Anda di halaman 1dari 79

Katalog BPS : 4102004.

8172

Indikator Kesejahteraan Rakyat


Kota Tual
2011

BADAN PUSAT STATISTIK


KABUPATEN MALUKU TENGGARA
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
Kota Tual
2011

ISSN : 0216.4769
Katalog BPS : 4102004.8172
Nomor Publikasi : 81025.1208
Ukuran Buku : 22 x 16 Cm
Jumlah Halaman : vii + 62 halaman

Naskah :
Statistik Kesejahteraan Rakyat BPS Provinsi Maluku

Kulit Buku :
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara

Dicetak oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya


WALIKOTA TUAL
SAMBUTAN

Tujuan utama pembangunan nasional adalah untuk


mensejahterakan rakyat. Untuk memonitoring, mengevaluasi dan
merencanakan aspek-aspek yang berhubungan dengan kesejahteraan
rakyat tersebut, sangat diperlukan data dan indikator-indikator yang
terkait dengan persoalan dimaksud.

Dengan adanya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota


Tual 2011” yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Maluku Tenggara,
sangat membantu Pemerintah Kota Tual khususnya dan masyarakat
umumnya sebagai wujud peran sertanya dalam proses pembangunan.

Kepada seluruh Instansi, Dinas maupun pihak-pihak lain sebagai


sumber data sekaligus pemakai data supaya dapat meningkatkan
kerjasama yang lebih baik dengan BPS Kabupaten Maluku Tenggara demi
tersedianya data pada periode mendatang.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita dalam


pengabdian kepada bangsa dan Negara umumnya dan masyarakat Kota
Tual khususnya.

Langgur, Agustus 2012


Walikota Tual,

DRS. HI. M. M. TAMHER


KATA PENGANTAR

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2011 merupakan


publikasi yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Maluku Tenggara dalam menjawab
kebutuhan data dan indikator statistik oleh Pemerintah Daerah Kota Tual.

Publikasi ini memuat informasi tentang kesejahteraan secara umum yang


meliputi kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola
konsumsi, perumahan, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Masalah kesejahteraan rakyat adalah aspek kehidupan yang sangat luas dan
untuk mengukurnya tidak ada standard kuantitatif baku, sehingga yang dapat
dimuat pada publikasi ini adalah aspek-aspek yang dapat diukur dan datanya
tersedia.

Publikasi ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai
pihak baik instansi Pemerintah maupun swasta. Kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, disampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-
besarnya.

Disadari bahwa publikasi ini masih penuh dengan kekurangan dan belum
sepenuhnya memenuhi harapan pihak pemakai data, khususnya para perencana,
namun dapat membantu melengkapi penyusunan rencana pembangunan daerah.
Sehingga, sangat diharapkan segala bentuk kritik dan saran yang konstruktif demi
penyempurnaan publikasi ini ke depan.

Langgur, Agustus 2012

Plt. Kepala BPS Kabupaten


Maluku Tenggara,

Johnny Tuhumury, SE
NIP. 196410281990031004
DAFTAR ISI

Halaman

Sambutan I

Kata Pengantar Ii

Daftar Isi iii

Daftar Tabel iv

Daftar Gambar v

1. Kependudukan 1

2. Kesehatan 13

3. Pendidikan 20

4. Ketenagakerjaan 30

5. Taraf dan Pola Konsumsi 39

6. Perumahan 45

7. IPM 55

Inkesra Kota Tual, 2011 iii


DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk,


1980-2011 3
Tabel 1.2 Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan
Jenis Kelamin, 2011 5
Tabel 1.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas dan 15-49
Tahun Menurut Status Perkawinan, 2011 7
Tabel 1.4 Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun Keatas
yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan 9
Tabel 1.5 Pertama, 2011
Persentase Penduduk Perempuan Berstatus Kawin
Menurut Alat/Cara KB yang Digunakan, 2009-2011 11
Tabel 2.1 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama
Sebulan Referensi Menurut Jenis Keluhan dan Jenis 14
Tabel 2.2 Kelamin, 2011
Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama
Sebulan Referensi menurut Jumlah Hari Sakit dan 15
Tabel 2.3 Jenis Kelamin,
Persentase 2011
Penduduk yang Berobat Jalan Menurut
Tempat Pengobatan, 2009-2010 17
Tabel 2.4 Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan
Pertama dan Terakhir, 2011 18
Tabel 2.5 Persentase Balita Umur 2-4 Tahun yang Pernah
Disusui Menurut Lama Disusui (Bulan) dan Jenis 19
Kelamin, 2011
Inkesra Kota Tual , 2011 iv
Halaman
No. Judul

Tabel 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut


Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2009-2011 24
Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut
Status Pendidikan dan Jenis Kelamin, 2011 26
Tabel 3.3 APS, APK dan APM Menurut Jenis Kelamin, 2011 27

Tabel 4.1 Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut


Karakteristik dan Jenis Kelamin, 2011 32
Tabel 4.2 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, 2011 36
Tabel 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2011 38
Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita/Bulan Menurut
Jenis Pengeluaran, 2009-2011 41
Tabel 5.2 Persentase Penduduk Menurut kelompok Pengeluaran,
2009-2011 42
Tabel 5.3 Jumlah, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi 44
Maluku, 2011

Inkesra Kota Tual , 2011 v


Halaman
No. Judul

Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai yang


digunakan, 2009-2011 48
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap yang
digunakan, 2009-2011 49
Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
Penerangan yang digunakan, 2009-2011 50
Tabel 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air
Minum yang Digunakan, 2009-2011 51
Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air
Minum yang Digunakan, 2009-2011 52
Tabel 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat
Buang Air Besar yang Digunakan, 2009-2011 53
Tabel 6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat
Penampungan Akhir Buan Air Besar yang Digunakan, 54
Tabel 7.1 2009-2011 Angka Harapan Hidup Kota Tual dengan
Perbandingan
Kab./Kota Sekitar, 2009-2011 59
Tabel 7.2 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kota Tual
dengan Kab./Kota Sekitar, 2009-2011 60
Tabel 7.3 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kota Tual
dengan Kab./Kota Sekitar, 2009-2011 62

Inkesra Kota Tual , 2011 vi


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gbr. 1.1 Komposisi Penduduk, 2011 4

Gbr. 1.2 Rasio Jenis Kelamin, 2008-2011 7

Persentase Penduduk Menurut Cara Pengobatan,


Gbr. 2.1 16
2011
Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut
Gbr. 2.2 17
Jenis Obat, 2011
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek
Gbr. 3.1 23
Huruf Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin,
2011
Gbr. 4.1 TPAK, TPT dan TKK, 2011 33

Persentase Pengeluaran Makanan dan Bukan


Gbr. 5.1 40
Makanan, 2011
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai
Gbr. 6.1 47
yang Digunakan, 2011
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding
Gbr. 6.2 49
yang Digunakan, 2009-2011

Inkesra Kota Tual , 2011 vii


1. KEPENDUDUKAN
Program pembangunan sosial yang dilaksanakan pemerintah pada

dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan tingkat

kesejahteraan penduduk. Dalam hal ini, yang akan menjadi sasaran dari

program pembangunan ataupun di intervensi adalah penduduk atau

kelompok-kelompok penduduk. Dalam konsep pembangunan sekarang ini

selain menjadi sasaran, penduduk juga sebagai pelaksana pembangunan.

Sehingga penduduk merupakan faktor dominan dalam proses

pembangunan.

Berangkat dari hal tersebut, untuk menunjang keberhasilan

pembangunan di Kota Tual yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

penduduk, perkembangan penduduk diarahkan pada pengendalian

kuantitas, pengembangan kualitas serta pengarahan mobilitas sehingga

mempunyai ciri dan karakteristik yang menguntungkan pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar merupakan suatu modal dasar apabila

memiliki kualitas, namun sebaliknya apabila tidak berkualitas maka jumlah

penduduk yang besar tersebut akan menjadi beban berat dalam proses

pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Inkesra Kota Tual 2011


1
Ada beberapa informasi penting dibidang kependudukan yang

tidak dapat diabaikan dalam penyusunan kebijakan. Diantaranya yaitu,

jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, rasio jenis kelamin, struktur

umur penduduk dan informasi yang berkaitan dengan keluarga berencana.

Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah merupakan keseimbangan

yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-

kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Tingkat pertumbuhan

penduduk sendiri dapat dibedakan antara tingkat pertumbuhan alamiah

(natural increase) dan tingkat pertumbuhan migrasi (spatial migration),


dan yang dimaksud dengan laju pertumbuhan disini adalah merupakan

gabungan keduanya.

Kota Tual merupakan kota kepulauan yang terbentuk pada tahun

2007. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kota

Tual sebesar 58.082 orang dan pada tahun 2011 diperkirakan mencapai

59.690 orang. Penduduk Kota Tual mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Dari hasil Sensus Penduduk 1980, penduduk Kota Tual tercatat

sebesar 24.967 orang dan meningkat menjadi 31.921 orang pada tahun

1990. Peningkatan jumlah penduduk terbesar terjadi pada kurun waktu

tahun 2000 sampai tahun 2010, hal ini dapat dilihat dari laju

pertumbuhan penduduk dalam satu dekade tersebut rata-rata sebesar

Inkesra Kota Tual 2011


2
4,19 persen per tahun. Sementara laju pertumbuhan 2000-2011 sebesar

2,77 persen. Dengan demikian perlu disikapi bagaimana agar tidak terjadi

pemusatan penduduk pada suatu wilayah saja sehingga persebaran

penduduk mendekati keseimbangan untuk masing-masing wilayah. Perlu

disadari bahwa semakin padat penduduk di suatu daerah, tentu akan

dibarengi oleh meningkatnya permintaan akan kebutuhan-kebutuhan oleh

penduduk itu sendiri. Apabila hal ini tidak seimbang, maka berdampak

pada ketimpangan sosial ekonomi dalam masyarakat.

Tabel 1.1
Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Tahun 1980-2011

Jumlah Tingkat Kepadatan


Tahun Penduduk
Penduduk Pertumbuhan (%)
(1) (2) (3) (4)
1980 24.967 - 104
1990 31.921 2,49 133
2000 38.534 1,90 161
2010 58.082 4,19 242
2011 59.690 2,77 169
Sumber : BPS Kab.Malra

Struktur Umur dan Angka Beban Ketergantungan

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan

komposisi yang paling pokok, sebab kedua kondisi ini sangat

mempengaruhi perilaku demografi. Selain itu kedua ciri ini pun mudah

Inkesra Kota Tual 2011


3
dikombinasikan dengan karakteristik sosial, ekonomi maupun geografis.

Bila dilihat komposisi penduduk menurut umur, ternyata Kota

Tual masih tergolong struktur umur muda. Ini ditunjukkan dari rasio

penduduk tua muda sebesar 7,90. Nilai rasio dibawah 15 termasuk

kategori penduduk kelompok muda.

Hal ini memberikan implikasi bahwa kelompok umur muda perlu

mendapatkan perhatian dan pengembangan sehingga mampu menghasilkan

tenaga-tenaga terampil dan mandiri untuk mengisi pembangunan di masa

yang akan datang.

Gambar 1.1 Komposisi Penduduk


Tahun 2011
3,03

38,33
58,64

0-14 15-64 65+

Sumber : Susenas, BPS

Besarnya jumlah penduduk usia muda ini mengakibatkan beban

tanggungan penduduk usia produktif juga semakin besar. Secara kasar

angka ini dapat digunakan sebagai indikator pengukur kemajuan ekonomi

suatu daerah. Rasio ini menyatakan perbandingan penduduk berusia di

bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun yang dianggap tidak produktif

Inkesra Kota Tual 2011


4
secara ekonomi. Makin tinggi rasio beban tanggungan berarti semakin

kecil jumlah penduduk produktif dan semakin banyak sumber daya yang

harus dibagikan kepada kelompok tidak produktif.

Tabel 1.2
Persentase Penduduk Menurut
Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Golongan
Laki Perempuan Total
Umur
(1) (2) (3) (3)
0-4 13,29 11,87 12,57
5-9 13,77 13,49 13,63
10-14 13,09 11,18 12,12
15-19 11,78 8,67 10,21
20-24 7,57 8,72 8,15
25-29 7,52 10,21 8,88
30-34 6,85 5,73 6,29
35-39 6,67 7,52 7,10
40-44 5,10 4,87 4,98
45-49 4,35 5,62 4,99
50-54 3,54 3,57 3,56
55-59 2,22 2,62 2,42
60-64 1,39 2,74 2,07
65-69 1,41 0,94 1,17
70-74 1,02 0,69 0,85
75+ 0,43 1,57 1,01
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Angka Beban Tanggungan Anak 65,35
Angka Beban Tanggungan Usia Lanjut 5,17
Angka Beban Tanggungan 70,52
Sumber : Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


5
Beban tanggungan anak di Kota Tual pada tahun 2011 sebesar

65,35 dan beban tanggungan usia lanjut sebesar 5,17. Hal ini berarti

bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65

orang anak dan 5 orang usia lanjut. Dengan kata lain bahwa beban

tanggungan di Kota Tual masih cukup besar yaitu mencapai 70,52.

Tingginya beban tanggungan ini diduga akibat adanya perpindahan

penduduk usia produktif ke daerah lain dengan tujuan bekerja atau

melanjutkan sekolah.

Rasio Jenis Kelamin


Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah merupakan perbandingan

antara laki-laki dengan perempuan. Asumsi yang dianut secara luas

sehubungan dengan jumlah penduduk adalah biasanya lebih banyak bayi

perempuan daripada bayi laki-laki yang dilahirkan pada suatu periode

tertentu.

Besar kecilnya rasio jenis kelamin antara lain dipengaruhi oleh

pola migrasi penduduk suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100,

artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk

perempuan di daerah tersebut.

Inkesra Kota Tual 2011


6
Gambar 1.2 Rasio Jenis Kelamin
Tahun 2008-2011
2011 96,66

2010 98,37

2009 101,49

2008 100,69

94 96 98 100 102

Sumber : BPS

Dari Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 jumlah

penduduk perempuan di Kota Tual lebih banyak dibandingkan penduduk

laki-laki. Dengan rasio jenis kelamin pada tahun 2011 sebesar 96,66 yang

artinya setiap 100 perempuan terdapat 97 laki-laki.

Tabel 1.3
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas dan 15-49 Tahun
Menurut Status Perkawinan
Tahun 2011
Penduduk
Status Perkawinan Penduduk
10 Tahun
Menurut Kelompok Umur 15-49 Tahun
Keatas
(1) (2) (3)

- Belum Kawin 43,97 39,59


- Kawin 49,06 56,52
- Cerai Hidup 1,35 1,56
- Cerai Mati 5,62 2,34

Sumber : Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


7
Bila dilihat menurut status perkawinan, penduduk Kota Tual

berumur 10 tahun ke atas yang belum kawin mencapai 43,97 persen

sedangkan yang kawin sudah mencapai 49,06 persen. Jika dilihat menurut

usia produktif maka terdapat 39,59 persen yang belum kawin dan 56,52

persen berstatus kawin.

Fertilitas

Salah satu komponen utama kependudukan yang menyebabkan

perubahan jumlah penduduk adalah fertilitas. Fertilitas menyangkut

banyaknya bayi atau anak lahir hidup yang dilahirkan oleh seorang wanita

atau sekelompok wanita. Banyaknya anak yang dilahirkan akan membawa

konsekuensi terhadap kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak

jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tangga

dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah

tangganya. Bagi rumah tangga terutama mereka yang dengan kondisi

ekonomi yang lemah, maka pembatasan jumlah anak merupakan salah satu

cara bagi tercapainya keluarga yang sejahtera.

Umur Perkawinan Pertama


Umur perkawinan mempunyai pengaruh bagi perkembangan

penduduk, karena berpengaruh terhadap fertilitas. Selain itu, umur

perkawinan juga berpengaruh terhadap stabilitas suatu keluarga,


Inkesra Kota Tual 2011
8
terhadap kesehatan diri sendiri, dan terhadap anak yang dilahirkan.

Selanjutnya umur perempuan saat perkawinan pertama selain

mempengaruhi fertilitas juga mempunyai resiko dalam melahirkan.

Semakin muda umur perkawinan pertama, semakin besar resiko yang

dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak karena belum siapnya fisik

dan mental si ibu menghadapi masa kehamilan/kelahiran. Demikian pula

sebaliknya, semakin tua umur perkawinan pertama (melebihi usia yang

dianjurkan dalam program KB), semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam

masa kehamilan/melahirkan.

Tabel 1.4
Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun Keatas
yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama
Tahun 2011

Umur Perkawinan Distribusi Perempuan Umur


Pertama 10 + Pernah Kawin
(1) (2)

≤ 18 23,42
19-24 57,13
25+ 19,44
Jumlah 100,00

Rata-rata Umur
Perkawinan Pertama 21,40
Penduduk Perempuan
Sumber : Susenas, BPS

Perempuan berumur 10 tahun ke atas yang melangsungkan

perkawinan, akan melalui suatu proses biologis, yaitu melahirkan berulang


Inkesra Kota Tual 2011
9
kali sampai dengan masa menopause. Oleh karena itu, umur perkawinan

pertama dianggap mempengaruhi panjangnya masa reproduksi. Semakin

muda seorang perempuan menikah, maka semakin panjang usia

reproduksinya dan semakin besar pula kemungkinannya mempunyai anak

yang lebih banyak.

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa persentase penduduk perempuan

usia 10 tahun ke atas dengan usia perkawinan pertama kurang dari 19

tahun di Kota Tual pada tahun 2011 sebesar 23,42 persen dengan rata-

rata umur perkawinan pertama penduduk perempuan sebesar 21,40

tahun.

Partisipasi Keluarga Berencana

Upaya untuk menciptakan keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara kuantitas penduduk dengan daya dukung serta daya

tampung lingkungan dan perkembangan kondisi sosial ekonomi dan sosial

budaya diperlukan pengendalian kuantitas penduduk. Dalam rangka

pengendalian kuantitas penduduk tersebut pemerintah bersama

masyarakat selain melakukan upaya penurunan angka kematian dan

pengarahan mobilitas penduduk juga mengusahakan penurunan angka

kelahiran.

Penurunan angka kelahiran ditujukan untuk mewujudkan

pertumbuhan penduduk yang seimbang menuju kondisi penduduk tanpa

pertumbuhan. Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan upaya


Inkesra Kota Tual 2011
10
pembudayaan Norma Keluarga Kecil bahagia Sejahtera (NKKBS) yang

meliputi upaya peningkatan kesadaran dan mendorong pemakaian alat

kontrasepsi, pendewasaan usia perkawinan, penundaan anak pertama,

pemberian air susu ibu yang optimal dan penjarangan kelahiran.

Tabel 1.5
Persentase Penduduk Perempuan Berstatus Kawin
Menurut Alat/Cara KB yang Digunakan
Tahun 2009-2011

Alat/Cara KB
2009 2010 2011
Yang Digunakan
(1) (2) (3) (4)
Spiral 2,12 1,25 1,66
Suntik 65,30 64,10 59,47
Susuk KB 11,63 16,54 21,07
Pil KB 16,39 12,15 17,80
Lainnya 4,55 5,96 -

Penduduk perempuan kawin


umur 15-49 tahun 29,69 28,39 32,89
yang menggunakan alat
Sumberkontrasepsi
: Susenas, BPS

Keberhasilan dari Gerakan Keluarga Berencana (KB) sangat

ditentukan oleh berbagai faktor yang ada, baik dari dalam keluarga

maupun dari luar keluarga. Pendidikan dan tingkat kemampuan ekonomi

keluarga adalah salah satu dari sekian banyak faktor yang datang dari

luar peserta KB, yang mempunyai kemungkinan dalam mempengaruhi


Inkesra Kota Tual 2011
11
mereka untuk ikut berpartisipasi dalam program tersebut. Hal ini pula

yang akan mempengaruhi para peserta dalam menentukan jenis alat

kontrasepsi yang menurut mereka dianggap paling baik dan aman.

Pada tahun 2011, penduduk perempuan kawin umur 15-49 tahun

yan menggunakan alat kontrasepsi di Kota Tual sebesar 32,89 persen.

Dimana alat kontrasepsi (KB) yang paling banyak digunakan adalah suntik

KB sebesar 59,47 persen.

Inkesra Kota Tual 2011


12
2. KESEHATAN
Pembangunan dibidang kesehatan hendaknya tidak hanya terfokus

pada pembangunan sarana dan prasarana kesehatan saja, namun juga pada

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan

masyarakat, yaitu mengubah perilaku masyarakat untuk membiasakan

dengan pola hidup yang sehat. Dengan demikian diharapkan agar semua

lapisan masyarakat dapat pelayanan yang memadai dalam memenuhi

kesehatan dasar secara merata, mudah dan murah.

Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai suatu

derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, dan pada gilirannya akan

bermuara kepada meningkatnya kesehatan masyarakat secara umum,

sehingga pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan bisa

berakselerasi positif terhadap peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat yang tercermin antara lain dengan menurunnya angka

kematian ibu dan angka kematian bayi, yang pada akhirnya akan

meningkatkan angka harapan hidup di Kota Tual.

Angka Kesakitan
Salah satu indikator derajat kesehatan penduduk adalah angka

kesakitan (morbidity rate). Dalam bab ini yang bisa ditampilkan


Inkesra Kota Tual 2011
13
sehubungan dengan angka kesakitan adalah persentase penduduk yang

mempunyai keluhan kesehatan (sakit) menurut jenis keluhan dan juga

persentase lamanya menderita sakit.

Tabel 2.1
Persentase Penduduk yang Menderita Sakit
Selama Sebulan Referensi Menurut Jenis Keluhan dan Jenis Kelamin
Tahun 2011
Jenis Keluhan Kesehatan Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
1. Panas 4,93 6,15 5,55
2. Sakit Kepala Berulang 8,30 11,03 3,60
3. Batuk 7,52 10,41 9,68
S
4. Pilek 0,58 0,92 8,98
5. Diare 0,63 0,45 0,54
6. Asma 1,55 5,60 0,76
7. Sakit Gigi 0,92 0,50 0,71
8. Lainnya 5,30 13,33 9,36

Angka Kesakitan 15,27 18,88 17,09

Sumber: Susenas, BPS

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penduduk yang mengalami gangguan

kesehatan hingga mengganggu aktivitasnya tahun 2011 sebesar 17,09

persen. Bila dilihat menurut jenis kelamin, angka kesakitan perempuan

lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Sedangkan bila dilihat dari jenis

penyakit yang paling banyak diderita adalah batuk dan pilek, masing-

Inkesra Kota Tual 2011


14
masing sebesar 9,68 persen dan 8,98 persen, dengan rata-rata lama

sakit 4,91 hari. Dimana rata-rata lama sakit laki-laki lebih lama sembuh

dari keluhan kesehatannya dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 2.2
Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Referensi
Menurut Jumlah Hari Sakit dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Jumlah Hari Sakit Laki-laki Perempuan Total


(1) (2) (3) (4)
1-3 51,00 53,65 52,48

4-7 43,05 40,70 41,74

8-14 1,75 2,25 2,03

15-21 0,71 0,63 0,67

22-30 3,49 2,77 3,09

Jumlah 100,00 100,00 100,00


Rata-rata lama sakit 5,09 4,76 4,91
Sumber: Susenas, BPS

Cara Pengobatan
Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan memiliki dua

alternatif pengobatan yaitu dengan mengobati dirinya sendiri atau

melakukan pengobatan ke fasilitas/tenaga kesehatan yang sering disebut

berobat jalan. Jika dibandingkan antara berobat sendiri dengan berobat

jalan, pada tahun 2011 penduduk yang sakit untuk mengobati sakitnya

Inkesra Kota Tual 2011


15
lebih banyak yang berobat sendiri (76,40 persen) daripada berobat jalan

(42,44 persen).

Gambar 2.1 Persentase Penduduk


Menurut Cara Pengobatan
Tahun 2011

100,00
76,40
42,44
50,00

0,00
Berobat Sendiri Berobat Jalan

Sumber: Susenas, BPS

Bagi penduduk yang beobat sendiri, pengobatan secara modern

menjadi pilihan utama mereka, dengan persentase penduduk yang berobat

dengan pengobatan modern 92,62 persen dan diikuti dengan pengobatan

tradisional sebesar 37,88 persen.

Pada tahun 2011, puskesmas/pustu merupakan jenis fasilitas

kesehatan yang sering digunakan oleh penduduk yang berobat jalan

(82,59 persen) diikuti berobat ke rumah sakit (11,20 persen) dan

berobat ke praktek dokter sebesar 6,94 persen.

Inkesra Kota Tual 2011


16
Tabel 2.3
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan
Menurut Tempat Pengobatan
Tahun 2009-2011

Tempat Pengobatan 2009 2010 2011


(1) (2) (3) (4)
Rumah Sakit 12,02 18,81 11,20

Praktek Dokter 11,02 14,35 6,94

Puskesmas/Pustu 69,84 65,71 82,59

Petugas Tenaga Kesehatan 4,15 1,13 -

Lainnya 2,97 - -

Sumber: Susenas, BPS

Gambar 2.2 Persentase Penduduk yang Berobat


Sendiri Menurut Jenis Obat Tahun 2011
92,62
100
37,88
50 0,55

0
Tradisional Modern Lainnya

Sumber: Susenas, BPS

Kesehatan Ibu dan Anak

Indikasi tinggi rendahnya derajat kesehatan di suatu daerah,

dapat dicerminkan dengan tingkat kematian bayi diantaranya adalah

antenatal yaitu pemeriksaan ibu hamil minimal empat kali pemeriksaan


Inkesra Kota Tual 2011
17
selama hamil. Selanjutnya pada saat proses persalinan, salah satu usaha

untuk mengurangi tingkat kematian bayi adalah dengan pemberian

fasilitas dalam proses kelahiran bayi tersebut, yaitu dengan penolong

kelahiran oleh tenaga medis yang sudah terlatih dan terdidik.

Tabel 2.4
Persentase Balita Menurut
Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir
Tahun 2011
Penolong Penolong
Penolong Persalinan Persalinan Persalinan
Pertama Terakhir
(1) (2) (3)
1. Dokter 9,04 8,42
2. Bidan 45,79 46,06
3. Tenaga Medis lainnya 0,43 0,77
4. Bukan Tenaga Medis
44,75 44,75
(Dukun, famili, lainnya)
Jumlah 100,00 100,00
Sumber: Susenas, BPS

Pada tahun 2011 terdapat 50 persen lebih persalinan yang

ditolong oleh tenaga medis. Jika dilihat secara rinci pada penolong

persalinan terakhir 46,06 persen ditolong oleh Bidan. Sedangkan

persentase balita yang ditolong oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya

masing-masing sebesar 8,42 persen dan 0,77 persen.

Inkesra Kota Tual 2011


18
Perhatian pada status kesehatan balita merupakan tindakan yang

dini guna peningkatan kualitas fisik manusia. Pemberian Air Susu Ibu

(ASI) eksklusif adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan

tubuh bayi serta secara psikologis akan terjalin ikatan kasih sayang

antara ibu dan anak. Selain itu, kegiatan menyusui memberi dampak

positif terhadap kesehatan ibu. Menyusui juga merupakan salah satu cara

untuk menjarangkan kehamilan, memperpanjang menyusui dianggap

sebagai cara yang lebih efektif dalam mengontrol fertilitas.

Rata-rata lama balita umur 2-4 tahun yang pernah disusui di Kota

Tual pada tahun 2011 adalah 12,37 bulan.

Tabel 2.5
Persentase Balita Umur 2-4 Tahun Yang Pernah Disusui
Menurut Lama Disusui (bulan) dan Jenis Kelamin
Tahun 2011
Lama Disusui
Laki-laki Perempuan Total
(Bulan)
(1) (2) (3) (4)
0-5 2,71 2,67 2,69
6-11 19,56 16,00 17,78
12-17 53,28 53,69 53,49

18-23 4,02 12,18 8,06


24+ 20,44 15,47 17,98

Jumlah 100,00 100,00 100,00


Rata-rata Lama Disusui 12,37
Sumber: Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


19
3. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia dan sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan akan

terwujud kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,

tangguh, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional

dan bertanggungjawab. Pembangunan pendidikan dititik beratkan pada

peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan serta perluasan

kesempatan belajar, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Seperti

telah diketahui selain aspek kependudukan dan kesehatan, aspek

pendidikan pun memegang peranan penting keberadaannya dalam

indikator sosial.

Pada saat ini kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan

semakin tinggi, bagi sebagian orang tua yang diangap mampu akan merasa

malu dan berdosa apabila tidak dapat menyekolahkan anaknya. Bahkan

kualitas pendidikanpun pada saat ini tidak luput dari perhatian para orang

tua. Hal ini terbukti dengan semakin ketatnya persaingan untuk memasuki

sekolah/lembaga pendidikan yang dianggapnya lebih bermutu dan

berkualitas. Sampai saat ini tidak sedikit orang tua yang bersusah payah

Inkesra Kota Tual 2011


20
untuk dapat menyekolahkan anaknya ke daerah perkotaan yang memiliki

fasilitas pendidikan yang relatif banyak dan beragam.

Dengan semakin meningkatnya gairah masyarakat untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi merupakan kemajuan yang

sangat berarti dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya

pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Semakin tinggi tingkat

kesadaran masyarakat dalam hal pendidikan diharapkan akan lebih

mempermudah proses pembangunan dalam bidang pendidikan khususnya,

dan bidang-bidang lain umumnya. Sementara itu dalam upaya

meningkatkan pembangunan pendidikan diperlukan data yang akurat untuk

memberikan informasi mengenai berbagai macam keadaan yang mendasari

perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan terhadap kegiatan upaya

peningkatan pembangunan pendidikan. Data yang dimaksudkan merupakan

indikator pendidikan yang berfungsi memberikan indikasi atau petunjuk

tentang berbagai macam dan jenis keadaan termaksud.

Tingkat Pendidikan
Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan

sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase

penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf dapat dijadikan ukuran

kemajuan suatu bangsa. Kemampuan membaca dan menulis akan

mendorong meningkatnya peran aktif penduduk dalam proses

pembangunan. Dalam hal ini angka melek huruf merupakan persentase


Inkesra Kota Tual 2011
21
penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf

latin.

Yang dimaksud dengan melek huruf disini adalah kemampuan

seseorang dalam membaca maupun menulis sehingga maksud yang

terkandung didalamnya dapat dipahami dan dimengerti serta

dimungkinkan terjadinya proses transformasi informasi dari aktifitas

tersebut.

Seiring dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kian derasnya arus informasi yang disajikan melalui berbagai media

massa, bagi penduduk yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis

akan dapat lebih menikmatinya, sehingga proses pengembangan diri dan

peningkatan kualitas hidup akan lebih mudah. Sebaliknya bagi mereka

yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis (buta huruf)

akan selalu tertinggal, karena mereka tidak dapat mengakses informasi

yang seharusnya diketahui. Bertolak dari kenyataan tersebut,

pemerintah telah berupaya untuk menekan sekecil mungkin angka buta

huruf, diantaranya dengan digelarnya program Pemberantasan Buta

Huruf atau Program Keaksaraan Fungsional (KF) bagi penduduk yang

tidak memungkinkan lagi mengikuti pendidikan formal.

Angka melek huruf di Kota Tual pada tahun 2011 sebesar 99,22

persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, angka melek huruf laki-laki

pada tahun 2011 sebesar 99,29 lebih tinggi dibandingkan penduduk

perempuan yang sebesar 99,16 persen. Hal ini menandakan masih terjadi

Inkesra Kota Tual 2011


22
ketimpangan melek huruf antara laki-laki dan perempuan namun tidak

terlalu besar. Hal ini merefleksikan masih adanya ketimpangan pada out

come pendidikan dasar antara laki-laki dan perempuan. Sehingga dapat


dikatakan bahwa jika dilihat dari aspek pendidikan dasar, laki-laki lebih

baik dibandingkan perempuan.

Gambar 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun


Keatas yang Melek Huruf Menurut
Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Total 99,22

Perempuan 99,16
Laki-laki 99,29
99,05 99,1 99,15 99,2 99,25 99,3

Sumber : Susenas, BPS

Untuk itu, secara umum program pemberantasan buta huruf

tetap dipertahankan untuk terus dilakukan secara intensif dan

menyeluruh sehingga dapat meningkatkan derajat pendidikan di Kota

Tual. Sedangkan secara khusus, pemberantasan buta huruf melalui

program keaksaraan fungsional dapat menjadi program andalan dan dapat

terus ditingkatkan sehingga dapat menghilangkan ketimpangan angka

Inkesra Kota Tual 2011


23
melek huruf antara laki-laki dan perempuan. Dengan setaranya angka

melek huruf laki-laki dan perempuan, maka membuka peluang bagi

perempuan di Kota Tual untuk memberdayakan diri sehingga mempunyai

kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam meraih peluang ekonomi

maupun sosial yang lebih baik.

Tabel 3.1
Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tahun 2009-2011

Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011


(1) (2) (3) (4)
Tidak sekolah /
21,89 9,08 12,11
belum tamat SD
SD 31,43 32,86 24,44
SMTP 18,57 13,68 20,36
SMTA 20,62 32,85 34,79
D 1 s/d S 3 7,50 11,53 8,31
S M T P + 46,69 58,06 63,46

Sumber : Susenas, BPS

Selain angka melek huruf, kualitas penduduk dapat dilihat juga

dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tingkat partisipasi pendidikan

menunjukkan keberhasilan sistem pendiidkan dalam mendidik anak dan

remaja, akan tetapi tidak bisa menyatakan tentang hasil pendidikan yang

telah dicapai orang dewasa. Sementara tingkat pendidikan yang

Inkesra Kota Tual 2011


24
ditamatkan dapat mencerminkan hasil pendidikan yang dapat dicapai oleh

rata-rata penduduk suatu daerah secara spesifik mencerminkan taraf

intelektualiatas serta kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut.

Sehingga tingkat pendidikan yang ditamatkan ini menjadi salah satu

masukan dalam penyusunan indikator kesejahteraan rakyat.

Penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2011 yang sudah

menamatkan sekolah pada jenjang SMP ke atas mencapai 63,46 persen.

Sementara itu persentase penduduk yang sudah menamatkan pendidikan

pada jenjang SMA dan Perguruan Tinggi yakni jenjang SMA sebesar

34,79 persen dan perguruan tinggi sebesar 8,31 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa intelektual dan kualitas SDM di Kota Tual

mengalami peningkatan pada tahun 2011 dibandingkan dnegan tahun

sebelumnya, meskipun masih terdapat 24,44 persen penduduk usia 10

tahun ke atas yang menamatkan sekolah pada jenjang SD.

Partisipasi Pendidikan

Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai bahan

informasi untuk mengukur keberhasilan dibidang pendidikan adalah

dengan melihat tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan itu

sendiri. Biasanya masalah yang sangat pokok berkaitan dengan Angka

Partisipasi Sekolah adalah akses penduduk terhadap berbagai fasilitas

Inkesra Kota Tual 2011


25
pendidikan yang tersedia, disamping kemampuan ekonomi yang merupakan

faktor penentu utama.

Partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator yang

dihasilkan dari keikutsertaan penduduk dalam pendidikan. Pada tahun

2011, persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut status sekolah,

terlihat bahwa lebih dari separuh penduduk Kota Tual tidak bersekolah

lagi, yaitu 69,05 persen, dimana jika dilihat menurut jenis kelamin 65,83

persen penduduk laki-laki tidak bersekolah lagi dan perempuan sebesar

72,12 persen. Tingginya persentase penduduk perempuan 10 tahun ke

atas yang tidak bersekolah lagi diduga karena banyak perempuan usia

sekolah yang melakukan perkawinan.

Tabel 3.2
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas
Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Status Pendidikan Laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (3)


Tidak/Belum Pernah 0,72 0,99 0,86
Sekolah
Masih Sekolah 33,44 26,90 30,10
Tidak Bersekolah Lagi 65,83 72,12 69,05
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Susenas, BPS

Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang

sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari

Inkesra Kota Tual 2011


26
penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan

Angka Partisipasi Sekolah (APS). Meningkatnya APS berarti menunjukkan

adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan

dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan.

Tabel 3.3
APS, APK, dan APM Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2011

Tingkat Partisipasi Laki-Laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (3)

Angka Partisipasi Sekolah (APS)


7-12 97,87 98,66 98,24
13-15 97,11 98,63 97,89
16-18 78,01 81,33 79,23

Angka Partisipasi Kasar (APK)


SD 100,52 115,66 107,60

SMP 94,39 80,42 87,49

SMA 90,53 146,67 111,16

Angka Partisipasi Murni (APM)


SD 84,42 83,91 84,17

SMP 57,11 54,37 55,81

SMA 60,14 71,76 64,45


Sumber : Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


27
Secara umum, semakin tinggi kelompok umurnya semakin rendah

angka partisipasi sekolahnya. Pada tahun 2011, angka partisipasi sekolah

kelompok umur 7-12 sebesar 98,24 persen, kelompok umur 13-15 sebesar

97,89 persen, dan kelompok umur 16-18 sebesar 79,23 persen.

Angka Partisipasi Murni pada tahun 2011 untuk masing-masing

jenjang pendidikan adalah 84,17 persen pada jenjang pendidikan SD,

pada jenjang pendidikan SLTP sebesar 55,81 persen dan 64,45 persen

pada jenjang pendidikan SLTA. Hal ini juga menunjukkan, bahwa semakin

tinggi jenjang pendidikan semakin rendah angka partisipasi murni, dan

APM laki-laki lebih tinggi dari APM perempuan pada jenjang pendidikan

SMA.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah merupakan proporsi

penduduk pasa suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada

tingkat yang sesuai dengan usianya. Sebagai contoh angka partisipasi

murni sekolah dasar adalah proporsi anak yang berumur 7-12 tahun yang

terdaftar di sekolah dasar. Angka Partisipasi Murni ini biasanya dihitung

untuk masing-masing empat kelompok umur, yaitu tingkat Sekolah Dasar

(7-12 tahun), SLTP (13-15 tahun), SLTA (16-18 tahun).

Berbeda halnya dengan Angka Partisipasi Murni, Angka Partisipasi

Kasar (APK) mengukur proporsi penduduk seluruh kelompok umur yang

bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu terhadap kelompok umur

tertentu pada tingkat pendidikan tertentu. Angka ini memberikan

Inkesra Kota Tual 2011


28
gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang telah menerima

pendidikan pada jenjang tertentu dan bukan bukan angka yang

menunjukkan tingkat kemajuan pendidikan. Sehingga Angka Partisipasi

Kasar lebih tinggi dari Angka Partisipasi Kasar.

Dimana pada Tahun 2011 di Kota Tual, APK SD sebesar 107,60

persen, APK SMP sebesar 87,49 persen dan APK SMA 111,16 persen.

Dilihat menurut jenis kelamin, APK laki-laki juga lebih tinggi dari APK

perempuan pada jenjang pendidikan SMA.

Inkesra Kota Tual 2011


29
4. KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam

kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dalam

pembangunan ekonomi sektor ketenagakerjaan memberikan kontribusi

yang sangat cukup besar khususnya dalam upaya pemerintah untuk

mengurangi jumlah penduduk miskin. Dengan menciptakan dan

menerapkan berbagai program pembangunan pada sektor ekonomi dan

sektor ketenagakerjaan dimana banyak yang tergolong miskin, seringkali

pemerintah berhasil dalam meningkatkan pendapatan mereka. Demikian

pula dengan program peningkatan keterampilan, perluasan kesempatan

kerja dan peningkatan produktivitas dari mereka yang pendapatan

individunya masih rendah. Program pemerintah tersebut akan dapat

membuka dan memperluas kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan

penduduk miskin.

Penduduk merupakan sumber angkatan kerja, sehingga profil

ketenagakerjaan merupakan gambaran kondisi demografi. Laju

pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya akan mencerminkan

laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Cepatnya laju

pertumbuhan angkatan kerja apabila tanpa dibarengi kesempatan kerja

Inkesra Kota Tual 2011


30
yang memadai tentunya akan menimbulkan berbagai persoalan sosial

ekonomi. Untuk mengukur berbagai persoalan sosial ekonomi diperlukan

indikator yang dapat mencerminkan kondisi sebenarnya yang sedang

terjadi. Indikator tersebut diantaranya adalah indikator

ketenagakerjaan.

Penduduk Usia Kerja


Penduduk usia kerja digolongkan sebagai angkatan kerja bila

mereka mencari pekerjaan dan secara ekonomis berpotensi menghasilkan

output atau pendapatan, dan digolongkan sebagai bukan angkatan kerja

bila mereka bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya.

Pengadaan tenaga kerja yang merupakan bagian dari perwujudan

kebijaksanaan perencanaan ketenagakerjaan nasional harus mendorong

pemerataan kesempatan kerja antar daerah dengan memperhatikan

potensi angkatan kerja setempat. Tingginya tingkat pertumbuhan

penduduk akan banyak pengaruhnya terhadap upaya penyediaan lapangan

pekerjaan, dimana apabila tidak terjadi keseimbangan yang harmonis

pada akhirnya akan mengakibatkan ledakan pengangguran.

Jumlah penduduk usia kerja tahun 2011 di Kota Tual mencapai

37.307 orang, penduduk usia kerja laki-laki lebih kecil dibanding

perempuan dengan sex ratio 92,65 artinya setiap 100 orang usia kerja

perempuan terdapat 93 orang penduduk usia kerja laki-laki. Sedangkan

Inkesra Kota Tual 2011


31
dari penduduk usia kerja itu yang tergolong angkatan kerja sebanyak

25.468 orang dan sisanya 11.839 orang bukan angkatan kerja.

Tabel 4.1
Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas
Menurut Karakteristik dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Karakteristik L P L + P
(1) (2) (3) (4)

Penduduk Usia Kerja 17.942 19.365 37.307

Angkatan Kerja 14.624 10.844 25.468

Bekerja 13.643 9.540 23.183

Pengangguran 981 1.304 2.285

Bukan Angkatan Kerja 3.318 8.521 11.839


TPAK (%) 81,51 56,00 68,27

TPT (%) 6,71 12,03 8,97

TKK (%) 93,29 87,97 91,03


Sumber : Sakernas, BPS

TPAK dan TKK


Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah perbandingan

antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang

dinyatakan dalam persentase. TPAK biasanya dipengaruhi oleh keadaan

sosial ekonomi, budaya, demografi serta keadaan daerah.

Inkesra Kota Tual 2011


32
TPAK di Kota Tual tahun 2011 mencapai 68,27 persen. Ini berarti

ada sekitar 68 persen penduduk yang terlibat dalam kegiatan ekonomi

untuk menunjang kebutuhan hidup.

TPAK penduduk laki-laki sangat berbeda dengan penduduk

perempuan. TPAK laki-laki mencapai 81,51 persen sementara perempuan

sebesar 56,00 persen. Hal ini karena laki-laki merupakan kepala keluarga

yang bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, sedangkan

perempuan pada umumnya mengurus rumah tangga dan ikut bekerja

sebagai pekerja keluarga bila memungkinkan.

Selanjutnya kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya

tingkat penyerapan pasar kerja, angkatan kerja yang tidak terserap

merupakan masalah karena terpaksa menganggur, sehingga berdampak

pada kehidupan sosial masyarakat. Pada tahun 2011, kesempatan kerja di

Kota Tual mencapai 91,03 persen, artinya terdapat sekitar 91 persen

dari angkatan kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja di Kota Tual.

Gambar 4.1 TPAK, TPT dan TKK


Tahun 2011

TKK 87,97
93,29
TPT 12,03 Pr
6,71
56,00 Lk
TPAK
81,51
0 20 40 60 80 100

Sumber : Sakernas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


33
Tingkatan Pengangguran Terbuka
Tingkat pengangguran terbuka adalah suatu besaran yang

merupakan persentase dari jumlah pencari kerja terhadap jumlah

angkatan kerja. Secara keseluruhan tingkat pengangguran terbuka di

Kota Tual tahun 2011 mencapai 8,97 persen. Kondisi ini merupakan beban

bagi pemerintah untuk menyediakan ataui menciptakan lapangan

pekerjaan baru bagi pencari kerja di daerah ini. Selanjutnya pencari

kerja perempuan justru lebih tinggi hampir dua kali lipat lebih dari

pencari kerja laki-laki yaitu 6,71 persen TPT laki-laki dan 12,03 persen

TPT perempuan. Hal ini karena kurang aktifnya perempuan dalam mencari

pekerjaan.

Lapangan dan Status Pekerjaan


Proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha

merupakan salah satu alternatif untuk melihat potensi sektor

perekonomian, dimana sektor perekonomian yang paling dominan dalam

menyerap tenaga kerja berarti merupakan sektor perekonomian andalan.

Selain itu, dengan melihat perkembangannya dari tahun ke tahun kita akan

dapat mengetahui sektor perekonomian mana yang sedang tumbuh dan

sektor perekonomian mana yang kontribusinya semakin menurun.

Ketersediaan potensi alam dan potensi sumber daya manusia sangat

mempengaruhi berkembangnya suatu sector perekonomian. Selain itu

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

Inkesra Kota Tual 2011


34
memberikan perubahan bahwa peningkatan laju pertumbuhan ekonomi

akan disertai dengan pergeseran pada struktur lapangan usaha.

Dari hasil Sakernas 2011 diketahui bahwa komposisi penduduk

yang bekerja menurut lapangan usaha di Kota Tual didominasi oleh sektor

pertanian, sektor jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan dan sektor

perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, hal tersebut sangat

beralasan mengingat sektor pertanian mempunyai elastisitas penyerapan

tenaga kerja yang tinggi, selain itu untuk sektor pertanian tidak

diperlukan sumber daya pendidikan yang relatif tinggi, sehingga potensi

tenaga kerja yang belum tersalurkan di sektor lain dapat diserap di

sektor pertanian.

Indikasi lain yang terjadi pada pola penyerapan tenaga kerja ini

adalah adanya kemajuan ekonomi yang mengarah kepada peningkatan

produktifitas tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan karena mereka yang

bekerja di sektor perdagangan dan jasa misalnya, cenderung memiliki

tingkat produktifitas yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan

mereka yang bekerja pada sektor pertanian.

Sektor pertanian (termasuk kehutanan, perburuan dan perikanan)

masih merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja yaitu

sebesar 48,77 persen, diikuti sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan sebesar 22,49 persen dan sektor perdagangan, rumah makan

dan jasa akomodasi sebesar 13,69 persen.

Inkesra Kota Tual 2011


35
Tabel 4.2
Persentase Penduduk yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Lapangan Usaha L P L + P
(1) (2) (3) (4)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan dan Perikanan 47,46 50,65 48,77
Pertambangan dan Penggalian 0,37 0,00 0,22
Industri 4,69 3,65 4,26
Listrik, Gas dan Air Minum 0,00 0,00 0,00
Konstruksi 5,93 0,00 3,49
Perdagangan, Rumah Makan dan
Jasa Akomodasi 7,18 22,99 13,69
Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi 11,10 0,00 6,53
Lembaga Keuangan, Real Estate,
Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan 0,94 0,00 0,55
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan 22,33 22,71 22,49

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas, BPS

Sementara itu, indikator lain yang dapat digunakan untuk

memberikan gambaran tentang kedudukan pekerja adalah status

pekerjaan. Ada tujuh kategori mengenai status pekerjaan, yaitu:

berusaha sendiri, beusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, berusaha

Inkesra Kota Tual 2011


36
dibantu dengan buruh tetap, buruh/karyawan, pekerja bebas di pertanian,

pekerja bebas non pertanian dan pekerja tidak dibayar.

Pengelompokan status pekerjaan sangat berguna untuk

menganalisa sifat pekerjaan pada sektor dan jenis pekerjaan tertentu.

Pada umumnya, tenaga kerja keluarga, pengusaha tanpa buruh dan

pengusaha dengan bantuan pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar

lebih menonjol pada sektor dan jenis pekerjaan yang relatif tradisional,

atau yang sering disebut juga dengan sektor “informal” . Sedangkan pada

usaha yang relatif modern terdapat lebih banyak buruh atau karyawan,

dan pengusaha dengan buruh tetap dengan kata lain sektor “formal”.

Sebagian besar penduduk yang bekerja di Kota Tual status

pekerjaannya sebagai buruh/karyawan (28,71 persen), berusaha sendiri

(25,66 persen). Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pengusaha

yang dibantu buruh tetap hanya 1,82 persen.

Dilihat dari jenis kelamin, laki-laki lebih banyak berstatus sebagai

buruh/karyawan (29,36 persen) sedangkan perempuan lebih banyak

sebagai pekerja tak dibayar/pekerja keluarga yaitu sebesar 39,45

persen.

Masalah ketenagakerjaan secara langsung maupun tidak langsung

berkaitan dengan masalah-masalah lainnya termasuk kemiskinan,

ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan

stabilitas ekonomi. Semua ini secara intuitif tampaknya telah dipahami

Inkesra Kota Tual 2011


37
oleh kebanyakan pengambil kebijakan. Yang tampaknya kurang dipahami

adalah bahwa masalah ketenagakerjaan bersifat multidimensi, sehinga

juga memerlukan cara pemecahan yang multidimensi pula.

Tabel 4.3
Persentase Penduduk yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Tahun 2011

Status Pekerjaan Utama L P L + P


(1) (2) (3) (4)
Berusaha sendiri 28,77 21,21 25,66
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 25,67 11,56 19,86
Berusaha dibantu buruh tetap 3,09 0,00 1,82
Buruh/karyawan 29,36 27,78 28,71
Pekerja Bebas Pertanian 0,00 0,00 0,00
Pekerja Bebas Non Pertanian 2,59 0,00 1,52
Pekerja tak dibayar 10,52 39,45 22,43
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Sakernas, BPS

Memetakan potensi dan kelemahan dari kondisi ketenagakerjaan

yang ada saat ini merupakan cara yang harus dilakukan dalam menilai

situasi dunia ketenagakerjaan. Dengan pemetaan tersebut, akan

mempermudah melihat karakteristik ketenagakerjaan di Kota Tual untuk

mengambil langkah pemecahannya.

Inkesra Kota Tual 2011


38
5.TARAF & POLA KONSUMSI
Salah satu indikator awal yang dapat mengungkapkan telah

terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah,

dapat ditunjukkan dengan berkurangnya penduduk miskin dan

bertambahnya tingkat pendapatan secara keseluruhan. Kondisi demikian

secara tidak langsung dapat diamati melalui pola konsumsi rumah

tangga/masyarakat tersebut.

Pola konsumsi rumah tangga secara umum dapat dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu kelompok pengeluaran untuk konsumsi makanan dan

kelompok pengeluaran bukan makanan. Tarik menarik antara dua

kelompok tersebut mencerminkan tingkat kesejahteraannya. Semakin

tinggi persentase pengeluaran konsumsi untuk kelompok bukan makanan

terhadap total pengeluaran, semakin dianggap sejahtera masyarakat

tersebut.

Pengeluaran Rumah Tangga


Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang

dapat memberikan gambaran tentang keadaan kesejahteraan penduduk.

Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari

pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran

Inkesra Kota Tual 2011


39
pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan

pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap

barang bukan makanan umumnya tinggi.

Penurunan konsumsi non-makanan pada pola pengeluaran rumah

tangga, diharapkan merupakan kondisi sesaat sebagai akibat fluktuasi

harga kebutuhan pokok. Dengan semakin intensifnya program-program

perekonomian yang lebih menyentuh kepada lapisan bawah, diharapkan

akan terjadi pemulihan kondisi perekonomian secara menyeluruh di Kota

Tual. Peningktaan pendapatan masyarakat terutama bagi golongan

ekonomi menengah ke bawah diharapkan dapat terus dipacu untuk

bersaing melawan lajunya biaya kebutuhan rumah tangga sekarang ini

yang semakin tinggi.

Gambar 5.1 Persentase Pengeluaran


Makanan dan Bukan Makanan
Tahun 2011

Bukan
Makanan;
46,16
Makanan;
53,84

Sumber : Susenas, BPS

Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat

konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan


Inkesra Kota Tual 2011
40
pendapatan akan digunakan untuk memenuhi barang bukan makanan atau

ditabung. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah

satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana

perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan

kesejahteraan.

Tabel 5.1
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita/Bulan
Menurut Jenis Pengeluaran
Tahun 2009-2011
Jenis
2009 2010 2011
Pengeluaran
(1) (2) (3) (4)
Makanan 226.381 240.829 364.241

Bukan Makanan 118.024 156.832 312.336

Total 344.405 397.661 676.578

Sumber : Susenas, BPS

Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa penduduk Kota Tual memiliki

pola pengeluaran makanan yang lebih besar pada jenis pengeluaran

daripada bukan makanan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan

sebesar 676.578 rupiah. Dapat dikatakan permintaan akan pemenuhan

akan kebutuhan makanan lebih besar dibandingkan bukan makanan.

Artinya, pendapatan penduduk Kota Tual masih terkonsentrasi digunakan

Inkesra Kota Tual 2011


41
untuk memenuhi kebutuhan akan makanan untuk hidup sehingga

kebutuhan bukan makanan dan untuk ditabung masih sangat rendah.

Tabel 5.2
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2009-2011
Golongan
2009 2010 2011
Pengeluaran
(1) (2) (3) (4)

< 100.000 0,27 1,40 0,10

100.000 – 149.999 6,66 5,60 1,19

150.000 – 199.999 13,22 12,31 4,93

200.000 – 299.999 33,67 18,99 18,12

300.000 – 499.999 31,07 37,69 26,27


500.000 – 749.999 10,87 16,19 22,40

750.000 – 999.999 3,29 5,58 12,03

1.000.000 + 0,98 2,23 14,96

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Susenas, BPS

Pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pengeluaran rata-rata

penduduk Kota Tual pada tahun 2011 yang terbesar berada pada golongan

pengeluaran 300.000 – 499.999 rupiah sebesar 26,27 persen dan diikuti

pada golongan pengeluaran 500.000 – 749.999 rupiah sebesar 22,40

persen. Hal ini bila dibandingkan dengan biaya hidup saat ini dapat

Inkesra Kota Tual 2011


42
dikatakan rendah. Dengan kata lain tidak dapat mencukupi kebutuhan

hidupnya dengan kondisi yang sejahtera.

Kemiskinan

Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang

pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan

yang dibutuhkan untuk hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya.

Kebutuhan untuk hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai suatu

jumlah rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara

2100 kalori sehari, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan,

transportasi, dan lain-lain. Jumlah rupiah tersebut kemudian disebut

sebagai garis kemiskinan.

Pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin di Kota Tual sebesar

18,7 ribu orang dengan persentase sebesar 32,03 persen dan garis

kemiskinan sebesar 234.232 rupiah. Bila dibandingkan dengan

kabupaten/kota lain di Provinsi Maluku, maka pada tahun 2010 Kota Tual

berada pada peringkat ke empat termiskin dari sebelas kabupaten/kota

yang di survei.

Inkesra Kota Tual 2011


43
Tabel 5.3
Jumlah, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
2011
Garis
Jumlah Persentase
Kabupaten/Kota Kemiskinan
(Ribu Orang) (%)
(Rp)
(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat 35,8 33,96 219.903
Maluku Tenggara 29,6 30,72 232.085
Maluku Tengah 102,8 28,42 286.493
Buru 27,0 24,83 276.672
Kepulauan Aru 29,4 34,98 231.783
Seram Bagian Barat 49,6 30,09 239.048
Seram Bagian Timur 31,2 31,46 234.377
Maluku Barat Daya 27,5 39,28 234.688
Buru Selatan 11,7 21,83 333.337
Ambon 25,5 7,67 305.245
Tual 18,7 32,03 234.232

Maluku 389,1 25,33 257.630


Sumber : Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


44
6. PERUMAHAN
Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, masalah

pemukiman dan lingkungan sering muncul menjadi issue yang sangat

krusial. Peranan pemerintah dalam menangani masalah pemukiman dan

lingkungan sering mendapat hambatan seiring dengan semakin sulit serta

tingginya ongkos yang harus dikeluarkan untuk dapat memiliki sebuah

rumah. Bahkan bagi sebagian masyarakat berpendapatan rendah

terutama untuk daerah perkotaan, dalam mendirikan rumah sudah tidak

memperhatikan lagi dengan kondisi lingkungan sekitarnya.

Konsentrasi penduduk yang berlebihan dalam suatu wilayah

biasanya dapat mengganggu keseimbangan alam. Rumah-rumah kecil yang

saling berhimpitan dengan saluran limbah yang tidak teratur, ,menjadikan

lingkungan tersebut menjadi kumuh dan tidak sehat. Produk limbah yang

dihasilkan oleh rumah tangga baik yang berbentuk limbah padat seperti

sampah maupun limbah cair apabila tidak ditangani dengan benar dapat

menjadikan sumber polusi. Damapak yang dapat dirasakan adalah

menurunnya kualitas lingkungan dan pada akhirnya akan menurunkan

kualitas kesehatan pada lingkungan tersebut.

Inkesra Kota Tual 2011


45
Kualitas Bangunan Rumah Tinggal
Betapapun sederhanya tingkat kebudayaan suatu masyarakat,

namun masyarakat tersebut pasti mempunyai tempat untuk tinggal, baik

yang bersifat tetap maupun sementara. Para tunawisma misalnya, pada

dasarnya juga memiliki tempat tinggal, meskipun tempat tinggal tersebut

tidak layak disebut rumah. Tingkat perekonomian masyarakat sangat

menentukan kualitas pemukiman. Tinggi rendahnya pendapatan

masyarakat akan terlihat dari bahan bangunan yang digunakan maupun

kelengkapan rumah lainnya.

Fungsi rumah sebagi tempat bernaung/berteduh dan berkreasi

semestinya memberikan kenyamanan bagi penghuninya, sehinga akan

mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman,

didefinisikan ’rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga’. Dalam kaitan ini pula

kualitas perumahan dan lingkungan turut menentukan dalam penyusunan

indikator kesejahteraan rakyat.

Ada tujuh unsur yang merupakan syarat rumah dapat dikatakan

lengkap. Ketujuh unsur tersebut yaitu: rumah tersebut permanen,

memiliki fasilitas kamar khusus untuk tidur, memiliki dapur khusus untuk

aktifitas memasak, memiliki kamar mandi, memiliki kakus untuk keperluan

buang air besar, ada sarana air bersih yang layak untuk diminum dan

memiliki sarana penerangan listrik.


Inkesra Kota Tual 2011
46
Gambar 6.1 menjelaskan jenis lantai rumah yang ditempati rumah

tangga. Rumah tangga yang menempati rumah dengan lantai tanah

sebesar 5,48 persen yang berarti masih banyak rumah tangga yang

tinggal dalam rumah yang kurang sehat.

Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga


Menurut Jenis Lantai yang Digunakan
Tahun 2011
Tanah; 5,48
Bukan
Tanah;
94,52

Sumber: Susenas, BPS

Sedangkan untuk luas lantai semakin luas lantai yang dihuni,

semakin baik kenyamanan yang dapat dirasakan, karena dikatakan rumah

yang nyaman adalah rumah yang relatif luas sehingga penghuninya tidak

berdesakan.

Hal ini sesuai dengan kriteria rumah sehat menurut Badan

Kesehatan Dunia (WHO) yaitu rumah tinggal sehat adalah rumah dengan

luas lantai per orang minimal 10 m2. Dengan demikian bila rata-rata

jumlah anggota rumah tangga di Kota Tual sebanyak lima orang maka luas

lantai yang diperlukan minimal 50 m2 untuk setiap rumah tangga. Pada

Inkesra Kota Tual 2011


47
tahun 2011 masih terdapat 42,29 persen rumah tangga di Kota Tual

menghuni rumah yang luasnya kurang dari 50m2.

Tabel 6.1
Persentase Rumah Tangga
Menurut Luas Lantai yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Luas Lantai 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
< 20 7,62 4,74 11,11
20 – 49 47,21 52,24 31,18
50 – 99 37,35 34,66 38,97
100 + 7,59 8,37 18,75
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas, BPS

Berdasarkan penggunaan jenis atap terluas, rumah tangga di Kota

Tual yang menggunakan atap terbanyak adalah atap seng sebesar 85,38

persen. Hal ini dimungkinkan karena selain mudah diperoleh, harganyapun

relatif bisa dijangkau. Sedangkan penggunaan atap ijuk/rumbia/lainnya

masih terdapat sebesar 2,20 persen.

Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat menurut

penggunaan jenis dinding. Dari Gambar 6.2 terlihat bahwa jenis dinding

yang paling banyak digunakan rumah tangga di Kota Tual adalah tembok

(92,74 persen) dan kayu (5,7 persen). Sedangkan penggunaan dinding

tidak permanen secara keseluruhan mencapai 7,26 persen.

Inkesra Kota Tual 2011


48
Tabel 6.2
Persentase Rumah Tangga Menurut
Jenis Atap yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Jenis Atap 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
Beton 1,83 2,79 7,60
Genteng 0,53 0,56 0,75
Sirap 0,78 0,00 0,00
Seng 78,50 78,17 85,38
Asbes 5,62 11,76 4,07
Ijuk/Rumbia/lainnya 2,15 6,72 2,20
Sumber: Susenas, BPS

Namun yang perlu diperhatikan adalah penentuan jenis atap dan

dinding rumah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja, namun

faktor budaya dan ketersediaan bahan baku juga turut berpengaruh.

Oleh karena itu, pemerintah hendaknya dapat membantu penyediaan

bahan baku untuk pembuatan rumah tinggal yang sehat bila faktor

ketersediaan bahan baku sebagai faktor yang paling dominan.

Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut


Jenis Dinding yang Digunakan Tahun 2009-2011
88,52 92,74
100
50 90,77
9,38 7,83 5,7 2,09
0,28 1,56
0
Tembok Kayu Bambu/Lainnya

Sumber: Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


49
Fasilitas Rumah Tinggal
Ketersediaan fasilitas pokok suatu rumah turut menentukan

nyaman tidaknya suatu rumah tinggal seperti ketersedian listrik, air

minum dan jamban dengan tangki septik.

Tabel 6.3
Persentase Rumah Tangga Menurut
Sumber penerangan yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Sumber Penerangan 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
Listrik PLN 53,54 66,42 68,64
Listrik Non PLN 8,52 10,91 14,09
Petromak/Aladin 2,94 1,12 1,20
Pelita/Sentir/Obor/lainnya 34,99 21,55 16,08
Sumber: Susenas, BPS

Rumah yang menggunakan listrik dianggap mempunyai tingkat

kesejahteraan lebih baik. Listrik merupakan sumber penerangan yang

mempunyai nilai paling tinggi dibandingkan dengan penerangan petromak,

pelita dan sumber penerangan lainnya. Selain dapat menerangi, listrik

juga membuka peluang masuknya informasi, pengetahuan dan teknologi

melalui perangkat elektronik yang secara langsung turut meningkatkan

pengetahuan penduduk setempat.

Inkesra Kota Tual 2011


50
Pada tahun 2011, persentase rumah tangga yang menggunakan

listrik di Kota Tual sebesar 82,73 persen, dimana rumah tangga pengguna

listrik PLN sebesar 68,64 persen dan listrik Non PLN sebesar 14,09

persen.

Tabel 6.4
Persentase Rumah Tangga Menurut
Sumber Air Minum yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Sumber Air Minum 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
Ledeng 6,92 8,08 28,33
Pompa 8,97 6,13 5,63
Sumur & Mata Air Terlindung 67,64 64,57 48,46
Sumur dan Mata Air Tidak
10,98 8,12 8,41
Terlindung
Lainnya 0,27 13,12 9,17
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas, BPS

Pemanfaatan air bersih oleh rumah tangga sebagai sumber air

minum maupun untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu

kebutuhan vital yang harus dipenuhi secara layak. Kualitas air yang

digunakan erat dengan tingkat kesehatan. Oleh sebab itu pada saat

mencari tempat tinggal, biasanya yang menjadi perhatian utama adalah

airnya.

Dibanding dengan sumber air lainnya, air ledeng merupakan

sumber air yang paling baik kualitasnya. Air berasal dari pompa, sumur,
Inkesra Kota Tual 2011
51
sungai, hujan dan sebagainya, dianggap kurang baik karena kemungkinan

tercemarnya relatif cukup besar.

Rumah tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng baru

mencapai 28,33 persen. Kemungkinan penyebab sedikitnya rumah tangga

pemakai ledeng selain karena faktor ekonomi juga disebabkan jangkauan

pelayanan PDAM yang masih terbatas, sehingga sebagian besar rumah

tangga mengambil air minum dari sumber sumur dan mata air.

Tabel 6.5
Persentase Rumah Tangga Menurut
Fasilitas Air Minum yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Fasilitas Air Minum 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4)
Sendiri 12,49 48,90 38,85
Bersama 13,68 10,72 14,55
Umum 73,55 39,20 42,86
Tidak Ada 0,29 1,19 3,74
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas, BPS

Rumah tangga yang menggunakan air minum dari sumur terlindung

dan mata air terlindung sebesar 48,46 persen. Dimana rumah tangga yang

memiliki fasilitas air minum sendiri baru sebesar 38,85 persen.

Fasilitas dalam rumah tangga selain sumber air minum dan listrik

adalah tempat buang air besar. Tempat buang air besar yang memenuhi

Inkesra Kota Tual 2011


52
syarat kesehatan adalah yang menggunakan tangki septik sehingga limbah

manusia tersebut tidak mencemari lingkungan, terutama sumber air

minum (bagi rumah tangga yang sumber air minumnya dari pompa atau

sumur). Oleh karena itu tempat penampungan akhir sangat penting bagi

kesehatan lingkungan.

Tabel 6.6
Persentase Rumah Tangga Menurut
Fasilitas Tempat Buang Air Besar yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Fasilitas Tempat
2009 2010 2011
Buang Air Besar
(1) (2) (3) (4)
Sendiri 43,71 58,06 58,90
Bersama 6,87 6,13 15,12
Umum 9,57 9,24 6,81
Tidak Ada 39,84 26,58 19,17
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas, BPS

Rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar

sendiri mencapai 58,90 persen, namun masih terdapat 19,17 persen

rumah tangga tidak memiliki fasilitas buang air besar. Sedangkan tempat

penampungan akhir tinja dengan tangki septik sebesar 72,24 persen.

Selebihnya memanfaatkan pantai/laut/kebun/tanah kosong untuk tempat

pembuangan akhir tinja. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari

Inkesra Kota Tual 2011


53
pemerintah karena pembuangan tinja yang tidak baik dapat menyebarkan

penyakit seperti diare.

Tabel 6.7
Persentase Rumah Tangga Menurut
Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar
yang Digunakan
Tahun 2009-2011
Tempat Penampungan
2009 2010 2011
Akhir Buang Air Besar
(1) (2) (3) (4)
Tangki 40,89 65,33 72,24
Lobang Tanah 17,93 5,30 7,81
Pantai/Tanah Terbuka 39,97 26,58 19,52
Lainnya 3,21 2,80 0,43
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Susenas, BPS

Inkesra Kota Tual 2011


54
7. I P M
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses untuk

perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui upaya-

upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar

manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang

pembangunan. Elemen-elemen pembangunan manusia secara tegas menggaris

bawahi sasaran yang ingin dicapai, yaitu hidup sehat dan panjang umur,

berpendidikan dan dapat menikmati hidup layak.

Ini berarti pembangunan manusia merupakan manifestasi dari

aspirasi dan tujuan suatu bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan

perubahan secara struktural melalui upaya yang sistematis. Sasaran dasar

pembangunan pada akhirnya adalah peningkatan derajat kesehatan (usia

hidup panjang dan sehat), meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis

dan ketrampilan) serta penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk

hidup layak) untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

United Nations Development Programme (UNDP) dalam model

pembangunannya, menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua

proses dan kegiatan pembangunan. Sejak tahun 1990, UNDP mengeluarkan

laporan tahunanperkembangan pembangunan manusia untuk negara-negara

di dunia. Salah satu alat ukur untuk melihat aspek-aspek yang relevan

dengan pembangunan manusia adalah melalui Human Development Index

Inkesra Kota Tual 2011 55


(HDI) yang dikenal dengan istilah IPM (Indeks Pembangunan Manusia).

IPM merupakan indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen

utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan perkapita yang diracik

menjadi satu secara proporsional. IPM digunakan untuk

mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara

berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur

pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel asal

India bernama Amartya Sen dan Mahbub Ul Haq, seorang ekonom

Pakistan, yang dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord

Meghnad Desai dari London School of Economics, dan sejak itu dipakai

oleh Program pembangunan PBB padalaporan IPM tahunannya.

Indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan

berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini

digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti

yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam

membuat laporan pembangunan manusianya.

IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3

(tiga) dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu:

 Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan A ngka

Harapan Hidup saat kelahiran.

 Pengetahuan yang diukur dengan Angka Melek Huruf pada orang

dewasa (bobotnya dua per tiga) dan Angka Partisipasi Kasar atau

Gross Enrollment Ratio (bobot satu per tiga).


Inkesra Kota Tual 2011 56
 Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP ( Gross

Domestic Product) per kapita atau Produk Domestik Bruto dalam


Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) dalam rupiah.

Angka Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan

sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia

harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan

kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan

meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi

kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik

sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang

pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

memperpanjang usia harapan hidupnya.

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun

hidup yang masih x akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil

mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi

mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Biasanya

0.
dinotasikan dengan e

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi

kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada

umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka

Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program
Inkesra Kota Tual 2011 57
pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan

lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan

kemiskinan.

Pada Tabel 7.1, kita dapat melihat perbandingan Angka Harapan

Hidup Kota Tual dengan kabupaten/kota sekitarnya di Provinsi

Maluku dari tahun 2010-2011. Dapat dilihat bahwa umumnya Angka

Harapan Hidup di semua kabupaten mengalami peningkatan sekalipun

tidak terlalu signifikan dan ada beberapa kabupaten yang angkanya masih

di bawah Angka Harapan Hidup Maluku. Kota Tual sendiri dalam kurun

waktu tersebut mengalami peningkatan yang cukup, yakni sebesar 0,33 pada

tahun 2009-2010 dan 0,34 pada tahun 2010-2011.

Peningkatan ini menunjukan bahwa adanya peningkatan taraf hidup

dan kesejahteraan penduduk Kota Tual dalam kurun waktu 3 tahun

terakhir. Pada tahun 2011 Angka Harapan Hidup Kota Tual sebesar

69,04 artinya rata-rata lama hidup seoorang bayi yang dilahirkan pada

tahun 2011 akan mencapai 69 tahun.

Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, Kota Tual

berada pada urutan kedua setelah Kota Ambon untuk 4 tahun terakhir, hal

ini menunjukan bahwa pembangunan tingkat kesehatan di Kota Tual masih

lebih baik daripada kabupaten/kota lainnya. Tetapi bukan untuk

membanggakan diri atau membanding-bandingkan. Walaupun pada tahun-

tahun sebelumnya, Kota Tual masih bersatu dengan Kabupaten Maluku

Tenggara sehingga masih dalam proses pembangunan.

Inkesra Kota Tual 2011 58


Hal ini berarti bahwa pemerintah Kota Tual harus terus

mengupayakan dan meningkatkan pembangunan manusia di seluruh sektor

kehidupan, terutama di sektor kesehatan, sehingga rata-rata lama hidup

penduduknya manjadi lebih panjang lagi.

Tabel 7.1
Perbandingan Angka Harapan Hidup
Kota Tual dengan Kab/Kota Sekitar,2009-2011

Kabupaten 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4)

MTB 64,13 64,28 64,42


Malra 67,79 67,99 68,19
Malteng 65,62 65,75 65,89
Buru 67,61 68,05 68,49
Kep. Aru 67,52 67,73 67,94
SBB 66,45 66,56 66,68
MBD 63,93 64,14 64,35
Buru Selatan 67,11 67,35 67,58
SBT 65,64 65,86 66,07
Ambon 72,85 73,01 73,16
Tual 68,37 68,70 69,04
Maluku 67,20 67,40 67,60

Sumber: Susenas

Inkesra Kota Tual 2011 59


Tabel 7.2
Perbandingan Rata-Rata Lama Sekolah
Kota Tual dengan Kab./Kota Sekitar,
2009-2011

Kabupaten 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4)


MTB 8,54 8,93 8,96
Malra 8,75 8,75 8,77
Malteng 8,34 8,85 8,86
Buru 7,21 7,43 7,44
Aru 7,52 7,56 7,59
SBB 8,23 8,29 8,41
MBD 7,99 8,01 8,02
Buru Selatan 6,29 6,64 6,67
SBT 7,62 7,83 7,86
Ambon 11,12 11,18 11,22
Tual 9,45 9,46 9,86
Maluku 8,63 8,76 8,82

Inkesra Kota Tual 2011 60


Rata-rata lama sekolah Kota Tual berdasarkan Tabel 7.2

mengalami peningkatan sebesar 0,40 dari tahun 2010 ke 2011, yaitu

menjadi 9,86. Ini berarti rata-rata lama sekolah anak di jenjang

pendidikan formal yang ada telah mencapai 9 tahun, atau telah

mencapai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Ini sesuai

dengan apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah dalam Wajar 9

Tahun.

Pada tahun 2011, anak-anak usia 16 - 18 tahun belum bisa

menikmati jenjang pendidikan lanjutan atas mereka sampai selesai,

karena masih terbatasnya sarana pendidikan yang disediakan

pemerintah untuk SLTA. Angka ini masih cukup tinggi bila

dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, yang Angka Rata-rata

Lama Sekolahnya masih dibawah Angka Rata-rata Lama Sekolah

provinsi.

Oleh karena itu, pemerintah lebih diharapkan agar melakukan

pemerataan dan perluasan akses pendidikan di wilayah perdesaan,

khususnya untuk pembangunan gedung-gedung SMU sederajat.

Sehingga di tahun yang akan datang semua anak usia sekolah di Kota

Tual bisa lebih merasakan pendidikan yang layak.

Dengan adanya peningkatan beberapa indikator-indikator IPM

diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja pembangunan

kualitas manusia di Kota Tual menjadi lebih baik jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, IPM Kota Tual sebesar

77,10 atau mengalami peningkatan sebesar 0,59 dari tahun 2010.

Inkesra Kota Tual 2011 61


Walaupun tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan,

hal ini menunjukan bahwa pemerintah kota ini mampu meningkatkan dan

memberdayakan pembangunan kualitas manusianya. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat melalui Tabel 7.3 dibawah ini.

Tabel 7.3
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia
Kota Tual dengan Kab/Kota Sekitar, 2009-2011

IPM
Kabupaten
2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4)

MTB 68,10 68,83 69,23


Malra 72,13 72,45 72,85
Malteng 70,32 70,86 71,25
Buru 68,70 69,36 69,75
Aru 69,93 70,09 70,33
SBB 69,21 69,64 70,07
MBD 66,24 66,660 66,99
Buru Selatan 68,17 68,78 69,13
SBT 67,66 68,09 68,53
Ambon 78,25 78,56 78,97
Tual 76,36 76,51 77,10
Maluku 76,96 71,42 71,87
Sumber: Susenas

Inkesra Kota Tual 2011 62

Anda mungkin juga menyukai