Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

NYERI

OLEH

NAMA : HUGOLARIS PANTOLA

NIM :

PRODI : NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2021
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
tidakmenyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
dan potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu
yang mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau
kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan–bahan yang dapat
menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium,
bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan
respon nyeri (Kozier dkk, 2009).
Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang
menyakitkan tubuh yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang
mengalaminya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri
adalah suatu pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan
menyakitkan bagitubuh sebagai respon karena adanya kerusakan atau
trauma jaringan maupun gejolak psikologis yang diungkapkan secara
subjektif oleh individu yang mengalaminya.

B. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis.Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi terjadinya
nyeri.
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang
singkat, biasanya kurang dari 6 bulan.Nyeri akut yang tidak diatasi
secaraadekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar
ketidaknyamanan yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi
sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan
imunologik (Potter & Perry, 2005).
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya.Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan
jaringan (Guyton & Hall, 2008).Nyeri kronik mengakibatkan
supresi pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tumor, depresi, dan ketidakmampuan.
C. Etiologi
Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan
neurologis yang spesifik dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien
terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi
mencakup umur, sosial budaya, status emosional, pengalaman nyeri masa
lalu, sumber nyeri dan dasar pengetahuan pasien.Kemampuan untuk
mentoleransi nyeri dapat rnenurun dengan pengulangan episode nyeri,
kelemahan, marah, cemas dan gangguan tidur. Toleransi nyeri dapat
ditingkatkan dengan obat- obatan, alkohol, hipnotis, kehangatan, distraksi
dan praktek spiritual (Le Mone & Burke,2008).
D. Patofisiologi
Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan
hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transrmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses
dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung
saraf sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam
proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang
meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla
spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal
balik antara thalamus dan cortex. Proses ketiga adalah modulasi yaitu
aktivitas sarafyang bertujuan mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa
tertentu telah diternukan di sistem saraf pusat yang secara selektif
menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis.Senyawa ini diaktifkan
jika terjadi relaksasi atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto. G,
2003). Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang
ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi
tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara
mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang
sehingga sangat sulit untuk memahaminya (Dewanto.G, 2003).Nyeri
diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer.Zat kimia
(substansi P, bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian
menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari
daerah yang terluka ke otak.Sinyal nyeri dari daerah yang terluka
berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian
dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh
tubuh).Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak di
mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali
dipersepsikan.Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan
lokasi nyeri dipersepsikan.Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari
otak kemudian turun ke spinal cord.Di bagian dorsal, zat kimia seperti
endorphin dilepaskan untuk mcngurangi nyeri di dacrah yang terluka
(Potter & Perry, 2005). Kozier, dkk. (2009) mengatakan bahwa nyeri
akan menyebabkan respon tubuh meliputi aspek pisiologis dan
psikologis, merangsang respon otonom (simpatis dan parasimpatis respon
simpatis akibat nyeri seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, peningkatan pernapasan, meningkatkan tegangan otot,
dilatasi pupil, wajah pucat, diaphoresis, sedangkan respon parasimpatis
seperti nyeri dalam, berat , berakibat tekanan darah turun nadi turun,
mual dan muntah, kelemahan, kelelahan, dan pucat.
E. Pathway
Trauma & Stres Fisik

Ruptur diskus

Aliran darah kediskus berkurang , respon beban


yang berat, ligamentum longitudinalis post
menyempit.

Lempeng tulang rawan dan korpus


vertebrae

Nukleus pulposus keluar melalui serabut-


serabut anulus yang robek.

Cemas Tindakan oprasi Gangguan Rasa nyaman


(Nyeri)
F. Pengukuran Insentitas Nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbedaUniversitas Sumatera Utara 8 oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang
paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri.Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut

a. Skala intensitas nyeri deskritif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat terkontrol

Nyeri berat
tidak
terkontrol

b. Skala Identitas nyeri numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Keterangan :

0:Tidak nyeri

1-3: Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasidengan baik.


4-6: Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.

7-9: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapatmengikuti


perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.

10: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagiberkomunikasi,


memukul.

G. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala nyeri ada bermacam–macam perilaku yang tercermin dari
pasien. Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon
psikologis berupa :

a. Suara: Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas.


b. Ekspresi wajah: Meringiu mulut.
c. Menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup rapat/membuka
mata atau mulut, menggigit bibir.
d. Pergerakan tubuh: Kegelisahan, mondar – mandir, gerakan menggosok
atau berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immobilisasi, otot
tegang.
e. Interaksi sosial: Menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus
aktivitas untuk mengurangi nyeri, disorientasi waktu (Mohamad, 2012).
H. Penatalaksanaan
a. Management Farmakologi
a) Analgesik non opioids
Termasuk nonsteroidal anti inflamatory drugs ( NSAIDS ), seperti :
Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen. Menurut American Pain Society,
obat-obatan ini bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan
tingkat/ level inflamasi.
b) Analgesik opioids
Analgesik opioids termasuk opium derivate, seperti morfin dan kodein.
Obat -obat ini bekerja dengan cara meng ubah mood, perhatian, perasaan
pasien menjadi lebih baik, dan lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
c) Analgesik adjuvant.
Analgesik adjuvant adalah terapi pengobatan selain menggunakan
analgesic, tetapi dapat mengurangi tipe-tipe nyeri kronik. Contohnya
Diazepam (Valium) yang dapat menggunakan rasa nyeri pada saat terjadi
spasme otot membantu bisa tidur nyenyak.

b. Management non Farmakologi, terdiri atas:


a) Intervensi fisik
Tujuan dari intervensi fisik adalah:
 Membuat nyaman.
 Mengurangi disfungsi fisik.
 Menormalkan respon fisiologis.
 Mengurangi ketakutan.
b) Cutaneous Stimulation Yang termasuk cutaneous stimulation:
 Pemijatan/massage
 Kompres panas/dingin.
 Asupressure.
 Contralateral Stimulation
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
Data pengkajian yang perlu dikaji adalah :
I. Data demografi berisi tentang Identitas pasien.
II. Riwayat keluarga berisi genogram.
III. Riwayat pekerjaan berisi pekerjaan sebelumnya dan saat ini.
IV. Riwayat lingkungan berisi tipe tempat tinggal dan kondisi
tempat tinggal.
V. Riwayat rekreasi berisi hobi, liburan dan perjalana.
VI. Sistem pendukung berisi pelayanan kesehatan dirumah dan
perawatan sehari- hari yang dilakukan oleh keluarga.
VII. Status kesehatan berisi Keluhan utama, obat-obatan yang
dikonsumsi, hasil ttv, riwayat alergi dan hasil dari cek asam
urat.
VIII. Aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, berpakian, kekamar
mandi, berpindah dan kontinen i. Pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang berisi tentang oksigenasi, cairan dan elektrolit,
nutrisi, eliminasi, aktivitas, personal hygine, istirahat tidur,
seksual, psikologi.
IX. Tinjauan sistem berisi tentang, keadaan umum, tingkat
kesadaran, tanda-tanda vital, kepala, mata, hidung, leher, dada,
punggung, abdomen, pinggang, ektremitas atas dan bawah,
sistem imun, genetalia, reproduks, persarapan dan pengecapan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri dan kenyamanan b/d Agen pecendera fisik (Pisah asbes
amputasi ngangkat kayu ,terbakar, terpotong ,mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.
2. Ansietas b/d Ancaman terhadap konsep diri.
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tujuan dan Kriteria


Hasil Hasil
1 Nyeri dan kenyamanan Setelah dilakukan Utama:
b/d Agen pecendera tindakan 2x24
fisik (Pisah asbes Diharapakan:  Manajemen
amputasi ngangkat kayu Utama: nyeri.
,terbakar,  Tingkat nyeri  Pemberian
terpotong ,mengangkat Tambahan: analgesik.
berat, prosedur operasi,  Fungsi Pendukung: -
trauma, latihan fisik gastrointestinal.
berlebihan.  Kontrol nyeri.  Dukungan
 Mobilitas fisik. pengungkapan
 Penyembuhan luka. kebutuhan
 Perfusi miokard.  Edukasi efek
 Perfusi perifer samping obat.
 Pola tidur  Edukasi
 Status kenyamanan manajemen
nyeri.
 Edukasi proses
penyakit.
 Edukasi teknik
napas.
 Kompres dingin.
 Kompres panas.
 Konsultasi.
 Latihan
pernapasan.
 Manajemen efek
samping obat.
 Manajemen
kenyamanan
lingkungan.
 Manajemen
medikasi.
 Pemantauan
nyeri.
 Pemberian obat.
 Pemberian obat
intravena.
 Pemberian obat
oral.
 Pemberian obat
topical.
 Pengaturan
posisi.
 Perawatan
amputasi.
 Perawatan
kenyamanan.
 Terapi relaksasi
2 Cemas berhubungan Setelah dilakukan  Penurunan
dengan krisis asuhan keperawatan kecemasan.
situasional, rencana selama 2 x 24 jam,  Bina hubungan
operasi cemas klien terkontrol saling percaya
dengan Kriteria Hasil : dengan pasien.
 Ekspresi wajah  Kaji tingkat
tampak tenang, rileks kecemasan dan
dan kooperatif. reaksi fisik pada
 Mengenali, tingkat
mengungkapkan dan kecemasan
menunjukkan teknik (tachicardia,
untuk mengontrol tachypnea,
kecemasan. ekspresi cemas
 Menemukan sikap non verbal).
tubuh, ekspresi wajah,  Jelaskan seluruh
isyarat dan tingkat prosedur
kegiatan yang tindakan kepada
menggambarkan klien dan
berkurangnya perasaan yang
penderitaan. mungkin muncul
pada saat
melakukan
tindakan.
 Berusaha
memahami
keadaan klien.
 Berikan
informasi tentang
diagnosa,
prognosis dan
tindakan.
 Sediakan
aktivitas untuk
menurunkan
ketegangan
 Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
situasi yang
menciptakan
cemas.
 Tentukan
kemampuan
pasien untuk
mengambil
keputusan
 Instruksikan
pasien untuk
menggunakan
teknik relaksasi.
 Kolaborasi untuk
pemberian obata
penurun cemas ,
jika
memungkinkan

D. Implementasi
Pada proses ini perawat merealisasikan tindakan untuk mencapai
tujuan. Kegiatan dalam implementasi meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, observasi respon pasien, serta menilai data baru. Selain
itu, perawat harus mendokumentasikan setiap tindakan yang telah
diberikan kepada pasien (Kozier B, 2010).

E. Evaluasi
Pada proses ini, intervensi keperawatan harus ditentukan apakah
intervensi tersebut harus diakhiri, dilanjutkan, dimodifikasi, ataupun
dirubah. Evaluasi dilakukan secara continue dimana evaluasi dilakukan
segera setelah implementasi dilaksanakan sehingga memungkinkan
perawat untuk segera merubah atau memodifikasi intervensi
keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan


Kebutuhan Dasar Manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta: Trans Info Media.

Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi yulianti,
yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Widuri, Hesti. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Ditatanan Klinik.
Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai