Anda di halaman 1dari 68

BAHAN AJAR

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN LISTRIK (MR)


TL 161418

Oleh:
HERI LIAMSI, S.T. M.T.
NIP. 196311091991021001

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2021/2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN LISTRIK (MR)

NAMA MATA KULIAH : Pemeliharaan Dan Perbaikan Listrik (MR)


KODE MATA KULIAH : TL 161418
NAMA PENULIS : HERI LIAMSI, S.T., M.T.
NIP/NIDN : 196311091991021001/0009116303
JURUSAN/PRODI : TEKNIK ELEKTRO/TEKNIK LISTRIK

Palembang, Februari 2021


Mengetahui, Penulis,
Ketua Jurusan Teknik Elektro

Ir. Iskandar Lutfi, M.T. Heri Liamsi, S.T., M.T.


NIP. 196501291991031002 NIP. 196311091991021001

iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang
senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan bahan ajar ini.
Bahan ajar ini disusun dari berbagai literature dan pengalaman lapangan
Penulis sendiri sebagai Asesor Madya Kompetensi,diperuntukan sebagai tambahan
untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi Mahasiswa/i Program Studi Teknik
Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya,berisakan teori manajemen
pemeliharaan dan perbaikan serta Keselamatan Ketenagalistrikan (K2/K3),yang
mengacu pada Standart Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan,
Pembahasan yang akan disampaikan selain teori dasar
Pemeliharaan,Perbaikan Peralatan Ketenagalistrikan, juga disertai dengan contoh
yang dapat dipraktekan di Bengkel Listrik POLSRI..
Penulis menyadari bahwa di dalam penusunan bahan ajar ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan bahan ajar ini memberikan manfaat.

Palembang, Februari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 5
1.3. Pengertian Pemeliharaan ................................................................................ 6
1.4 Tujuan Pemeliharaan .................................................................................. 6
1.5. Jenis jenis Pemeliharaan /Perawatan ............................................................... 7
BAB II MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ............................ 9
2.1.Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan ......................................................... 9
2.2 Standart Operation Prosedure ( SOP) / Spesifikasi Kerja ............................... 10
2.3 Faktor penentu Keberhasilan Pemeliharaan /Perawatan ................................. 10
2.4 Nilai Kerumitan Kegiatan Pemeliharaan ........................................................ 11
2.5 Langkah-langkah pemeliharaan ..................................................................... 11
2.6. Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan ............................................ 11
2.7 . JOB SAFETY ANALISIS ( JSA ) ............................................................... 12
BAB III Aplikasi Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan Ketenagalistrikan .......... 15
3.1. Umum .......................................................................................................... 15
3.2. Materi Aplikasi............................................................................................. 15
BAB IV Pelaksanaan Pemasangan, Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan
Ketenagalistrikan .................................................................................................... 45
4.1 Pengoperasian dan Pemeliharaan FCO ......................................................... 45
4.2. Pemasangan dan Pemeliharaan Trafo Distribusi ............................................ 47
4.3. Pemeliharaan PHB TR ................................................................................ 50
4.4. Pengukuran Tahanan Pembumian/Grounding .............................................. 54
4.5. Pemeliharaan dan pengoperasian Gardu Pasang Dalam ( Kubikel) ............... 56
4.6 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah ..................................................... 59
4.7.Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah .......................................................... 62
KESIMPULAN ....................................................................................................... 66
5.1. Kesimpulan. ................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 67

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mengantisipasi kemajuan Teknologi seperti sekarang,maka setiap Mahasiswa


harus berkompetisi dengan negara-negara lain yang didukung oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK)terutama di bidang Ketenagalistrikan sebagai bagian dari
kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia,hal ini juga merupakan tantangan yang harus
siap dihadapi oleh Mahasiswa di negera indonesia, agar tidak ketinggalan dari Mahasiswa di
negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi dan pasar bebas MEA tersebut, diperlukan
sumber daya manusia yang Kompeten dan profesional di bidangnya. Oleh karena itu, harus
melakukan pembekalan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) serta iman dan taqwa (IMTAK),
diharapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, dan tentu saja hal ini tidak
terlepas dari suatu lembaga Pendidikan yang berkualitas pula.
Politeknik adalah sebuah lembaga pendidikan Vokasi yang telah menghasilkan banyak
tenaga kerja yang terampil, didukung dengan fasilitas serta sarana dan kurikulum yang
memadai merupakan jawaban dari semua tantangan di atas. Sesuai dengan kurikulum yang di
terapkan di Politeknik Negari Sriwijaya mengacu kepada Standar Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan, maka mahasiswa diwajibkan mempunyai keterampilan sesuai dengan
standar tersebut.
Oleh karena itu maka diharapkan Mahasiswa tidak saja mengetahui tentang teori
namun juga harus terampil mengaplikasikan nya di dunia kerja nantinya,hal ini tidak terlepas
dari sarana ,prasarana serta Bahan Ajar yang sesuai dengan kondisi ketenagalistrikan saat ini.

1.2.Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran ( Learning out come ).secara Umum dan khusus antara lain :
1.Mahasiswa dapat memahami teori tentang manajemen Pemeliharaan,Perbaikan dan
pemasangan Peralatan Ketenagalistrikan.
2. Mahasiswa dapat mengenal macam dan jenis peralatan Ketenagalistrikan.
3.Mahasiswa dapat membuat suatu Job Safety Analisis ( JSA ) sebelum melakukan
pekerjaan.

5
4.Mahasiswa dapat melaksanakan Prosedure kegiatan sesuai Standart Operasi
Prosedure ( SOP ) setiap pekerjaan.
5.Mahasiswa mengetahui dan mematuhi penting nya factor Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K2/K3 ) bidang Ketenagalistrikan.
6.Mahasiswa dapat membuat Laporan kegiatan pekerjaan Pemeliharaan,perbaikan
dan Pemasangan ketenagalistrikan.

1.3. Pengertian Pemeliharaan


Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting, karena pemeliharaan yang
baik akan menjamin berfungsinya peralatan secara optimal, andal dan aman sesuai umur
pakainya ( standart Pabrikan ). Pemeliharan yang telah dilaksanakan tidak ada bekasnya namun
dapat dirasakan pengaruhnya , Apabila pemeliharaan tidak dilaksanakan secara baik,maka
peralatan menjadi rusak atau gangguan,akibatnya akan berpengaruh terhadap sistem yang lain
pada akhirnya akan menggangu sistem secara keseluruhan. Lain halnya kalau pemasangan
baru atau pengadaan baru yaitu yang tadinya tidak ada menjadi ada dan jelas sekali
perubahannya. Bidang pekerjaan perawatan /pemeliharaan saat ini sangatlah penting,karena
itu di dunia industri baik itu badan usaha milik negara maupun swasta sangat diperhatikan dan
menjadi prioritas,hal ini dikarenakan para pengambil keputusan merasa dengan kurang
diperhatikannya bidang pemeliharaan sehingga cost/anggaran untuk pengadaan suku cadang
baru sangatlah besar.
Berdasarkan hal tersebut diatas,mulai tahun 2000 an,maka hampir seluruh dunia
industri baik swasta ataupun negara mulai menyusun dan sekaligus mendidik sumber daya
manusia dibidang perawatan dengan cara mengikuti pelatihan/training dalam bidang
perawatan/pemeliharaan,dengan demikian maka diharapkan akan menghasilkan tenaga-tenaga
yang berkompeten dalam bidangnya dan bekerja dengan aman bagi Manusia,peralatan dan
Lingkungan. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan regulasi tentang ketenagalistrikan
mengenai pedoman kerja,jenjang Standar Kerja (SKKNI ) dan Standart kompetensi Tenaga
teknik Ketenagalistrikan (SKTTK) dan didukung oleh Undang Undang N0.30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan Nasional.

1.4 Tujuan Pemeliharaan


Tujuan pemeliharaan adalah untuk mempertahankan kondisi atau menjaga agar
peralatan dan meyakinkan dapat berfungsi sebagaimana mestinya (aman,andal)sesuai umur
pakainya (garansi pabrik). Dalam SE.Direksi PT.PLN (persero) No.032/PST/1984 tanggal 23
Mei 1984 tersebut adalah merupakan himpunan rekomendasi pabrik serta instruction manual
dari masing-masing peralatan instalasi listrik dan pengalaman operasi dan pemeliharaan.
Berdasarkan pengalaman dilapangan yang cukup lama didalam melaksanakan pemeliharaan
peralatan instalasi listrik sesuai SE. No.032/PST/1984, maka sejak bulan April 2000 di PLN
P3B telah dilakukan perubahan siklus pemeliharaan peralatan. Yang dituangkan dalam
suplement SE Direksi No.032/PST/1989

6
Jenis-jenis dari pemeliharaan/perwatan dapat dilihat dari bagan di bawah ini,

Gambar 1.1 Jenis pemeliharaan

1.5. Jenis jenis Pemeliharaan /Perawatan

Jenis-jenis Pemeliharaan dibagi menjadi beberapa metoda sebagai berikut :


A.Preventive Maintenance (Time Base Maintenance)
Adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang
optimum sesuai umur pakai teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala dengan
berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang ada ( IEC, CIGRE,
dll) dan pengalaman operasi di lapangan. Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan
berdasarkan waktu ( Time Base Maintenance ).

B. Predictive Maintenance (Conditional Maintenance)


Adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu
peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju
kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan secara dini.
Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi secara online baik pada saat peralatan
beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk

7
analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ).

C. Corective Maintenance
Adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik
mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau
penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan
terencana.

D. Breakdown Maintenance
Adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.
Pelaksanaan pemeliharaan peralatan dapat dibagi 2 macam :
1. Pemeliharaan yang berupa monitoring dan dan pengamatan dilakukan oleh petugas operator
atau petugas patroli bagi Gardu Induk yang tidak dijaga (GITO – Gardu Induk Tanpa
Operator).
2. Pemeliharaan yang berupa pembersihan, pengukuran dan perbaikan dilakukan oleh petugas
pemeliharaan dan Perbaikan.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG

8
BAB II
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN

2.1.Manajemen Pemeliharaan dan Perbaikan


Manajemen ini dapat dikategorikan menjadi empat bagian yaitu sebaai berikut :
1.Perencanaan Pekerjaan dan tenaga kerja
Untuk mendapatkan hasil yang baik,suatu pekerjaan pemeliharaan harus
direncanakan sedemikian rupa,dalam dunia Industry biasanya sudah dibentuk bagian khusus
setingkat dinas,dengan demikian segala sesuatu mengenai kegiatan ini telah dibuat beserta
dokumen dan format yang telah dibakukan.secara garis besar setiap Industry telah membuat
format perencanaan sebagai berikut:
a.Jenis atau tipe pekerjaan; b.sifat atau level pekerjaan; c. Tenaga pelaksana yang diperlukan
d.Material atau suku cadang yang dibutuhkan; e. Waktu atau lama pengerjaan.; f. Jenis atau
tipe

Adapun prosedur kegiatan perawatan/pemeliharaan yang akan dilakukan dapat


dilihat pada bagan atau diagram alir seperti di bawah ini:

Gambar 1.2. Sistem Kerja Kegiatan Perawatan


Dari bagan diatas dapat diuraikan bagaimana alur atau koodinasi antar bagian
dalam suatu Unit kerja antar bagian dalam suatu pabrik/industri

9
2.2 Standart Operation Prosedure ( SOP) / Spesifikasi Kerja
Adalah merupakan alat komunikasi dengan pelaksana,untuk mengarahkan dalam
menjalankan kegiatan pekerjaan perawatan.
2.2.1.Fungsi SOP atau Spesifikasi kerja
Beberapa fungsi dari SOP/ spesifikasi kerja adalah :
1. Merupakan instruksi dasar tindakan yang harus dilakukan oleh setiap petugas,pegawai
atau Tim kerja
2. Berisikan urutan kerja,alat yang digunakan/dibutuhkan,alat uji .
3. Dapat dianggap sebagai standar kerja,sehingga siapapun yang melakukan mempunyai
cara yang sama,sekaligus mempengaruhi keselamatan kerja, Secara keseluruhan .
4.Sebagai dasar Hukum bila terjadi penyimpangan.
5.Untuk Menjamin keselamatan Manusia,Peralatan dan Lingkungan.

2.3 Faktor penentu Keberhasilan Pemeliharaan /Perawatan


Faktor penentu dari keberhasilan suatu kegiatan adalah:
1.kemampuan personil (SDM)
2.Ketersediaan data peralatan.
3.kelancarana arus informasi.
4.kejelasan perintah kerja (work order).
5.Ketersediaan standar pekerjaan.
6.Kemampuan,kemauan membuat rencana kerja.
7.Kedisiplinan personil (SDM).
8.Kesadaran masing-masing personil perawatan bagi kepentingan perusahaan secara
keseluruhan.
9.Faktor Keselamatan kerja.
10.ketelitian kerja.
11kelengkapan fasilitas kerja
12.kesesuaian sistem dengan prosedur kerja.

10
2.4 Nilai Kerumitan Kegiatan Pemeliharaan
Nilai kerumitan kegiatan perawatan adalah nilai relatif yang tergantung dari kemampuan
suatu departemen perawatan,untuk menangani suatu peralatan tertentu yang dibandingkan
dengan peralatan lain yang ada.
Konsep dasar dari nilai kerumitan ditentukan oleh aspek-aspek :
1.harga peralatan/mesin
2.Kebutuhan suku cadang/tahun.
3.Biaya/anggaran pertahun.
4.Tingkat kepresisian peralatan.
5.Prioritas penggunaan.
6.Frekwensi kerusakan.
7situasi dan kondisi operasi.
8.waktu operasi setiap bulan.
9.faktor keselamatan ketenagalistrikan (K2)
2.5 Langkah-langkah pemeliharaan
Adapun langkah – langkah suatu kegiatan pemeliharaan secara umum adalah sebagai berikut
1.Siapkan standart kelaikan operasi instalasi listrik
2.siapkan peralatan/bahan untuk pengujian berupa alat ukur,alat kerja (tool),form
peliharaan.
3.Siapkan gambar kerja,berupa digram lokasi dll
4.Lakukan pengujian terhadap peralatan/sub sistem instalasi listrik
5.Bandingkan hasil pengujian dengan standar perlatan
6.lakukan pemeliharaan dan pengujian kembali sampai sesuai dengan standar kelaikan
operasi
7.Buat laporan pemeliharaan.

2.6. Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan dan Perbaikan


Menurut Tampubolon (2004), kegiatan-kegiatan perawatan dalam suatu perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Inspeksi (inspection)
Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana
maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan
atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika

11
terjadinya kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai
dengan laporan hasil inspeksi, adan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya
kerusakan dengan melihat sebabsebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

b. Teknik (engineering)
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-
kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian
terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan
untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaikanperbaikan bagi perluasan dan
kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat
diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau
diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.

c. Produksi (production)
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan
mereparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan
atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksanakan kegiatan servis dan
perminyakan (lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-
usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

d. Administrasi (clerical work)


Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan
mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan
biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di
butuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan. waktu
dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen
(spareparts) yang tersedia di bagian pemeliharaan.

e. Bangunan (housekeeping)
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan
gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya

2.7 . JOB SAFETY ANALISIS ( JSA )


Job Safety Analisis adalah kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis potensi Bahaya
yang mungkin terjadi sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan baik itu
pemasangan,pemeliharaan dan perbaikan dalam Ketenagalistrikan.hal ini mengangkut
kelancaran pekerjaan. Sesuai peraturan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2 dan K3 ),sehingga
dalam bekerja selamat,aman bagi Pekerja,peralatan dan Lingkungan.

12
Hal ini mengacu kepada DJK K.130 Metodologi Sertifikasi Kompetensi Ketenagalistrikan
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia 62/145 Lampiran 5 : mengenai Job Safety Analysis (JSA) Nomor:
Konstruksi R Tertutup Alat Angkat Kerja Panas Penggalian Diketinggian Lainnya Lokasi
Tanggal.
Deskripsi Kegiatan pekerjaan, Jenis Peralatan Mesin Listrik, Peralatan Tangan dan potensi
bahaya anatara lain Lantai Licin ,Bahaya Alat Listrik, Ketinggian, Lingkungan
Ramai,Percikan Besi Panas ,Bahaya Kebakaran, Kagagalan Alat Pekerjaan Terdekat, Beban
Berat ,Leburan Besi Panas, Percikan Palu, Objek Berayun Sambungan Pipa, Tangga yang
Kokoh, Asap Radioaktif, Gas ,Pihak Ketiga, Berangin Benda Tajam, Jalan Darurat,
Jepit/Perangkap, Orang Tanpa Ijin Benturan Benda Bising, Polusi Alam, Bahaya Cedera
,Gelap (Malam), Salah Komunikasi ,Vibrasi/Getaran, Debu, Tersandung/Jatuh,Cuaca Buruk
,Terhantam Benda ,Kegagalan Peralatan ,Salah Penyetelan, Ergonomic ,Lantai Berlubang,
Kagagalan Struktur, Keseleo ,Kejatuhan Material, Tepian Bangunan ,Tindakan Keselamatan
lain yang diperlukan Selalu mengingatkan untuk tetap menggunakan APD dalam setiap
pekerjaan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) dan perlatatan kerja yang sesuai.
JSA juga memuat pernyataan pekerja bahwa menyatakan dalam keadaan SEHAT,
mematuhi ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) dan segala persyaratan yang
diberlakukan Nama Tandatangan Hari & Tanggal ,serta nama Penanggung pengawas atau
penanggung jawab kegiatan.

13
Gambar 2.1 Contoh JSA

14
BAB III
Aplikasi Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan Ketenagalistrikan
3.1. Umum
Untuk dapat mengaplikasi teori dari Bahan ajar Manajemen Perawatan dan
Pemeliharaan peralatan kontrol listrik dan PHB kendali,maka akan diberikan beberapa contoh
konkrit dilapangan. Dalam contoh ini memuat prosedur kegiatan baik cara
pemasangan,pemeliharaan dan Perbaikan khususnya bidang Jaringan distribusi tegangan
menengah dan Rendah serta peralatan Ketenagalistrikan Lainnya.

3.2. Materi Aplikasi


Adapun Materi yang dapat di Aplikasi secara praktek pada Jurusan Teknik Elektro
Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebagai berikut :

3.2.1 Fuse Cut Out (FCO )

Gambar 3.1 FCO


I. Pengertian Fuse Cut Out
Fuse (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu membuka
rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan memutuskan arus bila arus tersebut
melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu yang cukup.

Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban
pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponennya
(fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping
itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih
(over load current). Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain
apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya yang disebabkan oleh hubung
singkat (short circuit) atau beban lebih (over load). Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan

15
3.2.2 Trafo Distribusi

Gambar 3.2 Trafo distribusi

1. Transformator Distribusi
Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up
down 20/0,4 kV dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena terjadi drop
tegangan maka tegangan 52ad arak TR dibuat diatas 380 Volt agar tegangan pada ujung
beban menjadi 380 Volt.
2. Bentuk dan Konrtruksi Transformator

Gambar 3.3 Trafo Distribusi


Kontruksi transformator distribusi terdiri dari beberapa bagian:
a. Inti, terbuat dari lempengan-lempengan pelat besi lunak atau baja silikon yang di klem
menjadi satu.

b. Belitan, terbuat dari tembaga yang letaknya dibelitkan pada inti dengan bentuk spiral atau
konsentrik.

c. Sistem pendinginan, bagian ini terdapat pada transformator berkapasitas besar).

d. Bushing, berfungsi untuk menghubungkan rangkaian dalam dari transformator ke rangkaian


luar (terdapat pada ransformator daya). e. Arrester, sebagai pengaman trafo terhadap
tengangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.
002/PST/73).

16
3.2.3. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHB TR)

Gambar 3.4 PHB TR

1. Perlengkapan Penghubung dan Pemisah


Perlengkapan Hubung Bagi (PHB) dan Kendali ialah suatu perlengkapan atau
peralatan listrik yang berfungsi sebagai pengendali, pengubung dan pelindung serta
membagi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik seperti; pembangkit, gardu induk, gardu
distribusi dan transformator ke saluran pelayanan atau ke pelanggan. Jika komponen-
komponen dari PHB terlihat dari luar tanpa perlindungan selungkup tertutup maka PHB itu
dari jenis terbuka. Pembuatan lain adalah PHB tertutup. Menurut ukuran dan bentuknya PHB
disebut elmari, kotak atau meja hubung bagi.

Fungsi PHB untuk :


1.Mengendalikan sirkuit dilakukan oleh saklar utama; 2. Melindungi sirkuit dilakukan oleh
fase/pelebur; 3. Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok
Di sekitar PHB tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu kebebasan
bergerak. Untuk pemasangan pada dinding di tempat-tempat umum lemari dan kotak PHB
harus dipasang pada ketinggian sekurangkurangnya 1,2 meter dari lantai. Pada instalasi
perumahan ketinggian ini ditetapkan 1,5 meter dari lantai. Syarat PHB menetapkan bahwa
lemari dan kontak hubung bagi tidak boleh dipasang di kamar mandi, tempat cuci tangan, di
atas kompor atau di atas bak air.
Fungsi PHB TR

Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan
diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing.

17
Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan (loses) saat ini banyak
unit PLN yang mengambil kebijaksanaan untuk melepas atau tidak memfungsikan
rangkaian pengukuran maupun rangkaian kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak
banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol terbuang untuk
keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus, sedangkan untuk mengetahui
besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran pada saat di perlukan saja dan
bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau Tang Ampere saja.

3.2.4. Pembumian /Grounding

Sistem pembumian atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber
tenaga, dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pentanahan digambarkan sebagai
hubungan antara suatu peralatan atau sirkit listrik dengan bumi.

Sistem pembumian yang digunakan baik untuk netral dari suatu sistem tenaga listrik
(Trafo Tenaga) , sistem penangkal petir, untuk suatu peralatan khususnya dibidang
telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius , karena pada
prinsipnya pembumian tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk keamanan baik bagi
Manusia,peralatan listrik lain nya. Tidak jarang orang umum/ awam maupun seorang teknisi
masih ada kekurangan dalam mengprediksikan nilai dari Hambatan suatu Pembumian sesuai
standar PUIL atau SPLN.

Besar impedansi pembumian sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal atau
eksternal. Yang dimaksud dengan fator internal meliputi :
a. Dimensi konduktor pentanahan (diameter atau panjangnya).
b. Resistivitas relative tanah /Jenis Tanah
c. Konfigurasi system pentanahan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal meliputi :


a. Bentuk arusnya (pulsa, sinusoidal, searah).
b. Frekuensi yang mengalir ke dalam system pentanahan

18
Gambar Macam-macam alat pembumian.

Dari gambar diatas tampak bahwa ada empat alat pembumian, yaitu:
a. Batang pembumian tunggal (single grounding rod).

b. Batang pembumian ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa batang
tunggal yang dihubungkan paralel.

c. Anyaman pembumian (grounding mesh), merupakan anyaman kawat tembaga.

d. Pelat pembumian (groundingplate) ,yaitu pelat tembaga.

Gambar Elektroda

3.2.5. Load Break Switch (LBS)

Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus arus tiga
fase untuk penempatan di luar ruas pada tiang pancang, yang dikendalikan secara elektronis.
Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini dioptimalkan melalui control jarak jauh

19
dan skema otomatisasi. Swich pemutus beban juga merupakan sebuah sistem penginterupsi
hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki baja anti karat dan disegel. Sistem
kabelnya yang full-insulated dan sistem pemasangan pada tiang pancang yang sederhana yang
membuat proses instalasi lebih cepat dengan biaya yang rendah. Sistem pengendalian
elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak pengendali yang terbuat dari baja anti karat
sehingga dapat digunakan dalam berbagai kondisi lingkungan. Panel pengendali (user-
friendly) dan tahan segala kondisi cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak jauh juga
dapat ditambahkan tanpa perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).

20
Politeknik Negeri Sriwijaya

3.2.6. Gardu Distribusi Pasangan Dalam (Kubikel)

Gambar Kubikel
Pengertian Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang
pada gardu distribusi yang mempunyai fungsi sebagai pembagi,
pemutus, penghubung, pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran
tenaga listrik tegangan 20 kV. Kubikel biasa terpasang pada gardu
distribusi atau gardu hubung.
1. Fungsi Kubikel 20 kv
a. Mengendalikan sirkuit yang dilakukan oleh saklar utama
b. Melindungi sirkuit yang dilakukan oleh fase/pelebur
c. Membagi sirkuit dilakuan oleh pembagian jurusan/kelompok (busbar)
2. Jenis Kubikel
Berdasarkan fungsi/penempatannya, kubikel 20 kV di Gardu Induk
antara lain:
a. Kubikel Incoming : berfungsi sebagai penghubung dari sisi
sekunder
trafo daya ke busbar 20 kV
b. Kubikel Outgoing : sebagai penghubung / penyalur dari busbar ke
beban
c. Kubikel Pemakaian sendiri (Trafo PS) : sebagai penghubung dari
busbar ke beban pemakaian sendiri GI
d. Kubikel Kopel (bus kopling) : sebagai penghubung antara rel 1 dan
rel 2

21
Politeknik Negeri Sriwijaya

e. Kubikel PT / LA : sebagai sarana pengukuran dan proteksi


pengaman terhadap surja.
f. Kubikel Bus Riser / Bus Tie (Interface) : sebagai penghubung antar
sel.
3. Bagian – Bagian dari Konstruksi Kubikel
a. Kompartemen
Merupakan rumah dari terminal penghubung, LBS, PMT, PMS,
Fuse, Trafo ukur, (CT, PT) peralatan mekanis dan instalasi tegangan
rendah, sehingga tidak membahayakan operator terhadap adanya
sentuhan langsung ke bagian - bagian yang bertegangan Berupa lemari
/ kotak terbuat pelat baja, terbagi menjadi 2 (dua) bagian, bagian atas
untuk busbar dan bagian bawah untuk penyambungan dengan terminasi
kabel Komponen bagian bawah, pada bagian depan berupa pintu yang
dapat dibuka tetapi bisa dilakukan apabila tegangan sudah dibebaskan
dan terminasi kabel sudah ditanahkan.
b Rel / Busbar 20 kV Isolator Tonggak
Sebagai rel penghubung antara kubikel yang satu dengan lainnya,
posisi rel umumnya terletak pada bagian atas kubikel, pada kubikel type
RMU (Ring Main Unit) rel 20 kVterdapat dalam tabung SF 6 vacum
bentuk rel ada yang bulat ada yang pipih. Busbar harus dari bahan
tembaga atau aluminium. Busbar aluinium harus dilapisi timah pada
titik sambungan busbar. Busbar dapat dilapis karet silikon atau bahan
EPDM (heat shrink insulation material) untuk memenuhi ketahanan
tingkat isolasinya. Bahan pelapis tersebut yang dipakai tidak bisa
terbakar dan bila dari bahan yang dapat terbakar tetapi api dapat cepat
mati dengan sendirinya (selfextinguishing). Isolator tonggak dapat
dibuat dari bahan porselin atau isolasi lain yang tidak mudah terbakar.
Isolator porselin berdasarkan rekomendasi IEC 168. Jarak rambat tidak
boleh kurang dari 320 mm. Isolator sintetis harus bebas dari cacat
permukaan seperti rongga-rongga (fold blow holes) dan sebagainya,

22
Politeknik Negeri Sriwijaya

yang dapat mengganggu operasi isolator selanjutnya ( sesuai


rekomendasi IEC 660).

c Kontak Pemutus
Sebagai pemutus / penghubung aliran listrik kontak pemutus terdiri
dari dua bagian yaitu kontak gerak (moving contact) dan kontak tetap
(fixed contact) sebagai peredam busur api pada kubikel jenis LBS atau
PMT digunakan media minyak, gas SF6, vacum atau dengan hembusan
udara, selain itu memperkecil terjadinya busur api dilakukan dengan
pembukaan dan penutupan kontak pemutus secara cepat secara
mekanis.
d Sirkuit Pembumian
Semua bagian logam PHB yang bukan merupakan bagian sirkuit
utama atau sirkuit bantu dan yang dapat bermuatan sehingga
membahayakan harus dihubungkan ke penghantar pembumian .
Penghantar tersebut terbuat dari tembaga dan mampu mengalirkan arus
sebesar 12,5 kA selama 1 detik tanpa menjadi rusak. Kepadatan arus di
sirkuit pembumian tidak boleh melampaui 200 A/mm2 dengan luas
penampang penghantar tidak kurang dari 30 mm2 Pada setiap ujung
penghantar disambung dengan instalasi sistem pembumian pembumian
melalui baut berukuran M12. Penghantar pembumian ditempatkan
sedemikian sehingga tidak merintangi tangan untuk mencapai terminal
kabel. Selungkup kompartemen sekurang-kurangnya harus terselubung
di satu titik dengan penghantar bumi. Kontinuitas pembumian antara
badan kompartemen dan sekat atau tutup diyakinkan melalui
pemasangan baut dan mur atau cara lain yang dapat diandalkan.
Kontinuitas pembumian antara bagian bergerak yang berengsel dengan
luas penampang tidak kurang dari 30 mm2 suatu penguat ditambahkan
pada pita tersebut untuk melindungi anyaman pita terhadap tegangan
mekanis yang tidak semestinya. Bagian sakelar pembumian harus
terhubung ke penghantar utama pembumian melalui penghantar

23
Politeknik Negeri Sriwijaya

tembaga yang kaku dan fleksibel dengan luas penampangnya tidak


kurang dari 30 mm2 . Setiap kubikel yang dilengkapi sakelar
pembumian harus dipasang terminal tembaga untuk pembumian yang
dihubungkan ke penghantar pembumian dengan penjepit pembumian
sementara.

e Pemisah Hubung Tanah (Pemisah Tanah)


Untuk mengamankan kubikel pada saat tidak bertegangan
dengan menghubungkan terminal kabel ketanah
(grounding), sehingga bila ada personil yang bekerja pada
kubikel tersebut terhindar terhadap adanya kesalahan
operasi yang menyebabkan kabel terisi tegangan. PMS
tanah ini biasanya mempunyai sistem interlock dengan
pintu kubikel dan mekanik LBS pintu tidak bisa dibuka
jika PMS tanah belum masuk, LBS tidak bisa masuk
sebelum PMS tanah dibuka.

Posisi buka atau tutup ke tiga pisau sakelar pembumian


harus dapat diperiksa melalui lubang pengamatan terdapat
pada PHB. Sebagai alternatif pisau-pisau sakelar
pembumian dapat dipasang indikator untuk menentukan
posisi buka atau tutup.I ndikator tersebut harus sesuai
dengan posisi sebenarnya dari pisau-pisau sakelar
pembumian tersebut. Sakelar pembumian dan
penghubung singkat harus mempunyai kapasitas
penyambungan 31,5 kA (puncak), nilai ini dapat
dikurangi sehingga 2,5 kA jika rangkaian diamankan
dengan pengaman beban jenis HRC. Sakelar pembumian
umumnya memeiliki kapasitas penyambungan 5,8 kA.
Sakelar pembumian harus

dioperasikan manual secara terpisah

24
Politeknik Negeri Sriwijaya

f Terminal Penghubung
Untuk menghubungkan bagian-bagian kubikel yang bertegangan
satu dengan yang lainnya, ada beberapa terminal antara lain :

a. Terminal busbar, tempat dudukan busbarT


b. Terminal kabel, tempat menghubungkan kabel incoming dan out going
c. Terminal PT, tempat menyambung transformator tegangan untuk
pengukuran

d. Terminal CT, tempat menyambungkan transformator arus untuk


pengukuran.
g. Fuse Holder
Untuk menempatkan fuse pengaman trafo pada kubikel PB atau kubikel
PT
h. Mekanik Kubikel
Berfungsi untuk menggerakkan dan merubah posisi membuka / menutup
kontak LBS PMT dan PMS maupun pemisah hubung tanah dibuat
sedemikian rupa, sehingga pada waktu membuka dan menutup kontak
pemutus berlangsung dengan cepat

i. Lampu Indikator
Untuk menandai adanya tegangan (20 kV) pada sisi kabel, baik berasal
dari sisi lain kabel tersebut atau berasal dari busbar sebagai akibat alat
hubung dimasukkan, lampu indikator menyala dikarenakan adanya arus
kapasitip yang dihasilkan oleh kapasitor pembagi tegangan. Kubikel
jenis PMT lampu indikator digunakan nuntuk menandai posisi alat-
hubungnya dengan 2 ( dua ) warna yang berbeda untuk posisi masuk atau
keluar. Sumber listrik untuk lampu indikator berasal daris sumber arus
searah ( DC ) yang dihubungkan dengan kontak bantu yang bekerja
serempak dengan kerja poros penggerak alat-hubung utama.

25
Politeknik Negeri Sriwijaya

j. Indikator Hubung Singkat Dan Indikator Gangguan Ke Bumi (jika


diperlukan)

a. Perlengkapan ini harus dipasang pada setiap penyulang keluar dan terdiri
dari : Transformator arus jenis resin yang dipasang melingkari kabel.

Satu kotak untuk rele, batere yang dapat dimuati kembali (rechargeable)
dan alat pemberi muatan (changer) yang dipasang pada dinding di dalam
gardu. Catu daya sebesar 200 V 50 Hz.

b. Satu indikator luminious yang tahan cuaca yang dapat ditempatkan di


bagian luar bangunan pada dinding

c. Spesifikasi indikator hubung singkat dan indikator gangguan ke bumi.


Current sensing 3 core type CT or 3 single core

Fault current threshold : 40, 80, 160 A Resetting automatic with LV


supply restoration Accuracy : 10 %

k. Pemanas (Heater)
Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga.
keadaan ini diharapkan dapat mengurangi efek corona pada terminal
kubikel tersebut, besarnya tegangan heater 220 V sumber tegangan
berasal dari trafo distribusi

i. Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik kubikel, yaitu membuka atau menutup
posisi kontak hubung : PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau
pengisian pegas untuk energi membuka / menutup kontak hubung, pada
satu kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih

j. Sistem Interlock (Interlock) Dan Pengunci


Sistem interlock harus dilengkapi untuk mencegah kemungkinan
kesalahan atau kelainan operasi dari peralatan dan untuk menjamin
keamanan operasi. Gawai interlock harus dari jenis mekanis dengan
standar pembuatan yang paling tinggi, tak dapat diganggu gugat dan

26
Politeknik Negeri Sriwijaya

mempunyai kekuatan mekanis lebih tinggi dari kontrol mekanisnya. Pada


kubikel jenis PMT yang dilengkapi dengan motor listrik sebagai
penggerak alat hubung dan dikontrol dengan sistem kontrol listrik arus
searah, maka sistem interlockpun juga diberlakukan pada sistem kontrol
listriknya. Yaitu bila posisi komponen kubikel belum pada posisi siap
dioperasikan, maka sistem kontrol tidak dapat dioperasikan.

Macam- macam sistem interlock pada Kubikel :


• Interlock pintu
Pintu Kubikel harus tidak dapat dibuka jika : Sakelar utama (sakelar
tegangan menengah) dalam keadaan tertutup Sakelar pembumian dalam
keadaan terbuka. Pintu Kubikel harus tidak dapat ditutup jika sakelar
pembumian dalam keadaan terbuka.

• Interlock sakelar utama


Sakelar utama (sakelar tegangan menengah) harus tidak dapat dioperasikan
jik: Pintu Kubikel dalam keadaan terbuka. Sakelar pembumian dalam
keadaan tertutup.

• Interlock sakelar pembumian


Sakelar pembumian harus tidak dapat ditutup jika sakelar utama
dalam keadaan tertutup.

• Penguncian
Perlengkapan penguncian harus disediakan untuk :
Sakelar pembumian pada posisi terbuka atau tertutup
Sakelar utama atau pemutusan tenaga pada posisi terbuka
Pintu Kubikel

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG

27
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB
3.2.7 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah
Sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder.
Jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu
distribusi, sedangkan sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi
hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan
jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder adalah
jaringan tegangan rendah ( JTR 220/380V ). Jaringan distribusi merupakan
bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau beban
dibanding dengan jaringan transmisi. Salah satu peralatan utama jaringan
distribusi yaitu trafo distribusi, trafo distribusi adalah peralatan tenaga listrik
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi ke tegangan rendah, agar
tegangan yang dipakai sesuai dengan rating peralatan listrik pelanggan atau
beban pada umumnya. Untuk mencapai performa yang maksimal, keandalan
trafo distribusi harus tetap dijaga dengan maintenance berkala dan memiliki
sistem proteksi yang baik.
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk
gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi
jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan
pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik
biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah
mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang
beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor
mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban
penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut
kegunaanya :
• Tiang awal / akhir
• Tiang penyangga
• Tiang sudut
• Tiang Peregang / tiang tarik

28
Politeknik Negeri Sriwijaya

• Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang
diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada
tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut
dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga
isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu
untuk membuat lubang-lubang baut.
c. Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross
Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah
isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan
isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.
1. Konstruksi TM – 1
Merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu
traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan
tidak memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kontruksi TM-1 ini hanya
dapat dilakukan pada sudut 170-1800.

Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan TM-1,


bedanya TM-1D digunakan untuk saluran ganda (double sircuit), dengan dua
traves (cross-arm) dan enam buah isolator jenis pin insulator. Satu taves
diletakkan pada puncak tiang, sedangkan traves yang lain diletakkan
dibawahnya.

Bahan:
1. Cross Arm : 1 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 3 buah
3. Alumunium Bending Wire : 6 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja

2. Konstruksi TM – 2

29
Politeknik Negeri Sriwijaya

Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan


dengan sudut 150° –170°, menggunakan double traves dan double isolator.
Karena tiang sudut maka konstruksi TM-2 mempunyai treck skoor.

Gambar Konstruksi TM -2

Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Konstruksi TM-2D.
Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama dengan TM-2, bedanya
TM-2D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), dan
menggunakan double treck schoor yang diletakkan dibawah masing-
masing traves .
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
3. Alumunium Bending Wire : 12 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja

3. Konstruksi TM – 3
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus,
mempunyai double traves. Isolator yang digunakan enam
buah isolator jenis suspention insulator dan tiga buah
isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak
memakai treck schoor.

30
Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar Konstruksi TM – 3

Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan


konstruksi TM3, bedanya TM-3D digunakan untuk saluran
ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12 isolator jenis
suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.

Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
3. Alumunium Bending Wire : 12 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja

4. Konstruksi TM – 4
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada
konstruksi tiang TM akhir. Mempunyai double traves,
dengan tiga buah isolator jenis suspension insulator dan
memakai treck schoor.

Gambar Konstruksi TM – 4

31
Politeknik Negeri Sriwijaya

Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir


yang merupakan tiang yang dipasang pada permulaan atau
pada akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan
kawat pekerja terhadap tiang dari satu arah.

Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-


4, bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treck schoor
Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tarik 20 kV : 3 buah
3. Tiang Beton : 1 buah
4. Aksesoris
5. Alat kerja

5. Konstruksi TM - 5

Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM


lurus dengan belokan antara 120° – 180°, menggunakan
double traves dengan enam buah isolator jenis suspension
dan tiga buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck
schoor.

Gambar Konstruksi TM - 5

Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan


TM-5, namun TM-5D digunakan untuk saluran ganda
(double sirkuit) dengan double treck schoor.

Bahan:

32
Politeknik Negeri Sriwijaya

1. Cross Arm : 2 buah


2. Isolator Tumpu 20 kV : 1 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 4 meter
5. Tiang Beton : 1 buah
6. Aksesoris
7. Alat kerja

6. Konstruksi TM - 6

Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku


(60°- 90°). Masing-masing double traves disilang 4. Isolator
yang digunakan jenis suspension insulator sebanyak 6 buah
dan satu isolator jenis pin insulator.

Konstruksi ini memakai treck skoor ganda.

Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang


yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

Gambar Konstruksi TM - 6

Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 1 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 4 meter

33
Politeknik Negeri Sriwijaya

5. Tiang Beton : 1 buah


6. Aksesoris
7. Alat kerja

7. Konstruksi TM-7

Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan


menengah dengan sudut siku (90°). Masing-masing double traves disilang 4. Pada TM
induk memakai isolator suspension, pada TM percabangan juga memakai isolator
suspension dan menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai treck skoor.
Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) sudut siku (90°). Masing-masing satu traves disilang 2. TM induk
memakai isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator tumpu. Type
isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.

Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah
3. Alumunium Bending Wire : 12 meter
4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja

8. Konstruksi TM-8
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku
(90°). Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu dan
TM percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan ada dua
jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada
isolator TM induknya. Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D
mempunyai double sirkuit.

Bahan:
1. Cross Arm : 2 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 6 buah

34
Politeknik Negeri Sriwijaya

3. Alumunium Bending Wire : 12 meter


4. Tiang Beton : 1 buah
5. Aksesoris
6. Alat kerja

9. Konstruksi TM - 9
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga lurus. Satu
traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak
digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan

Gambar Konstruksi TM – 9

Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan


tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai
penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah gaya
karena beban kawat.

Bahan:
1. Cross Arm : 3 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 4 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 8 meter
5. Tiang Beton : 1 buah
6. Aksesoris
7. Alat kerja

10. Konstruksi TM-10


Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada konstruksi
tiang tikungan siku (sudut 60° - 90°). Masing-masing double traves disilang 4. Isolator
type suspension. Memakai treck skoor ganda.

35
Politeknik Negeri Sriwijaya

Bahan:
1. Cross Arm : 4 buah
2. Isolator Tumpu 20 kV : 2 buah
3. Isolator Tarik 20 kV : 6 buah
4. Alumunium Bending Wire : 4 meter
5. Tiang Beton : 1 buah
6. Aksesoris
7. Alat kerja

3.2.8. Kontruksi Jaringan Tegangan Rendah


Jaringan distribusi tegangan rendah adalah system distribusi tenaga listrik
bersumber dari gardu distribusi /PHB Tr ke pelanggan pemanfatan listrik. Mengingat
ruang lingkup konstruksi jaringan distribusi ini langsung berhubungan dan berada pada
lingkungan daerah berpenghuni, maka selain harus memenuhi persyaratan kualitas
teknis pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan
ramah terhadap lingkungan. Tahap perencanaan dan pemaangan suatu jaringan
distribusi tegangan rendah dimulai dengan survei lapangan untuk mendapatkan data
yang nantinya akan digunakan dalam penentuan kapasitas trafo pembebanan, jenis
penghantar, jenis tiang yang akan digunakan, titik penanaman tiang, jalur Saluran
Udara Tegangan Rendah sesuai dengan standar yang berlaku. Selanjutnya dilakukan
tahap pemasangan yang disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat dimulai
dengan penanaman tiang, penarikan penghantar, pemasangan pembumian, dan
pemasangan trafo pada gardu distribusi beserta pengamannya. Pada penulisan proyek
akhir ini hanya mencakup perencanaan dan pemasangan Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah yang dimulai dari gardu distribusi hingga Saluran Udara Tegangan Rendah.
Konstrkusi TR
1. Konstruksi TR-1.
Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel
udarategangan rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension
small angle assembly (penggantung untuk tiang sangga/tumpu).

2. Konstruksi TR-2.

36
Politeknik Negeri Sriwijaya

Konstruksi TR-2 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan sudut


kurang dari 45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung untuk tiang
belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah
gaya tarikan kawat horizontal.

3. Konstruksi TR-3.
Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang akhir
atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-end clamp
complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan
plastic strap).

4. Konstruksi TR-4.
Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai tiang
penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada suspension
small angle assambly.

*HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG

BAB

37
Politeknik Negeri Sriwijaya

5. Konstruksi TR-5.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang
penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang penegang/tiang tarik
adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat
pekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.

6. Konstruksi TR-6

38
Politeknik Negeri Sriwijaya

3.2.9. Panel Distribusi TR

Panel distribusi tegangan rendah (low voltage main distribution panel) adalah
pusat pendistribusian power tenaga listrik sebelum di salurkan ke pengguna tenaga
listrik,apakah itu sebuah gedung perkantoran, hotel, apartement, pabrik.Panel ini
biasanya ditempatkan tepat di keluaran sumber atau power tenaga listrik, baik power
listrik tersebut berasal dari Trafo PLN ,Generator Set (genset).
Ada beberapa syarat yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam
Pembuatan Panel distribusi tegangan rendah antara lain :
1. Aman terhadap Manusia,bangunan dan lingkungan
2. Memenuhi fungsinya sebagai pusat distribusi power tenaga listrik sebelum
disalurkan ke pengguna listrik.

3. Terpenuhinya system pengaman instalasi listrik ,baik sebagai pensaklaran


hidup /mati power listrik,pengaman hubung singkat,pengaman beban
lebih,gangguan isolasi,pengaman kenaikan tegangan dan penurunan
tegangan listrik.

3.2.9 Pengukuran dan Pengecekan Fasa Panel Distribusi TR


Pengukuran dan pengecekan urutan fasa pada panel distribusi digunakan untuk
mengetahui agar urutan fasa yang masuk dan di pasang di panel box PHB TR itu
berurutan dan sesuai dengan jurusan yang dituju oleh masing masing fasa. Prosedur
untuk menggunakan phase Squence .
1. Memeriksa operasi sebelum digunakan

39
Politeknik Negeri Sriwijaya

Jepit klip tegangan ke satu kabel (kabel hidup) yang membawa setidaknya 70 V
AC dan pastikan indikator tegangan saluran menyala.

• Jika indikator menyala: Instrumen berfungsi dengan baik.


• Jika indikator tidak menyala: Instrumen mungkin tidak berfungsi.
2. Memeriksa kabel untuk melihat apakah itu hidup
Gunakan salah satu dari klip tegangan untuk memeriksa kabel untuk melihat
apakah itu hidup.

Klip tegangan menggunakan indikator tegangan saluran


Indikator R (merah) R-S saja

40
Politeknik Negeri Sriwijaya

S (putih) Indikator R-S dan indikator S-T


Indikator S (T) hijau saja
3. Mengecek urutan fasa
1) Pasang klip tegangan detektor fase ke kabel sirkuit AC 3 fase d.

2) Jika semua kabel hidup, indikator tegangan saluran R-S dan S-T akan
menyala.

3) Jika indikator urutan fase berkedip ke kanan yang ditunjukkan oleh panah,
maka urutan fase sudah benar (R-S-T). Instrumen akan berbunyi bip sesekali.

4.2.10. kWH Meter

kWh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung
hasil kali tegangan, arus factor kerja,kali waktu yang tertentu (UI Cos φ t) yang bekerja
padanya selama jangka waktu tertentu tersebut. kWh Meter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur total energi listrik (atau listrik) yang dikonsumsi oleh peralatan yang
diambil dari energi listrik dari catu daya utama di rumah. Jika dilihat secara dekat
dibagian KWH meter terdapat deretan angka/digit. Angka-angka ini (bacaan pada
meteran) memberi tahu kita telah berapa banyak unit listrik (disebut sebagai kWh
dalam meteran listrik) yang telah dikonsumsi sejauh ini. Dengan kata lain, besarnya
tagihan listrik akan bergantung sepenuhnya pada meteran ini.

41
Politeknik Negeri Sriwijaya

Adapun pembacaan pada meteran pada KWH meter bersifat kumulatif,


maksudnya adalah untuk menentukan pembacaan konsumsi bulan tertentu, perbedaan
antara pembacaan bulan ini dan bulan sebelumnya dihitung, dimana nilai yang Anda
dapatkan adalah konsumsi listrik bulan ini.
Untuk lebih jelasnya, apabila bacaan pada meteran ini kecil, itu berarti konsumsi
Anda rendah dengan kata lain tagihan listrik Anda akan lebih rendah dan sebaliknya
apabila bacaannya besar, hal ini berarti konsumsi Anda tinggi dan akibatnya tagihan
listrik Anda juga akan tinggi.

Jenis-Jenis KWH Meter:


1. KWH Meter Analog

Cara kerja KWH meter sebenarnya cukup sederhana. Ada piringan logam
nonmagnetik yang terpasang di dalam KWH meter yang akan berputar tergantung pada
daya yang melewatinya. Jadi, jika daya yang melewatinya tinggi, maka cakram akan
berputar lebih cepat dan apabila daya yang melewatinya rendah, cakram akan berputar
lebih lambat. Laju rotasi pada nantinya akan menentukan pembacaan pada KWH
meter, semakin tinggi jumlah rotasi, maka semakin tinggi pula pembacaan meterannya
dan sebaliknya. Untuk membuat cakram berputar maka membutuhkan energi listrik
tersendiri yang tidak terbaca di KWH meter, dibutuhkan daya sekitar 2 Watt untuk
membuat cakram berputar.

2. KWH Meter Digital

42
Politeknik Negeri Sriwijaya

KWH meter digital saat ini bisa dikatakan sebagai pengganti KWH meter analog.
KWH meter digital mempunyai layar LED / LCD yang berguna untuk membaca
konsumsi listrik dari peralatan yang terhubung, pembacaan digital pada KWH meter
digital berbeda dengan KWH meter analog. Dimana KWH meter digital jauh lebih
efisien daripada KWH meter analog karena pada KWH meter digital akan membaca
setiap unit listrik yang dikonsumsi.

3. KWH Meter Prabayar/ Meteran Pulsa Listrik

Smart meter PLN atau orang Indonesia lebih akrab dengan sebutan meteran pulsa
listrik adalah jenis meteran listrik terbaru. Meteran pulsa listrik terlihat mirip dengan
KWh meter digital tetapi Smart meter PLN lebih baik daripada KWH meter analog
maupun digital karena selain memberikan layanan biasa yaitu membaca konsumsi
listrik, smart meter PLN juga terhubung ke internet. Ini berarti bahwa tidak perlu lagi
ada petugas PLN yang datang kerumah Anda hanya untuk mengambil pembacaan
meter, dimana pembacaan secara otomatis dikirim melalui internet.
kWh meter analog memiliki ciri utama adanya piringan yang berputar. Prinsip
kerja alat jenis ini adalah electromechanical dimana memanfaatkan prinsip elektrik dan
mekanik di dalamnya. Seperti dapat dilihat pada gambar dibawah, komponen kWh
meter analog terdiri dari: terminal input, coil arus (current coil), coil voltase (voltage
coil), disc (piringan), braking magnet, dan register.

43
Politeknik Negeri Sriwijaya

Terminal input adalah tempat koneksi ke meter listrik ini. Kemudian coil arus
adalah coil yang dikoneksi secara seri dengan beban (misal komponen listrik
rumah). Pada coil arus akan terbentuk electromagnet yang besarnya sebanding
dengan arus beban. Elektromagnet ini akan menimbulkan eddy current yang pada
intinya menimbulkan gaya gerak pada piringan. Begitu juga dengan coil voltase
yang dihubungkan secara parelel dengan beban. Coil ini juga menghasilkan gaya
gerak pada piringan yang besarnya sebanding dengan voltase. Gaya gerak yang
dihasilkan coil arus dan coil voltage pada piringan sebanding dengan daya listrik
yang dikonsumsi beban dengan rumus P = V I cos (teta). Dimana teta adalah beda
sudut/ fasa antara voltase dan arus.

44
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV
Pelaksanaan Pemasangan, Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan
Ketenagalistrikan
Dalam Bab ini akan diberikan contoh-contoh berbagai Kegiatan dalam pemeliharaan,perbaikan
serta pemasangan ,pengoperasian perlatan ketegalistrikan yang dapat di praktekan pada Bengkel
Program Studi Teknik Listrik POLSRI antara lain sebagai Berikut :

4.1 Pengoperasian dan Pemeliharaan FCO

1) APD
1. Sabuk Pengaman
Berfungsi sebagai alat untuk memanjat tiang pada jaringan listrik baik tiang portal
maupun tiangbiasa
2. Wearpack
ground arester
3. Sarung Tangan 20kV.
Berfungsi Sebagai Pengaman dari tegangan sentuh.dibawah 1.78 ohm
4. Helm Safety. ground ada 3. bodi
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang dapat terjatuh dari atas.
5. Sepatu Safety 20 kV
trafo dan phbtr
dan
Berfungsi sebagai pelindung kaki dari berbagai resiko pembumian.
kecelakaan kerja yang dapat terjadi.

2) Alat Kerja
kurang dri 5ohm
1. Shackel stick
Berfungsi sebagai alat untuk Melepas ataupun memasang FCO(Fuse Cut Out)
2. Toolkit
3. Voltage Detector 20 kV
mengecek apakah
jaringan bertegangan
3) Alat Ukur
1. Insulation Tester 2. Earth Tester 3.AVO Meter

4)Alat Bantu ( Material)


1. Tangga 2.Tali
*HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG

45 sudah di cek tak


ada. ground kan
jaringan
Politeknik Negeri Sriwijaya
BAB

4) SOP
Atas dasar PK dari atasan yang berwenang untuk penggantian Fuse Cut Out 20 kV
1. Petugas Pemeliharaan melaksanakan :
a. Pengambilan material ke gudang
b. Menyiapkan Sarana angkutan, peralatan kerja dan peralatan K3
3. Lakukan pengujian dan pengukuran Fuse Cut Out 20 kV untuk memastikan Fuse Cut Out
dalam keadaan baik

4. Lakukan komunikasi dengan Piket UP3 / ULP setempat untuk permintaan pemadaman sesuai
SOP Komunikasi

5. Pastikan penghantar dalam posisi aman (tidak bertegangan) dengan cara deteksi dengan voltage
detector 20 kV dan kemudian menghubung singkat ketiga penghantar SUTM dengan stick
pentanahan / Grounding Apparatus (pastikan memakai perlengkapan K3)

6. Pemadaman penghantar dilanjutkan melepas On Load Switch dan NH Fuse dilanjutkan


membuka Fuse Cut Out

7. Pasang tangga dan pastikan bahwa tangga sudah dipasang dengan kokoh
8. Pekerjaan pemasangan / penggantian Fuse Cut Out 20 kV :
1. Pakailah perlengkapan K3
2. Ikatkan bagian bawah tangga dengan tiang, kemudian petugas naik membawa tambang
untuk digunakan mengikat tangga bagian atas dan untuk menaikkan / menurunkan
peralatan dan material (pastikan sebelum mengikat tangga bagian atas pasang sabuk
pengaman pada tiang)

3. Pasang sabuk pengaman pada tiang dan pastikan bahwa sabuk sudah terpasang dengan
benar, sebelum kerja dimulai
fuse link
4. Pasang tambang dan roller pengerek pada dudukan traves atau pada lubang tiang dengan
memakai eye bolt

5. Pasang alat pentanahan / grounding pada ketiga penghantar


46
Politeknik Negeri Sriwijaya
6. Naikkan kantong alat kerja yang diisi dengan tang kombinsasi, kunci ring/pas
7. Buka Fuse Cut Out yang akan diganti, kemudian turunkan Fuse Cut Out dengan tambang

8. Siapkan Fuse Cut Out baru (pastikan bahwa Fuse Cut Out dalam keadaan baik)
9. Angkat Fuse Cut Out yang baru
10. Pasang Fuse Cut Out yang baru
11. Periksa dan pastikan kembali bahwa pekerjaan sudah baik dan benar
12. Buka alat pentanahan / grounding dan turunkan
13. Periksa dan pastikan peralatan kerja dan alat bantu tidak tertinggal disana
14. Lepas pengait roller pengerek dan turunkan
15. Turunkan tali dengan mengaitkan pada lubang sabuk pengaman
16. Turun kembali melalui tangga, lepas ikatan tangga (pastikan sabuk pengaman terikat pada
tiang sebelum tali tangga lepas)

17. Turun melalui tangga (pastikan petugas di bawah memegang tangga supaya tangga tidak
terlepas)

18. Turunkan tangga dari tiang


19. Buka stick panjang 20 kV yang masih menempel pada SUTM, turunkan dan bereskan
Lapor ke Piket UP3 / ULP setempat bahwa pekerjaan penggantian Fuse Cut Out sudah
selesai dan tegangan akan dimasukkan kembali
20.Buat Laporan.

4.2. Pemasangan dan Pemeliharaan Trafo Distribusi


SOP

SOP Mulai Berlaku :


BENGKEL LISTRIK
PEMASANGAN/PEMELIHA …………………………
INSTALASI TM DAN TR
RAAN TRAFO DISTRIBUSI Halaman 1 / 3
POLSRI

PERALATAN KERJA :

47
Politeknik Negeri Sriwijaya
1. Kendaraan roda empat
2. Radio Komunikasi
3. Tangga isolasi 10. Tool Set
4. Telescope Stick 20 kV 11. Tambang 10 mm2 20 Meter
5. Meger Isolasi 12. Hand press
6. Katrol 13. Spot Ligtt / Lampu Senter
7. Seling Baja 14. Volt AmperMeter
8. Gin Tranformer 15. Mobil Crane
9. Kantong alat kerja 16. Earth Meter

PERLENGKAPAN APD :

1. Sabuk Pengaman
2. Pakaian Kerja
3. Helm Pengaman
4. Sepatu kerja
5. Tester tegangan
6. Grounding lokal
7. Jas Hujan
8. Sarung Tangan
9. Rambu –rambu
10. Kotak P3K

MATERIAL :

1. Transformator 3 phasa
2. Konduktor u/ jumper
3. Ground Wire CU
4. Sepatu kabel AL/CU 70 mm2
5. H Type / CCO 70 mm
6. Konektor CU / CU 16 – 50 mm2
7. Hot Line Clamp
8. Clamp Lop Dead End
9. Ground Rood
10. Clamp Ground rood
I. PERSIAPAN PEKERJAAN:
1. Membuat PK

48
Politeknik Negeri Sriwijaya

2. Menggunakan peralatan K3/ Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan.
Menyiapkan alat kerja dan material yang diperlukan

II.PELAKSANAAN PEMELIHARAAN PEKERJAAN:


1. Melaporkan ke Piket UPJ bahwa untuk pekerjaan siap dilaksanakan
2. Membebaskan tegangan TM pada lokasi pekerjaan untuk memasang trafo3 phase:
- Memindahkan beban penyulang ke penyulang lain jika dipasang
pada SUTM 3 phasa atau melepas
Fuse Cut Out bila dipasang pada SUTM 3 phasa
- Memastikan jaringan bebas tegangan - Memasang tangga.

- Lakukan cek tegangan dilokasi pekerjaan dengan Test Tegangan


- Memasang grounding lokal jaringan TM / TR pada ke dua sisi .

4. Melaksanakan megger trafo & mencatat data trafo.


5. Melaksanakan pemasangan pentanahan dan mencatat nilainya
5. Melaksanakan pemasangan trafo distribusi 3 phasa sesuai dengan kelengkapan dan kapasitas .
6. Memeriksa hasil pekerjaan.
7. Melepas grouding lokal jaringan TM / TR pada ke dua sisi.
8. Melaporkan ke Piket UPJ ,bahwa pekerjaan sudah selesai dilaksanakan dan siap diisi tegangan
dan aman.

9. Menormalkan lokasi pekerjaan pemasangan trafo distribusi 3 phasa :


- Menyiapkan petugas untuk penormalan penyulang.
- Menormalkan kembali konfigurasi jaringan.
- Memasukkan Breker trafo denagn Telescopic Stick.
10.Mengukur tegangan dan beban masing-masing phasa / jurusan yang keluar dari trafo.
11.Menurunkan tangga.
12.Melaporkan ke Piket UPJ bahwa pekerjaan selesai untuk kondisi trafo baik dan sudah bertegangan .
13. Mengumpulkan dan periksa kembali semua peralatan kerja dan APD serta material yang masih
tersisa

49
Politeknik Negeri Sriwijaya

SPV Teknik Petugas HAR

HERI LIAMSI

4.3. Pemeliharaan PHB TR

SOP Mulai Berlaku :


BENGKEL LISTRIK
PEMASANGAN/PEMELIHA …………………………
INSTALASI TM DAN TR
RAAN TRAFO DISTRIBUSI Halaman 1 / 3
POLSRI
PERALATAN KERJA :

1. Cairan Pembersih Karat (WD-140)


2. Tool set 7.4 Puller.
3. Sikat baja / kuningan
4. Kuas masing-masing uk. 2 inch dan 1
inch
5. Gergaji besi.
6. Kikir halus dan kasar
7. Parang
8. Cutter
9. Tang press
10. Shacle stick
11. Bor Tangan DC
12. Senter

PERALATAN UKUR:
1. AVO Meter
2. Earth tester.
3. Tang ampere meter.
4. Urutan Fasa TR. (Phasa Sequence)
5. Torsi meter.
6. Thermovision
7. Pengukur Tahanan isolasi / Megger 1 kV

50
Politeknik Negeri Sriwijaya

PERLENGKAPAN APD/ K3 :

1. Pakaian kerja.
2. Helm pengaman.
3. Sepatu Safety.
4. Sarung tangan 1 kV. 5. Sarung tangan kerja
6. Masker.
7. Kaca mata bening.
8. Grounding Set.
9. Perlengkapan P3K.

PERALATAN BANTU:

1. Kunci gardu.
2. Peta lbokasi gardu.
3. Form (check Ist) pemeliharaan PHB TR.
4. Alat tulis.
5. Kamera Digital

MATERIAL :

1. Contact cleaner
2. Kabel ties
3. Kain majun

4. Vasilineigrease

5. NHFuse.
6. Ground Plate.
7. Sepatu kabel (scoon cable).
8. Isolasi
9. Kertas pasir/ ampelas no. 150 dan 380
10. Holder NH Fuse
LANGKAH KERJA:
11. Pengawas Pemeliharaan:
11.11.1Menerima Perintah Kerja (PK) dari manager rayon.

51
Politeknik Negeri Sriwijaya

11.11.2Koordinasi dengan Pelaksana Pemeliharaan.


11.11.3Membawa kebutuhan material berdasarkan hasil inspeksi.
11.11.4Memberi pengarahan urutan pelaksanaan kerja kepada Pelaksana Pemeliharaan,
memeriksa pemakaian perlengkapan K2, dilanjutkan dengan doa bersama,

11.11.5Bersama Pelaksana Pemeliharaan mendata PHB TR, mengukur tegangan & beban jurusan,
dan mencatat dalam check list.

11.11.6Melapor ke Piket Pengatur Area bahwa pekerjaan pemeiharaan PHB TR gardu siap
dilaksanakan dan mohon PHB TR dibebaskan tegangan.

12. Piket Pengatur Area berkoordinasi dengan Piket Pengatur APD dan memerintahkan Pelaksana
Operasi membebaskan tegangan PHB TR yang akan dipelihara dengan langkah mengeluarkan
saklar beban dan memasukkan saklar pentanahan PB trafo, menginformasikan ke Pengawas
Pemeliharaan.

13. Pelaksanaan Pemelharaan :


13.1 Mengukur tegangan dan mengecek putaran fasa
13.2 Melepas handle TR & NH Fuse, selanjutnya melepas FCO gardu.
13.3 Meyakinkan bahwa PHB TR benar-benar sudah bebas tegangan.
13.4 Memasang pentanahan pada sisi TR jurusan
13.5 Memerintahkan Pelaksana Pemeliharaan mulai melaksanakan pemeliharaan,
13.6 Membersihkan area luar PHB TR.
13.7 Membersihkan debu pada PHB TR
13.8 Melepas NH tuse dari fuse holder secara berurutan, ukur fungshya dengan AVO meter.
13.9 Membersihkan Holder NH Fuse.
Lakukan penggantian bila ada bagian Holder NH Fuse yang rusak.
13.10 Membersihkan PHB TR, handle TR, body PHB TR, kontak-kontaknya dengan kuas/spray
selanjutnya periksa semua kekencangan mur baut sepatu kabel, Opstic TR, Holder NH
Fuse dil dengan kunci torsi.

52
Politeknik Negeri Sriwijaya

13.11 Memeriksa dan memperbaiki sistem pentanahan, mengukur tahanan pentanahan PHB TR,
dan mencatat dalam check list.

13.12 Melumasi Hoider NH Fuse dengan vaseline, dan mencoba keluar masuk NH fuse
13.13 Memperbaikimengganti kunci PHB TR jika rusak.
13.14 Meyakinkan bahwa tidak ada peralatan yang tertinggal pada PHB TR.
13.15 Pekerjaan pemeliharaan selesai dan persiapan untuk penormalan.
14. Pengawas Pemeliharaan:
14.1Memeriksa hasil pemeliharaan.
14.2Melapor ke Piket Pengatur Pengatur Sistem/ SCADA bahwa pekerjaan pemeliharaan PHB
TR selesai dan siap untuk di nomalkan.

15. Piket Pengatur Rayon menyampaikan Piket Pengatur Sistim/ SCADA bahwa pekerjaan
pemeliharaan PHB TR telah selesal.

16. Pengawas Pemelharaan memerintahkan pelaksana pekerjaan untuk 11.16.1Melepas ground


pada sisi TR jurusan

16.2Memasukan FCO gardu kembali.


16.3Mengukur tegangan dan mengecek putaran fasa
16.4Memasang NH Fuse pada ground plate / fuse base sesuai urutan dan sesuai reting.
16.5Mengukur tegangan dan beban pada masing-masing NH Fuse dan catat dalam check Ist.
16.6Thermovision kontak-kontak utama dan terminasi semua fasa.
16.7Membuat laporan hasil pemeliharaan PHB TR. dan Dokumentasi
17. Supervisor teknik dan manager rayon menganalisa dan mengevaluasi hasil pemeliharaan
tersebut.

SPV Teknik
Petugas

Heri Liamsi

53
Politeknik Negeri Sriwijaya

4.4. Pengukuran Tahanan Pembumian/Grounding


SOP

SOP Mulai Berlaku :


BENGKEL LISTRIK
PEMELIHARAAN SISTEM …………………………
INSTALASI TM DAN TR
PEMBUMIAN Halaman 1 / 3
POLSRI

PERALATAN KERJA :
1. Radio Komunikasi
2. Kunci pas dan ring
3. Tambang plastik untuk pengikat tangga 3m
4. Gergaji besi
5. Pengencang stainless steel strap.
6. Tang kombinasi
7. Tangga
8. Palu 5 Kg
9. Ember
10. Pacul
11. Linggis
PERALATAN UKUR:
1. Earth Tester
2. AVO meter
3. Meter gulungan

PERLENGKAPAN APD / K3 :

1. Helm pengaman
2. Sepatu alas karet 20 kV
3. Sarung tangan mekanis
4. Sabuk pengaman
5. Wearpack (baju kerja)
6. Rambu rambu

54
Politeknik Negeri Sriwijaya
7. P3K.

MATERIAL :

1. Earthing rod (pipa galvanis) + clamp pentanahan sebanyak 2 set


2. BC 50 sebanyak 4 meter
3. Konektor TR bimetal 1 buah
4. Stainless steel strap 3 meter
5. Link 25 x 25 sebanyak 4 buah
6. Stopping buckle sebanyak 4 buah

PROSEDUR PEKERJAAN:
1. Sesual PK dari Asman Pemeliharaan Distribusi, segera petugas melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :

- pengambilan material ke gudang.


- Siapkan sarana angkutan, peralatan kerja dan peralatan K3.
2. Lakukan koordinasi dengan Piket Pelayanan Distribusi terkait dengan menggunakan SOP
Komunikasi sehubungan pekerjaan yang direncanakan, sebelum berangkat ke lokasi kerja, dan
informasikan bahwa regu Pemeliharaan akan melaksanakan pemasangan tiang, sistem
pembumian gardu pemelihara penyulang.

3. Setelah sampai di lokasi kerja segera lakukan persiapan/pakai peralatan K3.


4. Informasikan ke Piket Pelayanan Distribusi bahwa regu pemeliharaan telah siap dan akan
meaksanakan pekerjaan pemeliharaan sistem pembumian (Arde), serta mintakan pemadaman
jurusan TR.

5. Bila dinyatakan sudah padam/bebas (catat jam keluarnya jurusan TR), Setelah diyakini aman,
segera lakukan pekerjaan sebagai berikut:

6. Pasang tangga di tiang, naik satu orang petugas untuk meyakinkan tangga terpasang kokoh.
Pasang sabuk pengaman sebelum petugas

55
Politeknik Negeri Sriwijaya

6.1 naik ke tiang, kemudian petugas membuka konektor bimetal dengan kunci konektor.
6.2 Petugas turun dari tangga dan mengukur nilai awal pentanahan, sehingga diketahui nilai dan
material yang akan dipasang.

7. Pasang earthing rod dan ring serta BC 50 mm2 sesual dengan kebutuhan sehingga tercapai nilai
yang sesuai dengan standar konstruksi pentanahan.

8. Setelah selesai pemasangan / penambahan earthing rod lakukan pengukuran kembali sehingga
didapat nilai pentanahan yang baru.

9. Rapihkan bekas penambahan pentanahan baik dibawah maupun ditiang (ikatannya) oleh
petugas yang naik sambil memasang kembali konektor.
10. Memeriksa hasil pekerjaan.
11. Turunkan peralatan yang sudah tidak diperluk
12. Petugas turun dan menurunkan tangga.
13. Membereskan alat dan perlengkapan kerja ( tangga dan sebagainya) dan K3.
14. Informasikan ke Piket Pelayanan Distribusi bahwa pekerjaan telah selesai dan aman, minta
untuk jurusan TR dinormalkan (catat jam masuknya jurusan)

15. Membuat laporan pada formulir yang disediakan.

SPV Teknik
Petugas HAR

Miftah,AMd
Rafli

4.5. Pemeliharaan dan pengoperasian Gardu Pasang Dalam ( Kubikel)


SOP
SOP
Mulai Berlaku :
BENGKEL LISTRIK PENGOPERASIAN/
PEMELIHARAAN GARDU …………………………
INSTALASI TM DAN TR
PASANG DALAM Halaman 1 / 3
POLSRI

56
Politeknik Negeri Sriwijaya

PERALATAN KERJA :

1. Handle kubikel
2. Lampu penerangan
3. Tool kit
4. Alat komunikasi
5. Tespen 20 KV

PERLENGKAPAN APD / K3 :

1 Sepatu 20 kV
2 sarung tangan 20 Kv
3 Helm pengaman
4 Masker
5 Kacamata
MATERIAL :

1. Vaselin
2. Majun
3. Sakafen
4. Amplas
5. Majun
6. Alkohol

I. PERSIAPAN PEKERJAAN:
1. Membuat PK , Kode 7
2. Menggunakan peralatan K3/ Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan.
3. Menyiiapkan alat kerja dan material yang diperlukan

4.1.1 Persiapan Awal


a. Setelah Peralatan dan Personil siap maka pengawas pekerjaan berkoordinasi dengan piket
pengatur distribusi melalui radio komunikasi akan melakukan pemadaman. Selanjutnya piket
57
Politeknik Negeri Sriwijaya
operator distribusi menginstruksikan Operator PLM untuk melakukan pemadaman semua
penyulang dan incoming pada kubikel yang akan dipelihara.

b. Jika sudah mendapat konfirmasi dari piket operator PLM bahwa penyulang dan incoming
pada kubikel yang akan dipelihara sudah padam dan bebas tegangan maka pengawas pekerjaan
memastikan area kerja sudah bebas tegangan dengan menggunakan voltage detector.

c. Setelah dipastikan padam dengan voltage detector maka dilakukan grounding di kubikel
Penyulang dan incoming tersebut.

d. Memasang rambu/tanda peringatan jangan dioperasikan.


e. Personil siap melaksanakan pemeliharaan. Lakukan persiapan dan memakai
peralatan K3, serta yakinkan bahwa peralatan
4.1.2 peralatan bantu siap untuk di gunakan.
4.1.3 Pembebasan Tegangan.
a. Buka LBS/ PMT beban dan pastikan Saklar bekerja sempurna dengan melihat bahwa lampu
indikator kubikel beban padam

b. Buka LBS / PMT incoming dan out going.


c. Pastikan Saklar bekerja sempurna.
d. Padamkan aliran listrik dari sisi Incoming maupun out going
e. Yakinkan bahwa tegangan sudah tidak ada dengan memeriksa indikasi lampu indicator
f. Masukkan PMS Pentanahan pada semua sel- kubikel
g. Buka pintu kompartemen kabel 20 KV
h. Buka tutup kompartemen busbar, mekanik operasi dan sistem rus searah dan arus bolak- balik
4.1.4 Pemeliharaan Kubikel
a. Periksa tegangan sisa pda kabel 20 KV dengan menggunakan tester tegangan
b. Hubung-singkatkan ujung kabel 20 KV dan hubungkan dengan pentanahan S. Lepaskan kabel
20 KV dari terminal kubikel

58
Politeknik Negeri Sriwijaya

SPV Teknik Petugas HAR

4.6 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah


SOP

BENGKEL LISTRIK SOP


PEMASANGAN/
INSTALASI TM DAN TR
PEMELIHARAAN JTM
POLSRI

PERALATAN KERJA :
1. Radio Komunikasi
(HT)
2. Tangga
3. Stik Pentanahan
(Groundin
4. Kunci pas Ring lengkap
5. Tang kombinasi
6. Roller pengerek
7. Dudukan roller (eye
bolt)
8. Terpal Plastik
9. Voltage Detector 20 kV
10. Shackle Stick Panjang
20 kV
11. Wearpack
12. Fuse Puller
13. Mobil Crane

59
Politeknik Negeri Sriwijaya

PERLENGKAPAN APD
/K3 :

1. Sabuk Pengaman
2. Pakaian Kerja
3. Helm Pengaman
4. Sepatu safety 20 kv
5. Tester tegangan
6. Grounding lokal
7. Jas Hujan
8. Sarung Tangan 20 kv
9. Rambu –rambu
10. Kotak P3K

MATERIAL :

1. Tiang Beton
2. Traves/ Cross Arm
3. Isolator
4. Penghantar/ konduktor
5. Arm tie
6. Bushing
7. Fco
8. Arrester
9. Arm Brace
10. Peralatan hubung
11. Peralatan proteksi

I. PERSIAPAN PEKERJAAN:
1. Membuat PK
2. Menggunakan peralatan K3/ Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disiapkan.
3. Menyiiapkan alat kerja dan material yang diperlukan

60
Politeknik Negeri Sriwijaya

II.PELAKSANAAN PEKERJAAN:
1. Melaporkan ke Piket UPJ bahwa untuk pekerjaan siap dilaksanakan
2. Membebaskan tegangan TM pada lokasi pekerjaan untuk memasang trafo1 phase:
- Memindahkan beban penyulang ke penyulang lain jika dipasang
pada SUTM 3 phasa atau melepas
Fuse Cut Out bila dipasang pada SUTM 3 phasa
- Memastikan jaringan bebas tegangan - Memasang tangga.

- Lakukan cek tegangan dilokasi pekerjaan dengan Test Tegangan


- Memasang grounding lokal jaringan TM / TR pada ke dua sisi .

4. Melaksanakan megger trafo & mencatat data trafo.


5. Melaksanakan pemasangan pentanahan dan mencatat nilainya
6.Melaksanakan pemasangan trafo distribusi 3 phasa sesuai dengan kelengkapan dan kapasitas .
7. Memeriksa hasil pekerjaan.
8. Melepas grouding lokal jaringan TM / TR pada ke dua sisi.
9. Melaporkan ke Piket UPJ ,bahwa pekerjaan sudah selesai dilaksanakan dan siap diisi tegangan dan
aman.

10. Menormalkan lokasi pekerjaan pemasangan trafo distribusi 3 phasa :


a Menyiapkan petugas untuk penormalan penyulang.
b Menormalkan kembali konfigurasi jaringan.
c Memasukkan Breker trafo denagn Telescopic Stick.
11.Mengukur tegangan dan beban masing-masing phasa / jurusan yang keluar dari trafo.
12.Menurunkan tangga.
13.Melaporkan ke Piket UPJ bahwa pekerjaan selesai untuk kondisi trafo baik dan sudah bertegangan .
14. Mengumpulkan dan periksa kembali semua peralatan kerja dan APD serta material yang masih

tersisa
15.Buat Laporan

61
Politeknik Negeri Sriwijaya

SPV Teknik
Petugas HAR

4.7.Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah

PERALATAN KERJA :

1. Toolkit
2. Aksesoris
3. Tangga
4. Water Pass
5. Torsi Meter
6. Dynamo meter
7. Spanner
8. Powe Pull
9. Meter Gulung
10. GPS
11. Kompas

PERALATAN UKUR:

1. Tang Ampere
2. Ohm Meter
3. Insulation Tester
4. Tespen
5. Phasesequence
6. Earth tester

62
Politeknik Negeri Sriwijaya
LANGKAH KERJA PEMASANGAN:
1. Petugas lapangan menerima perintah dari ASSMAN OPDIST untuk melakukan pemasangan
SUTR baru dilengkapi dengan gambar revisi / gambar pelaksanaan.

2. Sosialisasi ke masyarakat bahwa akan ada pekerjaan pemasangan jaringan listrik.


3. Berdoa sebelum memulai pekerjaan.
4. Melakukan pengisian Job Safety Analysis sebelum bekerja.
5. Siapkan Alat Kerja, Material Kerja, Alat Ukur dan perlengkapan K-3, sesuai dengan kebutuhan.
6. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi pekerjaan.
7. Pemasangan tanda K3 yaitu sedang ada pekerjaan Listrik.
8. Pemeriksaan tempat dan lokasi dari pemasangan JTR dengan mengamati posisi PHB TR yang
tersedia dan terdekat di sekitar lingkungan pemasangan.

9. Pengukuran tahanan bumi atau grounding untuk memastikan bahwa titik grounding dalam keadaan
baik.

10. Penggalian lubang untuk pemasangan tiang JTR yang sesuai dengan standar.
11. Pemasangan tiang untuk letak dari jaringan tegangan rendah.
12. Pemasangan stainless steel strap, stoping buckle, Grounding, plastik strap, dan fixed dead end
clamp yang ada pada TR awal atau TR 3.

13. Penarikan kabel Twice saluran udara mulai dari tiang awal TR atau TR 3 menuju ke pelanggan
atau lokasi sesuai dengan gambar pelaksana yang ada.

14. Pemasangan tiang akhir yang sudah lengkap dengan grounding, stainless steel strap, stoping
buckle, plastik strap, dan fixed dead end clamp serta akhir dari penarikan kabel TR.

15. Pemasangan kabel menuju pelanggan, yaitu dari tiang akhir yang sudah di berikan konektor agar
antara kedua kabel tersebut tersambung dan menuju ke APP atau alat pengukur dan pembatas
pelanggan.

16. Mematikan saklar utama pada PHB TR agar proses dari pemasangan JTR menjadi lebih aman.
17. Menghitung dan memilih jalur atau jurusan yang ada pada PHB TR yang tersedia dan
memungkinkan agar tidak terjadi ketidak seimbangan antara jurusan yang membuat atau memicu
terjadinya gangguan listrik.

63
Politeknik Negeri Sriwijaya
18. Menarik kabel dari PHB TR menuju Tiang awal dari TR atau TR 3 yang ada untuk jaringan.
19. Pemeriksaan kembali sebelum proses penormalan jaringan yang mati atau padam.
20. Menghidupkan kembali saklar utama PHB TR agar aliran listrik dapat mengalir kembali ke
jaringan tegangan rendah.

21. Pekerjaan telah selesai dilaksanakan.


22. Laporan pekerjaan pemasangan JTR ke penanggung jawab.

LANGKAH KERJA PEMELIHARAAN:


1. Petugas lapangan menerima perintah dari ASSMAN OPDIST untuk melakukan pemeliharaan
SUTR baru dilengkapi dengan gambar revisi / gambar pelaksanaan.

2. Melakukan sosialisasi ke masyarakat bawah akan ada pemeliharaan jaringan tegangan rendah, hal
itu ditujukan agar masyarakat tidak protes dan marah.

3. Berdoa sebelum melakukan pekerjaan


4. Siapkan Alat Kerja, Material Kerja, Alat Ukur dan perlengkapan K-3, sesuai dengan kebutuhan.
5. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi pekerjaan.
6. Pemasangan tanda K3 yaitu sedang ada pekerjaan Listrik.
7. Melakukan pemeriksaan dan pemadaman pada PHB TR dengan mematikan Saklar utama dari
pada PHB TR.

8. Melakukan pengecekan NH Fuse dengan menggunakan Fuse puller. Lalu membersihkan NH Fuse
dan memastikan beban yang melawati NH Fuse dan jurusan tersebut masih sesuai, lalu
pengecekan pada Bus bar dalam kondisi baik dan masih dapat beroperasi.

9. Melakukan pengecekan grounding menggunakan earth tester, memastikan semua dalam keadaan
baik dan tahanan grounding masih sesuai dengan Standar PLN yaitu dibawah 5 OHM

10. Melakukan pengecekan urutan fasa dengan menggunakan Phasesquent dan melihat apakah

64
Politeknik Negeri Sriwijaya

urutan fasa tersebut telah sesuai dengan posisi dan arah nya ditandai dengan phasesquent
mengindikasi putaran searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam bila tidak sesuai.

11. Memasitikan keadaan jaringan dalam keadaan baik, dengan melakukan survey jaringan dan
memeriksa semua alat dalam keadaan baik dan tidak ada kabel yang terbuka isolasinya. Karene
sangat berbahaya apabila isolaso terbuka dan menyentuh bagian yang terhubung langsung dengan
bumi.

12. Memastikan kembali semua telah sesuai dengan standar.


13. Melakukan penormalan kembali dengan menghidupkan saklar utama yang ada pada PHB TR.
14. Pekerjaan telah selesai dilaksanakan.
15. Laporan pekerjaan pemeliharaan JTR ke penanggung jawab.

SPV Teknik Petugas HAR

65
Politeknik Negeri Sriwijaya

KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Didalam Buku Bahan Ajar ini dapat diambil Kesimpulan antara Lain :

1.Mahasiswa dapat mengenal dan mempelajari Teori dasar tentang Jaringan Distribusi tegangan
menengah dan rendah serta perlatan ketenagalistrikan lain nya.

2.Mahasiswa dapat memahami tentang Tujuan dan Manfaat serta jenis-jenis Pemeliharaan dan
Perbaikan.
3.Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dan membuat suatu Job Safety Analisis ( JSA) .

4.Mahasiswa dapat mengerti dan mematuhi pentingnya suatu Standart operasi Prosedure ( SOP ) dan
Faktor Keselamatan Keteganalistrikan ( K2/K3) dalam melakukan kegiatan pemasangan,Pemeliharaan
dan Perbaikan peralatan Ketenagalistrikan.

5.Mahasiswa mendapat bekal dalam melakukan praktek pada semester berikutnya dan nantinya
mengaplikasi kan ke Industri dan Masyarakat sebagai Alumni yang Kompeten.

66
Politeknik Negeri Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pengujian Minyak Tembus. http://jendeladenngabei.blogspot.com


/2013/04/dengan-berkembangnya.html. 31 Januari 2021

Anonim. 2019. Penggunaan Isolator Pada Jaringan Distribusi. https://www.


edukasikini.com/2019/12/penggunaan-isolator-pada-jaringan.html. 31 Januari
2021

Anonim. 2020. Keselamatan Ketenagalistrikan. https://www.pdkb.id/read/110/ keselamatan-


ketenagalistrikan-k2.html. 15 Januari 2021

Anonim. 2018. Trafo Distribusi. https://centrado.co.id/trafo-medium-


voltage/trafodistribusi.html. 29 Desember 2020

Anonim. 2019. Tegangan Rendah. https://studylibid.com/doc/277717/bab-ivjaringan-


distribusi-tegangan-rendah. 29 Desember 2020

Admin. 2020. Prinsip Dasar Insulation Tester. https://www.radius.co.id/prinsipdasar-dalam-


pengukuran-insulation-tester. 21 Januari 2021

Febriana, Ramdan. 2021. Distribusi Tenaga Listrik. https://www.warriornux.com/ distribusi-


tenaga-listrik. 3 Januari 2021

Hardistdoc. 2018. Cara Mengukur Tahanan Isolasi Trafo Distribusi. https://listrik


dankita.wordpress.com/2018/05/10/pengukuran-tahanan-isolasi-trafo-3phase.
30 Januari 2021

Kho, Joan. 2019. Sistem Distribusi. https://www.simplidots.com/mengenal-sistem- distribusi-


yang-cepat-dan-efisien. 11 Januari 2021

Nurmawan, Aji. 2015. Prinsip kerja FCO. http://dunialistrikelektron.blogspot.com


/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-fco.html. 13 Januari 2021

PUIL 2011 “Peraturan Umum Instalasi Listrik

Suprianto. 2015. Sistem Distribusi Tenaga Listrik. http://blog.unnes.ac.id/antosupri/ sistem-


distribusi-tenaga-listrik. 20 Januari 2021

Undang – Undang No.30 Tahun 2009

67

Anda mungkin juga menyukai