Anda di halaman 1dari 10

YAYASAN SASMITA JAYA

UNIVERSITAS PAMULANG

UJIAN TENGAH SEMESTER


Mata kuliah : Hukum Tata Negara
Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum
Semester/kelas : 2/Reguler ( C )
Dosen : Wahib, SH., MH
Kelas : C.107
Sifat : Close book

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Terdapat dua istilah yang digunakan dengan objek yang sama, pengantar hukum tata
negara dan hukum tata negara, jelaskan dari kedua istilah tersebut?
2. Jelaskan hubungan antara ilmu politik dengan hukum tata negara?
3. Sebut dan jelaskan sumber-sumber hukum tata negara!
4. Dalam hukum tata negara terdapat metode penafsiran historis, jelaskan mengenai hal
tersebut dan aspek-aspek yang ada didalamnya?
5. Sebutkan ciri negara hukum dalam Eropa Continental dan Anglo saxon?
6. Sebut dan jelaskan bentuk-bentuk negara dan bentuk pemerintahan yang anda ketahui!
7. Sebutkan perbedaan sistem pemerintahan sebelum dan sesudah amandemen UUD NRI
1945?
Nama : Muzzaqi Kurniawan

NIM : 201010201195

Kelas : 02HUKP011

JAWABAN

1. Hukum Tata Negara dapat dirumuskan sebagai sekumpulan peraturan hukum yang mengatur
organisasi daripada Negara, hubungan antar alat perlengkapan Negara dalam garis vertical dan
horizontal, serta kedudukan warga negaradan hak asasinya. Dalam arti luas, Hukum Tata Negara
itu meliputi juga pengertian Hukum Administrasi Negara, tetapi untuk lebih mudahnya, Hukum
Tata Negara itu dapat dianggap sebagai suatu cabang ilmu yang dapat dipakai untuk berbagai
macam kegunaan hukum yang menentukan organisasi, kekuasaan, dan tugas-tugas otoritas
administrasi. Dengan demikian, Hukum Tata Negara tidak hanya mengatur wewenang dan
kewajiban alat-alat perlengkapan negaranya saja, tetapi juga mengatur mengenai warga Negara
dan hak-hak asasi warga Negara.

2. Hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Ilmu Politik mengibaratkan apabila Hukum
Tata Neegara adalah kerangka tubuh manusia, sedangkan Ilmu Politik adalah daging yang
melekat padanya. Bila sarjana Ilmu Politik melihat Negara sebagai suatu kontrol dimana Negara
merupakan perkumpulan untuk suatu tujuan tertentu, lain halnya dengan sarjana Hukum yang
melihat Negara sebagai organisasi fungsi-fungsi. Dapat dikatakan bahwa Negara dalam
kenyataanya tersirat hubungan yang saling mengisi satu sama lain antara Hukum Tata Negara
dengan Ilmu Politik. Hanya saja terhadap kebutuhan ilmu pengetahuan kedudukan keduanya
terpisah dalam lingkup pengkajiannya. Hukum Tata Negara dalam arti luas yang terdiri dari
barisan teori-teori tentang kenegaraan yang secara historis berawal dari kumulasi-kumulasi
resultan politik tertentu. Sehingga demikian bagi sarjana Hukum yang ingin fokus dengan kajian
Hukum Tata Negara perlu memahami pula Ilmu Politik sebagai penunjang.
3. Sumber-sumber hukum tata negara ada lima, yaitu:

o Undang-Undang Dasar dan peraturan perundang-undangan tertulis


Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar yang berlaku di suatu negara. Hukum ini
tidak mengatur halhal yang terperinci melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang
menjadi dasar peraturan-peraturan lainnya. Undang-Undang Dasar merupakan naskah
konstitusi yang tertulis dalam satu kodifikasi. Indonesia memiliki UndangUndang Dasar
1945 sebagai hukum dasar, yang mana sebelumnya pernah berubah-ubah. Pertama
naskahnya berupa UUD 1945 periode pertama dari tahun 1945 sampai 1949. Periode
kedua konstitusi RIS tahun 1949. Ketiga, UUDS 1950. Keempat, UUD 1945 periode
kedua tahun 1959 sampai 1999. Kelima, UUD 1945 periode ketiga tahun 1999 sampai
2000. Keenam, UUD 1945 periode keempat tahun 2000 sampai 2001. Ketujuh, UUD
1945 periode kelima tahun 2001-2002 dan terakhir UUD 1945 periode keenam tahun
2002 sampai sekarang.
o Yurisprudensi peradilan
Istilah Yurisprudensi, berasal bahasa Latin, yaitu dari kata “jurisprudentia” yang berarti
pengetahuan hukum. Kata yurisprudensi sebagai istilah teknis peradilan sama artinya
dengan kata” jurisprudentie” dalam bahasa Belanda dan “jurisprudence” dalam bahasa
Perancis, yaitu peradilan tetap atau hukum peradilan. Contohnya di Indonesia adalah
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 008/PUUIV/2006 pelarangan
anggota partai terlarang menjadi caleg.
o Konvensi ketatanegaraan
Konvensi-konvensi ketatanegaraan (Conventions of the Constitution) yang berlaku dan
dihormati dalam kehidupan ketatanegaraan, walaupun tak dapat dipaksakan oleh
pengadilan apabila terjadi pelanggaran terhadapnya. Dari apa yang dikemukakan oleh
AV Dicey tersebut jelaslah bahwa konvensi ketatanegaraan harus memenuhi cirri-ciri
sebagai berikut:
a. Konvensi itu berkenaan dengan hal-hal dalam bidang ketatanegaraan
b. Konvensi tumbuh, berlaku, diikuti dan dihormati dalam praktik penyelenggaraan
Negara
c. Konvensi sebagai bagian dari konstitusi, apabila ada pelanggaran terhadapnya tak
dapat diadili oleh badan pengadilan
o Hukum internasional tertentu
Hukum public internasional secara umum dianggap menjadi sumber hukum tata negara.
Meskipun samasama menjadikan negara selaku subjek hukum sebagai obyek kajiannya,
antara hukum tata negara dengan hukum internasional public jelas dapat dibedakan satu
sama lainnya. Hukum tata negara dari segi internalnya, sedangkan hukum internasional
melihat negara dari hubungan eksternalnya dengan subyek-sebyek negara lain.
Contohnya:
a. Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan Diplomatic.
b. Konvensi Wina 1969 Tentang Hubungan Konsuler.
c. Konvensi New York 1969 Tentang Misi Khusus.
d. Konvensi Wina 1975 Tentang Perwakilan Negara Pada Organisasi Internasional.
o Doktin ilmu hukum tata negara
Doktrin TOBAR yaitu mengenai kesepakatan 5 negara yang tidak mengakui
pemerintahan hasil pemberontak atau perebutan kekuasaan dan hanya akan mengakui
apabila secara konstitusionalitas negara terpenuhi. Artinya meski pemerntah itu efektif
memegang kekuasaan, pengakuan harus ditangguhan sampai rakyat di negara itu melaui
suatu pemilu yang bebas telah menyatakan sikapnya terhadap pemerintahan baru itu.
Doktrin ini disetujui Presiden AS woordrow yang berbeda dengan Presiden Jefferson
dengan de facto isme nya sejak 1913.

4. Metode penafsiran historis ini, menurut Utrecht, dilakukan dengan (i) menafsirkan menurut
sejarah hukum (rechtshistorische interpretatie), dan; (ii) menafsirkan menurut sejarah penetapan
suatu ketentuan (wetshistorische interpretatie). Penafsiran menurut sejarah, menurut Utrecht,
merupakan penafsiran luas atau mencakup penafsiran menurut sejarah penetapan. Kalau
penafsiran menurut sejarah penetapan dilakukan dengan cara mencermati laporan-laporan
perdebatan dalam perumusannya, suratsurat yang dikirim berkaitan dengan kegiatan perumusan,
dan lain-lain, sedangkan penafsiran menurut sejarah hukum dilakukan menyelidiki asal naskah
dari sistem hukum yang pernah diberlakukan, termasuk pula meneliti asal naskah dari sistem
hukum lain yang masih diberlakukan di negara lain. Bagi hakim, menurut Scolthen, makna
penafsiran historis berdasarkan kebutuhan praktik. Pada umumnya yang penting bagi hakim ialah
mengetahui maksud pembuat naskah hukum yang ditetapkan. Hukum bersifat dinamis dan
perkembangan hukum mengikuti perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, makna yang dapat
diberikan kepada suatu kata dalam naskah hukum positif sekarang berbeda dengan maknanya
pada waktu ditetapkan. Oleh sebab itu pula, penafsiran menurut searah hakikatnya hanya
merupakan pedoman saja18. Akan tetapi, penafsiran historis tidak hanya menelaah risalah
sebagai story perumusan naskah, tetapi juga menelaah sejarah sosial, politik, ekonomi, dan social
event lainnya ketika rumusan naskah tersebut dibahas.

5. Ciri Negara Hukum dalam Eropa Continental yaitu sebagai suatu upaya untuk mengurangi
keabsolutan raja dalam negara. Untuk itu harus dilakukan suatu perjanjian masyarakat pada
pihak raja, di mana rakyat memberikan kekuasaan pemerintahan, dan raja harus menjamin
ketenteraman masyarakat. Upaya tersebut kemudian terkenal dengan istilah kontrak sosial (social
contract) lewat tokoh‐ tokohnya seperti diuraikan di atas. Tetapi agar tindakan sewenang‐wenang
dari penguasa tidak terulang lagi, maka kekuasaan yang diserahkan tersebut harus dipisah‐
pisahkan berdasarkan konstitusi, maka diadakanlah bentuk pemisahan kekuasaan (saparation of
power) dalam pemerintahan negara. Dalam bentuk pemisahan kekuasaan ini, yang lebih dikenal
dengan Trias Politica, kekuasaan negara harus dilaksanakan oleh tiga badan organisasi yang satu
sama lain berbeda fungsinya secara terpisah, yaitu badan legislatif (kekuasaan membuat undang‐
undang), badan eksekutif (kekuasaan melaksanakan undang‐undang atau pemerintahan) dan
badan yudikatif (kekuasaan menegakkan dan menafsirkan undang‐undang atau kekuasaan bidang
peradilan).

Ciri Negara Hukum dalam Anglo saxon yaitu adanya supremasi hukum (supremacy of law)
dalam arti tidak boleh ada kesewenang‐wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum, adanya kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik
bagi rakyat biasa maupun pejabat, dan adanya penegasan serta perlindungan hak‐hak manusia
melalui konstitusi (constitution based on individual rights and enforced by the courts) dan
keputusan‐ keputusan pengadilan.
6. Bentuk Negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan
secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara
keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat isinya, sedangkan secara yuridis jika negara\ peninjauan
hanya dilihat dari isinya atau strukturnya. Sedangkan secara yuridis jika negara\ peninjauan
hanya dilihat dari isinya atau strukturnya.

 Negara Kesatuan

Negara yang menganut bentuk Negara kesatuan salah satunya adalah Negara kita tercinta
Indonesia, maka dari itu Indonesia juga sering disebut dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau NKRI. Negara kesatuan adalah Negara yang pemerintahan tertingginya
dilakukan oleh pemerintah pusat yang memberlakukan aturan berdasarkan undang-
undang yang berlaku. Pemerintah pusat juga diberi hak untuk dapat melimpahkan
kekuasaannya kepada daerah-daerah yang tingkatannya lebih kecil di dalamnya seperti
provinsi dan kabupaten. Pemerintah bisa memberikan hak otonomi daerah kepada daerah
di bawahnya untuk dapat menjalankan aturannya sendiri namun tentunya tetap
berdasarkan aturan dan keputusan dari pusat.

 Negara Federasi

Negara federasi ini sangat cocok digunakan oleh Negara yang memiliki kawasan yang
sangat luas sehingga untuk dapat melaksanakan semua pemerintahannya secara
menyeluruh dengan baik maka dibutuhkan adanya pembagian pusat dari pemerintah
pusat kepada unsur-unsur daerah dibawahnya seperti Negara bagian, wilayah, republic,
provinsi dan lainnya. Kedaulatan Negara tersebut tetap dimiliki oleh pemerintah federal
yang berada di pusat namun Negara-negara bagian lain di dalamnya juga memiliki
kekuasaan yang besar untuk mengatur rakyatnya sendiri. Hal ini tentunya merupakan
kekuasaan yang lebih besar daripada daerah-daerah yang ada di Negara kesatuan.
Akibatnay Negara federasi lebih mudah dalam mengatur pemerintahannya karena
kekuasaan dan kewajiban langsung dibagikan kepada Negara bagian di dalamnya. Negara
federasi ini dikenal dengan nama bentuk Negara Serikat. Salah satu contoh bentuk
Negara federasi adalah Amerika Serikat.

Bentuk Pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan
kekuasaannya atas suatu komunitas politik.

 Monarki Pemerintahan adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Dalam prakteknya, monarki ada tiga jenis yaitu: Monarki absolut , monarki konstutional,
dan Monarki parlementer:

a) Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu
orang raja atu ratu. Termasuk dalam kategori ini adalah negara Arab saudi, Brunae,
Swazilan, bhutan, dll.

b) Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala negaranya


(perdana mentri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan kostitusi nagara. Praktek monarki
konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktekan di beberapa negara, seperti
Thailand, Jepang, Inggris, jordania dan lan-lain.

c) Monarki parlamenter adalah bentuk pemerintahan yang bertanggung jawab atas


kebijaksanaan pemerintahannya adalah mentri, Termasuk dalam kategori ini adalah
negara Inggris, Belanda, dan Malaysia.

 Oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang berkuasa dari
golongan atau kelompok tertentu

 Demokrasi adalah pemerintahan yang bersandarkan pada kedaulatan rakyat atau


bendasarkan kekuasaannya pada pilihan atau kehendak rrakyat malalui mekanisme
pemulihan Umum (pemilu) yang berlangsung secara jujur, bebas, dan adil.
7. A. Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum di Amandemen

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 sebelum Di amandemen tertuang
dalam penjelesan UUD 1945 yang membahas 7 kunci pokok sistem pemerintahan negara
Indonesia, yaitu :

1. Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)

2. Sistem Konstitusinal.

3. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR.

4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6. Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab terhadap DPR.

7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

B. Sistem Pemerintahan Indonesia Sesudah di Amandemen

Setelah terjadi amandemen, Sistem Pemerintahan Indonesia mengalami perubahan pokok-pokok


kunci pemerintahan, yaitu :

1. Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah Negara terbagi menjadi
beberapa provinsi.

2. Bentuk pemerintahan adalah Republik.


3. Sistem pemerintahan adalah Presidensial.

4. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.

5. Kabinet atau menteri diangkat leh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

6. Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.

7. Kekuasaan yudikatif dijalankan leh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya.

Anda mungkin juga menyukai