Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN

OLEH:

EIRENE TAMPUBOLON

(P00933119012)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

KABANJAHE

2021
A. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan
atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan
untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang
ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan
kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar
dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai
353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif
terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi
terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak
menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun
swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida
secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5
tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat
takaran).
B. Macam dan Contoh Pestisida
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi
dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
1. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau
kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
2. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang
laut. Berfungsi untuk melawan alge.
3. Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi
burung.
4. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi
untuk melawan bakteri.
5. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti
jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
6. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi
membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau
segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau
larva.
9. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis
lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
10. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang
berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang
hidup di akar).
11. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh telur.
12. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk
membunuh kutu atau tuma.
13. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan
13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
14. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
16. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
15. Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
16. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang
daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
C. Formulasi dan Kimia Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam
bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi
sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini
beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama
dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut
tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka
tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi
pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta
bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi
tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80
mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain.
Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan
G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat
pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang
banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila
pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan
bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen
atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume)
dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman
kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang
berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur.
Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau
atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen,
phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam
adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
D. Cara dan Petunjuk Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya
manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya
penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di
antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin
yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila
suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula
kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang
menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan
pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan
penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di
samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran
tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk
mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan
dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah
jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan
untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah
jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau
satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam
label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida :
1) Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida
dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
2) Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram
setiap liter air.
3) Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase
kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti
knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi
sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang
dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet :
a. Veri coarse spray lebih 300 µm
b. Coarse spray 400-500 µm
c. Medium spray 250-400 µm
d. Fine spray 100-250 µ
e. Mist 50-100 µm
f. Aerosol 0,1-50 µm
g. Fog 5-15 µm

Anda mungkin juga menyukai