Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nurhaliza Yanuarti

NIM : 4311421081

Rombel : K2-C

Prodi : Kimia 21

Matkul : Pendidikan Pancasila

Mereview jurnal

PENTINGNYA REVITALISASI PEMAHAMAN NILAI-NILAI PANCASILA UNTUK


MENCEGAH MEKARNYA RADIKALISME PADA GENERASI MUDA

Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu


fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupakan landasan atau dasar bagi
negara merdeka yang akan didirikan. Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan dasar yang berisi
konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus berisi kebenaran nilai yang
tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Untuk menjaga, memelihara, memperkokoh dan
mensosialisasikan Pancasila maka para penyelenggara negara dan seluruh warga negara wajib
memahami, meyakini dan melaksanakan kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan globalisasi dunia, modernisasi


dan pesatnya era teknologi informatika, nilai-nilai luhur Pancasila mulai luntur bahkan
cenderung terkikis habis. Padahal selama ini nilai-nilai tersebut menjadi dasar dalam
penanaman, penumbuhan, pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan serta
memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam melakukan
perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya. Namun dalam kenyataanya nilai-nilai ini
mulai luntur oleh adanya idiologi dan idealisme yang multi kultur dan muti dimensi akibatnya
makin memudar nilai-nilai kebangsaan, kebhinekaan dan keragaman yang mulanya menjadi
kebanggaan bangsa Indonesia semakin hari mengalami suatu kemunduran yang sangat
menyedihkan. Kemunduran ini dapat dilihat dari adanya gerakan separatis, teroris dan
pemberontak yang sering mengatasnamakan agama dan suku makin menjamur dan tumbuh
pesat, terus menerus menumbuhkan rasa permusuhan dan kebencian antar terlebih sifat
egosentris yang mementingkan diri sendiri melahirkan masyarakat yang tak punya toleransi,
kasih sayang dan menghargai hak-hak orang lain.

Radikalisme merupakan salah satu paham yang berkembang di masyarakat yang


menuntut adanya perubahan dengan jalan kekerasan. Dan akhir-akhir ini marak terjadi
radikalisme yang mengatasnamakan agama seperti, Al Qaeda dan ISIS. Salah satu faktor yang
menyebabkan merebaknya paham radikalisme adalah sosial media yang menjadi media
pencarian jati diri, karakter, dan identitas. Dan saat itulah kelompok radikal
memanfaatkan peluang untuk memaparkan ideologi atau pemahamannya terutama pada
generasi muda.

Oleh karena itu, penting sekali bagi para generasi muda untuk mendapat pengetahuan
mengenai Pendidikan Pancasila tidak terkecuali perguruan tinggi. Karena mahasiswa sebagai
agen perubahan dan intelektual muda yang di masa yang akan datang akan menjadi inti
pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-
lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-
lembaga bisnis, dan sebagainya. Dengan harapan, nilai-nilai Pancasila akan
terinternalisasi sehingga menjadi guiding principles atau kaidah penuntun bagi mahasiswa
dalam mengembangkan jiwa profesionalismenya sesuai dengan jurusan/program studi masing-
masing. Hal tersebut juga termasuk dalam upaya dan solusi dalam mencegah paham
radikalisme di Indonesia. Selain itu, peran media juga sangat penting sebagai respon dalam
menghadapi ancaman radialisme. Melalui berita-berita yang disiarkan, secara tidak langsung
telah memberikan referensi kepada masyarakat untuk mempengaruhi keputusan politik,
termasuk dalam hal pemberantasan radikalisme dan terorisme. Upaya untuk mencegah paham
radikal tidak akan berdampak signifikan tanpa bantuan media, baik cetak, elektronik maupun
online.

Peran generasi muda dalam mencegah mekarnya radikalisme juga sangat penting.
Selain itu, mereka juga berpotensi untuk memberantas masalah-masalah radikalisme di
Indonesia. Seperti menjadi penyaring paham-paham negatif yang menyentuh anak bangsa.
Pemuda harus berperan memberikan penyuluhan ataupun sosialisai berkenaan dengan
radikalisme kepada masyarakat. Informasi akan mudah sampai di masyarakat ketika para
pemuda turun langsung ke lapangan berbaur dengan masyarakat dalam penyampaian bahaya
paham tersebut. Dengan penyuluhan tersebut masyarakat tidak lagi kebingungan akan hadirnya
paham tersebut di sekitarnya, sehingga masyarakat mampu menghindari paham tersebut.
➢ Pendapat saya mengenai paham radikalisme ini saya setuju bahwa Pendidikan
Pancasila sangat penting untuk diberikan baik dari jenjang Sekolah Dasar sampai pada
Perguruan Tinggi. Apalagi pada situasi saat ini dimana paham radikalisme telah
berkembang dengan para pemuda yang menjadi sasarannya. Dengan diberikannya
Pendidikan Pancasila diharapkan, nilai-nilai Pancasila akan terinternalisasi sehingga
menjadi penuntun bagi generasi muda sebagai upaya dan solusi dalam mencegah paham
radikalisme di Indonesia.
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA BAGI SISWA DI
ERA GLOBALISASI
Sekarang ini banyak generasi muda yang moralnya rusak karena berbagai hal
yang mempengaruhi mereka. Mulai dari dampak buruk globalisasi, pergaulan yang
buruk, media elektronik yang semakin canggih narkoba, minuman keras, dan yang
lainnya. Hal tersebut yang mengharuskan semua pihak untuk menerapkan nilai-nilai
Pancasila pada generasi muda agar nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tetap menjadi
pedoman bangsa Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan suatu pandangan
hidup bangsa Indonesia yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia yang
bersumber dari kepribadian bangsa. Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai dasar
Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang
bersifat universal, objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh
negara-negara lain. Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu
melekat pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila diangkat
dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara. Pancasila
sebagai ideologi bangsa adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan,
dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dan Pendidikan Pancasila adalah pendidikan
ideologi di Indonesia yang mengkhususkan diri pada penanaman ideologi Pancasila ke
dalam pribadi peserta didik sebagai warga negara Indonesia.
Di era yang semakin maju ini Pancasila memiliki tantangan tersendiri ditengah
derasnya arus globalisasi. Globalisasi membawa banyak perubahan di Indonesia, salah
satunya adalah semakin memudarnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Pancasila
adalah sumber motivasi inspirasi, pedoman berperilaku sekaligus standar
pembenarannya hendaknya mampu menyaring dampak dari globalisasi yang mampu
membawa perubahan pada tatanan dunia khususnya bagi masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukannya penumbuhan kembali Pancasila agar tetap
menjadi kajian generasi muda khususnya para peserta didik, yaitu salah satunya dapat
dimulai dari pendidikan yang ada di Indonesia dari Pendidikan Sekolah Dasar hingga
hingga ke Perguruan Tinggi. Salah satunya yaitu dengan menumbuhkan sifat
nasionalisme yang bisa dipupuk kembali seperti pada saat peringatan hari sumpah
pemuda, hari kemerdekaan, hari pahlawan, semangat mencintai produk dalam negeri,
dan hari besar nasional lainnya dengan bimbingan dan tuntunan dari guru ataupun
dosen.
➢ Pendapat saya mengenai jurnal implementasi nilai-nilai Pancasila bagi siswa di era
globalisasi yaitu saya setuju dengan apa yang disampaikan dalam jurnal ini. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila harus ditanamkan ditengah derasnya arus globalisasi
sejak dini. Banyaknya dampak negatif globalisasi serta berkembang pesatnya teknologi
yang semakin menyebabkan generasi muda kehilangan moral dan nilai-nilai luhur yang
bangsa Indonesia harus segera diatasi agar tidak semakin memburuk memalui berbagai
hal. Salah satunya adalah memalui pembelajaran Pnedidikan Pancasila di sekolah.
Pancasila di Era Globalisasi dalam Memperkuat Moral untuk Membangun dan
Memajukan Bangsa
Globalisasi membawa banyak dampak perubahan langsung bagi tatanan
kehidupan masyarakat. Hal ini mengakibatkan mulai lunturnya nilai-nilai Pancasila di
kehidupan masyarakat. Banyak generasi muda yang mengalami kerusakan moral akibat
dampak dari arus globalisasi yang berlangsung secara terus menerus, lingkungan
tempat tinggal dan bergaul, media elektronik yang semakin canggih, serta hal-hal
negatif lain. Karena hal tersebut, Pancasila sangat diperlukan dalam upaya membatasi
diri untuk memilih budaya mana yang dapat dipilih serta dapat bermanfaat bagi
kehidupan bangsa Indonesia dan upaya kembali implementasi serta aktualisasi nilai-
nilai Pancasila. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
dapat memberikan pengaruh yang cukup besar bagi bangsa Indonesia untuk
membentuk pola cara berpikir, cara bersikap, cara bertindak sekaligus dapat
memberikan arahan bagi kehidupan.
Pancasila merupakan pedoman dan pandangan hidup yang tumbuh dan berakar
dalam kepribadian bangsa Indonesia sehingga Pancasila ini dijadikan sebagai hal yang
mengatur hidup ketatanegaraan. Nilai-nilai Pancasila bersumber dari kepribadian
bangsa sehingga nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa
Indonesia karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sesuai dengan keadaan dari
bangsa Indonesia. Nilai tersebut diantaranya nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai
keadilan serta nilai kebijaksanaan bagi kehidupan.
Lunturnya jati diri serta pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sudah
mulai hilang akibat adanya kemajuan di era globalisasi ini. Sebagian dari masyarakat
menganggap bahwa Pancasila hanya simbol negara dan masyarakat juga mulai
melupakan nilai-nilai yang termuat dalam Pancasila. Apabila hal tersebut terus
dibiarkan maka moral generasi muda akan semakin rusak serta akan timbul tindakan-
tindakan yang menyimpang jauh dari nilai-nilai Pancasila. Implementasi dan aktualisasi
nilai-nilai Pancasila di era globalisasi dalam rangka memperkuat moral bangsa dapat
dilakukan dengan menumbuhkan kembali sikap dan rasa nasionalisme. Selain itu, dapat
juga dilakukan melalui pendidikan Pancasila dalam rangka membangun karakter
generasi muda karena pendidikan dianggap sebagai prioritas utama dalam rangka
mencetak generasi muda yang memiliki karakter serta moral sehingga dapat
meneruskan perjuangan dalam membangun dan memajukan bangsa.
Pancasila merupakan dasar Negara yang dijadikan acuan dalam menghadapi
segala ancaman dan tantangan globalisasi yang terus maju dan berkembang ini. Dengan
adanya hal tersebut, Pancasila memiliki peranan dalam rangka menyaring dan memilih
nilai-nilai baru yang masuk agar senantiasa diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila
itu sendiri. Sehingga, untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
diharapkan banyak terlahir generasi muda yang dapat meneruskan perjuangan dalam
rangka membangun dan memajukan bangsa di era globalisasi ini.
➢ Pendapat saya mengenai jurnal ini, saya setuju pengimplementasian nilai-nilai
Pancasila harus dilakukan ditengah era globalisasi untuk memajukan serta membangun
bangsa dan negara. Adanya globalisasi mengakibatkan lunturnya nilai-nilai Pancasila
di kehidupan masyarakat. Melalui Pendidikan Pancasila diharapkan dapat membangun
karakter generasi muda serta memperkuat moral dan karakter bangsa untuk
membangun dan memajukan bangsa.
PELUANG REVITALISASI NILAI NILAI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
Sejak awal perumusannya Pancasila sudah harus bersaing dengan paham-
paham kenegaraan lain, yaitu Islam dan komunis. Selain itu, Pancasila harus bersaing
dengan paham liberalisme yang berakar pada individualisme, dan sosialisme. Sebelum
Indonesia merdeka, aspirasi politik bangsa Indonesia tentang dasar
negara, utamanya perihal hubungan antara agama dan negara dalam negara yang
hendak dibangun terbelah menjadi dua. Pada satu sisi ada yang menginginkan
penyatuan negara dan agama (Islam) ke dalam Negara Islam Indonesia dan pada sisi
lain ada yang menginginkan pemisahan negara dengan agama. Oleh karena itu dalam
proses perumusan sila pertama dasar negara Indonesia Pancasila, rumusan sila yang
mengatur hubungan negara dengan agama, sempat mengalami dua kali perubahan. Hal
tersebut menunjukan bahwa kekuatan politik mengalami pasang surut dalam
memperjuangkan penyatuan negara dan agama.
Kekuatan Islam pada masa Orde Baru dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok yaitu (a) kelompok Akomodatif, (b) kelompok Idealis Moderat, dan (c)
kelompok Idealis Radikal. Kelompok akomodatif adalah kelompok yang berpandangan
bahwa Islam tidak pernah memerintahkan pembentukan negara Islam, karena itu negara
semacam itu tidak pernah ada dalam sejarah Islam Kelompok Idealis Modernis juga
menerima Pancasila, namun mereka berpandangan bahwa selain agama, Islam adalah
juga ideologi. Sedang kelompok Idealis Radikal berjuang dengan pendekatan yang
lebih progresif. Mereka menentang negara dalam dakwah-dakwah yang menggugah
emosi massa. Disamping partai politik Islam, lahir pula kelompok-kelompok
kepentingan dan kelompok penekan berbasis agama. Kelompok kepentingan yang telah
lama adaseperti Muhammadiyah dan NU terlibat dalam pembentukan partai baru yaitu
PAN dan PKB.
Usaha untuk mewujudkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara harus dilaksanakan melalui dua pendekatan komplementer yaitu (1)
pendekatan kultural dan (2) pendekatan struktural. Pendekatan kultural hendaknya
dilakukan untuk menyemai benih, menumbuhsuburkan dan menjaga kelestarian nilai
nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan pembiasaan (habituasi) bagi segenap
komponen bangsa, terlebih-lebih generasi muda agar semakin kuat komitmen
kebangsaannya, semakin kuat penghayatan mereka sebagai sebuah “imagined
community” yang dipersatukan oleh keragaman yang ada. Upaya kultural itu juga
sekaligus untuk memerangi beberapa kendala revitalisasi nilai-nilai Pancasila yang kita
hadapi yaitu : (a) kuatnya in-group feeling di kalangan suku-suku bangsa, pada satu sisi
hal ini memang bernilai positif namun pada sisi lain dapat menimbulkan sikap
pengutamaan segala sesuatu yang menyangkut sukunya secara berlebihan sehingga
menghambat perwujudan kesetiaan terhadap negara secara nasional; (b) etnosentrime,
paham yang memandang kebudayaan suku bangsanya sebagai yang terbaik sementara
kebudayaan suku bangsa lain dianggap rendah dan (c) eksklusivisme. atau paham
menutup diri. Eksklusivisme akan melahirkan sikap eksklusif atau menutup diri dari
lingkungan sekitar dan hanya mengembangkan kehidupan di dalam kelompoknya
sendiri.
Sudah lebih dari 15 tahun Indonesia berada pada masa transisi, tampak bahwa
Indonesia telah berhasil melewati dua dari tiga tahapan mewujudkan demokrasi, yaitu
façade democracy, yaitu walau dalam negara itu dijalankan pemilu secara regular,
namun pemilu itu sendiri sangat dikendalikan oleh pihak penguasa, dan dalam rejim itu
militer memainkan peran penting dalam mengendalikan “law and order”, di mana hak-
hak asasi manusia tidak dipandang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara. dan electoral democracy, terdapatnya aturan-aturan dan regulasi tentang
penyelenggaraan pemilu demokratis yang benar-benar terlaksana dalam praktik
kehidupan bernegara guna menuju full democracy, yaitu seluruh upaya
penyelenggaraan negara benar-benar dipusatkan untuk menjamin hak-hak individu dan
partisipasi mereka dalam proses politik dan urusan publik, di mana penyelenggara
negara benar-benar menerapkan prinsip penyelenggaraan pemerintahan negara yang
partisipatif, transparan dan akuntabel. Terdapat 8 hambatan yang dapat menghadang
proses menuju full democracy yaitu: a) dominasi eksekutif yang eksesif, b) sistem
sosial-politik patrimonial baru, c) korupsi tingkat negara yang serius, d) partai-partai
politik yang lemah dan tidak stabil, e) pelemahan atau kooptasi kekuatan civil society,
f) pembelahan etnis/keagamaan yang serius, g) kemiskinan yang menyebar secara luas,
dan h) iklim internasional yang tidak mendukung. Dan dari kedelapan hambatan
tersebut Indonesia mengahadapi persoalan di bidang pemberantasan korupsi.
Dalam tataran riil, setidaknya ada tiga dimensi yang menandai berlangsungnya
pendalaman demokrasi. Pertama, dimensi sosio-legal atau institusionalisasi hak-hak
politik, yang merujuk pada gagasan hak asasi manusia, martabat manusia dan
kesetaraan manusia. Kedua, dimensi ekonomi, yang merujuk pada distribusi dan
alokasi sumbersumber yang terdapat dalam masyarakat. Ketiga, dimensi politik, yang
merujuk pada partisipasi masyarakat dalam politik, khususnya dalam proses pembuatan
kebijakan.
➢ Pendapat saya mengenai jurnal ini saya setuju jika revitalisasi tidak sulit namun juga
mempunyai tantangan dalam pelaksanannya. Pancasila sendiri sejak awal
perumusannya sudah harus bersaing dengan paham-paham kenegaraan lain, yaitu Islam
dan komunis. Selain itu, Pancasila juga harus bersaing dengan ideologi liberalisme
yang berakar pada individualisme dan sosialisme. . Dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila harus melalui proses pendidikan dan pembiasaan. Pendidikan dan
pembiasaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara wajib ditopang oleh penciptaan struktur kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai