1, Maret 2018
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
Abstrak. Pelajaran bahasa Indonesia di SD sering dianggap sebagai pelajaran yang membosankan
karena terkesan hanya mengcatat materi dan jarang dipraktikkan. Keluhan tentang prestasi belajar
khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak bisa dikatakan sebagai kelalaian guru pada
sekolah yang bersangkutan. Namun hal ini harus dikembalikan lagi pada kembiasaan membaca
siswa, sehingga menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Kebiasaan
Membaca Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonessia Pada Siswa Kelas V SDN Kubanglaban.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kubanglaban Kabupaten Serang dengan 30 siswa.
Metode yang digunakan adalah korelasional dengan 3 teknik penelitian, yaitu Teknik angket
dimaksudkan untuk memperoleh data tentang kebiasaan membaca, tek tes untuk mengukur
kemampuan dan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, dan teknik analisis data
dimaksudkan untuk mengukur pengaruh variabel kebiasaan membaca terhadap prestasi siswa SDN
Kubanglaban. Hasil angket menunjukan tingkat kebiasaan membaca mencapaian sebesar 67 %
dari 30 siswa. Tingkat pencapaian 90 % diperoleh dari skor prestasi belajar bahasa Indonesia
setelah diadakan tes, dengan nilai terendah 80 dan tertinggi 89. Hasil analisis data dari korelasi
kebiasaan membaca terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN Kubanglaban memperoleh angka
sebesar 0,641. Korelasi tersebut termasuk ke dalam korelasi tinggi. Sekitar 41% prestasi belajar
dipengaruhi oleh kebiasaan membaca. Hal ini menunjukan bahawa kebiasaan membaca amatlah
penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar khususnya pada siswa kelas V SDN
Kubanglaban.
Abstract. Indonesian Language Lesson in Elementary School is often regarded as a tedious lesson
because it seems to only record material and is rarely practiced. Complaints about the
achievement of learning, especially Indonesian subjects, can not be said as negligence of teachers
at the school concerned. But this should be restored again on the habits of reading students, thus
attracting researchers to conduct research on the Influence of Reading Habits of Learning
Achievement of Language Indonessia In Students Class V SDN Kubanglaban. The sample of this
research is the students of grade V SDN Kubanglaban Serang with 30 students. The method used
is correlation with 3 research techniques, namely questionnaire technique is intended to obtain
data about reading habits, test techniques to measure the ability and achievement of students in
Indonesian subjects, and data analysis techniques intended to measure the influence of reading
habit variable on student achievement SDN Kubanglaban. The questionnaire results show the
reading habit reached 67% of 30 students. 90% achievement level is obtained from the score of
learning achievement of Indonesian language after the test, with the lowest score 80 and the
highest 89. The results of data analysis of the correlation of reading habits on student achievement
class V SDN Kubanglaban get the number of 0.641. The correlation is included in the high
correlation. About 41% of learning achievement is influenced by reading habits. This shows that
reading habit is very important in an effort to improve learning achievement, especially in grade V
SDN Kubanglaban.
43
A. Pendahuluan
Pembelajaran membaca menjadi pengetahuan itulah manusia mampu
salah satu pembelajaran yang tidak menyelesaikan segala permasalahan-
hanya mengasah kemampuan dalam permasalahan dalam kehidupannya.
memahami pesan tulisan, akan tetapi Tanpa pengetahuan, tentunya manusia
melatih kemampuan berpikir siswa akan banyak menemui kesulitan dalam
karena keterampilan ini mengolah dan memecahkan setiap masalah yang
mengasah informasi dari bacaan yang dihadapinya. Anak-anak adalah aset
sedang dibaca dan menghubungkan negara yang sangat penting. Kualitas
bacaan dengan informasi terdahulu mereka sebagai para penerus bangsa
yang telah diperolehnya. Melalui ditentukan oleh pendidikan yang
kegiatan membaca, siswa dapat diterima saat ini. Hal ini berkaitan erat
memahami ilmu pengetahuan dan dengan perkembangan mereka sebagai
mengikuti perkembangan ilmu individu.
pengetahuan. Menilik hal tersebut, Berbahasa pada dasarnya
kemampuan membaca merupakan merupakan proses interaktif
kemampuan yang penting dan harus komunikatif yang menekankan pada
dimiliki oleh siswa untuk dapat aspek-aspek bahasa tersebut sangat
bersaing dan mengikuti perkembangan menentukan keberhasilan dalam proses
zaman (Pratama, 2016). komunikasi. Aspek-aspek bahasa
Membaca merupakan salah satu tersebut antara lain keterampilan
pintu utama untuk dapat mengakses menyimak, berbicara, membaca dan
pengetahuan. Pengetahuan ini tentunya menulis. Secara karakteristik, keempat
akan dapat dipahami dan dikuasai keterampilan itu berdiri sendiri, namun
secara maksimal melalui proses belajar dalam penggunaan bahasa sebagai
yang giat, tekun, dan terus menerus. proses komunikasi tidak dapat
Proses belajar yang efektif antara lain dipisahkan satu dengan yang lain. Hal
dilakukan dengan melakukan aktivitas ini menunjukkan bahwa bahasa
membaca itu sendiri. Dengan bekal merupakan keterpaduan beberapa
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Eka & Usmaedi
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
44
aspek, salah satu aspek keterampilan dengan karya tulis yang digunakan oleh
membaca selalu ada dalam setiap tema pengarang sebagai media untuk
pembelajaran. Hal tersebut menyampaikan gagasan, perasaan, dan
membuktikan pentingnya keterampilan pengalamannya. Dengan demikian
membaca (Wartika, 2015). Kondisi pembaca harus mampu menyusun
pembelajaran yang ada umumnya pengertian-pengertian yang tertuang
hanya membiasakan siswa untuk dalam kalimat-kalimat yang disajikan
bersikap pasif dalam menerima fakta, oleh pengarang sesuai dengan konsep
informasi dan materi dari guru tanpa yang terdapat pada diri pembaca.
banyak menuntut berfikir. Gejala ini (Widianto & Subyantoro, 2015).
nampak pada gaya belajar sebagian Sehingga ada sebuah ungkapan,
besar siswa Sekolah Dasar (Usmaedi, “bahasa seseorang mencerminkan
2017). Oleh karena itu, pengalaman pikirannya”. Semakin terampil
belajar yang mereka terima saat mereka seseorang berbahasa, semakin cerah
berada pada jenjang pendidikan dasar dan jelas jalan pikirannya.
akan menentukan kualitas mereka Namun sungguh disayangkan,
sebagai individu (Hendriyani, 2016). rata – rata kemampuan membaca siswa
Membaca merupakan satu dari sekolah dasar di Indonesia masih
empat kemampuan bahasa pokok, dan rendah. Hal ini bisa diketahui dari hasil
merupakan satu bagian atau komponen penelitian PIRLS (Progress in
dari komunikasi tulisan. Empat International Reading Literacy Study)
keterampilan berbahasa tersebut berupa pada tahun 2006 yang menyatakan
keterampilan menyimak, berbicara, bahwa siswa SD di Indonesia berada
membaca dan menulis yang memiliki pada urutan ke 41 dari 45 negara,
keterkaitan erat satu sama lain, dan dengan skor 405. Skor yang diperoleh
saling berkorelasi. Keterampilan berada signifikan di bawah rata-rata
berbahasa berkorelasi dengan proses- internasional, yaitu 500. Aspek
proses berpikir yang mendasari bahasa. penilaian literasi membaca dalam
Pembaca hanya dapat berkomunikasi PIRLS 2006 adalah tujuan membaca
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Eka & Usmaedi
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
45
dan proses pemahaman. Pada aspek memahami anak-anaknya, dan
tujuan membaca, yang diukur adalah : mempersiapkan mereka dengan rasa
1) pengalaman bersastra; dan 2) harga diri yang tinggi, tidak akan
memperoleh dan menggunakan menemukan kendala yang berarti
informasi. dalam membaca. Siswa yang berada di
Sekolah Dasar sebagai bagian lingkungan yang kurang mendorong
dari pendidikan dasar 9 tahun untuk membaca, membuat minat baca
merupakan lembaga pendidikan siswa rendah. Lingkup social ekonomi
pertama yang menekankan siswa keluarga menjadi faktor yang cukup
belajar membaca, menulis dan berpengaruh pada minat baca siswa.
berhitung. Kecakapan ini merupakan Pada masyarakat yang memiliki tingkat
landasan, wahana,dan syarat mutlak sosial ekonomi rendah, mereka akan
bagi siswa untuk belajar menggali dan mempunyai pola pikir bahwa buku
menimba ilmu pengetahuan lebih bukan prioritas kebutuhan dalam
lanjut. Menurut Yulia (2005) jika kita keluarga. Prioritas keluarga yang utama
bisa menumbuhkan kebiasaan adalah sandang, pangan, dan papan.
membaca anak, sebenarnya kita sudah Fenomena rendahnya
meletakkan pondasi untuk menolong keterampilan membaca siswa saat ini,
anak menjadi pembelajar sepanjang menunjukkan bahwa anak-anak belum
hayat atau lifelong learner karena buku dapat mencapai tahap perkembangan
adalah jendela dunia yang akan sesuai yang diharapkan. Rendahnya
membawa kita maupun anak-anak kita kemampuan membaca anak
kemana saja kita suka. dipengaruhi oleh proses pembelajaran
Kebiasaan membaca pada siswa yang dilakukan di sekolah (Sukmawati,
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 2016).
Seperti diungkapkan Rahim (2000), Setiap guru bahasa haruslah
anak yang tinggal di dalam rumah menyadari serta memahami benar-
tangga yang harmonis, rumah yang benar bahwa membaca adalah suatu
penuh cinta kasih, yang orang tuanya metode yang dapat dipergunakan untuk
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Eka & Usmaedi
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
46
berkomunikasi dengan diri kita sendiri bersifat mekanis mencakup pengenalan
atau dengan orang lain yaitu bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur
mengomunikasikan makna yang liguistik (fonem, kata, frase, pola
terkandung atau tersirat pada lambang- klausa, kalimat), dan pengenalan
lambang tertulis. Pemahaman atau hubungan atau korespondensi pola
makna dalam membaca lahir dari ejaan dan bunyi (kemampuan
interaksi antara persepsi terhadap menyuarakan bahan tertulis).
simbol grafis dan keterampilan bahasa Sedangkan keterampilan yang bersifat
serta pengetahuan pembaca. Dalam pemahaman mencakup memahami
interaksi ini, pembaca berusaha pengertian sederhana (leksikal,
menciptakan kembali makna gramatikal, retorikal), dan memahami
sebagaimana makna yang ingin signifikasi atau makna (misalnya
disampikan oleh penulis dan maksud dan tujuan pengarang relevansi
tulisannya. Dalam proses membaca itu atau keadaan kebudayaan, reaksi
pembaca mencoba mengkreasikan apa pembaca).
yang dimaksud oleh penulis. Dalam kegiatan membaca terjadi
Soedarso (1998) berpendapat proses pengolahan informasi yang
bahwa membaca adalah aktivitas yang terdiri atas informasi visual dan
kompleks dengan mengerahkan informasi nonvisual (Smith, 1985).
sejumlah besar tindakan yang terpisah- Informasi visual, merupakan informasi
pisah, meliputi orang harus yang dapat diperoleh melalui indra
menggunakan pengertian dan penglihatan, sedangkan informasi
khayalan, mengamati, dan mengingat- nonvisual merupakan informasi yang
ingat. aktivitas yang kompleks yang sudah ada dalam benak pembaca.
melibatkan serangkaian keterampilan Dalam kegiatan membaca, pembaca
yang lebih kecil lainnya, baik memproses informasi dari teks yang
keterampilan yang bersifat mekanis dibaca untuk memperoleh makna.
maupun keterampilan yang bersifat Membaca merupakan kegiatan yang
pemahaman. Keterampilan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Eka & Usmaedi
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
47
karena membaca tidak hanya untuk Menyimpulkan bacaan adalah
memperoleh informasi, tetapi berfungsi menyarikan apa yang telah dibaca.
sebagai alat untuk memperluas Dalam menyimpulkan bacaan tentu
pengetahuan bahasa seseorang. Dengan melalui proses pemahaman. Dengan
demikian, anak sejak awal SD perlu kata lain bahwa keterampilan
memperoleh latihan membaca dengan menyimpulkan isi bacaan merupakan
baik khususnya penerapan wajib baca kegaiatan meresum atau meringkas
di sekolah. Hal ini akan menumbuhkan beberapa pernyataan yang terdapat
budaya baca serta kebiasaan membaca dalam sebuah bacaan. Keterampilan ini
di sekolah. menuntut pembaca untuk mampu
Apabila suatu kegiatan membaca, menguraikan dan memahami berbagai
baik yang bersifat fisik maupun mental, aspek secara bertahap agar sampai
telah mendarah daging pada diri kepada suatu formula baru yaitu suatu
seseorang, maka dikatakan bahwa kesimpulan. Jadi, simpulan merupakan
kegiatan atau sikap itu telah menjadi sebuah proses berfikir yang
kebiasaan. Terbentuknya suatu memberdayakan pengetahuannya
kebiasaan tidak dapat terjadi dalam sedemikian rupa untuk menghasilkan
waktu singkat, tetapi pembentukan itu sebuah pemikiran atau pengetahuan
adalah proses perkembangan yang yang baru (Purwanitaningrum,
memakan waktu relatif lama. Hal Subyantoro & Haryadi, 2013).
serupa di ungkap Tampubolon (1998), Membentuk kebiasaan membaca
bahwa kebiasaan membaca adalah yang efisien memakan waktu yang
kegiatan membaca yang telah relatif lama. Selain waktu, faktor
mendarah daging pada diri seseorang keinginan dan kemauan serta motivasi
(dari segi kemasyarakatan, kebiasaan perlu ada. Tetapi keinginan dan
adalah kegiatan membaca yang telah kemauan harus diperkuat oleh
membudaya dalam suatu masyarakat). motivasi. Selain itu faktor lingkungan
Kebiasaan membaca akhirnya akan juga berperan. Jika lingkungan tidak
menimbulkan kegemaran membaca. mendorong, dan bahkan menghambat,
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Eka & Usmaedi
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
48
maka kebiasaan sukar, atau bahkan Adapun usaha-usaha yang dapat
tidak akan terbentuk. Oleh karena itu, dilakukan adalah meningkatkan peran
usaha-usaha pembentukan hendaklah orang tua dan pembiasaan membaca
dimulai sedini mungkin dalam dini. Pengaruh dan peranan orang tua
kehidupan, yaitu sejak masa anak-anak. dapat dilakukan dengan mendorong
Pada masa anak-anak, usaha perkembangan bahasa anak, menjadi
pembentukan dalam arti peletakkan teladan dalam membaca, membaca dan
pondasi minat yang baik dapat dimulai bercerita, bermain dengan bacaan dan
sejak kira-kira umur dua tahun, yaitu tulisan, serta Memanfaatkan sarana-
sesudah anak mulai dapat sarana lingkungan untuk mendorong
mempergunakan bahasa lisan kebiasaan membaca.
(memahami yang dikatakan dan
berbicara).
B. Metode Penelitian
Metode yang digunaka Teknik Pengumpulan Data.
korelasional, seperti yang diungkap Teknik yang digunakan dalam
dalam tujuan peneitian untuk penelitian ini menggunakan beberapa
mengetahui tingkat hubungan antara teknik, sebagai berikut.
kemampuan membaca dengan prestasi 1) Teknik angket, dimaksudkan untuk
beajar siswa kelas V SDN memperoleh data tentang kebiasaan
Kubanglaban. Peneliti berusaha membaca (variabel X). Angket
menggambarkan kondisi kebiasaan diberikan kepada siswa, orang tua
membaca secara kuantitati. Sampel dan pihak perpustakaan. Sedangkan
pada siswa kelas V SDN Kubanglaban angket yang diberikan kepada guru
terdapat 30 siswa dengan 18 siswa laki- untuk mengetahui prestasi siswa
laki dan 12 siswa perempuan. 30 siswa kelas V SDN Kubanglaban.
ini memiliki latar belakang keluarga 2) Tek tes, dilakukan untuk mengukur
yang berbeda-beda. kemampuan dan prestasi siswa
JPSD Vol. 4 No. 1, Maret 2018 Eka & Usmaedi
ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
49
dalam mata pelajaran bahasa ini adalah skor maksimal (60) X
Indonesia pada siswa kelas V SDN banyaknya sampel (30) sehingga
Kubanglaban. diperoleh skor seluruhnya 2400. Untuk
3) Teknik analisis data dimaksudkan mengetahui besaran kebiasaan
untuk mengukur pengaruh variabel membaca pada variabel ini digunakan
X terhadap variabel Y dengan tabel persentasi dengan rumus
memanfaatkan nilai-nilai pada hasil F
P= X 100 %
tes bahasa Indonesia. Teknik yang n
dilakukan dalam penelitian ini digunakan teknik tes. Oleh karena itu,
dilakukan dengan tiga cara. Cara ukuran dalam variabel ini ada nilai
pertama untuk menjawab permasalahan untuk setiap siswa dan nilai rata-rata
membaca. Untuk variabel ini siswa adalah 60, sehingga nilai setiap
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
54 55 56 57 58 59 60
D. Simpulan
Hasil analisis data dari korelasi bahawa kebiasaan membaca amatlah
kebiasaan membaca terhadap prestasi penting dalam upaya meningkatkan
belajar siswa kelas V SDN prestasi belajar khususnya pada
Kubanglaban memperoleh angka siswa kelas V SDN Kubanglaban.
sebesar 0,641. Korelasi tersebut Pentingnya kebiasaan membaca
termasuk ke dalam korelasi tinggi. seharusnya dijadikan sebuah pondasi
Sekitar 41% prestasi belajar bagi guru dan khususnya orang tua
dipengaruhi oleh kebiasaan untuk menanamkan kebiasaan
membaca. Hal ini menunjukan membaca sejak dini.
Daftar Pustaka
Dahlani. Awaliyah & Rahman 2016. Pendidikan Sekolah Dasar, 2 (1),
Pengaruh Strategi RAP (read – 64-71.
ask paraphrase) dan Strategi Kusmara, Suherli. 2010. Merancang
KWL (know – want to know – Karya Tulis Ilmiah. Bandung:
learned) Terhadap Kemampuan Remaja Rosda Karya.
Membaca Pemahaman Siswa Novi. 2010. Membaca dan Menulis di
Sekolah Dasar Kelas IV. Serang: SD Edisi Kedua. Bandung: UPI
Jurnal Pendidikan Dasar Pres.
Universitas Sultan Ageng Nurgiantoro, Burhan. 2009. Penilaian
Tirtayasa, 2 (1), 12-13. Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Hendriyani, Mila. 2016. Alam adalah Yogyakarta: BPFE.
Sekolah dan Bermain adalah Mulyati, Yet. 1997. Membaca. Jakarta:
Proses Belajar. Serang: Jurnal Cipta Karya.