kedua merupakan staf
dosen Departemen Keperawatan Medikal
Bedah Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Penulis ketiga merupakan staf
dosen Departemen Keperawatan Kritis dan
Gawat Darurat Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran. Penulis sering
melakukan berbagai penelitian dan
kegiatan pengabdian diberbagai tempat di
Jawa Barat termasuk Pangandaran. Bidang
kajian yang menjadi fokus kegiatan
penelitian penulis diantaranya adalah
hipertensi dan gangguan neurologi,
hipertensi dan gangguuan kardiovaskuler,
serta hemodialisis.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 183


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai