Anda di halaman 1dari 6

Subyekvitas Dalam Sejarah

Disusun Oleh :
Naufal Diaz Pratama
13030121140109

Universitas Diponegoro
Fakultas Ilmu Budaya
Prodi Ilmu Sejarah 2021
Pendahuluan
Sejarah merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang dialami manusia dalam
dimensi waktu . manusia masa kini dapat mengetahui kejadian masa lampau dari hasil
rekontruksi para sejarawan. Merenkontruksi sejarah masa lampau dapat dilakukan
dengan cara mencari bukti tertulis maupun bukti lisan.
Sejarah lisan tampak sebagai sebuah metode untuk menggali pengalaman orang
biasa,mengatasi keterbatasan dokumen-dokumen tertulis yang tidak banyak dan tidak
terawat . Sejarah lisan dapat diartikan sebagai usaha mengumpulkan sumber sejarah
dengan cara wawancara terhadap pelaku dan saksi sejarah atau orang-orang yang
hidup pada zaman yang dijadikan tahun penelitian.
Pada sekarang ini sejarah lisan di Indonesia ramai digunakan peneliti sejarah
(sejarawan). Hal ini merupakan perkembangan yang sehat bagi penulisan sejarah
Indonesia. Namun, memang penelitian sejarah dengan menggunakan sejarah lisan
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Selain itu, kajian subyekvitas dalam
sejarah lisan pun seolah masih menjadi problem bagi para sejarawan ketika
melakukan penelitian sejarah.
Pembahasan
Pengertian Subjekvitas dalam kajian sejarah
Setiap pengungkapan atau penggambaran peristiwa (objeknya) selalu melalui proses
pengolahan dalam pikiran atau angan-angan seorang subjek. Pengertiannya adalah
sebagai konstruk yang diciptakan oleh seorang penulis atau sejarawan.
Dapat diartikan bahwa subyekfitas pengaruh tafsiran seorang penulis atau sejarawan
terhadap objek (aktualitas sejarah). Karena dalam kehidupan sehari-hari terbiasa
untuk menghadapi suatu objek dengan sikap, anggapan, pandangan, dan pendapat
tertentu, positif atau negatif ; jadi, secara subjektif suatu kultur juga mempunyai
pengaruh pada diri sejarawan dalam berbagai aspeknya. Seperti lingkungan fisik,
biologis ekonomi dan religious , sehingga subjekvitas sering menjurus radikalisme
atau fanatisme. Maka arti objekvitas dalam istilah sejarah objektif ialah sejarah dalam
aktualitas. Yaitu kejadian itu sendiri yang terlepas dari subjek. Kemudian sejarah atau
fakta yang dikomunikasikan menjadi intersubjektif. Perlu adanya pendekatan
multidimesional untuk menghindari kesepihakan.
Kejadian sebagai sejarah dalam arti objektif atau aktualisasi diamati, dialami, atau
dimasukkan ke pikiran subjek sebagai persepsi. Merekontruksi suatu peristiwa sejarah
tidaklah untuk bagaimana peristiwa itu terjadi dimasa lampau, hal ini disebabkan
karena banyaknya hal atau rangkaian peristiwa yang hilang, entah bagaimana bisa
hilang atau memang sengaja dihilangkan. Karena alasan itu juga, penafsiran dari
seorang sejarawan sangat diperlukan untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan
peristiwa yang lain agar menunjukan kebenaran.
Penyajian sejarah dengan bukti-bukti dan data-data secara lisan dari narasumber dapat
membuka kemungkinan-kemungkinan baru. Dalam menginterprestasi bukti lisan kita
harus mampu untuk menilai bukti dan memilih kutipan yang diutarakan atau dalam
membentuk argumen. Penulisan sejarah dalam penelitian menggunakan beberapa
metode. Metode yang digunakan yaitu heuristik, verifikas, interprestasi, dan
historiografi. Dalam metode interprestasi ini peneliti akan melakukan analisis atau
penafsiran terhadap data-data sehingga dapat merangkai suatu kejadian atau peristiwa.
Sejarawan melakukan analisis sesuai dengan fokus penelitianya. Kajian sejarah
bersifat ilmiah, dalam melakukan analisis diharapkan penulisan sejarah akan lebih
objektif dalam batas keilmiahanya. Walau demikian, penafsiran dalam sejarah tidak
dapat terpisahkan sekalipun dari unsur subyekvitas penulisanya. Subjekvitas
disebabkan penulis sejarah yang mempunyai pandangan tersendiri terhadap sumber
yang yang ia temukan. Penulisan sejarah sendiri merupakan bentuk dan proses
pengisahan atas peristiwa-peristiwa masa lalu umat manusia. Oleh karena itu,
perbedaan terhadap masa lalu, yang pada dasarnya adalah objektif pada akhirnya akan
menjadi suatu kenyataan yang relatif ( Subyektif).

Faktor-faktor Subyekfitas dalam penuslisan sejarah lisan


Subyekvitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil perasaan
atau pikiran manusia. Jadi, subjekvitas adalah suatu sikap yang memihak dipengaruhi
oleh pendapat pendapat pribadi atau golongan, dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
melingkupinya. Dalam sejarah subyekvitas banyak terdapat dalam proses interprestasi.
Sejarah, dalam mengungkapkan faktanya membutuhkan interprestasi dan interprestasi
tersebut melibatkan subjek.Dalam penulisan sejarah, seorang sejarawan menggunkan
analisis dan penafsiranya. Di sinilah akan subyekvitasnya dalam penulisan sejarah.
Penulis berupaya unutk menerangkan mengapa, bagaimana, peristiwa terjadi, dan
mengapa saling berhubungan dengan peristiwa lain serta berupaya menceritakan
siapa , dimana terjadi dan siapa yang ikut serta di dalamnya, sehingga penulisanya
lebih bermakna. Hal ini pun berlaku pula dalam penulisan sejarah lisan, dimana
sejarah lisan masih termsuk unsur dari penelitian sejarah, terdapat 4 faktor yang dapat
menjadikan suatu penulisan sejarah penulisan bersifat subyektif, adapun faktor-faktor
tersebut adalah:
A. Pemihakan secara pribadi, persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap
individu-individu atau golongan dari seseorang dapat mempengaruhi subjekvitas dari
penulisan sejarah.
B. Pransangka kelompok (group prejudice), disini menyangkut keanggotaan
sejarawan dalam suatu kelompok, entah itu kelompok, bangsa , negara, ataupun
organisasi. Keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok ( ras, golongan, bangsa,
dan , agama) dapat membuat mereka memiliki pandangan yang bersifat subjektif
dalam mengamati suatu peristiwa sejarah
C. Teori-toeri yang bertentangan tentang penafsiran sejarah, pandangan atau ideologi
yang dianut sejarawan memegang peranan penting dalam menentukan subjekvitas
penulisan sejarah
D. Konflik-konflik filsafat yang mendasar, secara teoritis seseorang yang menganut
filsafat hidup tertentu akan menulis sejarah berdasarkan pandangannya tersebut
Kelebihan dan kekurangan sejarah lisan
1. Kelebihan
A. Pengumpulan data dalam sejarah lisan dilakukan dengan komunikasi dua arah
sehingga memungkinkan sejarawan menanyakan bagian yang kurang jelas kepada
narasumber
B. Penulisan sejarah menjadi lebih demokritis karena memungkinkan sejarawan untuk
menggali informasi dari semua golongan masyarakat
C. Melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam dokumen.
Penelitian sejarah lisan yang dipadukan dengan sumber tertulis dianggap dapat
melengkapi kekurangan sumber-sumber sejarah selama ini.

2. Kekurangan
A. Terebatasnya daya ingat seorang pelaku atau saksi sejarah terhadap suatu peristiwa.
B. Subjekvitas dalam penulisan sejarah masih sangat tinggi. Dalam hal ini perasaan
kelakuan dari seorang saksi dan seorang pelaku sejarah yang cenderung memperbesar
perannya dan menutupi kekuranganya sering muncul dalam proses wawancara. Selain
itu, sudut pandang dari masing-masing pelaku dan saksi sejarah terhadap suatu
peristiwa sering kali berbeda.
C. Keterangan dari para saksi sejarah tentang suatu peristiwa belum dapat dianggap
sebagai suatu keterangan yang lengkap.Karena saksi hanya terfokus pada peristiwa itu
terjadi tanpa mengetahui atau melihat latar belakang terjadinya suatu peristiwa. Untuk
mendapatkan informasi yang seimbang mengenai suatu peristiwa sejarah maka
penelitian sejarah lisan harus dilakukan dengan melakukan wawancara.

Kesimpulan
Subjekvitas dalam penulisan sejarah, khususnya sejarah lisan merupakan hal yang
tidak dapat di pungkiri. Apalagi ketika sejahrawan telah sampai pada tahap
menginterprestasi sumber yang telah didapatkan dan selanjutnya mengungkapkan
dalam bentuk historiografi. Hal itu adalah merupakan sesuatu yang valid dan tidak
mengurangi objektivitas dari sebuah peristiwa sejarah. Faktor penyebab munculnya
subjekvitas itu adalah, pemihakan secara pribadi dan prasangka kelompok. Dalam
penulisan sejarah lewat sejarah lisan juga memilki kelebihan dan kekuranganya. Salah
satu kelebihan adalah sifat penulisan sejarah dapat lebih demokratis karena dapat
menggali informasi dari semua golongan masyarakat. Sedangakan salah satu
kekurangannya adalah keterbatasan narasumber dalam mengingat peristiwa yang
diteliti oleh sejarawan.

Daftar pustaka/ Referensi


Daliman. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta:Ombak. 2012

Kartodirjo,Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Yogyakarta:


Penerbit Ombak. 2016.

Roosa, John dan Ayu Ratih. “Sejarah Lisan di Indonesia dan Kajian Subjektivitas”,
dalam Henk Schulte Nordholt, dkk. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia.
Jakarta: YOI.2008.

Thomson, Paul. Suara dari Masa Silam: Teori dan Metode Sejarah Lisan.
Yogyakarta: Ombak. 2012.

Anda mungkin juga menyukai