Demikian tujuan surat undangan ini kami sampaikan dengan besar harapan
kiranya Bapak berkenan memenuhi undangan ini. Atas kesediaan dan kehadiran
Bapak, mendahuluinya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Hormat Kami;
Ketua Panitia Pelaksana Ketua LDK Al Ikhwan Unpatti
FSLDKN XX 2021
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Hal ini cukup
tergambar jelas dari kandungan Pancasila yang mengangkat prinsip Ketuhanan yang
Maha Esa sebagai sila yang pertama. Sejalan dengan itu, Bung Hatta mengungkapkan,
Sila Ketuhanan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan,
kejujuran, dan persaudaraan. Ia adalah nafas dan ruh dari 4 sila setelahnya. Sila
Ketuhanan mengajak bangsa Indonesia untuk mengembangkan etika sosial dalam
kehidupan publik-politik dengan memupuk rasa kemanusiaan dan persatuan,
mengembangkan permusyawaratan dan keadilan sosial.
Sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan, kebebasan untuk memeluk
agama dan beribadah menjadi hak yang dimiliki oleh semua anggota masyarakat.
Sebagaimana yang tercermin dalam pasal 29 UU 1945 bahwa “Negara berdasar atas
keutuhan yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya”. Namun, kebebasan berekspresi dan menjalankan agama yang
dijamin oleh negara justru akhir-akhir ini - terutama pasca orde - baru diekspresikan
secara berlebihan oleh beberapa kelompok sehingga memicu masalah intoleransi dan
radikalime. Salah satu pemicu munculnya masalah ini adalah sikap etnosentris dan
fanatic keagamaan. Hal ini dilihat dari sikap anggota masyarakat yang mengukur
keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Jika sikap ini
mewarnai interaksi di mayarakat maka akan timbul konflik. Sikap ini akan
memperhambat keutuhan serta keharmonisan kehidupan sosial dan tentu saja
berimbas pada terhambatnya pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Maka atas masalah tersebut, Simposium Nasional dibuat dengan mengangkat tema
“Moderasi Beragama dalam Kebangsaan Indonesia”. Kegiatan ini diharapan mampu
menjadi sarana dalam menggemakan spirit moderasi dikalangan mahasiswa untuk
merawat keberagaman. Salah satu fokus dari kegiatan ini adalah pada
pengarusutamaan Islam wasathiyah di kalangan mahasiswa untuk mencegah bahaya
intoleransi dan radikalisme dari kampus. Kegiatan ini menghadirkan tokoh moderasi
Indonesia dan Gubernur Maluku yang akan memperkenalkan budaya Pela Gandong
sebagai nafas kerukunan di Maluku selama berpuluh tahun lamanya.
B. Tujuan Kegiatan
1. Menggemakan spirit moderasi beragama sebagai solusi merawat keberagaman
Indonesia
2. Mendorong Penguatan Moderasi Beragama Untuk Menjaga Ideologi Bangsa
3. Mengoptimalkan pengarusutamaan islam wasathiyah dikalangan mahasiswa dalam
mencegah bahaya intoleransi dan radikalisme dari kampus
4. Memperkenalkan budaya pela gandong sebagai salah satu bentuk moderasi
beragama ala Maluku
C. Tema Kegiatan
“Moderasi Beragama dalam Kebangsaan Indonesia”
D. Bentuk Kegiatan
Simposium Nasional
H. Peserta
Peserta Luring pada kegiatan ini berjumlah 300 orang, yang merupakan perwakilan
dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Pusat Komunikasi Daerah (Puskomda) se-
Indonesia serta 1000 peserta lainnya yang menyaksikan secara daring.
I. Penutup
Demikian Term Of Reference (TOR) ini di buat sebagai bahan referensi bagi para
Narasumber. Harapannya semoga para Narasumber berkenan dan bersedia untuk
mengambil bagian dalam meyukseskan kegiatan ini.