Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
HERI LIAMSI, S.T. M.T.
NIP. 196311091991021001
ii
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN LISTRIK (MR)
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang
senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan bahan ajar ini.
Bahan ajar ini disusun dari berbagai literature dan pengalaman lapangan
Penulis sendiri sebagai Asesor Madya Kompetensi,diperuntukan sebagai tambahan
untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi Mahasiswa/i Program Studi Teknik
Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya,berisakan teori manajemen
pemeliharaan dan perbaikan serta Keselamatan Ketenagalistrikan (K2/K3),yang
mengacu pada Standart Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan,
Pembahasan yang akan disampaikan selain teori dasar
Pemeliharaan,Perbaikan Peralatan Ketenagalistrikan, juga disertai dengan contoh
yang dapat dipraktekan di Bengkel Listrik POLSRI..
Penulis menyadari bahwa di dalam penusunan bahan ajar ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan bahan ajar ini memberikan manfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran ( Learning out come ).secara Umum dan khusus antara lain :
1.Mahasiswa dapat memahami teori tentang manajemen Pemeliharaan,Perbaikan dan
pemasangan Peralatan Ketenagalistrikan.
2. Mahasiswa dapat mengenal macam dan jenis peralatan Ketenagalistrikan.
3.Mahasiswa dapat membuat suatu Job Safety Analisis ( JSA ) sebelum melakukan
pekerjaan.
5
4.Mahasiswa dapat melaksanakan Prosedure kegiatan sesuai Standart Operasi
Prosedure ( SOP ) setiap pekerjaan.
5.Mahasiswa mengetahui dan mematuhi penting nya factor Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K2/K3 ) bidang Ketenagalistrikan.
6.Mahasiswa dapat membuat Laporan kegiatan pekerjaan Pemeliharaan,perbaikan
dan Pemasangan ketenagalistrikan.
6
Jenis-jenis dari pemeliharaan/perwatan dapat dilihat dari bagan di bawah ini,
7
analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ).
C. Corective Maintenance
Adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik
mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau
penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan
terencana.
D. Breakdown Maintenance
Adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.
Pelaksanaan pemeliharaan peralatan dapat dibagi 2 macam :
1. Pemeliharaan yang berupa monitoring dan dan pengamatan dilakukan oleh petugas operator
atau petugas patroli bagi Gardu Induk yang tidak dijaga (GITO – Gardu Induk Tanpa
Operator).
2. Pemeliharaan yang berupa pembersihan, pengukuran dan perbaikan dilakukan oleh petugas
pemeliharaan dan Perbaikan.
8
BAB II
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
9
2.2 Standart Operation Prosedure ( SOP) / Spesifikasi Kerja
Adalah merupakan alat komunikasi dengan pelaksana,untuk mengarahkan dalam
menjalankan kegiatan pekerjaan perawatan.
2.2.1.Fungsi SOP atau Spesifikasi kerja
Beberapa fungsi dari SOP/ spesifikasi kerja adalah :
1. Merupakan instruksi dasar tindakan yang harus dilakukan oleh setiap petugas,pegawai
atau Tim kerja
2. Berisikan urutan kerja,alat yang digunakan/dibutuhkan,alat uji .
3. Dapat dianggap sebagai standar kerja,sehingga siapapun yang melakukan mempunyai
cara yang sama,sekaligus mempengaruhi keselamatan kerja, Secara keseluruhan .
4.Sebagai dasar Hukum bila terjadi penyimpangan.
5.Untuk Menjamin keselamatan Manusia,Peralatan dan Lingkungan.
10
2.4 Nilai Kerumitan Kegiatan Pemeliharaan
Nilai kerumitan kegiatan perawatan adalah nilai relatif yang tergantung dari kemampuan
suatu departemen perawatan,untuk menangani suatu peralatan tertentu yang dibandingkan
dengan peralatan lain yang ada.
Konsep dasar dari nilai kerumitan ditentukan oleh aspek-aspek :
1.harga peralatan/mesin
2.Kebutuhan suku cadang/tahun.
3.Biaya/anggaran pertahun.
4.Tingkat kepresisian peralatan.
5.Prioritas penggunaan.
6.Frekwensi kerusakan.
7situasi dan kondisi operasi.
8.waktu operasi setiap bulan.
9.faktor keselamatan ketenagalistrikan (K2)
2.5 Langkah-langkah pemeliharaan
Adapun langkah – langkah suatu kegiatan pemeliharaan secara umum adalah sebagai berikut
1.Siapkan standart kelaikan operasi instalasi listrik
2.siapkan peralatan/bahan untuk pengujian berupa alat ukur,alat kerja (tool),form
peliharaan.
3.Siapkan gambar kerja,berupa digram lokasi dll
4.Lakukan pengujian terhadap peralatan/sub sistem instalasi listrik
5.Bandingkan hasil pengujian dengan standar perlatan
6.lakukan pemeliharaan dan pengujian kembali sampai sesuai dengan standar kelaikan
operasi
7.Buat laporan pemeliharaan.
11
terjadinya kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai
dengan laporan hasil inspeksi, adan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya
kerusakan dengan melihat sebabsebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.
b. Teknik (engineering)
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-
kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian
terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan
untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikanperbaikan bagi perluasan dan
kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat
diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau
diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.
c. Produksi (production)
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan
mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan
atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksanakan kegiatan servis dan
perminyakan (lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-
usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.
e. Bangunan (housekeeping)
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan
gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya
12
Hal ini mengacu kepada DJK K.130 Metodologi Sertifikasi Kompetensi Ketenagalistrikan
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia 62/145 Lampiran 5 : mengenai Job Safety Analysis (JSA) Nomor:
Konstruksi R Tertutup Alat Angkat Kerja Panas Penggalian Diketinggian Lainnya Lokasi
Tanggal.
Deskripsi Kegiatan pekerjaan, Jenis Peralatan Mesin Listrik, Peralatan Tangan dan potensi
bahaya anatara lain Lantai Licin ,Bahaya Alat Listrik, Ketinggian, Lingkungan
Ramai,Percikan Besi Panas ,Bahaya Kebakaran, Kagagalan Alat Pekerjaan Terdekat, Beban
Berat ,Leburan Besi Panas, Percikan Palu, Objek Berayun Sambungan Pipa, Tangga yang
Kokoh, Asap Radioaktif, Gas ,Pihak Ketiga, Berangin Benda Tajam, Jalan Darurat,
Jepit/Perangkap, Orang Tanpa Ijin Benturan Benda Bising, Polusi Alam, Bahaya Cedera
,Gelap (Malam), Salah Komunikasi ,Vibrasi/Getaran, Debu, Tersandung/Jatuh,Cuaca Buruk
,Terhantam Benda ,Kegagalan Peralatan ,Salah Penyetelan, Ergonomic ,Lantai Berlubang,
Kagagalan Struktur, Keseleo ,Kejatuhan Material, Tepian Bangunan ,Tindakan Keselamatan
lain yang diperlukan Selalu mengingatkan untuk tetap menggunakan APD dalam setiap
pekerjaan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) dan perlatatan kerja yang sesuai.
JSA juga memuat pernyataan pekerja bahwa menyatakan dalam keadaan SEHAT,
mematuhi ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) dan segala persyaratan yang
diberlakukan Nama Tandatangan Hari & Tanggal ,serta nama Penanggung pengawas atau
penanggung jawab kegiatan.
13
Gambar 2.1 Contoh JSA
14
BAB III
Aplikasi Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan Ketenagalistrikan
3.1. Umum
Untuk dapat mengaplikasi teori dari Bahan ajar Manajemen Perawatan dan
Pemeliharaan peralatan kontrol listrik dan PHB kendali,maka akan diberikan beberapa contoh
konkrit dilapangan. Dalam contoh ini memuat prosedur kegiatan baik cara
pemasangan,pemeliharaan dan Perbaikan khususnya bidang Jaringan distribusi tegangan
menengah dan Rendah serta peralatan Ketenagalistrikan Lainnya.
Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban
pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponennya
(fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping
itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih
(over load current). Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain
apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya yang disebabkan oleh hubung
singkat (short circuit) atau beban lebih (over load). Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan
15
3.2.2 Trafo Distribusi
1. Transformator Distribusi
Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up
down 20/0,4 kV dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena terjadi drop
tegangan maka tegangan 52ad arak TR dibuat diatas 380 Volt agar tegangan pada ujung
beban menjadi 380 Volt.
2. Bentuk dan Konrtruksi Transformator
b. Belitan, terbuat dari tembaga yang letaknya dibelitkan pada inti dengan bentuk spiral atau
konsentrik.
16
3.2.3. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHB TR)
Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan
diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing.
17
Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak
unit PLN yang mengambil kebijaksanaan untuk melepas atau tidak memfungsikan
rangkaian pengukuran maupun rangkaian kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak
banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol terbuang untuk
keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus, sedangkan untuk mengetahui
besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran pada saat di perlukan saja dan
bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau Tang Ampere saja.
Sistem pembumian atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber
tenaga, dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pentanahan digambarkan sebagai
hubungan antara suatu peralatan atau sirkit listrik dengan bumi.
Sistem pembumian yang digunakan baik untuk netral dari suatu sistem tenaga listrik
(Trafo Tenaga) , sistem penangkal petir, untuk suatu peralatan khususnya dibidang
telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius , karena pada
prinsipnya pembumian tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk keamanan baik bagi
Manusia,peralatan listrik lain nya. Tidak jarang orang umum/ awam maupun seorang teknisi
masih ada kekurangan dalam mengprediksikan nilai dari Hambatan suatu Pembumian sesuai
standar PUIL atau SPLN.
Besar impedansi pembumian sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal atau
eksternal. Yang dimaksud dengan fator internal meliputi :
a. Dimensi konduktor pentanahan (diameter atau panjangnya).
b. Resistivitas relative tanah /Jenis Tanah
c. Konfigurasi system pentanahan.
18
Gambar Macam-macam alat pembumian.
Dari gambar diatas tampak bahwa ada empat alat pembumian, yaitu:
a. Batang pembumian tunggal (single grounding rod).
b. Batang pembumian ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa batang
tunggal yang dihubungkan paralel.
Gambar Elektroda
Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus arus tiga
fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara elektronis.
Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh
19
dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga merupakan sebuah sistem penginterupsi
hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem
kabelnya yang full-insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang sederhana yang
membuat proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah. Sistem pengendalian
elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja anti karat
sehingga dapat digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali (user-
friendly) dan tahan segala kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak jauh juga
dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).
20
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar Kubikel
Pengertian Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang
pada gardu distribusi yang mempunyai fungsi sebagai pembagi,
pemutus, penghubung, pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran
tenaga listrik tegangan 20 kV. Kubikel biasa terpasang pada gardu
distribusi atau gardu hubung.
1. Fungsi Kubikel 20 kv
a. Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
b. Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
c. Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)
2. Jenis Kubikel
Berdasarkan fungsi/penempatannya, kubikel 20 kV di Gardu Induk
antara lain:
a. Kubikel Incoming : berfungsi sebagai penghubung dari sisi
sekunder
trafo daya ke busbar 20 kV
b. Kubikel Outgoing : sebagai penghubung / penyalur dari busbar ke
beban
c. Kubikel Pemakaian sendiri (Trafo PS) : sebagai penghubung dari
busbar ke beban pemakaian sendiri GI
d. Kubikel Kopel (bus kopling) : sebagai penghubung antara rel 1 dan
rel 2
21
Politeknik Negeri Sriwijaya
22
Politeknik Negeri Sriwijaya
c Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri
dari dua bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap
(fixed contact) sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau
PMT digunakan media minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan
udara, selain itu memperkecil terjadinya busur api dilakukan dengan
pembukaan dan penutupan kontak pemutus secara cepat secara
mekanis.
d Sirkuit Pembumian
Semua bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit
utama atau sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga
membahayakan harus dihubungkan ke penghantar pembumian .
Penghantar tersebut terbuat dari tembaga dan mampu mengalirkan arus
sebesar 12,5 kA selama 1 detik tanpa menjadi rusak. Kepadatan arus di
sirkuit pembumian tidak boleh melampaui 200 A/mm2 dengan luas
penampang penghantar tidak kurang dari 30 mm2 Pada setiap ujung
penghantar disambung dengan instalasi sistem pembumian pembumian
melalui baut berukuran M12. Penghantar pembumian ditempatkan
sedemikian sehingga tidak merintangi tangan untuk mencapai terminal
kabel. Selungkup kompartemen sekurang-kurangnya harus terselubung
di satu titik dengan penghantar bumi. Kontinuitas pembumian antara
badan kompartemen dan sekat atau tutup diyakinkan melalui
pemasangan baut dan mur atau cara lain yang dapat diandalkan.
Kontinuitas pembumian antara bagian bergerak yang berengsel dengan
luas penampang tidak kurang dari 30 mm2 suatu penguat ditambahkan
pada pita tersebut untuk melindungi anyaman pita terhadap tegangan
mekanis yang tidak semestinya. Bagian sakelar pembumian harus
terhubung ke penghantar utama pembumian melalui penghantar
23
Politeknik Negeri Sriwijaya
24
Politeknik Negeri Sriwijaya
f Terminal Penghubung
Untuk menghubungkan bagian-bagian kubikel yang bertegangan
satu dengan yang lainnya, ada beberapa terminal antara lain :
i. Lampu Indikator
Untuk menandai adanya tegangan (20 kV) pada sisi kabel, baik berasal
dari sisi lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai akibat alat
hubung dimasukkan, lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus
kapasitip yang dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan. Kubikel
jenis PMT lampu indikator digunakan nuntuk menandai posisi alat-
hubungnya dengan 2 ( dua ) warna yang berbeda untuk posisi masuk atau
keluar. Sumber listrik untuk lampu indikator berasal daris sumber arus
searah ( DC ) yang dihubungkan dengan kontak bantu yang bekerja
serempak dengan kerja poros penggerak alat-hubung utama.
25
Politeknik Negeri Sriwijaya
a. Perlengkapan ini harus dipasang pada setiap penyulang keluar dan terdiri
dari : Transformator arus jenis resin yang dipasang melingkari kabel.
Satu kotak untuk rele, batere yang dapat dimuati kembali (rechargeable)
dan alat pemberi muatan (changer) yang dipasang pada dinding di dalam
gardu. Catu daya sebesar 200 V 50 Hz.
k. Pemanas (Heater)
Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga.
keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek corona pada terminal
kubikel tersebut, besarnya tegangan heater 220 V sumber tegangan
berasal dari trafo distribusi
i. Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu membuka atau menutup
posisi kontak hubung : PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau
pengisian pegas untuk energi membuka / menutup kontak hubung, pada
satu kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih
26
Politeknik Negeri Sriwijaya
• Penguncian
Perlengkapan penguncian harus disediakan untuk :
Sakelar pembumian pada posisi terbuka atau tertutup
Sakelar utama atau pemutusan tenaga pada posisi terbuka
Pintu Kubikel
27
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB
3.2.7 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah
Sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder.
Jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu
distribusi, sedangkan sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi
hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan
jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder adalah
jaringan tegangan rendah ( JTR 220/380V ). Jaringan distribusi merupakan
bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau beban
dibanding dengan jaringan transmisi. Salah satu peralatan utama jaringan
distribusi yaitu trafo distribusi, trafo distribusi adalah peralatan tenaga listrik
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi ke tegangan rendah, agar
tegangan yang dipakai sesuai dengan rating peralatan listrik pelanggan atau
beban pada umumnya. Untuk mencapai performa yang maksimal, keandalan
trafo distribusi harus tetap dijaga dengan maintenance berkala dan memiliki
sistem proteksi yang baik.
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk
gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi
jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan
pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik
biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah
mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang
beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor
mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban
penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut
kegunaanya :
• Tiang awal / akhir
• Tiang penyangga
• Tiang sudut
• Tiang Peregang / tiang tarik
28
Politeknik Negeri Sriwijaya
• Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang
diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada
tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut
dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga
isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu
untuk membuat lubang-lubang baut.
c. Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross
Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah
isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan
isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
1. Konstruksi TM – 1
Merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu
traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan
tidak memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kontruksi TM-1 ini hanya
dapat dilakukan pada sudut 170-1800.
Bahan:
1. Cross Arm : 1 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 3 buah
3. Alumunium Bending Wire : 6 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja
2. Konstruksi TM – 2
29
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar Konstruksi TM -2
Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D.
Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama dengan TM-2, bedanya
TM-2D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), dan
menggunakan double treck schoor yang diletakkan dibawah masing-
masing traves .
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
3. Alumunium Bending Wire : 12 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja
3. Konstruksi TM – 3
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus,
mempunyai double traves. Isolator yang digunakan enam
buah isolator jenis suspention insulator dan tiga buah
isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak
memakai treck schoor.
30
Politeknik Negeri Sriwijaya
Gambar Konstruksi TM – 3
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
3. Alumunium Bending Wire : 12 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja
4. Konstruksi TM – 4
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada
konstruksi tiang TM akhir. Mempunyai double traves,
dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan
memakai treck schoor.
Gambar Konstruksi TM – 4
31
Politeknik Negeri Sriwijaya
5. Konstruksi TM - 5
Gambar Konstruksi TM - 5
Bahan:
32
Politeknik Negeri Sriwijaya
6. Konstruksi TM - 6
Gambar Konstruksi TM - 6
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 1 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 4 meter
33
Politeknik Negeri Sriwijaya
7. Konstruksi TM-7
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
3. Alumunium Bending Wire : 12 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja
8. Konstruksi TM-8
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku
(90°). Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu dan
TM percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada dua
jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada
isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D
mempunyai double sirkuit.
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
34
Politeknik Negeri Sriwijaya
9. Konstruksi TM - 9
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus. Satu
traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak
digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan
Gambar Konstruksi TM – 9
Bahan:
1. Cross Arm : 3 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 4 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 8 meter
5. Tiang Beton : 1 buah
6. Aksesoris
7. Alat kerja
35
Politeknik Negeri Sriwijaya
Bahan:
1. Cross Arm : 4 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 2 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 4 meter
5. Tiang Beton : 1 buah
6. Aksesoris
7. Alat kerja
2. Konstruksi TR-2.
36
Politeknik Negeri Sriwijaya
3. Konstruksi TR-3.
Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang akhir
atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-end clamp
complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan
plastic strap).
4. Konstruksi TR-4.
Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai tiang
penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada suspension
small angle assambly.
BAB
37
Politeknik Negeri Sriwijaya
5. Konstruksi TR-5.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang
penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik
adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat
pekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.
6. Konstruksi TR-6
38
Politeknik Negeri Sriwijaya
Panel distribusi tegangan rendah (low voltage main distribution panel) adalah
pusat pendistribusian power tenaga listrik sebelum di salurkan ke pengguna tenaga
listrik,apakah itu sebuah gedung perkantoran, hotel, apartement, pabrik.Panel ini
biasanya ditempatkan tepat di keluaran sumber atau power tenaga listrik, baik power
listrik tersebut berasal dari Trafo PLN ,Generator Set (genset).
Ada beberapa syarat yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam
Pembuatan Panel distribusi tegangan rendah antara lain :
1. Aman terhadap Manusia,bangunan dan lingkungan
2. Memenuhi fungsinya sebagai pusat distribusi power tenaga listrik sebelum
disalurkan ke pengguna listrik.
39
Politeknik Negeri Sriwijaya
Jepit klip tegangan ke satu kabel (kabel hidup) yang membawa setidaknya 70 V
AC dan pastikan indikator tegangan saluran menyala.
40
Politeknik Negeri Sriwijaya
2) Jika semua kabel hidup, indikator tegangan saluran R-S dan S-T akan
menyala.
3) Jika indikator urutan fase berkedip ke kanan yang ditunjukkan oleh panah,
maka urutan fase sudah benar (R-S-T). Instrumen akan berbunyi bip sesekali.
kWh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung
hasil kali tegangan, arus factor kerja,kali waktu yang tertentu (UI Cos φ t) yang bekerja
padanya selama jangka waktu tertentu tersebut. kWh Meter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur total energi listrik (atau listrik) yang dikonsumsi oleh peralatan yang
diambil dari energi listrik dari catu daya utama di rumah. Jika dilihat secara dekat
dibagian KWH meter terdapat deretan angka/digit. Angka-angka ini (bacaan pada
meteran) memberi tahu kita telah berapa banyak unit listrik (disebut sebagai kWh
dalam meteran listrik) yang telah dikonsumsi sejauh ini. Dengan kata lain, besarnya
tagihan listrik akan bergantung sepenuhnya pada meteran ini.
41
Politeknik Negeri Sriwijaya
Cara kerja KWH meter sebenarnya cukup sederhana. Ada piringan logam
nonmagnetik yang terpasang di dalam KWH meter yang akan berputar tergantung pada
daya yang melewatinya. Jadi, jika daya yang melewatinya tinggi, maka cakram akan
berputar lebih cepat dan apabila daya yang melewatinya rendah, cakram akan berputar
lebih lambat. Laju rotasi pada nantinya akan menentukan pembacaan pada KWH
meter, semakin tinggi jumlah rotasi, maka semakin tinggi pula pembacaan meterannya
dan sebaliknya. Untuk membuat cakram berputar maka membutuhkan energi listrik
tersendiri yang tidak terbaca di KWH meter, dibutuhkan daya sekitar 2 Watt untuk
membuat cakram berputar.
42
Politeknik Negeri Sriwijaya
KWH meter digital saat ini bisa dikatakan sebagai pengganti KWH meter analog.
KWH meter digital mempunyai layar LED / LCD yang berguna untuk membaca
konsumsi listrik dari peralatan yang terhubung, pembacaan digital pada KWH meter
digital berbeda dengan KWH meter analog. Dimana KWH meter digital jauh lebih
efisien daripada KWH meter analog karena pada KWH meter digital akan membaca
setiap unit listrik yang dikonsumsi.
Smart meter PLN atau orang Indonesia lebih akrab dengan sebutan meteran pulsa
listrik adalah jenis meteran listrik terbaru. Meteran pulsa listrik terlihat mirip dengan
KWh meter digital tetapi Smart meter PLN lebih baik daripada KWH meter analog
maupun digital karena selain memberikan layanan biasa yaitu membaca konsumsi
listrik, smart meter PLN juga terhubung ke internet. Ini berarti bahwa tidak perlu lagi
ada petugas PLN yang datang kerumah Anda hanya untuk mengambil pembacaan
meter, dimana pembacaan secara otomatis dikirim melalui internet.
kWh meter analog memiliki ciri utama adanya piringan yang berputar. Prinsip
kerja alat jenis ini adalah electromechanical dimana memanfaatkan prinsip elektrik dan
mekanik di dalamnya. Seperti dapat dilihat pada gambar dibawah, komponen kWh
meter analog terdiri dari: terminal input, coil arus (current coil), coil voltase (voltage
coil), disc (piringan), braking magnet, dan register.
43
Politeknik Negeri Sriwijaya
Terminal input adalah tempat koneksi ke meter listrik ini. Kemudian coil arus
adalah coil yang dikoneksi secara seri dengan beban (misal komponen listrik
rumah). Pada coil arus akan terbentuk electromagnet yang besarnya sebanding
dengan arus beban. Elektromagnet ini akan menimbulkan eddy current yang pada
intinya menimbulkan gaya gerak pada piringan. Begitu juga dengan coil voltase
yang dihubungkan secara parelel dengan beban. Coil ini juga menghasilkan gaya
gerak pada piringan yang besarnya sebanding dengan voltase. Gaya gerak yang
dihasilkan coil arus dan coil voltage pada piringan sebanding dengan daya listrik
yang dikonsumsi beban dengan rumus P = V I cos (teta). Dimana teta adalah beda
sudut/ fasa antara voltase dan arus.
44
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB IV
Pelaksanaan Pemasangan, Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan
Ketenagalistrikan
Dalam Bab ini akan diberikan contoh-contoh berbagai Kegiatan dalam pemeliharaan,perbaikan
serta pemasangan ,pengoperasian perlatan ketegalistrikan yang dapat di praktekan pada Bengkel
Program Studi Teknik Listrik POLSRI antara lain sebagai Berikut :
1) APD
1. Sabuk Pengaman
Berfungsi sebagai alat untuk memanjat tiang pada jaringan listrik baik tiang portal
maupun tiangbiasa
2. Wearpack
ground arester
3. Sarung Tangan 20kV.
Berfungsi Sebagai Pengaman dari tegangan sentuh.dibawah 1.78 ohm
4. Helm Safety. ground ada 3. bodi
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang dapat terjatuh dari atas.
5. Sepatu Safety 20 kV
trafo dan phbtr
dan
Berfungsi sebagai pelindung kaki dari berbagai resiko pembumian.
kecelakaan kerja yang dapat terjadi.
2) Alat Kerja
kurang dri 5ohm
1. Shackel stick
Berfungsi sebagai alat untuk Melepas ataupun memasang FCO(Fuse Cut Out)
2. Toolkit
3. Voltage Detector 20 kV
mengecek apakah
jaringan bertegangan
3) Alat Ukur
1. Insulation Tester 2. Earth Tester 3.AVO Meter
4) SOP
Atas dasar PK dari atasan yang berwenang untuk penggantian Fuse Cut Out 20 kV
1. Petugas Pemeliharaan melaksanakan :
a. Pengambilan material ke gudang
b. Menyiapkan Sarana angkutan, peralatan kerja dan peralatan K3
3. Lakukan pengujian dan pengukuran Fuse Cut Out 20 kV untuk memastikan Fuse Cut Out
dalam keadaan baik
4. Lakukan komunikasi dengan Piket UP3 / ULP setempat untuk permintaan pemadaman sesuai
SOP Komunikasi
5. Pastikan penghantar dalam posisi aman (tidak bertegangan) dengan cara deteksi dengan voltage
detector 20 kV dan kemudian menghubung singkat ketiga penghantar SUTM dengan stick
pentanahan / Grounding Apparatus (pastikan memakai perlengkapan K3)
7. Pasang tangga dan pastikan bahwa tangga sudah dipasang dengan kokoh
8. Pekerjaan pemasangan / penggantian Fuse Cut Out 20 kV :
1. Pakailah perlengkapan K3
2. Ikatkan bagian bawah tangga dengan tiang, kemudian petugas naik membawa tambang
untuk digunakan mengikat tangga bagian atas dan untuk menaikkan / menurunkan
peralatan dan material (pastikan sebelum mengikat tangga bagian atas pasang sabuk
pengaman pada tiang)
3. Pasang sabuk pengaman pada tiang dan pastikan bahwa sabuk sudah terpasang dengan
benar, sebelum kerja dimulai
fuse link
4. Pasang tambang dan roller pengerek pada dudukan traves atau pada lubang tiang dengan
memakai eye bolt
8. Siapkan Fuse Cut Out baru (pastikan bahwa Fuse Cut Out dalam keadaan baik)
9. Angkat Fuse Cut Out yang baru
10. Pasang Fuse Cut Out yang baru
11. Periksa dan pastikan kembali bahwa pekerjaan sudah baik dan benar
12. Buka alat pentanahan / grounding dan turunkan
13. Periksa dan pastikan peralatan kerja dan alat bantu tidak tertinggal disana
14. Lepas pengait roller pengerek dan turunkan
15. Turunkan tali dengan mengaitkan pada lubang sabuk pengaman
16. Turun kembali melalui tangga, lepas ikatan tangga (pastikan sabuk pengaman terikat pada
tiang sebelum tali tangga lepas)
17. Turun melalui tangga (pastikan petugas di bawah memegang tangga supaya tangga tidak
terlepas)
PERALATAN KERJA :
47
Politeknik Negeri Sriwijaya
1. Kendaraan roda empat
2. Radio Komunikasi
3. Tangga isolasi 10. Tool Set
4. Telescope Stick 20 kV 11. Tambang 10 mm2 20 Meter
5. Meger Isolasi 12. Hand press
6. Katrol 13. Spot Ligtt / Lampu Senter
7. Seling Baja 14. Volt AmperMeter
8. Gin Tranformer 15. Mobil Crane
9. Kantong alat kerja 16. Earth Meter
PERLENGKAPAN APD :
1. Sabuk Pengaman
2. Pakaian Kerja
3. Helm Pengaman
4. Sepatu kerja
5. Tester tegangan
6. Grounding lokal
7. Jas Hujan
8. Sarung Tangan
9. Rambu –rambu
10. Kotak P3K
MATERIAL :
1. Transformator 3 phasa
2. Konduktor u/ jumper
3. Ground Wire CU
4. Sepatu kabel AL/CU 70 mm2
5. H Type / CCO 70 mm
6. Konektor CU / CU 16 – 50 mm2
7. Hot Line Clamp
8. Clamp Lop Dead End
9. Ground Rood
10. Clamp Ground rood
I. PERSIAPAN PEKERJAAN:
1. Membuat PK
48
Politeknik Negeri Sriwijaya
2. Menggunakan peralatan K3/ Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan.
Menyiapkan alat kerja dan material yang diperlukan
49
Politeknik Negeri Sriwijaya
HERI LIAMSI
PERALATAN UKUR:
1. AVO Meter
2. Earth tester.
3. Tang ampere meter.
4. Urutan Fasa TR. (Phasa Sequence)
5. Torsi meter.
6. Thermovision
7. Pengukur Tahanan isolasi / Megger 1 kV
50
Politeknik Negeri Sriwijaya
PERLENGKAPAN APD/ K3 :
1. Pakaian kerja.
2. Helm pengaman.
3. Sepatu Safety.
4. Sarung tangan 1 kV. 5. Sarung tangan kerja
6. Masker.
7. Kaca mata bening.
8. Grounding Set.
9. Perlengkapan P3K.
PERALATAN BANTU:
1. Kunci gardu.
2. Peta lbokasi gardu.
3. Form (check Ist) pemeliharaan PHB TR.
4. Alat tulis.
5. Kamera Digital
MATERIAL :
1. Contact cleaner
2. Kabel ties
3. Kain majun
4. Vasilineigrease
5. NHFuse.
6. Ground Plate.
7. Sepatu kabel (scoon cable).
8. Isolasi
9. Kertas pasir/ ampelas no. 150 dan 380
10. Holder NH Fuse
LANGKAH KERJA:
11. Pengawas Pemeliharaan:
11.11.1Menerima Perintah Kerja (PK) dari manager rayon.
51
Politeknik Negeri Sriwijaya
11.11.5Bersama Pelaksana Pemeliharaan mendata PHB TR, mengukur tegangan & beban jurusan,
dan mencatat dalam check list.
11.11.6Melapor ke Piket Pengatur Area bahwa pekerjaan pemeiharaan PHB TR gardu siap
dilaksanakan dan mohon PHB TR dibebaskan tegangan.
12. Piket Pengatur Area berkoordinasi dengan Piket Pengatur APD dan memerintahkan Pelaksana
Operasi membebaskan tegangan PHB TR yang akan dipelihara dengan langkah mengeluarkan
saklar beban dan memasukkan saklar pentanahan PB trafo, menginformasikan ke Pengawas
Pemeliharaan.
52
Politeknik Negeri Sriwijaya
13.11 Memeriksa dan memperbaiki sistem pentanahan, mengukur tahanan pentanahan PHB TR,
dan mencatat dalam check list.
13.12 Melumasi Hoider NH Fuse dengan vaseline, dan mencoba keluar masuk NH fuse
13.13 Memperbaikimengganti kunci PHB TR jika rusak.
13.14 Meyakinkan bahwa tidak ada peralatan yang tertinggal pada PHB TR.
13.15 Pekerjaan pemeliharaan selesai dan persiapan untuk penormalan.
14. Pengawas Pemeliharaan:
14.1Memeriksa hasil pemeliharaan.
14.2Melapor ke Piket Pengatur Pengatur Sistem/ SCADA bahwa pekerjaan pemeliharaan PHB
TR selesai dan siap untuk di nomalkan.
15. Piket Pengatur Rayon menyampaikan Piket Pengatur Sistim/ SCADA bahwa pekerjaan
pemeliharaan PHB TR telah selesal.
SPV Teknik
Petugas
Heri Liamsi
53
Politeknik Negeri Sriwijaya
PERALATAN KERJA :
1. Radio Komunikasi
2. Kunci pas dan ring
3. Tambang plastik untuk pengikat tangga 3m
4. Gergaji besi
5. Pengencang stainless steel strap.
6. Tang kombinasi
7. Tangga
8. Palu 5 Kg
9. Ember
10. Pacul
11. Linggis
PERALATAN UKUR:
1. Earth Tester
2. AVO meter
3. Meter gulungan
PERLENGKAPAN APD / K3 :
1. Helm pengaman
2. Sepatu alas karet 20 kV
3. Sarung tangan mekanis
4. Sabuk pengaman
5. Wearpack (baju kerja)
6. Rambu rambu
54
Politeknik Negeri Sriwijaya
7. P3K.
MATERIAL :
PROSEDUR PEKERJAAN:
1. Sesual PK dari Asman Pemeliharaan Distribusi, segera petugas melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
5. Bila dinyatakan sudah padam/bebas (catat jam keluarnya jurusan TR), Setelah diyakini aman,
segera lakukan pekerjaan sebagai berikut:
6. Pasang tangga di tiang, naik satu orang petugas untuk meyakinkan tangga terpasang kokoh.
Pasang sabuk pengaman sebelum petugas
55
Politeknik Negeri Sriwijaya
6.1 naik ke tiang, kemudian petugas membuka konektor bimetal dengan kunci konektor.
6.2 Petugas turun dari tangga dan mengukur nilai awal pentanahan, sehingga diketahui nilai dan
material yang akan dipasang.
7. Pasang earthing rod dan ring serta BC 50 mm2 sesual dengan kebutuhan sehingga tercapai nilai
yang sesuai dengan standar konstruksi pentanahan.
8. Setelah selesai pemasangan / penambahan earthing rod lakukan pengukuran kembali sehingga
didapat nilai pentanahan yang baru.
9. Rapihkan bekas penambahan pentanahan baik dibawah maupun ditiang (ikatannya) oleh
petugas yang naik sambil memasang kembali konektor.
10. Memeriksa hasil pekerjaan.
11. Turunkan peralatan yang sudah tidak diperluk
12. Petugas turun dan menurunkan tangga.
13. Membereskan alat dan perlengkapan kerja ( tangga dan sebagainya) dan K3.
14. Informasikan ke Piket Pelayanan Distribusi bahwa pekerjaan telah selesai dan aman, minta
untuk jurusan TR dinormalkan (catat jam masuknya jurusan)
SPV Teknik
Petugas HAR
Miftah,AMd
Rafli
56
Politeknik Negeri Sriwijaya
PERALATAN KERJA :
1. Handle kubikel
2. Lampu penerangan
3. Tool kit
4. Alat komunikasi
5. Tespen 20 KV
PERLENGKAPAN APD / K3 :
1 Sepatu 20 kV
2 sarung tangan 20 Kv
3 Helm pengaman
4 Masker
5 Kacamata
MATERIAL :
1. Vaselin
2. Majun
3. Sakafen
4. Amplas
5. Majun
6. Alkohol
I. PERSIAPAN PEKERJAAN:
1. Membuat PK , Kode 7
2. Menggunakan peralatan K3/ Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan.
3. Menyiiapkan alat kerja dan material yang diperlukan
b. Jika sudah mendapat konfirmasi dari piket operator PLM bahwa penyulang dan incoming
pada kubikel yang akan dipelihara sudah padam dan bebas tegangan maka pengawas pekerjaan
memastikan area kerja sudah bebas tegangan dengan menggunakan voltage detector.
c. Setelah dipastikan padam dengan voltage detector maka dilakukan grounding di kubikel
Penyulang dan incoming tersebut.
58
Politeknik Negeri Sriwijaya
PERALATAN KERJA :
1. Radio Komunikasi
(HT)
2. Tangga
3. Stik Pentanahan
(Groundin
4. Kunci pas Ring lengkap
5. Tang kombinasi
6. Roller pengerek
7. Dudukan roller (eye
bolt)
8. Terpal Plastik
9. Voltage Detector 20 kV
10. Shackle Stick Panjang
20 kV
11. Wearpack
12. Fuse Puller
13. Mobil Crane
59
Politeknik Negeri Sriwijaya
PERLENGKAPAN APD
/K3 :
1. Sabuk Pengaman
2. Pakaian Kerja
3. Helm Pengaman
4. Sepatu safety 20 kv
5. Tester tegangan
6. Grounding lokal
7. Jas Hujan
8. Sarung Tangan 20 kv
9. Rambu –rambu
10. Kotak P3K
MATERIAL :
1. Tiang Beton
2. Traves/ Cross Arm
3. Isolator
4. Penghantar/ konduktor
5. Arm tie
6. Bushing
7. Fco
8. Arrester
9. Arm Brace
10. Peralatan hubung
11. Peralatan proteksi
I. PERSIAPAN PEKERJAAN:
1. Membuat PK
2. Menggunakan peralatan K3/ Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan.
3. Menyiiapkan alat kerja dan material yang diperlukan
60
Politeknik Negeri Sriwijaya
II.PELAKSANAAN PEKERJAAN:
1. Melaporkan ke Piket UPJ bahwa untuk pekerjaan siap dilaksanakan
2. Membebaskan tegangan TM pada lokasi pekerjaan untuk memasang trafo1 phase:
- Memindahkan beban penyulang ke penyulang lain jika dipasang
pada SUTM 3 phasa atau melepas
Fuse Cut Out bila dipasang pada SUTM 3 phasa
- Memastikan jaringan bebas tegangan - Memasang tangga.
tersisa
15.Buat Laporan
61
Politeknik Negeri Sriwijaya
SPV Teknik
Petugas HAR
PERALATAN KERJA :
1. Toolkit
2. Aksesoris
3. Tangga
4. Water Pass
5. Torsi Meter
6. Dynamo meter
7. Spanner
8. Powe Pull
9. Meter Gulung
10. GPS
11. Kompas
PERALATAN UKUR:
1. Tang Ampere
2. Ohm Meter
3. Insulation Tester
4. Tespen
5. Phasesequence
6. Earth tester
62
Politeknik Negeri Sriwijaya
LANGKAH KERJA PEMASANGAN:
1. Petugas lapangan menerima perintah dari ASSMAN OPDIST untuk melakukan pemasangan
SUTR baru dilengkapi dengan gambar revisi / gambar pelaksanaan.
9. Pengukuran tahanan bumi atau grounding untuk memastikan bahwa titik grounding dalam keadaan
baik.
10. Penggalian lubang untuk pemasangan tiang JTR yang sesuai dengan standar.
11. Pemasangan tiang untuk letak dari jaringan tegangan rendah.
12. Pemasangan stainless steel strap, stoping buckle, Grounding, plastik strap, dan fixed dead end
clamp yang ada pada TR awal atau TR 3.
13. Penarikan kabel Twice saluran udara mulai dari tiang awal TR atau TR 3 menuju ke pelanggan
atau lokasi sesuai dengan gambar pelaksana yang ada.
14. Pemasangan tiang akhir yang sudah lengkap dengan grounding, stainless steel strap, stoping
buckle, plastik strap, dan fixed dead end clamp serta akhir dari penarikan kabel TR.
15. Pemasangan kabel menuju pelanggan, yaitu dari tiang akhir yang sudah di berikan konektor agar
antara kedua kabel tersebut tersambung dan menuju ke APP atau alat pengukur dan pembatas
pelanggan.
16. Mematikan saklar utama pada PHB TR agar proses dari pemasangan JTR menjadi lebih aman.
17. Menghitung dan memilih jalur atau jurusan yang ada pada PHB TR yang tersedia dan
memungkinkan agar tidak terjadi ketidak seimbangan antara jurusan yang membuat atau memicu
terjadinya gangguan listrik.
63
Politeknik Negeri Sriwijaya
18. Menarik kabel dari PHB TR menuju Tiang awal dari TR atau TR 3 yang ada untuk jaringan.
19. Pemeriksaan kembali sebelum proses penormalan jaringan yang mati atau padam.
20. Menghidupkan kembali saklar utama PHB TR agar aliran listrik dapat mengalir kembali ke
jaringan tegangan rendah.
2. Melakukan sosialisasi ke masyarakat bawah akan ada pemeliharaan jaringan tegangan rendah, hal
itu ditujukan agar masyarakat tidak protes dan marah.
8. Melakukan pengecekan NH Fuse dengan menggunakan Fuse puller. Lalu membersihkan NH Fuse
dan memastikan beban yang melawati NH Fuse dan jurusan tersebut masih sesuai, lalu
pengecekan pada Bus bar dalam kondisi baik dan masih dapat beroperasi.
9. Melakukan pengecekan grounding menggunakan earth tester, memastikan semua dalam keadaan
baik dan tahanan grounding masih sesuai dengan Standar PLN yaitu dibawah 5 OHM
10. Melakukan pengecekan urutan fasa dengan menggunakan Phasesquent dan melihat apakah
64
Politeknik Negeri Sriwijaya
urutan fasa tersebut telah sesuai dengan posisi dan arah nya ditandai dengan phasesquent
mengindikasi putaran searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam bila tidak sesuai.
11. Memasitikan keadaan jaringan dalam keadaan baik, dengan melakukan survey jaringan dan
memeriksa semua alat dalam keadaan baik dan tidak ada kabel yang terbuka isolasinya. Karene
sangat berbahaya apabila isolaso terbuka dan menyentuh bagian yang terhubung langsung dengan
bumi.
65
Politeknik Negeri Sriwijaya
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Didalam Buku Bahan Ajar ini dapat diambil Kesimpulan antara Lain :
1.Mahasiswa dapat mengenal dan mempelajari Teori dasar tentang Jaringan Distribusi tegangan
menengah dan rendah serta perlatan ketenagalistrikan lain nya.
2.Mahasiswa dapat memahami tentang Tujuan dan Manfaat serta jenis-jenis Pemeliharaan dan
Perbaikan.
3.Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dan membuat suatu Job Safety Analisis ( JSA) .
4.Mahasiswa dapat mengerti dan mematuhi pentingnya suatu Standart operasi Prosedure ( SOP ) dan
Faktor Keselamatan Keteganalistrikan ( K2/K3) dalam melakukan kegiatan pemasangan,Pemeliharaan
dan Perbaikan peralatan Ketenagalistrikan.
5.Mahasiswa mendapat bekal dalam melakukan praktek pada semester berikutnya dan nantinya
mengaplikasi kan ke Industri dan Masyarakat sebagai Alumni yang Kompeten.
66
Politeknik Negeri Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
67