Anda di halaman 1dari 9

Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu

(Studi Kasus: Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Pagelaran)


Andi Dermawan Lubis, Novia Arismawati, Wahyu Hidayat Pratama
Received: September 29, 2021 | Reviewed: October 25, 2021 | Accepted: November 29, 2021

KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN


TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN PRINGSEWU (STUDI KASUS:
KECAMATAN PRINGSEWU, KECAMATAN
AMBARAWA, DAN KECAMATAN PAGELARAN)
SUITABILITY OF LAND USE TO THE SPATIAL
PLAN OF PRINGSEWU REGENCY (CASE
STUDI: PRINGSEWU DISTRICT, AMBARAWA
DISTRICT, AND PAGELARAN DISTRICT)

Andi Dermawan Lubis , Novia Arismawati , Wahyu Hidayat


1 2

Pratama
3

1,2,3
Kantor Wilayah BPN Provinsi Lampung, Indonesia
Koresponden email: novia.arismawati@atrbpn.go.id

ABSTRAK
Penggunaan lahan perlu diatur dalam suatu sistem yang dapat memberikan manfaat sebesar-besar kemakmuran bagi
rakyat tanpa merusak fungsi lahan sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, penggunaan lahan diarahkan agar dapat
dimanfaatkan dengan optimal secara berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Lingkup studi pada penelitian ini
adalah di Kabupaten Pringsewu dengan studi kasus di Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan
Pagelaran. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Pringsewu terutama
terkait kesesuaian penggunaan lahan saat ini terhadap rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Pringsewu. Hal ini
berguna untuk mengetahui wilayah yang pembangunannya telah sesuai dengan arahan RTRW, wilayah yang berpotensi
untuk dikembangkan pembangunannya sesuai arahan RTRW, serta wilayah yang pembangunannya saat ini tidak sesuai
dengan RTRW. Metode analisis yang digunakan adalah dengan melakukan analisis spasial yaitu dengan melakukan overlay
antara peta penggunaan tanah saat ini dan peta rencana pola ruang RTRW Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebesar ± 11.015,21 ha lahan atau 86,95% dari luas wilayah studi pembangunannya telah
sesuai dengan arahan kebijakan RTRW, sebesar ± 994,3 ha atau 7,85% dari luas wilayah studi dapat dikembangkan sesuai
arahan, dan ± 659,52 ha atau 5,20% dari luas wilayah studi tidak sesuai dengan arahan RTRW.

Kata kunci : penggunaan lahan, pencana tata ruang wilayah, kesesuaian, Kabupaten Pringsewu

ABSTRACT
Land use needs to be regulated in a system that can provide the maximum benefit to the community without destroying the
function of land as a source of life. For this reason, land needs to be regulated and directed for its development so that it
can be used optimally for the community to obtain sustainable benefits for welfare. The scope of the study in this research
is in Pringsewu Regency with case studies in Pringsewu District, Ambarawa District, and Pagelaran District. This study aims
to describe the condition of land use in Pringsewu Regency, especially related to the existing land use of the Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW). This study is used for knowing areas whose development is in accordance with the RTRW Directive,
areas that may be developed for development in accordance with the RTRW Directive, as well as areas whose current
development is not in accordance with the RTRW. The analytical method used is to perform a spatial analysis which is done
by overlaying the existing land use map with the spatial plan map of the Pringsewu Regency RTRW 2011-2031. The results
showed that ± 11,015.21 hectares or 86.95% of the area of the study area was in accordance with the RTRW Directive policy,

165
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 165 -1 73

± 994.3 hectares or 7.85% of the study area could be developed according to the Directive, and ± 659.52 hectares or 5.20%
of the study area is not in accordance with the RTRW Directive.

Keywords : land use, spatial planning, suitability, Pringsewu Regency

I. PENDAHULUAN penggunaan lahan di Kabupaten Pringsewu harus


mengikuti arahan peruntukan ruang yang tertuang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dalam peraturan daerah tersebut.
Tahun 1945, Pasal 33 ayat (3) menyatakan “Bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya Pada pelaksanaannya, pembangunan di
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk suatu daerah tidak selalu sesuai dengan arahan
sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Selanjutnya di RTRW. Pertumbuhan penduduk yang pesat serta
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang bertambahnya tuntutan kebutuhan masyarakat
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, dalam pasal akan lahan, seringkali mengakibatkan benturan
1 Ayat (2) menyatakan bahwa “Seluruh bumi, air kepentingan atas penggunaan lahan serta
dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik lahan dengan rencana peruntukannya (Khadiyanto,
Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha 2005). Rencana tata ruang disusun melalui proses
Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa perencanaan yang disertai kesadaran penuh akan
Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.” aspek pemanfaatan ruang dalam operasionalnya
dan aspek pengendalian dalam implementasi dan
Penggunaan atas lahan perlu diatur dalam
evaluasinya (Prayitno, 2016).
suatu sistem yang dapat memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat tanpa merusak Studi mengenai kesesuaian penggunaan lahan
fungsi lahan sebagai sumber kehidupan. Untuk terhadap RTRW juga dilakukan di beberapa daerah
itu diperlukan pemahaman bersama secara diantaranya di Kabupaten Bireuen oleh Fauzi et al.
komprehensif terkait peran dan fungsi lahan sebagai (2016) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
sumberdaya alam, lahan sebagai ekosistem, dan telah terjadi penyimpangan penggunaan lahan
hubungan lahan dengan manusia dan makhluk pertanian dari arahan RTRW sebesar 87,702% dari
hidup lainnya. Selain fungsi lahan seperti yang 387,0 ha. Adapun faktor-faktor penyebab alih fungsi
telah dijelaskan di atas, lahan juga memiliki dimensi lahan pertanian tersebut salah satunya yaitu semakin
spasial yang disajikan dalam bentuk peta tematik meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten
dengan objek lahan, baik secara fisik, fungsi, status Bireuen.
dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
Penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Pringsewu
suatu daerah dibuat karena pada dasarnya ruang terutama terkait kesesuaian penggunaan lahan
memiliki keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkan saat ini terhadap RTRW Kabupaten Pringsewu.
instrumen untuk mengatur dan merencanakan ruang Hal ini berguna untuk mengetahui wilayah yang
agar dapat dimanfaatkan secara efektif dengan pembangunannya telah sesuai dengan arahan
mengacu pada potensi sumber daya yang ada, RTRW, wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan
baik dari potensi sumber daya manusia maupun pembangunannya sesuai arahan RTRW, serta
potensi sumber daya lahan. Kegiatan perencanaan wilayah yang pembangunannya saat ini tidak sesuai
tata ruang wilayah menghasilkan produk berupa dengan RTRW sehingga dapat digunakan bagi
peraturan daerah dengan lampiran peta rencana pemangku kepentingan yang terkait sebagai bahan
tata ruang wilayah. RTRW Kabupaten Pringsewu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.
tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Pringsewu Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana
II. METODE
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu Tahun Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu
2011-2031 yang didalamnya terdapat peta rencana dengan wilayah studi meliputi Kecamatan Pringsewu,
pola ruang sebagai acuan peruntukan ruang dalam Kecamatan Pagelaran, dan Kecamatan Ambarawa.
pembangunan di Kabupaten Pringsewu, sehingga Wilayah studi dipilih karena wilayah ini merupakan

166
Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu
(Studi Kasus: Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Pagelaran)
Andi Dermawan Lubis, Novia Arismawati, Wahyu Hidayat Pratama

wilayah yang telah banyak terbangun di Kabupaten tuntutan kebutuhan manusia yang semakin meningkat
Pringsewu. Kecamatan Pringsewu merupakan menjadi bagian terpenting penyebab terjadinya
ibukota Kabupaten Pringsewu sehingga wilayah perkembangan wilayah (Sutaryono, 2007). Hal
Kecamatan Pringsewu menjadi pusat kegiatan di tersebut menunjukkan bahwa perkembangan wilayah
Kabupaten Pringsewu. Sementara itu, Kecamatan akan selalu terjadi, mengingat kebutuhan manusia
Pagelaran dan Kecamatan Ambarawa merupakan selalu meningkat seiring dengan perkembangan
kecamatan yang berbatasan langsung dengan peradaban. Akibatnya, kebutuhan akan ruang
Kecamatan Pringsewu sehingga secara langsung juga semakin meningkat karena ruang merupakan
dan tidak langsung kedua kecamatan tersebut salah satu media utama dalam perkembangan
ikut terpengaruh dan berkembang seiring dengan wilayah. Kajian perkembangan wilayah tidak dapat
perkembangan Kecamatan Pringsewu. dilepaskan dengan aspek penggunaan lahan.
Metode pengambilan data penggunaan lahan Berbagai perkembangan wilayah berdampak pada
dilakukan dengan delineasi kawasan penggunaan pola penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah.
lahan berdasarkan kenampakan pada citra satelit Berdasarkan Norma, Standar, Prosedur,
secara studio. Kemudian, hasil delineasi citra dan Kriteria (NSPK) Survei Pemetaan Tematik
tersebut dicek dengan pengamatan lapangan secara Pertanahan Tahun 2012, penggunaan tanah
langsung pada setiap poligon kawasan penggunaan adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
lahan untuk memastikan penggunaan lahan hasil merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
delineasi telah sesuai dengan penggunaan lahan Sedangkan pemanfaatan tanah adalah pemanfaatan
di lapangan. Sementara itu, data peta arahan atas suatu penggunaan tanah tanpa merubah wujud
penggunaan lahan diperoleh dari peta rencana fisik seluruhnya dengan maksud untuk memperoleh
pola ruang yang terdapat pada RTRW Kabupaten nilai lebih atas penggunaan tanahnya.
Pringsewu Tahun 2011-2031. Berdasarkan hasil pengumpulan dan
Data penggunaan lahan saat ini dan data pengolahan data penggunaan lahan di lokasi studi,
RTRW Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031 terdapat beberapa jenis penggunaan lahan saat ini
analisis spasial dan tekstual dengan menggunakan yang terdapat pada lokasi studi. Secara umum, jenis
perangkat lunak ArcGIS. Hasil overlay data penggunaan lahan yang paling banyak di lokasi studi
tersebut adalah berupa kesesuaian penggunaan adalah sawah sebesar 52,06% dari total luas wilayah
lahan terhadap RTRW Kabupaten Pringsewu di studi atau seluas ± 6.593 ha. Kemudian penggunaan
wilayah studi. Kesesuaian lahan berdasarkan hasil untuk permukiman sebesar 23,5% atau seluas
analisis dibagi menjadi 3 (tiga) jenis kesesuaian ± 2.976 ha. Jenis penggunaan lahan yang juga
yaitu penggunaan lahan yang telah sesuai dengan cukup banyak di lokasi studi adalah penggunaan
RTRW, penggunaan lahan yang berpotensi untuk lahan untuk kebun yaitu sebesar 18,75% atau seluas
dikembangkan pembangunannya agar sesuai ± 3.474 ha.
dengan RTRW, dan penggunaan lahan yang tidak Sementara itu, jenis penggunaan lahan paling
sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Pringsewu. sedikit di lokasi studi adalah jenis penggunaan lahan
untuk kegiatan jasa profesi dan jasa telekomunikasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN masing masing seluas ± 0,035 ha dan ± 0,291

A. Penggunaan Lahan di Wilayah ha. Selain itu, jenis penggunaan lahan yang juga

Studi cukup sedikit di lokasi studi adalah pergudangan


sebesar 0,02% (± 2 ha), peternakan sebesar 0,02%
Perkembangan wilayah dilakukan melalui kegiatan
(± 2 ha), tanah jasa instansi pemerintah sebesar 0,02%
pembangunan. Menurut Adisasmita (2010)
(± 3 ha), dan tanah jasa peribadatan sebesar 0,02%
pembangunan diartikan sebagai upaya meningkatkan
(± 2 ha). Rincian penggunaan lahan pada lokasi
kapasitas produksi untuk mencapai total output yang
studi ditampilkan pada Tabel 1 dan persebaran
lebih besar dari kesejahteraan yang lebih tinggi
berbagai jenis penggunaan lahan pada lokasi studi
bagi seluruh rakyat. Perkembangan peradaban dan
ditampilkan pada Gambar 1.

167
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 165 -1 73

Tabel 1 Jenis Penggunaan Lahan Existing Tahun 2021


Pada Lokasi tudi

No Jenis Luas (ha) Persentase


Penggunaan (%)
Lahan
1 Industri Makanan 3,30 0.0%
2 Industri Pembuatan 8,62 0.1%
Barang Lainnya
3 Jalan 174,38 1.4%
4 Kebun 2374,73 18.7%
5 Padang 16,52 0.1%
6 Perairan Darat 8,83 0.1%
7 Pergudangan 2,10 0.0%
8 Perkebunan 235,16 1.9%
9 Permukiman 2.976,68 23.5%
10 Pertanian Tanah 24,78 0.2% Sumber: Hasil pengolahan data lapangan, 2021
Kering Semusim
11 Peternakan 2,65 0.0% Gambar 1 Peta Penggunaan Lahan Existing pada Lokasi
Studi
12 Sawah 6.593,29 52.0%
Menurut Barlowe (1978) faktor-faktor yang
13 Sungai 137,61 1.1%
mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor fisik
14 Tanah Jasa 3,10 0.0%
Instansi Pemerintah dan biologis, faktor pertimbangan ekonomi dan faktor
15 Tanah Jasa 6,73 0.1% institusi (kelembagaan). Faktor fisik dan biologis
Kesehatan
mencakup kesesuaian dari sifat fisik seperti keadaan
16 Tanah Jasa 4,19 0.0%
Pariwisata, geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan, hewan
Akomodasi, dan dan kependudukan. Faktor pertimbangan ekonomi
Rekreasi
17 Tanah Jasa 21,74 0.2%
dicirikan oleh keuntungan, keadaan pasar dan
Pendidikan transportasi. Faktor institusi dicirikan oleh hukum
18 Tanah Jasa 48,98 0.4% pertanahan, politik, keadaan sosial dan secara
Perdagangan
administrasi dapat dilaksanakan.
19 Tanah Jasa 2,42 0.0%
Peribadatan Wilayah yang paling banyak terbangun berada
20 Tanah Jasa Profesi 0,03 0.0% di Kecamatan Pringsewu terutama di sekitar
21 Tanah Jasa 0,29 0.0% persimpangan Jalan Sudirman, Jalan KH. Gholib
Telekomunikasi
Raya, dan Jalan Kesehatan. Jenis penggunaan
22 Tanah Terbuka 13,95 0.1%
23 Tubuh Air 8,95 0.1%
lahan di sekitar jalan tersebut didominasi oleh jenis

TOTAL 12.669,04 100.0%


penggunaan lahan untuk kegiatan perdagangan
dan jasa. Kegiatan perdagangan dan jasa yang
Sumber: Hasil pengolahan data lapangan, 2021
berada di daerah ini tidak terlepas dari adanya Pasar
Pada peta penggunaan lahan existing di lokasi Induk Pringsewu sehingga mempengaruhi kegiatan
studi, terlihat bahwa wilayah terbangun di lokasi disekitarnya sebagai bentuk aglomerasi kegiatan
studi mayoritas berada di sekitar jalan utama yang ekonomi. Selain itu, fungsi Kecamatan Pringsewu
melintasi wilayah studi yaitu Jalan Trans Sumatera. sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai pusat
Jalan tersebut menghubungkan Kota Bandar pelayanan kabupaten menjadi faktor pendorong
Lampung dengan kabupaten lain di sisi barat utama berbagai macam kegiatan, baik kegiatan
Provinsi Lampung seperti Kabupaten Tanggamus sosial maupun kegiatan ekonomi berkembang
dan Kabupaten Pesisir Barat. Jalan ini juga dapat pesat di wilayah ini. Berbagai kegiatan tersebut
menjadi akses untuk menghubungkan Provinsi erat kaitannya dengan perkembangan wilayah serta
Lampung dengan Provinsi Bengkulu. Oleh karena perkembangan penggunaan lahan.
itu, pembangunan banyak terjadi di sekitar jalan
karena faktor aksesibilitasnya.

168
Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu
(Studi Kasus: Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Pagelaran)
Andi Dermawan Lubis, Novia Arismawati, Wahyu Hidayat Pratama

Menurut (McNeill et al., 1998) faktor-faktor yang dalam rangka melaksanakan pembangunan
mendorong perubahan penggunaan lahan adalah nasional untuk mencapai suatu keadaan kebutuhan-
politik, ekonomi, demografi, dan budaya. Aspek kebutuhan negara, masyarakat, dan perorangan
politik yang mendorong perubahan penggunaan yang beraneka ragam secara seimbang dan serasi
lahan adalah adanya kebijakan yang dilakukan dengan persediaan tanah yang terbatas dan
oleh pengambil keputusan yang mempengaruhi kemudian pembangunan tanah itu memberikan hasil
terhadap perubahan penggunaan lahan. Kemudian yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian.
pertumbuhan ekonomi, perubahan pendapatan (Republik Indonesia, 2004). Di Indonesia, lahan
dan konsumsi juga merupakan faktor penyebab merupakan bagian dari ruang yang penggunaannya
perubahan penggunaan lahan. Sebagai contoh, perlu ditata sehingga dalam penggunaan dan
meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, pemanfaatannya diatur dan ditata dalam Undang-
transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
terjadinya perubahan penggunaan lahan. Ruang dan penyelenggaraannya diatur dalam
Kecamatan Pringsewu diarahkan sebagai Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang
kawasan perkotaan yang berada di Kabupaten Penyelenggaraan Penataan Ruang. Undang-undang
Pringsewu. Wilayah kota menurut Bintarto (1983) nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
adalah kesatuan jaringan kehidupan manusia yang menyebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat Penataan ruang wilayah Kabupaten Pringsewu
kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Pringsewu
pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu sebagai pusat pendidikan, pusat perdagangan dan
masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata jasa yang berwawasan lingkungan dengan didukung
pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan. oleh sumber daya manusia yang cerdas dan
Wilayah perkotaan yang dinamis berdampak pada kompetitif, dalam rangka menciptakan masyarakat
pesatnya perubahan kondisi politik, ekonomi, yang sejahtera (Peraturan Daerah Kabupaten
demografi, dan budaya di Kecamatan Pringsewu Pringsewu Nomor 12 Tahun 2012 tentang RTRW
yang mendorong perubahan perubahan lahan Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031). Tarigan
di wilayah studi. Wilayah di sekitar Kecamatan (2005) menyatakan bahwa perencanaan ruang
Pringsewu yaitu di Kecamatan Pagelaran dan wilayah adalah perencanaan pembangunan/
Kecamatan Ambarawa ikut berkembang seiring pemanfaatan ruang wilayah, yang intinya adalah
dengan pesatnya perkembangan pembangunan perencanaan pembangunan lahan (land use
di Kecamatan Pringsewu. Perkembangan tersebut planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang
terlihat dari jenis penggunaan lahan yang ada di tersebut.
Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Pagelaran. Jenis peruntukan lahan di wilayah studi
Daerah yang memiliki aksesibilitas baik berupa jalan berdasarkan RTRW Kabupaten Pringsewu terbagi
penghubung dengan jalan utama telah terbangun menjadi 6 (enam) jenis peruntukan lahan antara
menjadi kawasan permukiman beserta berbagai lain kawasan perkebunan, kawasan permukiman
fasilitas pendukung kegiatan permukiman. pedesaan, kawasan permukiman perkotaan,
kawasan tanaman pangan, perairan, dan sempadan
B. Rencana Penataan Ruang di
sungai. Rincian luas masing-masing peruntukan
Wilayah Studi
lahan di wilayah studi ditunjukkan pada Tabel 2 dan
Penatagunaan tanah adalah rangkaian kegiatan yang
sebaran berbagai jenis peruntukan lahan sesuai
berupa penataan peruntukan tanah dan penataan
arahan RTRW Kabupaten Pringsewu pada lokasi
pembangunan tanah secara berencana dan teratur
studi ditampilkan dengan Gambar 2.

169
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 165 -1 73

Tabel 2 Jenis Peruntukan Lahan pada Lokasi Studi sebagai kawasan sempadan sungai di bantaran
Jenis Sungai Way Sekampung tersebut sebesar 6,1%
Persentase
No Peruntukan Luas (ha) dari wilayah studi. Sebagaimana yang dikemukakan
(%)
Lahan
oleh Harsono (1996, dalam Chudori, 1999) bahwa
1 Kawasan 1.511,54 11.9%
Perkebunan dalam penyusunan RTRW kabupaten/kota yang
2 Kawasan 788,76 6.2% disahkan dalam peraturan daerah, terdapat lahan-
Permukiman
Pedesaan lahan sawah yang diarahkan peruntukkanya bagi
3 Kawasan 2.797,22 22.1% penggunaan bukan pertanian sehingga mendorong
Permukiman banyak investor mengajukan izin lokasi.
Perkotaan
4 Kawasan
Tanaman Pangan
6.714,11 53.0%
C. Kesesuaian Penggunaan Lahan
5 Perairan 88,63 0.7% terhadap RTRW di Wilayah Studi
6 Sempadan Sungai 768,79 6.1% Perencanaan tata ruang secara sederhana
TOTAL 12.669,04 100% dapat diartikan sebagai kegiatan merencanakan
Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2021
pemanfaatan potensi dan ruang perkotaan serta
pengembangan infrastruktur pendukung yang
dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan
sosial ekonomi yang diinginkan (Budiharjo, 1997).
Tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan
menjadi peraturan daerah dalam kurun waktu
tertentu seringkali mengalami ketidaksesuaian yang
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk maupun
perkembangan zaman, sehingga akan timbul
konversi lahan yang nantinya akan meningkatkan
pertumbuhan kawasan seperti industri, kompleks
perdagangan, perkantoran, dan fungsi strategis
lainnya. Ketidakselarasan ini perlu dipantau dengan
membandingkan pemanfaatan lahan yang ada
Sumber: RTRW Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031
saat ini dengan rencana pemanfaatan lahan yang
Gambar 2 Peta Rencana Pola Ruang RTRW di Lokasi merupakan salah satu materi dalam RTRW tersebut
Studi
(Setiadi, 2006).
Berdasarkan RTRW Kabupaten Pringsewu,
lahan di lokasi studi mayoritas diarahkan sebagai Untuk mengetahui kesesuaian penggunaan
kawasan tanaman pangan yaitu berupa sawah lahan dengan RTRW di lokasi studi, dilakukan
(53,0%) yang tersebar di seluruh kecamatan. Selain analisis spasial dan atribut dengan cara melakukan
sebagai kawasan tanaman pangan atau sawah, overlay data penggunaan lahan existing dengan
lokasi studi juga diarahkan sebagai kawasan data RTRW Kabupaten Pringsewu menggunakan
permukiman baik untuk permukiman perkotaan aplikasi ArcGIS. Data yang telah dilakukan overlay
(22,1%) maupun permukiman pedesaan (6,2%). secara spasial kemudian dianalisis atributnya untuk
Oleh karena itu, pada lokasi yang diarahkan sebagai memperoleh jenis kesesuaian lahannya.
kawasan permukiman dapat dibangun perumahan Kesesuaian lahan pada studi ini diklasifikasikan
dan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu sesuai, belum sesuai,
permukiman seperti kegiatan perdagangan dan dan tidak sesuai dengan arahan kebijakan RTRW.
jasa, transportasi, serta berbagai fasilitas umum Penggunaan lahan yang sama dengan arahan
dan fasilitas sosial ekonomi. Kawasan permukiman kebijakan RTRW masuk klasifikasi sesuai. Jenis
perkotaan pada lokasi studi juga terdapat peruntukan penggunaan lahan yang tidak sama dengan
lahan sebagai kawasan perkebunan (11,9%) dan arahan kebijakan namun berpotensi untuk
perairan (0,7%). Lokasi studi dilalui sungai yang dibangun dan dikembangkan sesuai dengan
cukup besar yaitu Sungai Way Sekampung sehingga arahan RTRW diklasifikasikan menjadi jenis belum
pada lokasi studi terdapat arahan peruntukan lahan sesuai. Sedangkan penggunaan lahan yang

170
Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu
(Studi Kasus: Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Pagelaran)
Andi Dermawan Lubis, Novia Arismawati, Wahyu Hidayat Pratama

tidak sama dengan arahan RTRW dan sulit atau RTRW namun berpotensi untuk dikembangkan
tidak dimungkinkan untuk diubah sesuai arahan penggunaan lahannya agar sesuai dengan
RTRW diklasifikasikan menjadi jenis tidak sesuai. arahan RTRW. Oleh karena itu, maka Pemerintah
Berdasarkan analisis, diperoleh kesesuaian lahan Kabupaten Pringsewu dapat mengarahkan
pada lokasi studi seperti pada Tabel 3. pembangunan di sekitar jalan tersebut. Daerah

Tabel 3 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Tahun 2021


sekitar Jalan Trans Sumatera dan Jalan Kesehatan
pada Lokasi Studi dalam RTRW Kabupaten Pringsewu dialokasikan
Kesesuaian Persentase sebagai kawasan permukiman. Sehingga dalam
No Luas (Ha)
Lahan (%) pemberian izin pembangunan, pemerintah harus
1 Sesuai 11.015,21 86,9% mempertimbangkan jenis penggunaan dan
2 Belum Sesuai 994,31 7,8% pemanfaatan lahan yang akan dibangun agar
3 Tidak Sesuai 659,52 5,2% tetap sesuai dengan arahan kebijakan RTRW.
Total 12,669.04 100% Jenis penggunaan lahan yang cocok misalnya
Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2021 seperti perumahan dan berbagai fasilitas lain yang
menunjang kegiatan permukiman.
Hasil studi menunjukkan bahwa seluas
± 11.015,21 ha lahan atau 86,9% dari luas wilayah Pembangunan di suatu daerah tidak selalu
studi pembangunannya telah sesuai dengan arahan dapat dikendalikan sesuai dengan yang telah
kebijakan RTRW, seluas ± 994,31 ha atau 7,8% direncanakan. Begitu pula pembangunan di
dari luas wilayah studi dapat dikembangkan sesuai lokasi studi. Perkembangan penggunaan lahan
arahan RTRW, dan seluas ± 659,52 ha atau 5,20% di Kabupaten Pringsewu tidak semuanya sesuai
dari luas wilayah studi tidak sesuai dengan arahan dengan peruntukan ruang yang telah direncanakan
RTRW. Persebaran jenis kesesuaian lahan pada dalam RTRW. Beberapa jenis penggunaan lahan
lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 3. yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten
Pringsewu dengan luasan paling besar ditampilkan
pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Tahun 2021


pada Lokasi Studi

No Arahan Penggunaan Luas (ha)


Peruntukan Lahan saat ini
Ruang
Kawasan
1 Tanaman Permukiman 276,79
Pangan
Kawasan
2 Permukiman 189,56
Perkebunan
Sempadan
3 Permukiman 145,44
Sungai
4 Perairan Sawah 10,61
Sempadan Tanah Jasa
5 7,10
Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2021 Sungai Perdagangan

Gambar 3 Peta Kesesuaian Lahan terhadap RTRW Tahun Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2021
2021
Berdasarkan hasil analisis penggunaan
Berdasarkan peta kesesuaian lahan, terlihat
lahan yang tidak sesuai dengan RTRW, mayoritas
bahwa mayoritas penggunaan lahan di lokasi studi
penggunaan lahannya adalah untuk permukiman.
telah sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten
Jenis peruntukan yang kondisi saat ini menjadi
Pringsewu. Penggunaan lahan yang belum sesuai
permukiman antara lain adalah kawasan tanaman
dengan arahan RTRW tersebar di sekitar Jalan Trans
pangan ± 276,79 ha, kawasan perkebunan
Sumatera dan Jalan Kesehatan. Sementara itu, jenis
± 189,56 ha, dan kawasan sempadan sungai
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan arahan
± 145,44 ha). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
RTRW lokasinya menyebar. Penggunaan lahan di
lahan tidak terlepas dari bertambahnya jumlah
sekitar Jalan Trans Sumatera dan Jalan Kesehatan
penduduk yang berdampak pada meningkatnya
masih banyak yang belum sesuai dengan arahan

171
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 165 -1 73

kebutuhan lahan untuk tempat tinggal. Masyarakat sosial ekonomi masyarakat seperti pendidikan,
memanfaatkan lahan yang belum terbangun seperti pekerjaan, pendapatan, kepemilikan lahan serta
sawah, perkebunan dan sempadan sungai untuk tingkat pengetahuan masyarakat tentang RTRW.
membangun rumah tinggal.
Penyebab ketidaksesuaian penggunaan lahan IV. KESIMPULAN
terhadap RTRW dapat diakibatkan oleh berbagai Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa
macam. Menurut Sadyohutomo (2016), paling tidak jenis penggunaan lahan saat ini yang terdapat pada
ada 6 (enam) sumber penyimpangan terhadap lokasi penelitian. Secara umum, jenis penggunaan
rencana tata ruang yaitu 1) rencana tata ruang yang lahan yang paling banyak di lokasi studi adalah
tidak akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat sawah sebesar 52,06% dari total luas wilayah
saat ini. Hal ini akibat kelemahan dalam proses studi atau seluas ± 6.593 ha, permukiman sebesar
penyusunan rencana yang kurang melibatkan peran 23,5% atau seluas ± 2.976 ha dan kebun sebesar
serta masyarakat, atau perencana tidak mampu 18,75% atau seluas ±3.474 ha. Sementara itu,
menangkap aspirasi masyarakat, atau perencana penggunaan lahan paling sedikit di lokasi studi
tidak mampu melihat kecenderungan perkembangan adalah jenis penggunaan lahan untuk kegiatan
kebutuhan tanah; 2) peruntukan ruang tidak didukung jasa profesi dan jasa telekomunikasi seluas ± 0,035
tersedianya prasarana yang memadai, terutama ha dan ± 0,291 ha, pergudangan sebesar 0,02%
jalan, listrik dan air bersih. Rencana tata ruang (± 2 ha), peternakan sebesar 0,02% (± 2 ha), tanah
tidak segera diikuti pembangunan prasarana yang jasa instansi pemerintah sebesar 0,02% (± 3 ha),
dibutuhkan sesuai rencana. Akibatnya masyarakat dan tanah jasa peribadatan sebesar 0,02% (± 2 ha).
membangun sesuai dengan kondisi lokasi apa Berdasarkan RTRW Kabupaten Pringsewu, lahan
adanya yang cenderung menjadi tidak teratur; di lokasi studi diarahkan sebagai kawasan tanaman
3) kurangnya sosialisasi rencana tata ruang sehingga pangan (53,0%) yang tersebar di seluruh kecamatan,
masyarakat kurang mengetahui keberadaan dan kawasan permukiman perkotaan (22,1%),
pentingnya rencana tata ruang; 4) kesadaran permukiman pedesaan (6,2%), kawasan perkebunan
hukum masyarakat yang kurang terhadap hak dan (11,9 %), perairan (0,7%), dan Kawasan Sempadan
kewajiban dalam memanfaatkan ruang termasuk Sungai (6,1%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masalah penegakan hukum yang lemah terhadap sebesar ± 11.015,21 ha lahan atau 86,95% dari luas
penyimpangan rencana tata ruang; 5) kesulitan wilayah studi pembangunannya telah sesuai dengan
pembebasan tanah pada lokasi yang sesuai, arahan kebijakan RTRW, sebesar ± 994,3 ha atau
akibatnya pihak yang akan membangun mencari 7,85% dari luas wilayah studi dapat dikembangkan
lokasi lain di luar peruntukan yang sesuai; 6) rencana sesuai arahan, dan ± 659,52 ha atau 5,20% dari luas
tata ruang belum tersedia lengkap, sarana yang wilayah studi tidak sesuai dengan arahan RTRW.
berfungsi sebagai alat pengendalian penggunaan Potensi pembangunan wilayah di Kabupaten
tanah belum tersedia. Pada perkembangannya saat Pringsewu dapat dikembangkan di sekitar
ini baru sedikit yang sudah tersedia rencana rinci, jalan utama yang melintasi wilayah kabupaten.
khususnya untuk kawasan strategis dan bagian Pengembangannya berada di sekitar Jalan Trans
wilayah perkotaan. Hal ini dikarenakan masalah Sumatera yang menghubungkan Kota Bandar
waktu dan kebutuhan biaya yang besar untuk Lampung dengan kabupaten lain di bagian barat
menyusun rencana rinci tersebut. Lampung seperti Tanggamus, Pesisir Barat, hingga
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Provinsi Bengkulu. Pembangunan yang sesuai
yang telah dilakukan oleh Khaerani et al. (2018) adalah untuk kawasan permukiman perkotaan
mengenai penyimpangan penggunaan lahan beserta berbagai fasilitas yang mendukung
berdasarkan RTRW Kabupaten Sumedang, kegiatan permukiman perkotaan. Penggunaan
faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya lahan yang tidak sesuai dengan RTRW mayoritas
penyimpangan penggunaan lahan dari pola ruang untuk permukiman. Jenis peruntukan yang kondisi
RTRW di Kabupaten Sumedang adalah 1) faktor saat ini menjadi permukiman antara lain adalah
penduduk dan permukiman, 2) ketersediaan lahan, kawasan tanaman pangan (± 276,79 ha), kawasan
3) infrastruktur dan aksesibilitas serta 4) kondisi perkebunan (± 189,56 ha), dan kawasan sempadan

172
Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu
(Studi Kasus: Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Pagelaran)
Andi Dermawan Lubis, Novia Arismawati, Wahyu Hidayat Pratama

sungai (± 145,44 ha). Rekomendasi bagi pemerintah Regionalization of Land Cover and Land
daerah perlu segera ditindaklanjuti revisi RTRW Use Change. Report of working group
guna memastikan kebijakan, rencana, dan program B. Press Syndicate of The University of
untuk menopang pembangunan berkelanjutan Cambridge. Cambridge.
dengan mengintegrasikan perencanaan tata ruang
Prayitno, S. (2016). Sinkronisasi Tata Ruang Wilayah
yang terpadu, serasi, selaras, dan seimbang dengan
dengan Program Pembangunan Kota
lingkungan serta berdaya guna sesuai dengan fungsi
Bogor. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
dan manfaatnya.
Bogor.

DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia. (1945). Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adisasmita, R. (2010). Pembangunan Kawasan dan
Tata Ruang. Graha Ilmu. Yogyakarta. Republik Indonesia. (1960). Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960
Direktorat Pemetaan Tematik. (2012). Norma, tentang Ketentuan Dasar Pokok-Pokok
Standar, Pedoman, dan Kriteria Pembuatan Agraria.
Peta Tematik Jawa, Bali, NTT. Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah
Jakarta. Nomor 16 tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah.
Barlowe, R. (1978). Land Resources Economic, New
Jersey: Prentice-Hall Inc. Republik Indonesia. (2007). Undang Undang nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Bintarto. (1983). Interaksi Desa- Kota dan
Permasalahannya. Yogyakarta: Ghalia Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah
Indonesia. Nomor 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Budiharjo, E. (1997). Arsitektur Pembangunan dan
Konservasi, Jakarta: Penerbit Jambatan. Republik Indonesia. (2012). Peraturan Daerah
Kabupaten Pringsewu Nomor 12 Tahun
Chudori, A. (1999). Pengaruh Rencana Umum 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Tata Ruang Kota Terhadap Perubahan Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031.
Penggunaan Tanah Sawah di Kota
Administratif Jember. [Skripsi]. Sekolah Sutaryono. (2007). Dinamika Penataan Ruang dan
Tinggi Pertanahan Nasional. Yogyakarta. Peluang Otonomi Daerah. Yogyakarta:
Tugu Jogja Grafika.
Fauzi, S. R., Basri, H., & Helmi. (2016). Kajian Alih
Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non Setiadi, Arief F. (2006). Pemanfaatan Citra Satelit
Pertanian Di Kabupaten Bireuen. Jurnal Ikonos dan Sistem Informasi Geografi
Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, untuk Pemantauan Pemetaaan Rencana
1(1):1-10. Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Surakarta
Bagian Selatan (Kasus Satuan Wilayah
Khadiyanto, P. (2005). Tata Ruang Berbasis Pada Pengembangan I dan II. Tugas akhir.
Kesesuaian Lahan. Badan Penerbit Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
UNDIP, Semarang
Sadyohutomo, M. (2016). Tata Guna Tanah dan
McNeil J., Alves, D., Arizpe, R., Bykova, O., Galvin, Penyerasian Tata Ruang, Yogyakarta:
K., Kelmelis, J., Adholla, S.M., Morrisette, Pustaka Pelajar.
P., Moss, R., Richards, J., Riebsame, W.,
Sadowski, F., Sanderson, S., Skole, D., Tarigan, Robinson. (2005). Perencanaan
Tarr, J., Williams, M., Yadav, S., Young, Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
S. (1998). Toward A Typology of And Aksara.

173

Anda mungkin juga menyukai