Mini Riset B2-MKEU
Mini Riset B2-MKEU
Mini Riset B2-MKEU
Nilai Perusahaan
Eltina Siahaan1, Kurnila Yolanda2, Liliana Nur Anjani 3, Muhammad Suhi Giovani 4,
Santi Marina5, Siska Putri Sumantri 6, Intan Diane Binangkit7
e-mail:190304095@student.umri.ac.id
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Riau
Abstract
This study aims to determine the effect of liquidity, leverage and firm size on firm value in
consumer goods industrial companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2018-2020
period. This type of research is quantitative research. Analysis of the data using multiple linear regression
analysis with the dependent variable is firm value and three independent variables, namely liquidity,
leverage and firm size. The sample of this research is 46 companies. The results of this study indicate that
the liquidity variable has a negative effect on firm value. The leverage variable has a negative effect on
firm value. Firm size variable has a negative effect on firm value.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas, leverage dan ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia selama periode 2018-2020 . Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan variabel terikat nilai perusahaan dan
tiga variabel bebas yaitu likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan. Sampel penelitian ini ialah
sebanyak 46 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh
negative terhadap nilai perusahaan. Variabel leverage berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan.
PENDAHULUAN
Persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur mendorong perusahaan- perusahaan
manufaktur untuk meningkatkan kinerja perusahaan masing-masing. Tujuan utama perusahaan
meningkatkan kinerja adalah untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai perusahaan mencerminkan keadaan
perusahaan saat ini serta dapat menggambarkan prospek perusahaan di masa mendatang,
sehingga nilai perusahaan dianggap mampu mempengaruhi penilaian para investor terhadap
perusahaan. Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya
berorientasi pada pencapaian laba maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai
perusahaan dan kemakmuran pemiliknya (Safitri, 2016).
Secara normatif salah satu tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan (Wiagustini, 2010:9). Harga saham suatu perusahaan dapat menggambarkan nilai
suatu perusahaan, karena harga saham memiliki hubungan positif dengan nilai persahaan.
Wijaya dan Panji (2015) menyatakan bahwa harga saham yang tinggi akan berbanding lurus
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
dengan nilai perusahaan yang tinggi pula. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat rasa
percaya seorang investor terhadap nilai perusahaan akan meningkat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu : keputusan pendanaan,
kebijakan dividen, keputusan investasi, struktur modal, profitabilitas, leverage, pertumbuhan
perusahaan, ukuran perusahaan (Setia,2008). Nilai perusahaan tidak hanya dapat digambarkan
pada harga saham suatu perusahaan saja, untuk mengukur tingginya nilai perusahaan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, dan salah satu alat ukur yang dapat digunakan yaitu price
tobook value. Brigham dan Houston (2011:152) menyatakan bahwa price to book value (PBV)
merupakan rasio keuangan yang membandingkan antara harga saham dengan nilai buku per
lembar saham, apabila nilai PBV yang semakin tinggi maka semakin besar pula tingkat
kemakmuran dari pemegang saham, sehingga perusahaan dikatakan telah mencapai salah satu
tujuannya.
Beberapa faktor yang digunakan dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan diantaranya yaitu likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan. Likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan. Likuiditas
berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban
atau utang pada saat ditagih atau jatuh tempo (Kasmir,2016:145). Perusahaan yang memiliki
likuiditas yang baik maka dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik oleh investor.Hal ini
dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.Likuiditas dapat diukur
dengan menggunakan Current Ratio (CR), yang merupakan rasio antara aktiva lancar dibagi
hutang lancar.
Leverage merupakan pemakaian utang oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan
operasional perusahaan. Hutang (leverage) yang merupakan rasio utang atau sering juga dikenal
dengan nama rasio solvabilitas adalah rasio yang dapat menunjukan kemampuan dari suatu
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansial dari perusahaan tersebut seandainya
perusahaan tersebut dilikuidasi (Agnes,2004). Leverage juga bisa sebagai salah satu alat yang
banyak digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan modal mereka dalam rangka
meningkatkan keuntungan (Singapurwoko, 2011). Hutang berasal dari bank atau pembiayaan
lainnya. Perusahaan yang terlalu banyak melakukan pembiayaan dengan hutang, dianggap tidak
sehat karena dapat menurunkan laba. Peningkatan dan penurunan tingkat hutang memiliki
pengaruh terhadap penilaian pasar (Nor, 2012). Kelebihan hutang yang besar akan memberikan
dampak yang negative pada nilai perusahaan (Ogolmagai, 2013). Adapun penelitian
sebelumnya menurut Prastika (2012) menemukan bahwa leverage memengaruhi nilai negatif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan, Odongo, Leonard, dan Mokoteli (2014) menemukan
bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, penilitian yang
dilakukan oleh Naceur dan Goaied (2002) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Odongo,
Leonard, dan Mokoteli (2014) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Salehi dan Manesh (2012) Leverage
dinyatakan berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kayo dan Kimura
(2010) menyatakan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhdap nilai perusahaan. Psilaki
dan Daskalakis (2009) serta Lim (2012) menyatakan leverage berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
TINJAUAN LITERATUR
NILAI PERUSAHAAN
Nilai perusahaan “merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Berbagai kebijakan diambil oleh manajemen dalam upaya
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan pemegang saham
tercermin pada harga saham (Brigham, 2001). Samuel (2000) menjelaskan bahwa Enterprise
Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting
bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan.
Sedangkan, Untung Wahyudi dan Hartini (2005) menyebutkan bahwa” nilai perusahaan
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual”.
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
“Nilai perusahaan dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh
peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham” (Sujoko dan Soebiantoro ,2007). “Harga
saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan
membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek
perusahaan di masa depan”. Menurut Suharli (2007), “dalam penilaian perusahaan mengandung
unsur proyeksi, asuransi, perkiraan dan judgement. Nilai dari perusahaan bergantung tidak
hanya pada kemapuan menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik
operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih”.
Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Nilai perusahaan umumnya diindikasikan dengan Price to Book Value (PBV). PBV yang
cenderung tinggi akan membuat pasar semakin percaya terhadap prospek perusahaan di masa
yang akan datang. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi yang selaras dengan
keinginan para pemilik sehingga kesejahteraan para pemilik juga meningkat (Hery, 2017).
Kekayaan pemegang saham dan perusahaan direpresentasikan oleh harga pasar saham yang
merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset. Harga saham
yang tinggi membuat pasar percaya dengan kinerja perusahaan saat ini dan juga terhadap
prospek perusahaan di masa mendatang. Alasannya karena nilai suatu perusahaan dapat
memberikan keuntungan atau kemakmuran bagi para pemegang saham secara maksimal jika
harga saham perusahaan tersebut meningkat. Semakin naik harga saham, maka semakin tinggi
kemakmuran pemegang saham sehingga situasi ini akan dilirik oleh investor karena melalui
permintaan saham yang meningkat maka nilai perusahaan juga akan ikut meningkat.
LIKUIDITAS
Brigham & Houston (2010) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi atau membayar kewajiban finansial jangka pendeknya. Ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dapat diakibatkan karena beberapa
faktor. Pertama, perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Kedua, perusahaan
memiliki dana, namun pada saat jatuh tempo tidak memiliki dana yang cukup secara tunai
sehingga perusahaan harus menunggu dalam jangka waktu tertentu untuk mencairkan berbagai
aktiva lainnya dengan menjual surat berharga, menagih piutang, atau menjual persediaan aktiva
lainnya. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang baik akan dianggap berkinerja baik
oleh para calon investor. Hal ini akan menarik minat calon investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek tepat pada waktunya. Perusahaan yang likuid akan dipercaya oleh investor karena
dianggap kinerja perusahaan baik. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan juga
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum
menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Brealey dan Myers dalam Uremadu et al
(2012) mengatakan bahwa Investor akan tertarik terhadap perusahaan yang menghasilkan uang
untuk membayar hutang atau kewajibannya. Dalam penelitian ini menggunakan Current Ratio
dikarenakan ingin mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan aktiva lancar.
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
LEVERAGE
Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Solvabilitas
(leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang
dibandingkan dengan modal sendiri. (Kasmir, 2013: 41). Leverage dapat dipahami sebagai
penaksir dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar
menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Solvabilitas (leverage) digambarkan
untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal
sendiri (Weston dan Copeland, 1992). Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari resiko
yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan resiko
investasi yang semakin besar pula. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki
resiko leverage yang lebih kecil.
Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvabel,
artinya total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya . Karena leverage
merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga
sebagai rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aset suatu perusahaan,
maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi namun resiko
leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan
tersebut. Karena dikhawatirkan aset tinggi tersebut didapat dari hutang yang akan meningkatkan
resiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibanya tepat waktu. Leverage
dalam peneltian ini diwakili oleh Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan rasio yang
membandingkan total hutang dengan ekuitas (Kasmir, 2016: 157).
UKURAN PERUSAHAAN
Hery (2017) menyebutkan ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan seberapa besar kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara yaitu dapat
diukur dengan total aset, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin besar total aset maupun
penjualan maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aset maka semakin
besar modal yang ditanam, sementara semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga
perputaran uang dalam perusahaan. Lumbantobing (2017) menyebutkan bahwa ukuran
perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan karena semakin besar ukuran
perusahaan maka akan semakin mudah bagi perusahaan dalam memperoleh sumber pendanaan,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Ukuran perusahaan besar dan terus bertumbuh
dapat mencerminkan tingkat profit yang akan mendatang, kemudahan dalam pembiayaan ini
dapat mempengaruhi nilai sebuah perusahaan dan menjadi informasi baik bagi calon investor
(Halim et al, 2005). Skala perusahaan adalah ukuran yang dipakai untuk menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan yang didasari oleh total aset perusahaan (Lumbantobing, 2017).
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dinilai dengan log of total assets. Hal ini
dilakukan karena ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset dinyatakan dalam jutaan rupiah
sehingga membuat digit data terlalu besar, nilai, dan sebarannya yang juga besar dari variabel
lain sehingga dapat menyebabkan fluktuasi data yang berlebihan. Ukuran perusahaan diukur
dengan menggunakan log natural dari total aset (Nadeem dan Wang, 2011).
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
PERUMUSAN HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis
data-data secara kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan kemudian menginterprestasikan hasil analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan
(Sugiyono, 2017). Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori
tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur sehingga
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik
(Creswell, 2012).
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Riau. Waktu penelitian ini
dilakukan mulai Maret – Desember 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
industri barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2018-2020.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dalam Sugiyono, (2016: 85).
Alasan meggunakan teknik purposive sampling ini karena sesuai untuk digunakan untuk
penelitian kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi menurut
Sugiyono, (2016: 85). Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
Perusahaan yang terdaftar dalam sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2018-2020, menyajikan laporan keuangan periode 2018-2020, berdasarkan
teknik purposive sampling yang digunakan diperoleh 46 perusahaan.
Untuk keperluan penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang telah ada dan tidak dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006),
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari Bursa Efek Indonesia
(https://www.idx.co.id/). Skala pengukuran instrument yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Rasio dan Logaritma.
Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Table 1
Descriptive Statistics
periode penelitian memiliki nilai minimum sebesar -0.33, nilai maksimum sebesar
6453.03, nilai mean sebesar 92.8693 dan standar deviasi sebesar 654.21581 .
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) atau tidak. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat diketahui dari nilai
tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai
tolerance di bawah 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Hasil pengujian dengan
menggunakan nilai tolerance dan VIF, dapat dilihat pada tabel 2.
Coefficientsa
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pengamatan satu kepengamatan yang lain tetap. Hal seperti
itu juga disebut sebagai homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas
dalam suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot atau nilai
prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residual error yaitu SRESID. Jika ada pola
tertentu dan tidak menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Pengujian ini dapat dilihat melalui grafik scatterplot seperti gambar 2.
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
Berdasarkan grafik scatter plot dapat dilihat bahwa terbentuk pola tertentu dan
tidak menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi telah terjadi heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi
antara residual pada periode t dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan
ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2006): (1) Bahwa nilai DW terletak diantara batas atas atau
upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi positif; (2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autukorelasi positif; (3) Bila nilai
DW lebih besar daripada batas bawah atau lower bound (4-dl), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif; (4) Bila nilai DW terletak antara batas atas
(du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.Uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 3.
Model Summaryb
terletak pada d < dl ≤ 4-dl yaitu 1.210 < 1.6513 ≤ 2,2464 , maka dapat disimpulkan bahwa
koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autukorelasi positif.
Pengujian Hipotesis
Pengujian Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dalam penelitian ini berguna untuk mengukur seberapa besar
peranan variabel independen yaitu likuiditas, leverage, dan ukuran perusahaan secara bersama-
sama menjelaskan perubahan yang terjadi terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan.
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai
R² yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5
Model Summaryb
Uji Statistik F
Untuk mengetahui bahwa variabel independen yaitu profitabilitas, leverage dan ukuran
perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen yaitu nilai perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 6.
ANOVAa
Dari hasil pengolahan data pada tabel 6, didapat nilai Fhitumg sebesar 11.959 sig pada
p-value = 0,000. Sedangkan untuk mencari Ftabel dengan jumlah sampel (n) = 120 dan jumlah
variabel (k) = 4 dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh Ftabel sebesar 2,45. Sehingga 11.959
> 2,45 dan secara statistik diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas, leverage dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Uji Statistik t
Untuk mengetahui bahwa variabel independen yaitu likuiditas, leverage dan ukuran
perusahaan secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
yaitu nilai perusahaan. Dalam pengujian ini sampel (n) = 120, jumlah variabel (k) = 4 dan taraf
signifikansi α = 0.05 sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1.981. Untuk mengetahui thitung
setiap variabel dapat dilihat pada tabel 7.
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
Coefficientsa
PEMBAHASAN
Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini, terlihat bahwa Likuiditas
berpengaruh negativ dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak. Semakin tinggi profit perusahaan, maka akan menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya. Tingginya minat investor dan dengan ROE yang
tinggi maka akan meningkatkan harga saham. Harga saham yang tinggi berpengaruh positif
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang disampaikan oleh
Husnan (2001) yang menyatakan semakin baik pertumbuhan Likuiditas perusahaan berarti
prospek perusahaan dimasa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan
dinilai semakin baik dimata investor. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, Studi Kasus pada perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020, salah satu hasilnya adalah Likuiditas
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kesimpulan
Rodiah/ Economics, Accounting and Business Journal, 1(1), 1-16
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut : (1) Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel
Likuiditas berpengaruh negativ terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung dengan nilai
signifikansi sebesar 0,948 lebih besar dari α = 0,05 dan koefisien regresi sebesar –1.401. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai Likuiditas yang rendah, maka
berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan; (2) Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
didukung dengan nilai signifikansi sebesar 0,032 lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi
sebesar -387.909. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat leverage
rendah, maka nilai perusahaannya akan semakin menurun; (3) Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negativ terhadap nilai
perusahaan. Hal ini didukung dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05
dan koefisien regresi sebesar -92.780. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah ukuran
perusahaan, likuiditas dan leverage maka tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA