Anda di halaman 1dari 19

SISTEM ENDOKRIN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
Manusia

Disusun oleh :

Wahyu Firmansyah

1904010111

Farmasi D’19

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Sistem Endokrin" ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada dosen yang yang telah
mengampu dan memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu buta warna, penyebab buta
warna serta penatalaksanaan yang dapat di berikan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2

PEMBAHASAN.....................................................................................................2

2.1. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum....................................................................2

2.2. Hormon...................................................................................................................3

2.3 Letak Hormon..........................................................................................................7

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP.............................................................................................................15

3.1 Kesimpulan............................................................................................................15

3.2 Saran......................................................................................................................15

Daftar  Pustaka.......................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan
beberapa gejala yang ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi
dalam sistem tersebut.

Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama
organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui
satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam
kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke
dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kataYunani
yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu
hormon tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon:
misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang
mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis
dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.

1.2 Rumusan Masalah


Karakteristik dan fungsi system endokrin ?

Pengertian dan Fungsi hormon pada hewan ?

Letak-letak hormone ?

1.3 Tujuan
Memahami Karakteristik dan fungsi system endokrin.

Memahami Pengertian dan Fungsi hormon pada hewan.

Mengetahui Letak-letak hormone.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum


Sistem endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang
mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari,
kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan
kelenjar buntu.

 Fisiologi Sistem Endokrin

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan


memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf Fungsi
Sistem Endokrin :

Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang, menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem
reproduktif, memelihara lingkungan internal optimal.

 Organ-organ yang berperan dalam sistem endokrin adalah :

1. Hipotalamus

2. Kelenjar hipofisis

3. Kelenjar tiroid

2
3

4. Kelenjar paratiroid

5. Pankreas

6. Kelenjar adrenal

 Karakteristik Sistem Endokrin :

         Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari
dan turun pada malam hari. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun
sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe sekresi hormonal
yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon
paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.

         Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh
untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju
aktivitas selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya
mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan
fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen.
Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari
kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau
mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

2.2. Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman – “yang menggerakkan”) adalah
pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi
hormon.

Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor
tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein
4

akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi


genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular,[1] termasuk di antaranya
adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian
sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan,
pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin,
dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause).
Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon
lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme
multiselular.

Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar endokrinvertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh
hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul
hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon –
yang disebut ektohormon (ectohormone) – yang tidak langsung dialirkan ke aliran
darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.

Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian


dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.
Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan
hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim
impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.

 Struktur dasar hormon secara kimiawi :

Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin
dan norepinefrin.Amina:hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam
amino tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar
tiroid, epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal Petide /derivat peptide :
dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat
pencernaan.Protein:hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin dari
5

pankreas, hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari


kelenjar tiroid semuanya merupakan protein.Rantai pendek asam amino disebut
peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang disintesis oleh hipotalamus,
merupakan hormon peptida.Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal
darimesotelium, contoh hormon testes, ovarium dan
kortekssuprarenal.Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid, yang
meliputi kortisol dan aldosterondari korteks adrenal, estrogen dan progesterondari
ovarium, dan testosteron dari testis.Asam lemak : merupakan biosintesis dari dua
FA, contohhormon prostaglandin.

 Klasifikasi hormon :

Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam


perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan
katekolamin.Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan
fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).Hormon pengatur
metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk
mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

 Patofisiologi hormon secara umum :

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya


bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.
Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri
(autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ
lain melalui darah (endokrin).

Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya


melaui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini biasanya melalui
penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya
6

pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik
negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas),
berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga
meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan
hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil
hormon.

Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan


penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang
mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika
kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau
jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap
rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia,
aplasia).

Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat
atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan
protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang
berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada
sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.

Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat


kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek
enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi
karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor
hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari
sel atau organ target .

            Penyebab meningkatnya pengaruh hormonmeliputi, yang pertama


peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak
jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat
7

juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak
berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).

            Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau
hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein
plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.

2.3 Letak Hormon


 Kelenjar Hipofise

Suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting
dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar hipofise terdiri
dari 2 lobus yaitu : lobus anterior (adenohipofisis) dan lobus posterior
(neurohipofisis)”.

Lobus anterior ( adenohipofise ) = menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja


sebagai zat pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain. Contoh
hormon antara lain:  hormon somatrotopik = mengendalikan pertumbuhan tubuh,
Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter
350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. hormon tirotropik =
mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin, Sel-
sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula sekretori dengan
diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH. Hormon ACTH ( adrenokortikotropik )
= menegndalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal
dari korteks kelenjar suprarenal.Lobus posterior ( neurohipofise ), lobus ini
mengeluarkan 2 jenis hormon antara lain: hormon ADH (anti diuretik hormone) =
mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal membuat kontraksi otot polos.
ADH disebut juga sebagai hormon pituitari. Hormon antidiuretik ((ADH)
adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan paraventrikular
hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson
neuron penghasil hormon. ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan
penggabungan kanal air ke dalam membran lumen sehingga meningkatkan
8

reabsorsi air pada tubulus distal dan duktus koligentes ginjal. ADH juga
merangsang absorsi Na+ dan urea di tubulus. Konsentrasi ADH yang tinggi juga
menyebabkan vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).

                  Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel


(atau penyusutan sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah,
nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh
angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin,
barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam aminobutirat-γ (GABA),
alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.

 Kelebihan ADH

Sering kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal,


karena stress. Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor
(terutama small cell carsinoma bronchus) atau penyakit paru. Hal ini
menyebabkan penurunan eksresi air (oligouria). Konsentrasi komponen urin yang
sukar larut dalam jumlah yang bermakna dapat menyebabkan pembentukan batu
urin (urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi penurunan osmolaritas
ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi pembengkakan sel. Hal ini
terutama berbahaya jika menyebabkan edema serebri.

 Defisiensi ADH

Terjadi jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis
yang diturunkan secara genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh penyakit
autoimun, atau trauma kelenjar hipofisis lainnya. Penyebab eksogen lainnya
termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di sisi lain, ADH mungkin gagal
mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah yang dieksresikan normal, misal pada
kerusakan kanal air, atau jika kemampuan pemekatan ginjla terganggu, seperti pad
defisiensi K+, kelebihan Ca2+, atau inflamasi medilla ginjal. Penurunan
pelepasan ADH atau efek yang timbul akibat pengeluaran urin yang kurangpekat
dalam jumlah besar dan dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien
9

akan dipaksa mengkompensasi kehilangan air melalui ginjal dengan meminum


banyak air (polidipsia). Jika osmoreseptor dihipotalamus rusak, defisiensi ADH
akan disertai dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik akan menjadi sangat
nyata.

hormon oksitosin = merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu


melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Terletak di dasar
tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang spenoid.

 Fisiologi hormon Tiroid

Di berbagai jaringan, hormon tiroid (T3, T4) akan meningkatkan sintesis enzim,
aktivitas Na+/K+-ATPase dan penggunaan oksigen sehingga menyebabkan
peningkatan metabolisme basal dan peningkatan suhu tubuh. Dengan merangsang
glikogenolisis dan glukoneogenesis, hormon tiroid menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa darah, sedangkan pada sisi lain juga meningkatkan glikolisis.
Hormon ini merangsang lipolisis, pemecahan VLDL dan LDL, serta eksresi asam
empedu di dalam empedu. Hormon tiroid merangsang pelepasan eritropoetin dan
eritrpoesis, dengan meningkatkan pemakaian oksigen. Hormon tiroid
mensensitisasi organ target terhadap katekolamin sehingga meningkatkan
kontraktilitas jantung dan frekwensi denyut jantung. Selain itu, hormon ini
meningkatkan motilitas usus dan merangsang proses transport di usus dan ginjal.
Hormon ini meningkatkan perkembangan fisik (misal pertumbuhan tinggi) dan
perkembangan mental (terutama intelektual). T3 dan T4 merangsang
restrukturisasi tulang dan otot, efek katabolik terutama mendominasi dan
meningkatkan eksitablitas neuromuskular. T3 dan T4 terutama bekerja
melaluipeningkatan ekspresi gen, yang berlangsung selama beberapa hari. Di luar
hal ini, kerjanya yang lama disebabkan oleh lamanya waktu paruh di dalam darah
(T3 : 1 hari dan T4 : 7 hari ).

 Patofisiologi hormon Tiroid

1. Hipertiroidisme
10

            Pada hipertiroidisme, metabolisme dan produksi panas akan meningkat.


Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya. Pasien yang terkena lebih
menyukai suhu lingkungan yang lebih dingin, pada lingkungan yang panas pasien
cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi panas). Kebutuhan O2 yang
meningkat membutuhkan hiperventilasidan merangsang eritropoesis. Pasa satu
sisi , peningkatan lipolisis menyebabkan penurunan berat badan, dan pada sisi lain
menyebabkab hiperlipiasidemia. Sementar itu, konsentrasi VLDL, LDL, dan
kolesterol berkurang. Pengaruhnya pada metabolisme karbohidrat memudahkan
terbentuknya diabetes melitus (reversibel). Bila diberikan glukosa (tes toleransi
glukosa), konsentrasi glukosa di dalam plasma akan meningkat secara lebih cepat
lebih nyata dari pada orang sehat, peningkatan akan diikuti oleh penurunan yang
cepat (toleransi glukosa terganggu). Meskipun hormon tiroid meningkatkan
sintesis, hipertiroidisme akan meningkatkan enzim proteolitis yag berlebihan
dengan peningkatan pembentukan dan eksresi urea. Massa otot akan berkurang,
pemecahan matriks tulang dapat menyebabkan osteoporosis, hiperkalsemiadan
hiperkalsiuria.

            Akibat kerja perangsangan jatnung, curah jantung dan tekanan darah
sistolik akan meningkat. Fibrilasi atrium kadang dapat terjadi. Pembuluh darah
perifer akan berdilatasi. Laju filtrasi glomerulus (GFR), aliran plasma ginjal
(RPF), serta transpor tubulus akan meningkat di ginjal. Sedangkan di hati
pemecahan hormon steroid dan obat akan dipercepat. Perangsangan di otot usus
halus akan menyebabkan diare, peningkatan eksitabilitas neuromuskular akan
menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot dan insomnia. Pada anak-
anak, percepatan pertumbuhan kadang dapat terjadi.

2. Hipotiroidisme

            Metabolisme dan produksi panas berkurang pada hipotiroidisme. Laju


metabolisme basal dapat menurun hingga setengahnya, dan pasien mudah merasa
kedinginan (intoleransi dingin). Penggunaan oksigen, ventilasi, dan eritropoesis
akan berkurang. Selain itu, pembentukan anemia menjadi lebih mudah karena
11

gangguan absorpsi besi, asam folat dan vitamin B12 di usus. Berkurangnya
lipolisis mendorong peningkatan berat badan dan hiperlipidemia (VLDL,LDL),
sedangkan berkurangnya pemecahan kolesterol menjadi asam empedu dengan
segera menyebabkan hiperkolesterolemia sehingga memudahkan terjadinya
aterosklerosis. Gangguan glikogenolisis dan glukoneogenesis dapat menyebabkan
hipoglikemia. Berkurangnya pengubahan karoten menjadi vitamin A
menyebabkan hiperkeratosis. Demikian juga karena berkurangnya sekresi keringat
dan sebasea, kulit menjadi kering dan produksi panas yang berkurang membuat
kulit terasa dingin. Pasien sering memiliki suara parau.

            Menurunnya perangsangan jantung oleh hormon tiroid menyebabkan


penurunan kontraktilitas, frekwensi denyut jantung, volume sekuncup, curah
jantung, dan kadang-kadang juga tekanan darah sistolik. Pada defisiensi hormon
tiroid yang nyata, dapat terjadi gagal jantung. Selain itu pertumbuhan tulang
menjadi terlambat pada anak-anak. Retardasi pertumbuhan dan kemampuan
mental yang terganggu menyebabkan gambaran kretinisme yang khas.

C. Struktur dan Fungsi Kelenjar Paratiroid

Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar
ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells
merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi
hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.

Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan fosfat tubuh. Organ targetnya


adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH
mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus
ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi
peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun
akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan
pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di
12

tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol
sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH.

           D.  Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas

Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang


horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5
cm. mendapat pasokan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus.

Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ
endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri
tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukagon, sel
beta yang menghasilkan insulin, dan sel delta yang menghasilkan somatostatin
namun fungsinya belum jelas diketahui.

Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon
dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh
kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau
secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon
meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah
rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan
efek kortisol, GH dan epinefrin. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon
merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan
meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan
glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam
metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak). Dalam
menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan
meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan.

Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:

a. Efek pada hepar :


13

Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosaMenghambat glikogenolisis,


glukoneogenesis dan ketogenesisMeningkatkan sintesa trigliserida dari asam
lemak bebas di hepar.

b.Efek pada otot :

Meningkatkan sintesis proteinMeningkatkan transportasi asam


aminoMeningkatkan glikogenesis.

c. Efek pada jaringan lemak

Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebasMeningkatkan


penyimpanan trigliseridaMenurunkan lipolisis

E. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal

Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis
karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak
ginjal karena menempel pada ginjal.

Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla.
Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya
korteks yang esensial untuk kehidupan.

 F. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad

Terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu
kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat jelas
pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi
pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH)
akibat penurunan inhibisi steroid.

1.Testes

            Dua buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon testosteron
dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk
14

mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan


mempertahankan spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek menurunkan
konsentrasi testosteron melalui umpan balik negatif terhadap FSH sementara
kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi
testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek
testosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah
pria. Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda
seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan
penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik,
akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.

2. Ovarium

            Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan
organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum
(sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi
sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks
sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta
mempertahankan proses laktasi.

Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum.
Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian hormon adalah senyawa yang dihasilkan oleh organ tubuh tertentu,
yang bekerja memacu fungsi organ tubuh tertentu sehingga akan terlihat hasilnya.
Artinya, meskipun dibutuhkan dalam jumlah terbatas, namun fungsinya cukup
menentukan. Hormon di tubuh kita dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar
tersebut tidak memiliki saluran khusus sehingga hormon yang dihasilkan langsung
diedarkan oleh darah. Proses pengeluaran hormon dari kelenjarnya disebut
inkresi.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan agar makalah ini dapat digunakan sebagai
salah satu bahan ajar yang digunakan mahasiswa untuk menambah pengetahuan
agar dapat digunakan semestinya.

15
Daftar  Pustaka

Hardianti, Yuli. (2015). Hormon Pada Hewan. [Online].


Tersedia: https://diarzahrah.blogspot.com. Diakses : 12 Mei 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai