Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2010).Ganguan jiwa
yang terjadi dapat timbul akibat suatu pemicu dari fungsi efektif dalam keluarga
yang tidak berjalan dengan baik apabila fungsi efektif ini tidak dapat berjalan
dengan semestinya maka akan terjadi ganguan pskologis yang berdampak pada
kejiwaan dari seluruh unit keluarga tersebut (Nasir dan Muhith,2011).
Ganguan jiwa sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang serius di
dunia dan mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun di berbagai
belahan dunia. Berdasarkan data dari world health organization(WHO) dalam
Yosef(2013),Terdapat satu dari empat orang mengalami masalah mental dan
ganguan jiwa dengan prevalensi sekitar 450 juta orang di dunia mengalami
ganguan jiwa yang terdiri dari 150 juta mengalami depresi,90 juta ganguan zat
dan alcohol,38 juta epilepsy,25 juta skizofrenia serta 1 juta melakukan bunuh diri
setiap tahun national isnstitute of mental health menyatakan bahwa di dunia
ganguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan di perkirakan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030.Berdasarkan hasil sensus penduduk
Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18–30
tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa (NIMH, 2011).
Di Indonesia prevalensi gangguan jiwa mencapai 1,7 juta orang yang
artinya satu sampai dua orang dari 1.000 penduduk di Indonesia mengalami
gangguan jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% diantaranya atau
sekitar 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Angka pemasungan dipedesaan
adalah sebesar 18,2% Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka
diperkotaan yaitu sekitar 10,7% (Riskesdas, 2013).
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (Sadock, 2003). Gejala skizofrenia secara garis besar
dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejalanegatif.
Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan
perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek)
tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, miskin’
kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak
acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.
Depresi merupakan kelainan tentang apa yang pasien tersebut
rasakan terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Penyakit ini
dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan, seperti nafsu makan, siklus
tidur, energi, derajat kelelahan dan ketertarikan terhadap hubungan, hobi,
kerja maupun aktivitas sosial. Gejala dari kelainan ini dapat bertahan beberapa
minggu lebih dan menganggu kehidupan normal sebelumnya. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa depresi merupakan kelainan yang berhubungan
dengan perubahan dan ketidakseimbangan neurotransmitter yang membantu
mengatur suasana hati dan pikiran. (Alexopoulus et al, 2001).
Mekanisme koping adalah cara yang digu-nakan individu dalam
menyelesaikan masalah mengatasi perubahan yang terjadi, dan situsi yang
mengacam baik secara kognitif maupun perilaku (Nasir dan Muhith, 2011).
Mekanisme koping menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam Nasir & Muhith
(2011) digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme
koping maladaptive. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme
koping yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, kesehatan
fisik, keyakinan, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial,
dukungan sosial dan materi.
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan menga-takan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakuka interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihu-
bungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kela-hiran yang bertujuan menciptakan
dan memper-tahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam
Setiadi, 2008). Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008)
ialah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan
fungsi pemeliharaan kesehatan.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan,maka ditemukan rumusan masalah
yaitu bagaimana mekanisme koping keluarga dengan anggota keluarga yang
menderita ganguan jiwa (Skizofrenia,Depresi,)?

1.3 Tujuan penelitian


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui mekanisme koping keluarga dengan angota keluarga yang
menderita ganguan jiwa (Skozofrenia,Depresi)?
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui informasi secara mendalam tentang mekanisme koping
keluarga dengan anggota keluarga yang menderita ganguan
jiwa(skizofrenia,depresi)?

1.4 Manfaat penelitian


1. Manfaat Teoritis
hasil penelitian ini di harapkan sebagai data pembanding bagi penelitian
mekanisme koping keluarga dengan anggota keluarga yang menderita ganguan
jiwa (skizofrenia,depresi,) serta Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi (kepustakaan)di Pendidikan.

1. Manfaat prkatis
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan
bagi pasien dalam mekanisme koping keluarga yang menderita ganguan
jiwa(skizofrenia,depresi)

Anda mungkin juga menyukai