Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP

DIRI ANAK DI PANTI ASUHAN CATUR DHARMA PEPABRI


PONTIANAK
Wulida Litaqia1, Lidia Hastuti2, Hartono3
1. STIkes Yarsi Pontianak 2.3. STIK Muhammadiyah pontianak
Wulida Litaqia: STIKes Yarsi Pontianak, Jln Panglima A’im No. 1, Pontianak Timur,
Kota Pontianak, Kalimantan Barat - 78232, Email: wulida.litaqia@gmail.com

ABSTRAK

Masa anak merupakan masa pembentukan konsep diri seorang individu. Bila tugas pembentukan
diri anak tidak tercapai maka anak akan memiliki perasaan rendah diri, ragu, serta kurang percaya diri
sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk. Faktor pengalaman, kompetensi, dan
aktualisasi diri terhadap anak sangat menentukan konsep diri yang berkembang di usia anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri anak di Panti Asuhan
Catur Dharma Pepabri Pontianak. Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian
cross sectional. Jumlah sampel 35 anak dengan teknik pengambilan total sampling. Pengambilan data
dilakukan pada tanggal 21 Mei 2017 dengan menggunakan kuesioner pengukuran faktor-faktor yang
mempengaruhi dan kuesioner konsep diri anak. Analisis menggunakan uji sperman rank (ƿ<0,05). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pengalaman dengan konsep diri
anak (ƿ=0,028) dengan koefisien korelasi 0,372 menandakan korelasi rendah, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor kompetensi dan konsep diri anak (ƿ=0,463), dan terdapat hubungan yang signifikan
antara faktor aktualisasi diri dengan konsep diri anak (ƿ=0,014) dengan koefisien korelasi 0,411
menandakan tingkat korelasi sedang. Disarankan untuk meningkatkan peran serta kita untuk lebih
memperhatikan perkembangan potensi anak agar menunjang perkembangan konsep diri anak yang positif.

Kata kunci: Anak, Konsep Diri, Faktor Pengalaman, Faktor Kompetensi, Faktor Aktualisasi Diri
ABSTRACT

Childhood is a period of formation of an individual's self-concept. If the task of forming the child's self is
not achieved, the child will have feelings of inferiority, doubt, and lack of self-confidence so that it fosters
poor personal and social adjustments. Factors of experience, competence, and self-actualization of children
greatly determine the self-concept that develops at a child's age. This study aims to describe the factors that
influence the self-concept of children at the Catur Dharma Pepabri Orphanage Pontianak. This type of
research is a descriptive study with a cross sectional research design. The number of samples is 35 children
with total sampling technique. Data collection was carried out on May 21, 2017 using a questionnaire
measuring influencing factors and a child self-concept questionnaire. The analysis used the sperm rank test
(ƿ<0.05). The results showed that there was a significant relationship between the experience factor and the
child's self-concept (ƿ=0.028) with a correlation coefficient of 0.372 indicating a low correlation, there was
no significant relationship between the competence factor and the child's self-concept (ƿ=0.463), and there
was a significant relationship. between the self-actualization factor and the child's self-concept (ƿ=0.014)
with a correlation coefficient of 0.411 indicating a moderate level of correlation. It is recommended to
increase our participation to pay more attention to the development of children's potential in order to
support the development of a positive child's self-concept.

Keywords: Children, Self-Concept, Experience Factors, Competence Factors, Self-Actualization Factors

PENDAHULUAN
1
STIKes Yarsi Pontianak
2
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
3
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
Konsep diri merupakan semua hal ini sebagai orang terdekat mereka
ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian (Puspasari, 2007).
yang diketahui oleh individu tentang Konsep diri yang dikembangkan
dirinya dan mempengaruhi individu oleh anak panti asuhan dapat berupa
dalam berhubungan dengan orang lain konsep diri positif dan konsep diri
(Stuart, 2007). Anak yang memiliki negatif (Napitupulu et al., 2007). Mereka
konsep diri positif akan mengembangkan yang memiliki konsep diri positif maka
sifat-sifat dan kepercayaan diri, harga akan dapat menentukan cara yang tepat
diri serta kemampuan untuk menilai untuk mengatasi serta mengembangkan
dirinya sendiri secara realistis yang potensi yang dimilikinya. Hal ini akan
kemudian dapat menilai hubungannya menyebabkan penilaian diri yang positif
dengan orang lain secara tepat dan (Lukman, 2000). Semua itu akan
penyesuaian diri yang baik (Pramawaty membuat mereka lebih mampu
et al., 2012). Sebaliknya bila konsep diri menghargai diri dan hidupnya sehingga
negatif, individu akan mengembangkan akan menjadikan hidupnya lebih
perasaan tidak mampu dan rendah diri, berguna, baik untuk dirinya sendiri,
merasa ragu dan kurang percaya diri orang lain, dan lingkungannya. Bagi
sehingga dapat menumbuhkan mereka yang memiliki konsep diri
penyesuaian pribadi dan sosial yang negatif menunjukkan bahwa mereka
buruk (Puspasari, 2007). Konsep diri mengerti kelemahan dan keunggulannya,
bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada dan dan akhirnya tidak mampu dan
muncul, pembentukan konsep diri juga menganggap berharga dalam diri, serta
bukanlah bawaan lahir, melainkan hasil memandang negatif diri sendiri dan
belajar semenjak manusia mengenal hidupnya. Semua itu akan menyebabkan
lingkungan hidupnya sejak itu pulalah ia tidak tercapainya makna hidup.
belajar banyak tentang kehidupan Seseorang yang tidak menemukan
dirinya (Hurlock, 2003). makna hidup ialah mereka yang
Menurut Stuart (2007) terdapat mempersepsikan kehidupan secara
beberapa faktor yang mempengaruhi negatif (Napitupulu et al., 2007).
konsep diri diantaranya ialah teori Anak yang hidup di panti asuhan
perkembangan, self perception (persepsi memiliki alasan masing-masing tentang
diri sendiri), dan signifikan other (orang bagaimana mereka diharuskan untuk
terpenting dan terdekat). Perkembangan tinggal disana. Baik karena mereka
konsep diri pada individu dipengaruhi merupakan anak yatim, piatu, maupun
sumber pokok informasi yaitu interaksi yatim dan piatu serta adapula yang
individu dengan orang lain atau membutuhkan bantuan pengasuhan
signifikan other (Salbiah, 2003). Yang karena kondisi keluarganya (Janah,
dimaksud dengan orang lain dan 2007). Menurut Bakker (2012), terdapat
significant other adalah: orang tua, 87,6 juta anak yatim di Asia, 43,4 juta
teman sebaya dan petugas panti dalam anak yatim di Sub-Sahara Afrika, dan
12,4 juta anak yatim di Amerika Latin
dan Karibia. Beberapa anak yatim mengalami permasalahan tersebut untuk
mungkin memiliki kondisi telah dibina dan diberikan kesempatan agar
kehilangan satu orang tua bahkan kedua bisa menikmati hidup dengan baik dan
orang tuanya, beberapa ada yang dalam sehat serta mendapatkan pendidikan
kondisi baik, dan ada pula anak yatim yang baik (Wulandari & Rola, 2004).
yang ternyata telah pergi dengan Panti Asuhan Catur Dharma
keluarga mereka, tetapi semua rentan Pepabri merupakan salah satu panti
membutuhkan bantuan (Puspasari, asuhan di kawasan kota Pontianak yang
2007). sudah berdiri lama. Dimana
Keadaan yang sama juga dialami pelayanannya bertujuan untuk
oleh negara berkembang seperti membantu anak-anak terlantar atau
Indonesia. Menteri Sosial Indonesia anak-anak yang tidak memiliki orangtua
mengungkapkan bahwa ada 4,1 juta anak melalui bimbingan dan asuhan panti.
terlantar di Indonesia. Diantaranya ialah Berdasarkan hasil wawancara, jumlah
5.900 anak yang menjadi korban anak asuh yang ada di panti asuhan ini
perdagangan manusia, 3.600 anak tidak terlalu banyak jumlahnya, yaitu
bermasalah dengan hukum, 1,2 juta sebanyak 48 orang yang terdiri dari 27
balita terlantar dan 34.000 anak jalanan orang laki-laki dan 21 orang perempuan
di Indonesia (Mensos, 2015). yang berasal dari anak-anak yatim, piatu,
Kalimantan Barat merupakan dhu’afa dan anak-anak terlantar dan
salah satu provinsi yang juga memiliki diasuh oleh sanak keluarga yang kurang
jumlah panti asuhan yang menaungi mampu, dengan fasilitas dan dana
anak-anak dengan keadaan serupa. Data operasional yang mereka miliki dari
yang tercatat pada tahun 2016 diketahui donatur. Anak yang berada di Panti
jumlah panti asuhan di Kalimantan Barat Asuhan Catur Dharma Pepabri
sebanyak 153 panti asuhan yang tersebar mengalami masalah pada tidak percaya
di berbagai wilayah kabupaten. dirinya anak-anak panti atau minder saat
Sedangkan jumlah anak Panti Asuhan di harus bersosialisasi dengan anak-anak
Kalimantan Barat sebanyak 5.436 anak kompleks sekitar area panti.
dengan 3.052 anak laki-laki dan 2.384
METODE
anak perempuan. Di kota Pontianak
sendiri jumlah Panti Asuhan tercatat Desain penelitian yang
sebanyak 32 panti asuhan dan terdapat digunakan dalam penelitian ini adalah
1.406 anak yang terdiri atas 763 anak cross sectional. Populasi penelitian ini
laki-laki serta 643 anak perempuan yang adalah semua anak asuh yang ada di
diasuh (Dinas Sosial Provinsi Panti Asuhan Catur Dharma Pepabri
Kalimantan Barat, 2016). Oleh karena Pontianak sebanyak 35 anak. Metode
itu banyak sekarang ini panti asuhan di pengambilan sampel yang digunakan
kota-kota besar mencoba berusaha untuk total sampling. Variabel independen
mengatasi permasalahan tersebut dengan (bebas) dalam penelitian ini adalah
cara menampung anak-anak yang faktor pengalaman, faktor kompetensi,
dan faktor aktualisasi diri sedangkan
faktor dependen (terikat) dalam
penelitian ini adalah konsep diri anak.
Tabel 2 Distribusi frekuensi
Pengambilan data dilakukan pada
berdasarkan faktor pengalaman,
tanggal 21 Mei 2017. Lokasi penelitian
kompetensi, dan aktualisasi diri di Panti
di Jalan Nirbaya, Kota Baru, Pontianak.
Asuhan Catur Dharma Pepabri
HASIL Pontianak 2017
Variabel n= 35
Tabel 1 Distribusi frekuensi
f %
berdasarkan karakteristik responden di Pengalaman
Panti Asuhan Catur Dharma Pepabri Baik 24 68,6
Pontianak 2017 Tidak baik 11 31,4
Variabel n= 35
Kompetensi
karakteristik f %
Mewakili 34 97,1
responden
Tidak mewakili 1 2,9
Jenis kelamin
Laki-laki 19 54,3 Aktualisasi diri
Perempuan 16 45,7 Positif 18 51,4
Negatif 17 48,6
Usia
6-8 tahun 8 22,9 Konsep diri
9-12 tahun 27 77,1 Positif 32 91,4
Negatif 3 8,6
Status
Yatim 19 54,3 Sumber: Data Primer 2017
Piatu 4 11,4 Sebagian besar anak memiliki
Yatim piatu 12 34,3 pengalaman yang baik (68,6%),
memiliki kompetensi yang berkategori
Pendidikan
SD 22 62,9 mewakili (97,1%), beraktualisasi
SMP 13 37,1 positif (51,4%), dan memiliki konsep
diri positif (91,4).
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 3 Hubungan pengalaman,
Sebagian besar karakteristik anak
kompetensi, dan aktualisasi diri dengan
berjenis kelamin laki-laki (54,3%),
konsep diri anak di Panti Asuhan Catur
berusia 9-12 tahun (77,1%), memiliki
Dharma Pepabri Pontianak 2017
status sebagai anak yatim (54,3%), dan
Ƿ Koefisien
berpendidikan SD (62,9%).
korelasi
Pengalaman 0,028 0,372
Kompetensi 0,463 -0,128
Aktualisasi 0,014 0,411
diri Pengalaman yang paling berpengaruh
Sumber: Data Primer 2017 adalah pengalaman interpersonal
Hasil uji statistik menggunakan dimana dapat memunculkan peranan
sperman rank menunjukkan terdapat positif dan berharga. Ketika anak
korelasi yang signifikan antara faktor berinteraksi dengan sosialnya yaitu
pengalaman dan konsep diri anak orang lain, terdapat penghargaan, kesan
(Ƿ=0,028) dengan koefisien korelasi dan citra teman tentang dirinya. Melalui
0,372 yang berarti tingkat korelasi pengalaman interpersonal, anak bukan
rendah. Tidak terdapat korelasi yang hanya belajar mengenai siapa dirinya,
signifikan antara faktor kompetensi dan
namun juga bagaimana anak merasakan
konsep diri anak (Ƿ=0,463). Terdapat
siapa dirinya.
korelasi yang signifikan antara faktor
Pengalaman yang dimiliki anak
aktualisasi diri dengan konsep diri anak
(Ƿ=0,014) dengan koefisien korelasi di panti asuhan Catur Dharma Pepabri
0,411 yang berarti tingkat korelasi Pontianak berhubungan dengan
sedang. pembentukan konsep diri anak tersebut
sejalan dengan teori yang ada bahwa
PEMBAHASAN bila anak memiliki pengalaman yang
Hubungan faktor pengalaman, baik akan memunculkan peranan positif
kompetensi, dan aktualisasi diri dengan atau berharga sehingga memunculkan
konsep diri anak di Panti Asuhan Catur anggapan yang positif terhadap dirinya
Dharma Pepabri Pontianak. Hasil sendiri. Sebaliknya dengan pengalaman
penelitian mengenai faktor-faktor yang yang tidak baik yang pernah dialami
mempengaruhi konsep diri anak dari anak tersebut akan memunculkan
jumlah responden sebanyak 35 anak perasaan yang negative seperti tidak
didapatkan terdapat hubungan antara percaya diri atau minder terhadap
faktor pengalaman terhadap konsep diri dirinya.
anak. Menurut Manik (2007) konsep Kompetensi merupakan area
diri adalah suatu self theory, yaitu suatu yang dihargai oleh individu dan orang
teori yang berkaitan dengan diri yang lain (Agustiani, 2006). Tidak adanya
tersusun atas dasar pengalaman diri, hubungan antara kompetensi dan
fungsi, dan kemampuan diri sepanjang konsep diri yang dialami oleh anak di
hidup. Ia juga berpendapat bahwa panti Asuhan Catur Dharma Pepabri
konsep diri terbentuk dan berkembang Pontianak disebabkan karena
berdasarkan pengalaman, dan kemampuan anak baik di bidang
interpretasi dari lingkungan, terutama akademik dan non akademik tidak
dipengaruhi oleh penguatan-penguatan, memberikan peranan yang cukup berarti
penilaian orang lain, dan atribut terhadap harga diri anak panti. Mereka
seseorang bagi tingkah lakunya. cenderung tidak menganggap tingginya
Agustiani (2006) mengatakan kemampuan akademik maupun non
bahwa konsep diri seseorang akademik mempengaruhi bagaimana
dipengaruhi oleh pengalaman. cara mereka dihargai di lingkungan
panti asuhan. Kemudian didukung 1. Ada hubungan yang yang signifikan
dengan rasa kekeluargaan yang tercipta antara faktor pengalaman dengan
di lingkungan sekitar panti asuhan yang konsep diri anak di panti asuhan
tidak membeda-bedakan sesama Catur Dharma Pepabri Pontianak
anggota panti baik dalam hal 2. Tidak terdapat hubungan antara
kemampuan itu sendiri sehingga bukan faktor kompetensi dengan konsep diri
merupakan hal yang penting dalam anak di panti asuhan Catur Dharma
pembentukan konsep diri anak tersebut. Pepabri Pontianak
Fawzie dan Kurniajati (2012) 3. Ada hubungan yang yang signifikan
mengungkapkan bahwa aktualisasi antara faktor aktualisasi diri dengan
merupakan implementasi dan realisasi konsep diri anak di panti asuhan
dari potensi yang sebenarnya. Catur Dharma Pepabri Pontianak
Aktualisasi diri erat hubungannya
dengan konsep diri anak panti SARAN
dikarenakan anak dinilai sudah mampu Berdasarkan kesimpulan hasil
menjalankan peran sebagai anggota penelitian maka saran yang dapat
panti yang baik, rajin untuk melakukan diberikan ialah penelitian selanjutnya
kegiatan-kegiatan panti, memiliki rasa untuk mengembangkan metode penelitian
hormat, serta memiliki kasih sayang yang telah dilakukan sebelumnya
kepada sesama anggota panti. khususnya dalam hal instrumen
Aktualisasi ini juga dinilai dari penelitian dalam hal ini kuesioner
bagaimana anak menjalankan tugasnya sehingga memudahkan analisa dan
dengan baik. responden dalam memberikan jawaban
Adanya pengaruh antara faktor yang efektif. Kemudian peneliti
aktualisasi diri pada anak di panti merekomendasikan untuk
asuhan Catur Dharma Pepabri ini mengembangkan faktor- faktor tambahan
ditunjukkan dengan karakteristik anak lain yang memengaruhi konsep diri anak
panti yang baik serta menghargai peran khususnya anak yang tinggal di lembaga
sertanya dalam lingkungan panti. sosial panti asuhan
Mereka cenderung mau dan aktif dalam
bergaul dan menjalankan tugas-tugas UCAPAN TERIMA KASIH
kesehariannya dengan baik bahkan
Ucapan terima kasih peneliti ucapkan
memiliki semangat dalam
kepada sumber riset yaitu Panti Asuhan
pengembangan potensi atau
Catur Dharma Pepabri Pontianak,
kemampuan diri yang dimilikinya
Pembimbing 1 Ibu Dr. Lidia Hastuti dan
sehingga memunculkan gambaran
Pembimbing 2 Bapak Hartono, M. Kep yang
terhadap dirinya yang positif
telah mendukung dan membantu jalannya
penelitian ini.
KESIMPULAN
REFERENSI
Universitas Sumatera Utara.
Agustiani, H. (2006). Psikologi Mensos. (2015). Jumlah Anak Terlantar di
Perkembangan : pendekatan ekologi Indonesia Mencapai 4,1 juta. Antara
kaitannya dengan konsep diri dan Jateng.
penyesuaian diri pada remaja (I).
Napitupulu, L., Nashori, F., & Kurniawan, I.
Refika Aditama.
N. (2007). Pelatihan Adversity
Fawzie, Z. C., & Kurniajati, S. (2012). Intelligence Untuk Meningkatkan
ENVIRONMENTAL FACTORS AND Kebermaknaan Hidup Remaja Panti
SELF CONCEPT OF THE STREET Asuhan. Psikologika: Jurnal Pemikiran
CHILDREN. Jurnal STIKES, 5(1). Dan Penelitian Psikologi, 12(23).
https://doi.org/10.20885/psikologika.vo
Hurlock, E. (2003). Psikologi l12.iss23.art4
Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Pramawaty, N., Hartati, E., Program, M.,
((Developme). Erlangga. Keperawatan, S. I., & Kedokteran, F.
(2012). Hubungan Pola Asuh Orang
Janah, N. (2007). Konsep diri anak panti Tua Dengan Konsep Diri Anak Usia
asuhan: Studi kasus di Yayasan Panti Sekolah (10-12 Tahun). Jurnal Nursing
Asuhan Al-Kaaf Alas Kulak, Studies, 1, 87–92. http://ejournal-
Kemantren, Jabung, Malang. UIN s1.undip.ac.id/index.php/jnursing
Malang.
Puspasari, A. (2007). Mengukur Konsep
Lukman, M. (2000). Kemandirian Anak Di Diri Anak. In Seri Membangun
Panti Asuhan Yatim Islam Ditinjau Karakter Anak. PT Elex Media
Dari Konsep Diri Dan Kompetensi Komputindo, Gramedia.
Interpesonal. Psikologika: Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, Salbiah. (2003). Konsep Diri. USU
5(10). Publisher.
https://doi.org/10.20885/psikologika.vo
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku
l5.iss10.art5
Keperawatan Jiwa (Edisi 5).
Manik, C. G. (2007). Analisa Faktor-Faktor
Wulandari, L., & Rola, F. (2004). Konsep
yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada
Diri Dan Motivasi Berprestasi Remaja
Narapidana Remaja di Lembaga
Penghuni Panti Asuhan. Jurnal
Pemasyarakatan Kelas II A Anak
Pemberdayaan Komunitas.
Tanjung Gusta Medan, (Skripsi (tidak
diterbitkan). Program Studi
Keperawatan Fakultas Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai