Anda di halaman 1dari 5

DISPEPSIA

NEXT SLIDE

VI.1. Dispepsia belum diinvestigasi


 Tata laksana untuk dispepsia yang belum diinvestigasi yaitu terapi empirik selama 1-4
minggu
 Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI
misalnya omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor
Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor (misalnya rebamipide)

NEXT SLIDE

Apabila prevalensi infeksi Hp tinggi, dapat dilakukan strategi test and treat diterapkan pada
pasien dengan keluhan dispepsia tanpa tanda bahaya.

Test and treat dilakukan pada:


• Pasien dengan dispepsia tanpa komplikasi yang tidak berespon terhadap perubahan gaya
hidup, antasida, pemberian PPI tunggal selama 2-4 minggu dan tanpa tanda bahaya.
• Pasien dengan riwayat ulkus gaster atau ulkus duodenum yang belum pernah diperiksa.
• Pasien yang akan minum OAINS, terutama dengan riwayat ulkus gastroduodenal.
• Anemia defisiensi besi yang belum diketahui penyebabnya, purpura trombositopenik
idiopatik dan defisiensi vitamin B12.
Test and treat tidak dilakukan pada:
• Penyakit refluks gastroesofageal (GERD)
• Anak-anak dengan dispepsia fungsional

NEXT SLIDE

VI.2. Dispepsia yang telah diinvestigasi


VI.2.1. Dispepsia organik
Apabila ditemukan lesi mukosa (mucosal damage) sesuai hasil endoskopi, terapi dilakukan
berdasarkan kelainan yang ditemukan. Kelainan yang termasuk ke dalam kelompok dispepsia
organik antara lain gastritis, gastritis hemoragik, duodenitis, ulkus gaster, ulkus duodenum, atau
proses keganasan. Pada ulkus peptikum (ulkus gaster dan/ atau ulkus duodenum), obat yang
diberikan antara lain kombinasi PPI, misal rabeprazole 2x20 mg/ lanzoprazole 2x30 mg dengan
mukoprotektor, misalnya rebamipide 3x100 mg.

VI.2.2. Dispepsia fungsional


 Apabila setelah investigasi dilakukan tidak ditemukan kerusakan mukosa

NEXT SLIDE
GERD

 Target penatalaksanaan GERD adalah: a). menyembuhkan lesi esofagus, b).


menghilangkan gejala/ keluhan, c). mencegah kekambuhan, d). memperbaiki kualitas
hidup, e). mencegah timbulnya komplikasi.
 Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup bukan merupakan pengobatan primer. usaha ini bertujuan untuk
mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan.
 Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah sebagai berikut:
1) Meninggikan posisi kepala pada saat tidur sekitar 15-20 cm
2) hindari makan 3 jam sebelum tidur untuk mencegah refluks asam dari lambung ke
esofagus
3) Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena keduanya dapat menurunkan
tonus LES sehingga secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel
4). Hindari makanan yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung
5) Makan dengan porsi kecil dan sering
6). Menurunkan berat badan apabila obesitas serta menghindari pakaian ketat sehingga
dapat mengurangi tekanan intra abdomen

NEXT SLIDE

Tatalaksana medikamentosa

 Terdapat dua alur pendekatan terapi medikamentosa, yaitu step up dan step down.
 Pada pendekatan step up pengobatan dimulai dengan obat-obat yang tergolong kurang
kuat dalam menekan sekresi asam (antagonis reseptor H2) atau golongan prokinetik,
bila tidak ada perubahan diberikan obat golongan penekan sekresi asam yang lebih kuat
dengan masa terapi lebih lama (penghambat pompa proton/PPI).
 Sedangkan pada pendekatan step down pengobatan dimulai dengan PPI dan setelah
berhasil dapat dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan dengan menggunakan dosis yang
lebih rendah atau antagonis reseptor H2 atau prokinetik atau bahkan antasid.
 Menurut Genval Statement (1999) serta Konsensus Asia Pasifik tentang
penatalaksanaan GERD (2003) telah disepakati bahwa terapi lini pertama untuk GERD
adalah golongan PPI dan digunakan pendekatan terapi step down.

Next slide

 Obat-obatan yang telah diketahui dapat mengatasi gejala GERD meliputi antasida,
prokinetik, antagonis reseptor H2, Proton Pump Inhibitor (PPI)
 Dari semua obat-obatan tersebut di atas, PPI paling efektif dalam menghilangkan gejala
serta menyembuhkan lesi esofagitis pada GERD dibandingkan H2RA dan prokinetik
 Apabila PPI tidak tersedia, dapat diberikan H2RA

Next slide
 Ppi merupakan drug of choice
 Ppi bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K
ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung
 Dosis inisial PPI adalah dosis tunggal per pagi hari sebelum makan selama 2 sampai 4
minggu. Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI failure), sebaiknya PPI
diberikan secara berkelanjutan dengan dosis ganda sampai gejala menghilang.
Umumnya terapi dosis ganda dapat diberikan sampai 4-8 minggu

Next slide
H2ra (anatgonis reseptor H2)
 Sebagai penekan sekresi asam
 Golongan obat ini efektif u/ pengobatan GERD jika diberikan dosis 2x lebih tinggi dan
dosis untuk terapi ulkus
Dosis pemberian
 Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
 Ranitidin : 4 x 150 mg
 Famotidin : 2 x 20 mg
 Nizatidin : 2 x 150 mg

Next slide
Tukak lambung
TERAPI

Tujuan terapi adalah :


1). Menghilangkan keluhan/simtom (sakit atau dispepsia)
2). Menyembuhkan/memperbaiki kesembuhan tukak
3). Mencegah kekambuhan/rekurensi tukak
4). Mencegah komplikasi

Terapi terdiri dari:


1). Non medikamentosa,
2). Medikamentosa,

Next slide

Non Medikamentosa
1) Istirahat.
 Secara umum pasien tukak dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau
ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap di rumah sakit
2) Diet
 Hindari makanan yang dapat merangsang pengeluaran asam lambung seperti cabai,
makanan yang asam, makanan berlemak, kopi, alkohol, soda

3) Hindari rokok
 Karena rokok menghalangi penyembuhan tukak gaster dan menambah refluks
duodenogastrik akibat relaksasi sfingter pilorus sekaligus meningkatkan kekambuhan
tukak
4) Hindari penggunaan OAINS

Next slide

Medikamentosa
1) Antagonis reseptor H2/ARH2
 Mekanisme : memblokir efek histamin pada sel parietal sehingga sel parietal tidak dapat
dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung
Dosis terpautik :
 Simetidin: dosis 2 x 400 mg atau 800 gr malam hari » Ranitidin: 300 mg malam hari.
 Nizatidine: 1 x 300 mg malam hari
 Famotidin: 1x 40 mg malam hari
 Roksatidin: 2 x 75 mg atau 150 mg malam hari

 Dosis terapetik dari keempat ARH2 dapat menghambat sekresi asam dalam potensi yang
hampir sama, tapi efek samping Simetidin lebih besar dari Famotidin karena dosis
terapeutik lebih besar.

Dosis pemeliharaan:
 simetidin 400 mg dan ranitidin 150 mg, Nizatidine 150 mg, roksatidin 75 mg malam hari.

Next slide

2) Proton pump inhibitor/PPI (Omeprazol, Lansoprazol, Pantoprazol Rabeprazol,


Esomesoprazol).
 Mekanisme kerja PPI : memblokir kerja enzim K+H+-ATPase yang akan memecah K+H+-
ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCI dari kanalikuli
sel parietal kedalam lumen lambung.
 Dosis :
Omeprazol 2x20 mg/standard dosis atau 1x40 mg/double dosis
Lansoprazole/ Pantoprazole 2x40 mg/standar dosis atau 1x60 mg/double dosis

Infeksi H. pylori
 Pada daerah dengan resistensi klaritromisin tinggi, disarankan untuk melakukan kultur
dan tes resistensi (melalui sampel endoskopi) sebelum memberikan terapi. Tes
molekular juga dapat dilakukan untuk mendeteksi Hp dan resistensi klaritromisin
dan/atau fluorokuinolon secara langsung melalui biopsi lambung.
 Setelah pemberian terapi eradikasi, maka pemeriksaan konfirmasi harus dilakukan
dengan menggunakan UBT atau H. pylori stool antigen monoclonal test. Pemeriksaan
dapat dilakukan dalam waktu paling tidak 4 minggu setelah akhir dari terapi yang
diberikan
*PPI yang digunakan:
 Rabeprazole 20 mg
 Lansoprazole 30 mg
 Omeprazole 20 mg
 Pantoprazole 40 mg
 Esomeprazole 40 mg

Anda mungkin juga menyukai