Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah HAM dan Demokrasi


Grup A
Pengajar: Dra. Alviani Permata, M.Hum.
Tgl. 19 Oktober- melalui eclass

Petunjuk Teknis:

- Diketik dengan A4; 1,5 spasi, font TNR/Calibri/Cambria 12pt


- Dikumpulkan di eclass sesuai petunjuk pengumpulan di eclass

Ketentuan:

a) Baca dan pahami soal dengan baik


b) Susunlah jawaban seinformatif mungkin berdasarkan pertanyaan yang diberikan
c) Lengkapilah dengan sumber- sumber yang relevan
d) Jika sumber itu dikutip, maka cantumkan sumber tersebut dalam daftar Pustaka dengan cara
penulisan yang mengikuti standar penulisan yang umum.

SOAL:

1. Carilah satu berita dalam kurun waktu 0-5 tahun (2016-2021) tentang satu peristiwa (kasus) di
Indonesia yang dikategorikan sebagai pelanggaran yang menjadi keprihatinanmu sebagai WN,
cantumkan Tautan atau Link-nya (20)
2. Tuliskan ringkasan kisahnya (15)
3. Sebutkan jenis HAM yang dilanggar (Kategorikan yang mana yang hak Sipol atau yang hak
Ekosob) dengan mengutip hal- hal yang dinyatakan dalam berita terkait dan jelaskan
alasannya (15)
4. Identifikasikan para pemangku kepentingan (Stakeholders) yang terlibat di dalam peristiwa/
kasus tersebut dan jelaskan perannya. (15)
5. Karena kasus itu menjadi keprihatinanmu sebagai WN, maka bagaimana kamu mewujudkan
bentuk kepedulianmu agar kasus itu segera diselesaikan dan jelaskan alasannya mengapa
memilih bentuk tersebut. Berikan referensi yang diacu. (25)
6. Daftar Pustaka (min. 3 sumber) (10)
JAWAB

1. Kekerasan Oleh Oknum Satpol PP di Gowa, Sulawesi Selatan.


https://www.republika.co.id/berita/qwbo38384/ini-alasan-satpol-pp-gowa-lakukan-tindakan-
kekerasan

2. Pada 14 Juli 2021 dilakukan penertiban pedagang di daerah Gowa, Sulawesi Selatan dalam
rangka penertiban masa pandemic sebagai langkah pemerintah untuk mencegah penyebaran
virus korona. Namun dalam penertiban tersebut terdapat perilaku kekerasan terhadap seorang
Wanita di dalam rumahnya oleh oknum satpol PP. Rumah yang ditinggali perempuan itu
memang sekaligus menjadi warung makan, sehingga pintu yang terbuka membuat satpol PP
menganggap bahwa itu rumah makan yang tidak tertib, padahal warung makan sudah tutup. Hal
tersebut dibuktikan dengan kosongnya warung makan, dan sudah tidak adanya makanan yang
dijual (kosong). Namun saat perempuan tersebut melakukan pembelaan oknum satpoll PP
malah melakukan kekerasan karena menganggap perempuan tersebut keras kepala. Kejadian ini
direkam oleh suami korban, yang kemudian diviralkan melalui media sosial. Sejak keviralan
tersebut banyak warganet yang merespon negatif kejadian tersebut dan menuntut oknum
satpol PP diberikan sanksi tegas.

3. Jenis HAM yang dilanggar adalah HAM personal. Karena telah mengusik dan memberikan
perlakuan semena-mena yang mengakibatkan adanya tindakan kekerasan / penyiksaan /
penganiayaan.

Hak SIPOL
“Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan akhirnya mencopot oknum Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol-PP) Kabupaten Gowa yang melakukan kekerasan saat patroli
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Kabupaten Gowa.”

"Saya tidak mentoleransi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat
Pemerintahan Kabupaten Gowa dan saya tegaskan bahwa oknum tersebut akan
mendapatkan sanksi berat," kata Adnan saat menggelar konferensi pers di rumah
jabatannya, Kamis (15/7/2021) malam.

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa memang benar terjadi tindakan yang melanggar
hukum yaitu tindakan penganiayaan oleh oknum satpol PP yang mengakibatkan korban
mendapatkan luka fisik sehingga harus dirawat.

Hak EKOSOB

"Kami baru memeriksa sang suami sebab istrinya masih dalam perawatan di rumah
sakit," sebut Kapolres Gowa AKBP Tri Goffarudin P saat menggelar konferensi pers
di halaman Mapolres Gowa, Kamis (15/7/2021) sore.
"Saya tidak bakalan menerima permintaan maaf, karena betul-betul istri saya
histeris, syok berat sampai-samapi dilarikan ke rumah sakit," kata Nur Halim seperti
dikutip dari akun Youtube tvOnenews.

Kasubag Humas Polres Gowa, AKP Mangatas Tambunan menjelaskan, jika kejadian
berawal saat kedua korban live jualan online pada Rabu (14/7/2021) sekitar pukul 20.30
Wita.
Tiba-tiba beberapa orang petugas patroli PPKM mempertanyakan suara musik berbunyi.
Korban lalu menjelaskan bahwa sedang live jualan online lalu memperlihatkan kamera
dan acara live.

Setelah itu, lanjut Mangatas, petugas lalu keluar dan memohon maaf. Namun pada
pukul 20.40 Wita, pelaku (oknum Satpol PP) bersama satu rekannya kembali masuk ke
dalam kafe. Kedua pelaku datang menggunakan seragam Satpol PP dan menanyakan
surat izin usaha kafe dengan nada marah.

"MR kemudian mempermasalahkan pakaian yang digunakan korban yang memicu


terjadi adu mulut dengan istri pemilik kafe," jelasnya.

“Tidak terima atas jawaban kedua korban, sehingga terpancing emosinya dan
melakukan penganiayaan saat melaksanakan tugas dalam rangka PPKM," kata
suami penyanyi dangdut, Uut Permatasari ini.

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa oknum satpol PP tidak mampu menerima
argument dengan besar hati, dan bijaksana. Bisa dilihat bagaimana tidak masuk akalnya oknum
satpol PP yang menyalahkan cara berpakaian perempuan tersebut, sedangkan si perempuan
memang menggunakan pakaian rumah, di dalam rumahnya sendiri. Sudah jelas terlihat disini
oknum satpoll PP yang secara paksa masuk kedalam rumah perempuan, kemudian menyalahkan
korban karena dikira masih membuka warung ternyata sedang jualan online. Setelah itu malah
menyalahkan pakaian. Hal tersebut tentu melanggar kebebasan personal karena adanya
perlakuan intimidasi dengan alasan pakaian.

4. Oknum Satpol PP. memiliki peran sebagai pelaku kekerasan, yang melakukan tindak kekerasan /
penganiayaan saat bertugas menertibkan pedagang karena merasa tidak terima dengan
pembelaan pihak begadang

Perempuan pedagang, memiliki peran sebagai korban kekerasan yang menerima tindak
kekerasaan / penganiayaan saat sedang berada di dalam rumahnya sendiri oleh oknum satpol
PP. Korban melakukan pembelaan karena memang sedang tidak membuka warung di rumahnya
namun hanya sedang berjualan online(live media sosial). Namun justru diintimidasi karena cara
berpakaiannya di dalam rumahnya sendiri.

5. Bentuk hal yang akan saya lakukan untuk menunjukan rasa empati saya terhadap korban
sebagai rasa sesama perempuan adalah dengan ikut memviralkan kasus tersebut di media sosial
saya dan menunjukan bagaiamana perempuan bisa mendapat tindak kekerasan dari aparat
negara dan mendapat intimidasi dari cara berpakaian. Dengan ikut memviralkan di media sosial
harapannya banyak orang yang melihat dan mampu ikut merasakan ketidakadilan yang
diperoleh oleh korban dan bagaimana arogansi oknum aparat negara yang tidak mampu
bersikap bijaksana dan berbesar hati ketika dirinya sendiri yang melakukan kesalahan.

Selamat Mengerjakan
Sorbum!

Anda mungkin juga menyukai