Anda di halaman 1dari 13

RESUME TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SECARA ORAL, ENTERAL DAN

PARENTERAL

Disusun Oleh :
Nama : RAHMA ICHDA ALFIANI
NIM : P1337420419014
Tingkat : 2B

DIII KEPERAWATAN BLORA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
PEMBAHASAN MATERI

I. PEMBERIAN MAKANAN SECARA ORAL


1. Pengertian
Pemberian makanan secara oral adalah pemberian makanan dan minuman pada klien
secara langsung melalui mulut.

2. Tujuan
Adapun tujuan pemberian makanan melalui oral adalah untuk pemenuhan kebutuhan
pasien.

3. Indikasi
       pada pasien yang bias makan sendiri.
       pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.

4. Persiapan Alat
Ø  piring
Ø  sendok
Ø  garpu
Ø  gelas dengan penutupnya
Ø  serbet
Ø  mangkok cuci tangan
Ø  pengalas
Ø  tempat cuci tangan
Ø  pipet jika perlu
Ø  pisau jika perlu
Ø  obat jika ada
Ø  makanan dengan porsi dan menu sesuai program
Ø  meja untuk klien

5. Prosedur kerja dan rasional


a. Alat – alat di dekatkan di tempat tidur klien. Rasional : memudahkan dalam
menggapai peralatan yang dibutuhkan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan. Rasioal : agar klien mengetahui apa yang
hendak perawat laksanakan sehingga mengurangi kecemasan.
c. Cuci tangan. Rasional : mencegah infeksi silang.
d. Atur posisi pasien (paien mencoba) dengan posisi semi fowler setengah duduk sesuai
kondisi pasien. Rasional : memudahkan klien untuk menelan.
e. Pasang pengalas/ serbet di bawah dagu. Rasional : agar makanan tidak mengotori
pakaian klien
f. Tawakan pasien melakukan ritual makan (misalkan berdoa sebelum makan). Rasional
: berhubungan dengan spiritual klien
g. Tanyakan lauk dan pauk apa yang boleh dicampur dengan nasi. Rasional : sesuai
dengan diet pasien.
h. Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi sedikit dan berikan
minuman setelah makan. Rasional : membantu klien dalam mengunyah hingga
menelan makanannya
i. Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien. Rasional : menjaga kebersihan mulut
klien.
j. Jika ada obat lanjutkan pemberian obat. Rasional : pemberian obat anteceanam,
membantu kesembuhan klien (sesuai waktu pemberian obat)
k. Setelah makan, minum dan pemberian obat anjurkan pasien untuk duduk sejenak
sebelum kembali berbaring. Rasional : memberikan kesempatan pada klien untuk
relaksasi.
l. Rapikan alat dan kembalikan ke tempatnya. Rasional : pengembalian alat pada
tempatnya untuk penggunaan selanjutnya.
m. Catat tindakan dan hasil atau respon terhadap tindakan (catat apa jumlah/porsi
makanan yang dihabiskan). Rasional : sebagai data dalam pengkajian klien.
n. Cuci tangan setelah setelah prosedur dilakukan. Rasional : mencegah infeksi silang.

6. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan


a. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien/
b. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan daftar
makanan/diet pasien
c. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi
d. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit
e. Peralatan makanan dan minuman harus bersih
f. Untuk pasien anak – anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik
perhatiannya.
g. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di makan habis
atau tidak
h. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya setelah
makan.

II. PEMBERIAN MAKANAN SECARA ENTERAL


1. Enteral Nutrition (EN)

Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan kepada
pasien melalui saluran cerna atau tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin. Rute
pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric, transpilorik,
perkutaneus.

Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan asupan
nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau absorbsi fungsi
nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara enteral juga berperan menunjang pasien
sebagai respons selama mengalami keradangan, trauma, proses infeksi, pada sakit kritis
dalam waktu yang lama.

Kontraindikasi pemberian nutrisi secara enteral diantaranya keadaan dimana


saluran cerna tidak berjalan sesuai mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia
saluran cerna, dan peritonitis berat.

Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa hambatan


yang terjadi diantaranya adalah:

 Gagalnya pengosongan lambung


 Aspirasi dari isi lambung
 Sinusitis
 Esophagitis
 Salah meletakkan pipa
Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan
ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam waktu seminggu.
Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu maksimal 4
jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah
terkontaminasi bakteri.

2. Cara Pemberian Nutrisi Secara Enteral

 Pada anak dengan gangguan pernapasan (fungsi pulmo tidak adekuat), maka nutrisi
yang diberikan sebaiknya tinggi lemak (50%) serta rendah karbohidrat. Pada penyakit
hepar, sebaiknya menggunakan sumber protein tinggi BCAA, asam amino rendah
aromatik. Bila ada ensefalopati hepatik, protein sebaiknya diberikan <0.5
g/kgBB/hari.

 Pada pasien dengan gangguan renal sebaiknya diberikan rendah protein, padat kalori,
rendah PO4, K, Mg. Pemberian protein dengan menggunakan patokan GFR sebagai
berikut: GFR >25: 0.6-0.7 g/kgBB/hari, bila GFR <25: 0.3 g/kgBB/hari.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bolus
feeding dan continuous drip feeding. Pemberian bolus feeding dapat dilakukan di
rumah sakit maupun di rumah, sementara pemberian nutrisi enteral dengan
menggunakan continuous drip feeding diberikan pada penderita yang dirawat di
rumah sakit.

1. Bolus feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan


dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam
sebanyak 250-350 ml.Bolus feeding dengan formula isotonik dapat dimulai
dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari pertama,sedangkan
formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang dibutuhkan pada hari
pertama Pemberian formula enteral secara bolus feeding sebaiknya diberikan
dengan tenang, kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti dengan pemberian air
25-60 ml untuk mencegah dehidrasi hipertonik dan membilas sisa formula yang
masih berada di feeding tube. Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube
dapat menyumbat feeding tube, sedangkan yang tersisa pada Ujung feeding tube
dapat tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan
protein formula.

2. Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding


dilakukan dengan menggunakan infuse pump .Pemberian formula enteral
dengan cara ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam
pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi
anak.Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam,
dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam. Pemberian
formula enteral dengan osmolaritas isotonik (300 mOsm/kg air) dapat
diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan pemberian
formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus dimulai dengan memberikan
setengah dari jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus pemberian formula yang
tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi formula yang diberikan dapat
diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan secara
bertahap.

3. Rute Pemberian Nutrisi Enteral

Rute Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat diberikan
langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien tak dapat makan
atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu:

a) Selang nasogastrik :

 Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung merupakan tindakan


keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi
makan melalui pipa lambung atau pipa penduga.

 Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen. Ukuran
selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya tahan
dipakai maksimal 7 hari.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7 french,
kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia makanan dan tidak
terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan
dipakai maksimal 14 hari.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini bermacam-macam
tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.

 Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7 french
dan dapat dipakai selama 6 bulan.

b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih


panjang daripada selang nasogastrik.
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai untuk
pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi esophagus / gaster.

III. PEMBERIAN MAKANAN SECARA PARENTERAL


1. Definisi Nutrisi Parenteral

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah (vena perifer atau vena sentral) tanpa melalui saluran
pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai
pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah
yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai
istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui
pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan
gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron,
2005; Shike 1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).

2. Dasar Pemberian

Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-


kondisi klinis sebagai berikut :

a.         Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.

b.        Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.

c.         Pankreatitis akut ringan.


d.        Kolitis akut.

e.         AIDS.

f.          Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.

g.         Luka bakar.

h.        Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

3. Cara Pemberian Nutrisi Parenteral

Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi menjadi 2 yaitu :

1.        Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) :

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi


sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak dapat
digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat
seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G,
dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid

2.        Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral Parsial )

Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian


kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang
biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.

4. Hal Yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian

Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III


pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non diabetik,
nutrisi parenteral dapat dimulai.

Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:

       24 jam pasca-bedah/trauma

       gagal napas


       shock

       demam tinggi

       brain death (alasan cost-benefit)

Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena pemberian melalui
vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam lebih besar. Seperti telah
dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam pemenuhan
kalori adalah suatu keharusan dan multak ada dekstrose, sehingga mengurangi proses
glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan
emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak dalam hal jumlah kalori. Perlu diingat
larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan demikian
dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan selang seling.
Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan komposisi berbagai
jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya.

5. Jenis- Jenis  Nutrisi Parenteral

·             Lemak

Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena
perifer .  Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak.
Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya adalah
linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids. Pemberian lemak intravena selain
sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat
sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat

·         Karbohidrat

Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan


perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol.
Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk
menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak
memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses  intraselluler mutlak masih
memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel.
Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat kurang baik.
·             Protein/ Asam Amino

Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih
memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian
protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian protein
/ asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini
tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino jika
kebutuhan kalori belum dipenuhi.

·             Mikronutrien dan Immunonutrien

Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari,


masing-masing:

1)  Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari

2)  Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari

3)  Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari

4)  Zink  : 3 – 10 mg/ hari

Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam  immunonutrient adalah:

1)  Amino acids (arginine, glutamin, glycin )

2)  Fatty acid.

3)  Nucleotide.

Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran


penting dalam proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan mencegah
proses inflamasi kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-
pasien critical ill sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas,
saat ini ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating
Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.

6. Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral

Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:


 Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya
saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan.
 Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang
berat, pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel
disease,ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease,
pembedahan dan cancer.
 Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan
katabolisme energy.
 Mempertahankan kebutuhan nutrisi

Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis, yakni:

 Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,kekurangan kalori


dan nitrogen dapat terjadi.
 Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan berlangsung dalam
tubuh untuk mengubah protein menjadi karbohidrat.
 Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa
untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
 Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit hipermetabolisme,
fever, injury, membutuhkan kalori sampai dengan 10.000 kalori/hari.

Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang langsung
ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi nutrisi yang tepat sesuai
toleransi tubuh.

7. Indikasi Nutrisi Parenteral

Indikasi dari nutrisi parenteral sebagai berikut :

a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal,


colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre
operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum
(Wiryana, 2007).
8. Konsep Yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral

a.      Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.

b.      Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup

c.       Tidak melakukan perawatan aseptik

Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi
infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa
masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infuse.

9. Metode Pemberian Nutrisi Parenteral


Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena.
Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairan
yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino

Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika kebutuhan
nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan
adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000, cairan yang
mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti
Intralipid

Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui vena
antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan
eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat dilakukan pada
sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

10. Penghentian Nutrisi Parental

Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk


mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah
mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan
subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah kebutuhan
energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai