Anda di halaman 1dari 13

Tugas

Perkebunan Presisi
“Pengaplikasian Manajemen Pemupukan Pada Tanaman Kelapa Sawit”

Oleh:
Kelompok 3
1. INDAH SILFIA MAHARANI ( 01.02.20.145)
2. KHOIRUNNISA SIAGIAN (01.02.20.146)
3. M. RISKI ARIANDA HASIBUAN (01.02.20.147)

Catatan: 4. M. TAUFIQ HIDAYAT (01.02.20.148)


5. plagiat,karena
1. Tulisan adaalh MELISA SIHOMBING (01.02.20.149)
mengkopi dari pihak lain
2. Tata letak tidak teratur
3. Daftar pustaka tidak sesuai dengan yang ada dalam tulisan (seharsnya yang ada
kutipan di dalam, harus ada pada daftar pustaka, yang tidak ada jangan ditulis di
daftar pustaka)

PERKEBUNAN PRESISI
Nilai : 65 JURUSAN PERKEBUNAN PRESISI
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN 2022
ABSTRAK
Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan dampak positif bagi
pembangunan pertanian. Precision farming adalah konsep pertanian yang didasarkan pada
variabilitas lahan pertanian, dan merupakan pendekatan untuk menentukan tindakan yang tepat
pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat yang tepat. Petanian presisi memiliki
banyak aspek diantaranya, pengukuran, pemetaan hasil, aplikasi laju tidak tetap dan pengindraan
jarak jauh. Manfaat dari precision farming adalah meningkatkan efisiensi dan efektiftas
pengelolaan lahan dari berbagai aspek seperti aspek agronomi, teknik dan eknomi. Khusus untuk
aspek lingkungan dapat mengurangi pencemaran misalnya dengan peningkatan akurasi estimasi
kebutuhan nitrogen akan mengurangi tingkat cemaran karena nitrogen yang terbawa run-off di
minimalisasi. Keuntungan lain yang didapat petani adalah terbentuk sistem basis data akurat
yang bisa membantu petani untuk mencatat data-data usaha tani dan hasil panen, sehingga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan. Saat ini berbagai jenis teknologi yang mendukung
implementasi pertanian presisi sudah banyak dikembangkan di Indonesia, walaupun sekarang
masih pada tahap riset dan uji coba. Namun demikian hal ini sudah menunjukkan Indonesia akan
menuju dan dapat mengimplementasikan pertanian presisi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman
menjadi relatif stabil (Pahan, 2010). Selain itu, pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi
persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk dilakukan
dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis pupuk ditentukan
berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Waktu
pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal umur tanaman. Peningkatkan produktivitas tanaman dapat
dilakukan dengan pemupukan yang efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Setiap perkebunan
sawit memiliki cara atau teknik memupuk yang berbeda-beda. Hal ini dikarenkan perbedaan lahan dan
kebijakan perkebunan yang berbeda sehingga teknik-teknik yang diterapkan tidak sama.

Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua yaitu, pemupukan pada
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan
ini didasarkan pada tujuan pemupukannya. Pemupukan pada TBM lebih ditujukan untuk
memacu pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pemupukan pada TM ditujukan untuk
mendukung pertumbuhan generatif. Secara umum pemupukan bermanfaat menyediakan unsur
hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan produksi yang maksimal dapat
tercapai (Qomar, 2010) (Tulisan ini kamu kopi dari :
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
MTI0ZTdmMGQwZWJjYjE1MWM1YTgzNzNiZTNiMGJkMmYyNjZjOWEzNQ==.pdf)

Adiwiganda (2005) menyatakan bahwa hambatan aplikasi pupuk akibat proses pengadaan
misalnya hambatan trasportasi pupuk dapat meningkatkan biaya pengadaan sebesar 20-40%,
selain itu kehilangan pupuk saat proses pengangkutan dan pengeceran dilapangan, pupuk tidak
diaplikasi sesuai dengan dosis per pokok,serta alat yang digunakan tidak tepat dapat
menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun. Dalam meningkatkan produktivitas tanaman
kelapa sawit, diperlukan penggunaan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen
pemupukan. Manejemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan
biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang jumlahnya relative besar. Biaya pemupukan di
perkebunan kelapa sawit tergolong tinggi, yaitu sekitar 30% dari total biaya produksi atau sekita
40-60% dari total pemiliharaan (Rahutomo et al, 2006).
A. Rumusan Masalah
- Apa itu Perkebunan Presisi?
- Manajemen Pemupukan dalam budidaya tanamam kelapa sawit
B. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai media informasi pentingnya perkebunan presisi dalam perkebunan kelapa


sawit.

2. Diharpakan dapat memberikan informasi pentingnya manjemen pemupukan dalam


Perkebunan Presisi

3. Menginformasikan pengaplikasian manajemen pemupukan pada tanaman kelapa


sawit..
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkebunan Presisi( Precision Farming)


Precision farming atau precision agriculture merupakan pendekatan untuk
menentukan tindakan yang tepat pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat
yang tepat. Precision farming membutuhkan teknologi baru seperti global positioning sys
positioning system (GPS), sensor tanah, sensor tan tem (GPS), sensor tanah, sensor
tanaman, sensor ham aman, sensor hama, satelit atau foto a, satelit atau fotoudara, dan
sistem informasi geografis (SIG) untuk menilai dan memahami berbagai variabel lahan
(Manalu, 2013). Pertanian presisi bertujuan untuk memberikan input
pada lahan berdasarkan berdasarkan pada lokasi yang tepat, sesuai dengan kondisi
kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Pertanian presisi juga berkonstribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di
Indonesia. Ketahanan pangan sebagai situasi pada saat semua orang dalam segala waktu
memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang
sehat dan aktif. Ketahanan pangan dijelaskan dalam 4 pilar, yakni food availability,
physicial and economic access to food, stability of supply and access, and food
utilization. . Produktivitas tanaman pangan t aman pangan tergantung pada kualitas
ergantung pada kualitas lahan yang digunakan. Jika pada pemilihan lahan pada awal
pembangunan tanaman areal-areal yang tidak produktif tidak disisihkan, maka kerugian
(finansial) yang cukup  besar akan terjadi. terjadi. Saat ini, penentuan penentuan jenis
budidaya budidaya tanaman tanaman pangan yang sesuai ditanam pada suatu lahan
tertentu masih dilakukan secara manual, yaitu membandingkan data-data yang ada di
lapangan dengan kriteria persyaratan  penggunaan lahan untuk tanaman pangan tertentu .

B. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk kelas monocotyledone, ordo
Palmaes, famili palmaceae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis. Menurut Lubis
(1992). Tanaman kelapa sawit diperkirakan berasal dari Guina, pantai barat Afrika.
Tanaman ini memiliki nama latin Elaeis guineensis Jacq. dengan taksonomi sebagai
berikut :
Divisi : Tracheophyta
Sub-divisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Monocotyledone
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Sub-famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit dibedakan


dalam beberapa varietas diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macrocarya dan Diwikka-
wikka. Perbedaan ketebalan tempurung dan daging buah pada tiga varietas pertama, yaitu
Dura memiliki tempurung tebal (2- 8mm) dengan daging buah yang relatif tipis (35%-
50% terhadap daging buah), Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan
hampir tidak ada tempurungnya, tetapi memiliki daging buah yang tebal atau lebih tebal
dari daging buah Dura dan Tenera memiliki tempurung yang tipis (0.5-4mm) dengan
daging buah yang sangat tebal (60-96% terhadap buah); sedangkan berdasarkan warna
kulit buah, kelapa sawit dibedakan dalam beberapa varietas diantaranya Nigrescens,
Virescens dan Albescens .
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh
ke bawah dan ke samping membentuk akar primer yang tumbuh ke bawah di dalam tanah
sampai batas permukaan air tanah, akar sekunder, tersier, dan kuarter yang tumbuh
sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan
atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Akar tersier dan kuarter
merupakan bagian perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar
tersebut banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar (caliptra).
Bulu-bulu akar tersebut paling banyak ditemukan pada jarak 2-2.5 m dari
pangkal batang dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada bagian tersebut tanahnya
akan lebih remah dan lembab sehingga merupakan lokasi yang paling sesuai untuk
penyebaran pupuk (Fauzi et al.,2002). Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang
dapat hidup sampai ratusan tahun, sehingga keberadaannya di lapang dapat dipertahankan
untuk jangka waktu yang lama (Komalaningtyas, Ikhwan dan Asmono, 2000 dalam
Marliani 2006). Sastrosayono (2003) menambahkan bahwa tanaman sawit secara alamiah
bisa mencapai umur 100 tahun. Akan tetapi, tanaman kelapa sawit yang ditanam di
perkebunan harus diremajakan sebelum mencapai umur 100 tahun, karena produksi
buahnya sudah menurun. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit adalah 25-35 tahun.
Batang kelapa sawit tidak berkambium karena termasuk tanaman monokotil dan
umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-
75 cm. tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah
daun. Pertumbuhan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi
batang bertambah 25-45 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara
15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tergantung
pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat .

C. Manajemen pemupukan

Manajemen pemupukan adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk


mencapai proses pemupukan yang telah ditentukan. Tujuan manajemen pemupukan
adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan untuk mencapai
pemupukan yang efisien dan efektif, memenuhi prinsip lima tepat, yaitu: tepat waktu,
dosis, cara, jenis, dan tepat tempat. Persiapan pemupukan terbagi menjadi tiga yaitu
persiapan pupuk, organisasi penguntilan dan persiapan lapangan. Karung bekas (bekas
pembungkus pupuk) dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di tempat untilan.
Selanjutnya, karung tersebut diserahkan ke kantor afdeling guna memastikan jumlah
untilan yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh pupuk sudah
ditabur dan tidak ada yang hilang (Pahan, 2008). Terdapat aspek manajerialpemupukan
tanaman kelapa sawit yang perlu diperhatikan yaitu, perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan (Pahan, 2008). Efisiensi merupakan nisbah antara hara yang
dapat diserap tanaman dengan hara yang diberikan. Makin banyak hara yang dapat
diserap dari pupuk yang diberikan tersebut, maka nilai efisiensi penyerapan semakin
tinggi. Nilai efisiensi serapan hara secara umum adalah untuk N = 40-60% , P = 15-20%
dan K = 40-60%. Hara yang tidak dapat diserap oleh tanaman dapat disebabkan hilang
karena terlindi, menguap, terbawa air limpasan dan erosi, tersemat, diambil oleh
mikrobia, atau mengendap di dalam tanah (Zhang et al., 2009)

D. Pemanfaaatan manajemen pemupukan Pada Perkebunan Kelapa Sawit


Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan antara
lain: pupuk diberikan secara tepat (dosis, bentuk, waktu, cara). Penggunaan pupuk
anorganik bersama-sama dengan pupuk organik dilaporkan mampu meningkatkan
efisiensi serapan hara. Pupuk yang dibuat lepas terkendali (controlled released fertilizer)
atau lepas lambat (slow released fertilizer) dimaksudkan untuk melepas hara sesuai
dengan kebutuhan tanaman (Zhang et al., 2009). Jenis pupuk yang umum digunakan
dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk anorganik dan pupuk organik. Dalam
aplikasi di lapangan diperlukan rekomendasi pemupukan yang baik agar biaya pupuk
yang mahal dapat memberikan keuntungan tinggi baik melalui peningkatan produksi
maupun penggunaan pupuk yang lebih efektif dan efisien. Pemupukan kelapa sawit
memerlukan beberapa pertimbangan yaitu hasil analisa tanah, hasil analisa daun, gejala
defisiensi hara dan kondisi di lapangan, produktivitas kelapa sawit, kondisi iklim
( Sugiyono et al, 2005)Sebagian besar areal tanaman kelapa sawit di Indonesia
dikembangkan di tanah mineral yang terdiri atas berbagai jenis tanah. Setiap jenis tanah
mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda baik fisik maupun kimia, yang merupakan
faktor penting dalam menentukan produktivitas kelapa sawit (Sukarji et al., 2000).
Analisis tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk menentukan jenis dan
dosis pupuk. Berdasarkan analisis tanah tersebut dapat diketahui sifat kimia yang menjadi
faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Perbaikan kesuburan tanah atau
status tanah ke tingkat cukup dan berimbang, serta bebas dari unsur yang bersifat racun
seperti Al akan memberikan peluang tercapainya produksi kelapa sawit yang tinggi
(Sugiyono et al, 2005).Kandungan hara (di dalam jaringan) tanaman memberikan
informasi tentang status hara tanaman. Dengan melihat status hara tersebut diperoleh
gambaran jumlah pupuk yang harus ditambahkan di masa yang akan datang umumnya
dalam periode 1 tahun. Umumnya, dibuat berdasarkan pada kandungan hara di dalam
daun dan membandingkannya dengan konsentrasi hara yang kritis / nilai kritis atau
dengan metode yang lebih canggih, misalnya dengan mempertimbangkan kandungan
hara yang aktif (mobil) seperti pada unsur Ca dan Fe. Selain itu, dapat juga digunakan
rasio hara kompleks dan hara sederhana. Pada nilai kritis kandungan hara, biasanya
tingkat produksi yang diharapkan berkisar 80- 100 % dari potensi produksi yang
sebenarnya. Analisis daun dapat memberikan informasi tentang ketidakseimbangan hara
(Pahan, 2011). Analisis daun sangat tepat dilaksanakan pada tanaman kelapa sawit karena
tanaman kelapa sawit memproduksi daun dan tandan sepanjang tahun secara teratur
sehingga memudahkan tim pengambil daun untuk pengumpulan daun pada umur
fisiologis tertentu (IOPRI, 2007). Menurut penelitian sebelumnya, pemberian pupuk K
cenderung menurunkan kadar Mg di dalam daun, namun secara statistik tidak berbeda
nyata. Kadar hara Mg daun kelapa sawit pada tanah gambut tergolong tinggi berkisar
0,49-0,53% Mg, sedangkan kadar hara Mg daun pada tanah mineral hanya sekitar 0,25 %
Mg (Sugiyono et al., 2005)Tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat
ditaburkan. Ada yang di dalam bokoran di tempat yang bersih dari gulma, ada juga yang
ditempatkan di luar bokoran dimana gulma lunak masih dapat tumbuh. Sebelum kegiatan
pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang tidak boleh
dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling tidak ada jarak sekitar
12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk lainnya. Tempat penyebaran pupuk
pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan umur 1 bulan sampai pelepah
menutupi bokoran adalah seluruh tempat di bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus
ditaburkan di luar bokoran, di atas penutup tanah. Cara tersebut juga dilakukan pada
TBM yang pelepahnya sudah melewati bokoran. Sedangkan tempat penaburan pupuk
pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dibedakan berdasarkan sifat masing-
masing pupuk yaitu:
(a) nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran,
(b) P2O2dan MgO (Phosphate dan magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari
tanaman sampai ujung bokoran. Namun, apabila Rock phosphate yang
digunakan, maka tempat penaburan pupuk adalah di gawangan di pinggir
rumpukan pelepah dan di atas gulma lunak yang tumbuh disana (Hakim, 2007).
Menurut Sastrosayono (2003), cara menempatkan pupuk akan mempengaruhi
jumlah pupuk yang diserap akar tanaman. Penempatan pupuk juga berpengaruh terhadap
hasil TBS (PPKS, 2003). Cara pemupukan yang direkomendasikan oleh PPKS
berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan adalah dengan cara menabur
pupuk (P, K, Mg) secara merata di piringan pada jarak 1,5 m dari pangkal batang ke arah
pinggir piringan, sedangkan pupuk N dianjurkan agar dibenam dalam tanah. Pada daerah
piringan yang belum dilengkapi dengan tapal kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan
dengan cara dibenamkan (untuk seluruh jenis pupuk) pada beberapa lubang di sekitar
pohon.
Menurut Adiwiganda (2007) waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh
keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan kondisi relief,
dan proses pengadaan pupuk. Setyamidjaja (2006) menambahkan bahwa waktu
pemberian pupuk pada TBM didasarkan kepada umur tanaman. Jadi, pemupukan tidak
dilaksanakan pada patokan pemupukan pada awal atau akhir musim hujan. Pahan (2010)
menyatakan bahwa manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada bulan-bulan
dengan curah hujan berkisar 100-250 mm/bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup
basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman.

Dosis Pupuk Tanaman Kelapa Sawit


Pupuk adalah makanan (unsur hara) yang sangat dibutuhkan bagi tanaman,
pemupukan atau pupuk yang baik harus cukup sesuai kuantitas dan kualitas yang
diperlukan tanaman. Proses pemupukan berhubungan erat dengan petani, tetapi saat ini
banyak petani yang mengarah ke keadaan konsumtif dan kurang peduli terhadap
penurunan produksi kelapa sawit akibat pengelolaannya kurang optimal terutama pada
aspek pemupukannya. Rendahnya pengetahuan petani dalam menginterpretasi fenomena
hubungan tanah-tanaman merupakan faktor yang berkontribusi besar pada perubahan
perilaku tersebut. Notohadiprawiro, (2000) menambahkan bahwa untuk mengatasi
permasalahan tersebut perlu dilakukan suatu teknologi pengolahan yang tepat dan efisien,
salah satunya adalah dengan pemberian pupuk yang tepat. Untuk mengetahui dosis pupuk
yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan jumlah hara
yang diserap tanaman, status hara dalam daun, hara yang terangkut bersama hasil panen,
hara yang kembali ke tanah, hara yang hilang dari zona perakaran, dan kemampuan tanah
dalam menyediakan unsur hara (Siahaan et all, 2010)Masih banyak petani yang
memupuk kelapa sawitnya memakai pupuk tunggal terdiri dari Urea sebagai sumber
Nitrogen, SP-36 sebagai sumber Phosfat dan KCl sebagai sumber Kalium dengan dosis
seadanya tanpa menghiraukan anjuran dari perusahaan. Praktiknya rata-rata petani
memupuk sawit dengan jumlah 1,0 kg untuk sawit muda dan 2,0 kg per pohon untuk
sawit produktif, terdiri dari pupuk N, P dan K untuk setiap semesternya. Jumlah pupuk
yang diberikan ini masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman sawit dimana
berdasarkan anjuran perusahaan kebutuhan sawit muda dan produktif akan pupuk
masing-masing sebanyak 4,0 kg dan 8,0 kg/pohon/6 bulan. Kondisi tersebut didorong
oleh beberapa diantaranya dalam memperoleh pupuk, masalah transportasi dan cara
pemberian pupuk (Pahan, 2008).
Dosis pupuk N,P,K dan Mg yang optimum untuk tanaman kelapa sawit umur 8-10
tahun pada macam tanah Typic Dystropopt adalah 3,0 kg urea/pohon/tahun dan 0,75 kg
Kieserit/pohon/tahun (Sukarji et al., 2000).

Pemupukan Hara Spesifik Lokasi


Pada saat ini di Indonesia belum memiliki prosedur oprasional baku (POB) atau
best management practices untuk rekomendasi pemupukan hara spesipik lokasi (PHSL)
yang dibangun berdasarkan analis tanah bahkan pemupukan masih belum masuk kedalam
salah satu faktor dari POB tersebut. Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat
bervariasi sehingga sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan hasil kelapa sawit
secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman khususnya P dan K
terutama di daratan rendah lahan kering belum tersedia, sedangkan data status tersebut
sangat diperlukan sebagai dasar acuan untuk menentukan rekomendasi pemberian pupuk
pada setiap pertanaman (Abdilla Wira, 2016)Pemupukan berimbang yang didasari oleh
konsep “Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi” (PHSL) adalah salah satu konsep penetapan
rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat
kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna:
(a) meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman,
(b) meningkatkan efisiensi pemupukan,
(c) meningkatkan kesuburan tanah, dan
(d) menghindari pencemaran lingkungan (Deptan, 2007).
Program PHSL memperhitungkan setiap jawaban yang diberikan oleh petani atas
pertanyaan yang diajukan guna menghasilkan petunjuk atau rekomendasi pemupukan.
Tingkat kesuburan lahan petani biasa berbeda-beda antara petani satu dengan yang
lainnya. Bahkan petakan sawah yang letaknya berdampingan sekalipun bisa saja
memiliki tingkat kesuburan yang berbeda. Sehingga seorang petani yang memiliki dua
atau lebih petak sawah tidak bisa menerapkan cara pemupukan yang sama untuk setiap
petak sawah mereka (Abdilla Wira, 2016) Oleh sebab itu, dalam menjawab pertanyaan
PHSL, dipastikan bahwa jawaban petani sudah benar sesuai kondisi lahan masing-
masing, selain itu diperlukan juga waktu yang tepat dalam menjawab pertanyaan PHSL
agar rekomendasi yang dihasilkan juga tepat (Abdilla Wira, 2016)

ANALISIS DAUN KELAPA SAWIT


Tujuan utama analisis daun kelapa sawit yaitu menentukan ragam dan dosis
pupuk yang paling tepat diberikan kepada tanaman kelapa sawit serta mengetahui
banyaknya unsur hara yang dibutuhkan oleh pokok kelapa sawit. Sementara itu, manfaat
yang diperoleh dari analisis tersebut ialah dapat mengidentifikasi pelepah pertama,
ketiga, kesembilan, dan ketujuh belas serta dapat menilai kondisi lahan secara visual dan
membuat sampel kering untuk dianalisa di dalam laboratorium.

langkah-langkah dalam menganalisis daun kelapa sawit!

Langkah 1 : Penentuan Lokasi Percontohan

Pekerjaan LSU bisa dilakukan baik di tiap-tiap blok yang berbeda maupun gabungan dari
beberapa blok yang memiliki kesamaan. Penentuan blok yang akan dijadikan percontohan harus
memenuhi syarat yang dapat mewakili kondisi di blok-blok yang lain. Penentuan blok lokasi
pengambilan sample ini juga perlu didasarkan pada Ha Statement yaitu data wilayah yang akan
dilakukan pengambilan contoh daun. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam pekerjaan
LSU.

Langkah 2 : Persiapan Peralatan dan Kelengkapannya

Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan LSU di antaranya egrek,
pengait, gunting, dan alat tulis. Sebagai tempat penyimpanan sampel daun dapat digunakan
kantong plastik, dan diperlukan juga field observation card/kartu pengamatan lahan untuk
mengamati kondisi lahan serta tanaman. Alat-alat pendukung lain yang juga dibutuhkan guna
memperlancar pekerjaan ini meliputi peta, kompas, kartu label, parang, aquadest, oven, dan
kapas.

Langkah 3 : Penentuan Pokok Tanaman Percontohan


Terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh pokok kelapa sawit yang akan dijadikan
sebagai sampling. Pokok tersebut harus dalam kondisi sehat dan tumbuh secara normal. Pokok
juga bukan merupakan pokok sisipan dan tidak berbatasan kampung dengan jalan, parit, atau
sungai. Pokok kelapa sawit percontohan juga sebaiknya tidak bersebelahan dengan pohon sisipan
serta tidak terserang hama dan penyakit.
Langkah 4 : Penentuan Daun Contoh yang Diambil

Pada tanaman yang menghasilkan, daun contoh yang akan diambil adalah daun nomor 17.
Recallijnya pada tanaman yang belum menghasilkan bisa diambil daun nomor 9. Sementara pada
tanaman yang dibudidayakan di lahan gambut perlu dilakukan pula pengambilan sampel daun
nomor 3 untuk meneliti kekurangan unsur hara mikro pada tanaman. Perlu diketahui, daun
kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8, di mana lingkaran atau spiralnya berputar ke kiri atau ke
kanan.

Daun nomor satu adalah daun yang paling muda dan telah terbukan seluruhnya. Daun nomor tiga
berada di antara daun pertama dan daun keenam sesuai dengan spiral dari tanaman tersebut.
Sementara itu, daun ke-9 bertempat di sumbu yang sama dengan daun pertama, tetapi agak ke
kanan pada spiral kiri atau agak ke kiri pada spiral kanan.

Langkah 5 : Prosedur Pengambilan Sample Daun


Untuk mengambil contoh daun, Anda perlu menemukan nomor daun yang akan diambil terlebih
dahulu. Kemudian potong pelepahnya, tetapi bila masih bisa dijangkau maka pelepah cukup
dikait saja. Setelah itu, ambil 4 anak daun dari titik ujung yang datar pada posisi tengah pelepah.
Hal ini biasanya ditandai dengan adanya duri/ekor kadal pada pelepah kelapa sawit tersebut.
Jumlah anak daun yang perlu diambil sebanya 2 lembar kiri dan 2 lembar kanan.

Proses berikutnya buang 1/3 bagian pangkal dan ujung anak daun sehingga yang dipakai hanya
1/3 bagian tengah atau kurang lebih 20 cm. Lalu belah daun tadi untuk membuang cigan lidinya.
Simpan daun sebelah kiri di kantong plastik sisi kiri dan daun sebelah kanan di sisi yang kanan.
Jangan lupa untuk memberikan kode yang memuat informasi nomor daun, tahun tanam, nomor
blok, dan tanggal pengambilan contoh daun.

DAFTAR PUSTAKA

- MTI0ZTdmMGQwZWJjYjE1MWM1YTgzNzNiZTNiMGJkMmYyNjZjOWEzNQ==.pdf
- Makalah Silverius Simatupang A24050072.pdf
- https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sumber_daya_air
- http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-1-1-54211-613410025-bab1-
05082017040022.pdf

- http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-1-1-54211-613410025-bab1-
05082017040022.pdf

- https://www.kompasiana.com/umarshidayat/57aaaa76729773490eede72e/water-
management-perkebunan-kelapa-sawit?page=all#section1

- https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91699

- Syakir, M, dkk. 2010. Bududaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. ASKA MEDIA. Bogor

- Grisso, R.B., Alley, M.W.G., Holshouser, D. 2009. Precision Farming Tools: Soil
Electrical Conductivity. Virginia Tech. Diakses 13 Mei 2016,

- https://toolsfortransformation.net/indonesia/wp-content/uploads/2017/05/SOP-
Perawatan-Terbaik-dilahan-Gambut.pdf

- https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11665/130308011.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

- https://saprotan-utama.com/pupuk-sawit/

- https://www.mertani.co.id/post/cara-pemupukan-yang-efektif-dan-efisien-pada-
kelapa-sawit

- https://spks.or.id/detail-publikasi-9-modul-standard-operating-procedure-sop-
manajemen-pemupukan

- http://www.agrina-online.com/detail-berita/2019/02/05/10/6438/perkebunan--
mekanisasi-pemupukan-di-kebun-sawit
- https://m.facebook.com/ppks.id/photos/a.2139580946264457/2718382995050913/

- https://pupukmahkota.co.id/pemupukan/perkebunan/
pemupukan_kelapa_sawit.html#:~:text=Pemupukan%20kelapa%20sawit%20adalah
%20pelaksanaan,pupuk%20serta%20aplikasinya%20di%20lapangan.

- https://saprotan-utama.com/pupuk-sawit/

- http://ptpn1.co.id/artikel/cara-memupuk-sawit-yang-baik-dan-ramah-lingkungan

- https://klpswt.blogspot.com/2016/04/cara-analisis-daun-kelapa-sawit.html?m=1

- https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81010

- https://id.wikipedia.org/wiki/Penebar_taburan

- https://tanilink.com/bacaberita/237/alternatif-penempatan-pupuk-yang-tepat-pada-
tanaman-kelapa-sawit/

- https://sawitindonesia.com/haramax-strategi-pemupukan-kelapa-sawit-di-masa-
kekeringan-oleh-kabelan-kunia/

Anda mungkin juga menyukai