Anda di halaman 1dari 6

Nomor : 121/e/FSLDKN-XX/LDK-AI/UPT/AMB-MA/IX/2021 M

Lampiran : Term Of Reference


Perihal : Mohon Menjadi Narasumber

Kepada Yang Terhormat,


Bapak Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D.
(Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah & Tokoh Moderasi Indonesia)
Di,-
Jakarta

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan Salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Forum Silaturahmi Lembaga


Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN XX) Pada Tanggal 27-31 Oktober 2021
di Kota Ambon Provinsi Maluku. Olehnya itu bersama surat ini, kami
bermaksud mengundang Bapak untuk hadir pada kegiatan tersebut sebagai
Narasumber pada Sesi Simposium Nasional dengan tema "Moderasi
Beragama dan Kebangsaan Indonesia" dengan Term of Reference (TOR)
sebagaimana terlampir.

Demikian tujuan surat undangan ini kami sampaikan dengan besar harapan
kiranya Bapak berkenan memenuhi undangan ini. Atas kesediaan dan kehadiran
Bapak, mendahuluinya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Ambon, 27 September 2021

Hormat Kami;
Ketua Panitia Pelaksana Ketua LDK Al Ikhwan Unpatti
FSLDKN XX 2021

Aris Munandar Abdul Kholik Jasri Galela


Mengetahui,
Ketua Puskomda FSLDK Maluku Ketua PUSKOMNAS FSLDK Indoesia

Fathu R azak Rumaf Vicky Ardila Nugroho


Lampiran 1
TERM OF REFERENCE
Simposium Nasional
“Moderasi Beragama dalam Kebangsaan Indonesia”

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Hal ini cukup
tergambar jelas dari kandungan Pancasila yang mengangkat prinsip Ketuhanan yang
Maha Esa sebagai sila yang pertama. Sejalan dengan itu, Bung Hatta mengungkapkan,
Sila Ketuhanan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan,
kejujuran, dan persaudaraan. Ia adalah nafas dan ruh dari 4 sila setelahnya. Sila
Ketuhanan mengajak bangsa Indonesia untuk mengembangkan etika sosial dalam
kehidupan publik-politik dengan memupuk rasa kemanusiaan dan persatuan,
mengembangkan permusyawaratan dan keadilan sosial.

Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan, kebebasan untuk memeluk
agama dan beribadah menjadi hak yang dimiliki oleh semua anggota masyarakat.
Sebagaimana yang tercermin dalam pasal 29 UU 1945 bahwa “Negara berdasar atas
keutuhan yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya”. Namun, kebebasan berekspresi dan menjalankan agama yang
dijamin oleh negara justru akhir-akhir ini - terutama pasca orde - baru diekspresikan
secara berlebihan oleh beberapa kelompok sehingga memicu masalah intoleransi dan
radikalime. Salah satu pemicu munculnya masalah ini adalah sikap etnosentris dan
fanatic keagamaan. Hal ini dilihat dari sikap anggota masyarakat yang mengukur
keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Jika sikap ini
mewarnai interaksi di mayarakat maka akan timbul konflik. Sikap ini akan
memperhambat keutuhan serta keharmonisan kehidupan sosial dan tentu saja
berimbas pada terhambatnya pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Maraknya praktek radikalisme sebenarnya bermula dari benih-benih pemikiran dan


tindakan intoleran yang menghinggapi sebagian kecil kelompok masyarakat di
Indonesia. Intoleransi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia saat ini sudah
sangat mengkhawatirkan karena tidak hanya menjangkiti sebagian kecil ormas
keagamaan, namun juga telah menjadi “virus” yang menyerang generasi muda.

Melihat ancaman disintegrasi dan radikalisme tersebut, maka penguatan moderasi


beragama di Indonesia saat ini penting dilakukan karena agama mengambil posisi
penting dalam perwujudan peradaban yang harmonis dan bermartabat. Semangat
moderasi beragama bertujuan untuk mencari titik temu antar dua kutub ektrem dalam
beragama. Agar tidak ada pemeluk agama yang meyakini satu tafsir teks agama lalu
menganggap salah mereka yang memiliki tafsir yang berbeda dengannya. Di sisi lain
moderasi beragama juga menghindari sikap ekstrim mengabaikan kepercayaan dasar
ajaran agamanya dengan dalih toleransi.

Maka atas masalah tersebut, Simposium Nasional dibuat dengan mengangkat tema
“Moderasi Beragama dalam Kebangsaan Indonesia”. Kegiatan ini diharapan mampu
menjadi sarana dalam menggemakan spirit moderasi dikalangan mahasiswa untuk
merawat keberagaman. Salah satu fokus dari kegiatan ini adalah pada
pengarusutamaan Islam wasathiyah di kalangan mahasiswa untuk mencegah bahaya
intoleransi dan radikalisme dari kampus. Kegiatan ini menghadirkan tokoh moderasi
Indonesia dan Gubernur Maluku yang akan memperkenalkan budaya Pela Gandong
sebagai nafas kerukunan di Maluku selama berpuluh tahun lamanya.

B. Tujuan Kegiatan
1. Menggemakan spirit moderasi beragama sebagai solusi merawat keberagaman
Indonesia
2. Mendorong Penguatan Moderasi Beragama Untuk Menjaga Ideologi Bangsa
3. Mengoptimalkan pengarusutamaan islam wasathiyah dikalangan mahasiswa dalam
mencegah bahaya intoleransi dan radikalisme dari kampus
4. Memperkenalkan budaya pela gandong sebagai salah satu bentuk moderasi
beragama ala Maluku

C. Tema Kegiatan
“Moderasi Beragama dalam Kebangsaan Indonesia”

D. Bentuk Kegiatan
Simposium Nasional

E. Waktu & Tempat Kegiatan


Hari/Tanggal : Rabu, 27 Oktober 2021
Waktu : 13.30 – 16.00 WIT
Tempat : Auditorium Universitas Pattimura Ambon

F. Pembicara, Sub Tema dan Titik Tekan Materi


Pembicara Sub Tema Titik Tekan Materi
Pembicara I  Walisongo dan sejarah Islam
Prof. K.H. Muhammad moderat di Indonesia
Sirajuddin Syamsuddin,  Prinsip dan Fenomena
Geliat Moderasi
M.A., Ph.D. (Guru Besar Moderasi Islam di tengah
Islam di Indonesia
UIN Syarif Hidayatullah pluralisme
& Tokoh Moderasi  Tantangan penerapan
Indonesia) moderasi Islam di Indonesia
Pembicara II  Konsep moderasi beragama
Dr. Hidayat Nur Wahid, Moderasi Beragama dalam Pancasila
Lc., MA (Wakil Ketua Rahmat Bagi Bangsa  Moderasi beragama dan
MPR RI) dan Dunia Global kontribusinya terhadap
tatanan dunia global
 Urgensi Moderasi Islam untuk
kesatuan Indonesia ditengah
ancaman disintegrasi
 Implementasi moderasi Islam
dalam kehidupan berbangsa
 Merawat Maluku pasca konflik
1999
 Maluku dan Isu disintegrasi
Pembicara III Pela Gandong:
 Pela Gandong sebagai salah
Pdt. Elifas Tomix Moderasi Beragama
satu solusi atas ancaman
Maspaitella (Ketua dalam Konteks
disintegrasi di Maluku
MPH Sinode GPM) Lokalitas
 Pela Gandong sebagai kearifan
lokal yang memperkuat
moderasi beragama

G. Penyelenggara dan Pelaksana


Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia dan dilaksanakan
pada Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN XX) di
Universitas Pattimura Ambon.

H. Peserta
Peserta Luring pada kegiatan ini berjumlah 300 orang, yang merupakan perwakilan
dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) se-
Indonesia serta 1000 peserta lainnya yang menyaksikan secara daring.

I. Penutup
Demikian Term Of Reference (TOR) ini di buat sebagai bahan referensi bagi para
Narasumber. Harapannya semoga para Narasumber berkenan dan bersedia untuk
mengambil bagian dalam meyukseskan kegiatan ini.

Anda mungkin juga menyukai