Tugas Pis (Materi Ringkasan)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

“PEMBELAJARAN IPS DIBERBAGAI NEGARA MAJU”


“Dosen Pengampu: Farida Styaningrum, M.Pd”

Disusun Oleh:

1. Meila Setyo Wulandari (1802106019)


2. Novery Jayu Priska (1802106024P)

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

2018/2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Ilmu Sosial. Makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, diantaranya:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya.


2. Ibu Farida Styaningrum, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Ilmu
Sosial.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik moral maupun materiil.
4. Teman-teman semua yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mohon saran dan kritikan yang membangun, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Universitas PGRI Madiun pada umumnya dan penulis sendiri.
Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan, terimakasih.

Madiun, 4 Desember
2018

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan................................................................................................... 4
D. Kajian Teori.......................................................................................... 5
Bab II Pembahasan .......................................................................................... 2
2.1 Konsep Dasar Ips........................................................................................ 6
2.2 Pengembangan pembelajaran IPS di Negara kita ...................................... 7
2.3 Pembelajaran IPS di Amerika Serikat........................................................ 8
2.4 Pembelajaran IPS di Jepang........................................................................ 12
2.5 Pembelajaran IPS di China......................................................................... 14
2.6 Pembelajaran IPS di Korea Selatan............................................................ 16
Bab III Penutup ................................................................................................ 18
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
Daftar Pustaka .................................................................................................. 19

BAB I

3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sangat penting mengetahui perkembangan kurikulum suatu negara, mulai
dari kebijakan penyusunan kurikulum tersebut sampai dengan
implementasinya, karena keberhasilan pendidikan suatu negara tidak terlepas
dari kebijakan pendidikan yang diberlakukan termasuk didalamnya
perkembangan kurikulum. Perkembangan kurikulum disini bisa merupakan
perkembangan kurikulum secara umum, bisa juga merupakan perkembangan
kurikulum untuk satu atau beberapa mata pelajaran.
Pengetahuan dan pemahaman tersebut akan lebih bermakna jika mengkaji
lebih dari satu negara, baik berupa kajian terhadap persamaan dan perbedaan,
ataupun kekuatan dan kelemahannya.
Makalah ini mencoba memberikan gambaran singkat tentang
perkembangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (selanjutnya
disebut Social Studies) di lima negara, yaitu Indonesia, Amerika Serikat,
Jepang, China, dan Korea Selatan. Gambaran singkat makalah, dimulai
dengan penjelasan sistem persekolahan (schooling system) di masing-masing
negara sampai dengan K-12, kemudian dijelaskan mengenai sejarah singkat
dan tujuan kurikulum Social Studies masing-masing negara. Penjelasan
diakhiri dengan kesimpulan hasil evaluasi dari perbandingan di lima negara
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengembangan pembelajaran ips di negara kita.
2. Bagaimana Pengembangan pembelajaran ips di Negara Amerika Serikat,
Jepang, China, dan Korea Selatan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan makalh ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang
pembelajaran ips diberbagai negara maju.

4
D. Kajian Teori
Materi yang akan disampaikan:
1 Konsep dasar ips
2 Pengembangan pembelajaran ips di negara kita
3 Pembelajaran ips di amerika serikat
4 Pembelajaran ips di jepang
5 Pembelajaran ips di china
6 Pembelajaran ips korea selatan

BAB II

5
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR IPS
Pendidikan IPS mulai diperkenalkan di Indonesia sejak kurikulum tahun 1975,
meskipun pada kurikulum 1968 telah terdapat mata pelajaran dengan
karakteristik yang sama yakni Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam kurikulum
1975 IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia dalam
lingkungan hidupnya. Kelompok ilmu yang mempelajari manusia tersebut
diantaranya ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan
sebagainya. Dalam kurikulum (1975) lebih lanjut diterangkan bahwa pelaksanaan
bidang studi IPS mengarah kepada terbentuknya sikap hidup atas dasar Pancasila.
IPS secara formal didefinisikan sebagai studi terintegrasi ilmu-ilmu sosial dan
humaniora dalam rangka mengmbangkan kompetensi warga negara. Dua ciri
utama yang membedakan IPS dengan ilmu sosial lain yakni (1) IPS didesain
untuk mengembangkan kompetensi warga negara – Tujuan utama pendidikan
IPS. (2) IPS adalah terpadu, yang mengusahakan penggabungan atau memadukan
banyak bidang akademis.
Pasca Reformasi terdapat pembaharuan-pembaharuan pada IPS (kurikulum
2004-KBK dan kurikulum 2006-KTSP). Dalam kurikulum tersebut pembelajaran
IPS harus dapat turut berkontribusi terhadap kemajuan dan kesejahteraan umum.
Hal ini dikarenakan kesejahteraan harus didukung oleh modal intelektual, sosial,
dan kepercayaan. Untuk itu IPS dituntut juga merespon secara positif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan
demokrasi.
2.2 PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS DI NEGARA KITA
Dalam Permendiknas dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara
sistematis dan terpadu dalam proses pembelajarannya dengan harapan
pendidikan IPS menjadi lebih bermakna bagi peserta didik dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di negara kita ini memiliki masalah
yaitu IPS hanya diajarkan sebagai pengetahuan sosial untuk mengembangkan

6
teori ilmu sosial tersebut (mata pelajaran tunggal dan terpisah) bukan sebagai
dasar pengetahuan yang dapat digunakan siswa dalam meningkatkan kompetensi
dalam kehidupan warga negara. Padahal dalam kurikulum dengan pembelajaran
IPS diharapkan mampu melatih siswa dalam menggunakan segala pengetahuan
dasar ilmu sosial yang siswa pelajari dalam memecahkan masalah-masalah
sosial.
Dalam tataran praktek pengembangan pembelajaran mata pelajaran IPS masih
menekankan aspek pemahaman konsep pada tiap mata pelajaran. Dengan hanya
berhenti pada tataran konsep dan materi pada tiap mata pelajaran, maka
pengembangan kemampuan agar anak-anak menjadi well informed terhadap
permasalah sosial atau kewarganegaraan di lingkungan sekitarnya masih menjadi
tanda tanya besar. Disini dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia
sangat rendah, khususnya dalam memberikan nilai tambah baik dalam proses
maupun hasil. Pemahaman yang diajarkan hanya bersifat kognitif, yakni
bagaimana peserta didik dapat memahami konsep materi sehingga mereka dapat
mengerjakan ujian dengan baik dalam skala sekolah maupun skala nasional
(UN). Sehingga bisa dikatakan para guru gagal dalam membentuk peran
kepemimpinannya dalam memperbaiki kapasitas pembelajaran siswanya.
2.3 PEMBELAJARAN IPS DI AMERIKA SERIKAT
Amerika merupakan Negara tempat lahirnya IPS, untuk itu sangat penting
mempelajari perkembangan IPS disana, guna referensi pengembangan
pembelajaran IPS di negara Indonesia. Kurikulum IPS di Amerka disusun
National Council for Social Studies (NCSS) dan pada tahun 1994 dewan ini telah
berhasil kurikulum yang lebih aplikable di sekolah. Kurikulum ini diberi nama
Expectation of Excellence: Curriculum Standards for Social Studies. Dalam
kurikulum ini terdapat 10 standar tematis untuk materi pembelajaran IPS, yaitu;

1. Budaya, budaya membantu kita untuk memahami diri kita sendiri baik sebagai
individu dan anggota dari berbagai kelompok. Dalam sebuah masyarakat

7
demokrasi dan multikultural seperti negara Indonesia, siswa perlu memhami
berbagai perspektif yang diambil dari tempat budaya yang menguntungkan.
2. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan, dalam kaitannya ini bidang ilmu sejarah
yang juga merupakan disiplin ilmu dari IPS sangat memainkan perannya. Dengan
mempelajari ilmu sejarah individu menggunakan pengetahuan masa lampau,
menguji hubungannya dengan masa kini dan memprediksi hari depan.
3. Orang, tempat, dan Lingkungan. Area studi ini penting untuk membantu peserta
didik membuat mengerti (informasi) dan keputusan, kritis tentang hubungan
antara sesama manusia dan lingkungan mereka.
4. Perkembangan individu dan identitas. Progam ini sangatlah penting sehingga
progam IPS harus memasukkan pengalaman yang menyediakan studi
perkembangan individu dan identitas. Identitas personal dibentul oleh satu
kebudayaan, kelompok, maupun pengaruh kelembagaan. Pengujian berbagai
bentuk tingkah laku manusia mempertinggi pemahaman hubungan antara norma-
norma sosial dan munculnya identitas personal, proses sosial yang
mempengaruhi bentuk identitas, dan prinsip-prinsip etis yang mendasari aksi
individu.
5. Individu, kelompok dan lembaga atau institusi. (6) Kekuasaan, otoritas, dan
pemerintahan. (7) Produksi, distribusi, dan Konsumsi. (8) Ilmu, teknologi, dan
Masyarakat. (9) Koneksi global. (10) Warga negara ideal dan praktek.
Perkembangan dan berkelanjutan demokrasi di Amerika, membutuhkan warga
negara yang dapat mengadaptasikan tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang berkembang
dalam masyarakat dalam menghadapi keadaan yang berubah. Misi dari IPS itu
sendiri adalah mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi
keadaan yang berubah. Dalam IPS siswa mengembangkan satu pengetahuan dasar
inti yang diambil dari berbagai disiplin akademik, belajar bagaimana menganalisis
pendapatnya dan pendapat-pendapat lain tentang isu-isu penting, dan menjadi
termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kewarganegaraan, sebagai warga yang berpengatahuan.

8
Social Studies di Amerika Serikat dikenal mulai awal tahun 1900-an dalam bentuk
Studi Sejarah, Pemerintahan, dan Geografi. Pada awal-awal tahun tersebut terdapat
keterbatasan sumberdaya kurkulum dan pasokan buku-buku teks materi ajar social
studies hampir di setiap negara bagian.
Muncul dan tumbuhnya penelitian tentang pendidikan pada sekitar tahun
1950-an dan 1960-an menyebabkan para guru lebih fokus pada pengajaran yang
memberikan pemahaman tentang konsep-konsep, generalisasi dan keterampilan
intelektual bukan sekadar memberikan pelajaran yang dirancang untuk
memberikan sekumpulan pengetahuan faktual.  Kemudian, pertumbuhan
organisasi profesi disetiap negara bagian dan nasional juga mulai berperan dalam
membangun persiapan kurikulum dan standarisasi guru. Perubahan tersebut secara
dramatis muncul pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Pertumbuhan teknologi komputer mulai merevolusi industri penerbitan
pada tahun 1980-an dan 1990-an. Penerbit mulai menerbitkan buku teks
disesuaikan dengan pedoman kurikulum pada setiap negara bagian.  Faktor-faktor
seperti kebangkitan perekonomian yang terjadi di negara Asia, globalisasi
perdagangan dengan pengaruhnya yang tidak bisa dihindari dari perusahaan
multinasional besar, dan kekalahan komunisme menuntut  pengembangan standar
kurikulum nasional untuk Social Studies, bentuk evaluasi, dan berbagai skema
akuntabilitas baik untuk guru maupun sekolah.
Departemen Pendidikan pada setiap negara bagian menentukan kebijakan
secara umum dalam pengembangan kurikulum Social Studies pada kelas
pendidikan dasar dapat berupa disiplin akademik (misal Sejarah, Geografi,
Ekonomi, Kewarganegaraan) atau disesuaikan dengan sebagian maupun
keseluruhan dari “Sepuluh Tema Keunggulan Social Studies” yang dikembangkan
oleh National Council for the Social Studies (NCSS).
Anak-anak sekolah di Amerika belajar di kelas terdiri pria dan wanita
termasuk di dalamnya minoritas ras dan etnis. Mereka belajar negara dan simbol
negara, hari libur nasional. Materi pembelajaran mengikuti urutan lingkungan

9
yang semakin luas mulai dari belajar tentang diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Alokasi waktu yang direkomendasikan untuk Social Studiesberkisar dua puluh
sampai tiga puluh menit per hari di kelas-kelas dasar awal dan tiga puluh sampai
empat puluh menit untuk kelas dua atau tiga. Walaupun demikian banyak guru
yang mengabaikan rekomendasi tersebut bahkan sama
sekali menghilangkan Social Studies dari kurikulum.
Gambaran kurikulum normatif untuk Social Studies sekolah menengah
(kelas 6, 7, dan 8) nampak kabur, pada umumnya meliputi Geografi Dunia,
Peradaban Barat, Sejarah Amerika Serikat, Sejarah Negara dan Kewarganegaraan.
Siswa biasanya memiliki buku teks dengan panjang halaman mencapai 300-400
halaman. Pendekatan umum dalam pembelajaran di kelasadalah membaca buku,
di-riview oleh guru dengan mengemukakan ide utama dan konsepnya, serta
menuliskan jawaban atas pertanyaan.   
Sedangkan Social Studies untuk tingkat menengah atas biasanya mencakup
gabungan dari tema-tema pilihan. Negara bagian biasanya menentukan persyaratan
kelulusan yang tinggi untuk sekolah mereka dalam hal “Carnegie Unit” atau
bervariasi antara dua sampai empat unit untuk kelulusan dalam Social Studies.
Kemudian dilakukan pelacakan terhadap mereka yang ingin mengikuti perkuliahan
lebih lanjut atau tidak. Selama awal 1980-an dan 1990-an, pemerintah Amerika
Serikat gencar mempromosikan berbagai perubahan pada kurikulum Social
Studies. Berbagai upaya pengembangan standar nasional dilakukan, ujian nasional
pertama kali dilaksanakan sehingga membawa perubahan terhadap pengembangan
standar kurikulum K-12 untuk Sejarah dan Geografi. NCSS melakukan usaha-
usaha pengembangan standar kurikulum Social Studies yang lebih luas, dan
memperlakukan Sejarah juga Geografi merupakan bagian dari keseimbangan
kurikulum komprehensif Sosial Studies K-12. Demikian pula, banyak organisasi
yang berafiliasi dengan bidang pendidikan Kewarganegaraan bersatu di bawah
naungan Center for Civic Educationdan mulai mengembangkan standar nasional

10
untuk Kewarganegaraan, dan Ilmu Politik dengan pendanaan dari berbagai sumber
dan hibah dari pemerintah federal.
2.4 PEMBELAJARAN IPS DI JEPANG
Pada pembeharuan kurikulum IPS (tahun 2008), mata pelajaran IPS dirubah
mengikuti model pembelajaran sebagaimana yang tengah dipraktekan di Eropa.
Khususnya, revisi pembelajaran ditekankan pada pentingnya pengembangan
yang mencangkup tiga kemampuan; (1) Kemampuan dalam membuat kombinasi
sosial, budaya, dan ketrampilan teknik. (2) Kemampuan menciptakan dan
memelihara pertalian hubungan antar kelompok orang yang berbeda. (3)
Kemampuan untuk beraktualisasi secara mandiri. Sistem pendidikan Jepang
menekankan pentingnya satu metode pembelajaran khusus, untuk mengasah dan
membangun siswa agar dapat melakukan riset dan mendikusikan sendiri.
Pendekatan ini disebut sebgai sebuah “metode problem-solving”
Secara tradisional, IPS diharapkan membantu orang mengembangkan
kompetensi-kompetensi untuk memcahkan berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat. Prinsip dasar dari metode pembelajaran problem-solving adalah
membiarkan siswa mendefinisikan masalah dan melakukan penelitian untuk
memecahkannya. Tipe pembelajaran ini menolak tugas-tugas yang diberikan oleh
guru secara searah atau passive learning. Jadi kurikulum IPS di Jepang
diperbaharui untuk memberikan fasilitas kepada siswa dengan lebih mengalami
dan memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu siswa
dapat mengembangkan disposisi dan kompetensi untuk berpartisipasi dalam
masyarakat secara lebih efektif dalam masyarakat. Berikut enam langkah dalam
problem solving; (1) Siswa mencari berbagai masalah. (2) siswa mengajukan
pertanyaan dan mengumpulkan fakta-fakta berkenaan dengan masalah. (3) siswa
menyeleksi satu masalah yang dapat mereka pecahkan. (4) Siswa mengajukan
hipotesis untuk memcahkan masalah. (5) Siswa memusatkan pada satu
pemecahan. (6) Siswa membuat rencana kegiatan untuk mengimplementasikan
pemecahan yang ditawarkan.

11
Di Jepang siswa diwajibkan untuk mengajukan dan menguji hipotesis,
mereka harus melakukan penelitian dan survey yang mereka lakukan sendiri. Dan
seorang guru kadang-kadang dapat menarik diri dari perannya sebagai “guru”
yang menerangkan pada siswa, melainkan membolehkan siswa untuk
menerangkan hipotesis mereka. Hal ini sangat penting untuk menawarkan siswa
mendokumentasikan baik proses dan hasil penelitian mereka untuk memfasilitasi
pembelajaran mereka. Demokrasi merupakan sebagai satu fondasi IPS, dan tujuan
pembelajaran IPS pun untuk mendidik warga negara yang demokratis. Penelitian
merupakan kegiatan penting dalam menumbuhkan kompetensi demokratis, untuk
mencari masalah dalam kehidupan sosialm mengevaluasi informasi secara kritis,
dan mambuat keputusan. Prinsip fundamental pendidikan adalah memotivasi
siswa untuk melakukan atas inisiatif mereka sendiri. Pembelajaran IPS harus
memberi kesempatan siswa dengan berbagai kesempatan untuk berdiskusi dan
mentransformasikan kegiatan dalam kelas ke dalam suatu masyarakat pembelajar
kolaboratif.
2.5 PEMBELAJARAN IPS DI CHINA
Sejak tahun 1949, ketika Republik Rakyat China didirikan, pendidikan di
China telah mengikuti model Soviet, dengan ciri pada penekanan transmisi
pengetahuan, disiplin individu, sistem penilaian dan kurikulum nasional yang
sentralisir. Dalam beberapa dekade terakhir, kurikulum yang terpusat tersebut
telah membantu menerapkan kebijakan top-down dan reformasi pendidikan.
China mulai melakukan reformasi kurikulum nasional yang luas pada tahun
1999, setelah kurikulum lama dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan
ilmu, sosial dan ekonomi China, terutama dalam upaya mempromosikan
kompetensi warga China dalam masyarakat global yang semakin kompetetitif.
Tujuan reformasi tersebut adalah untuk menghasilkan peserta didik yang
memiliki keterampilan praktis individu yang utuh, melalui perencangan ulang
standar kurikulum nasional dan wajib belajar. Secara khusus, reformasi
kurikulum tersebut berusaha untuk 1) membangun karakter siswa,

12
mengembangkan kemampuan mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri dan
aktif, dan membantu mereka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk pembelajaran seumur hidup; 2) mengintegrasikan materi
ajar yang saling berhubungan, 3) membuat kurikulum lebih banyak
konten berarti dan relevan untuk masyarakat modern, dan 4) menilai belajar
siswa sesuai standar kurikulum.
Kurikulum baru mulai diperkenalkan pada tahun 2000, dilakukan uji coba
lapangan dan perubahan-perubahan pada tahun 2005, Secara nasional
pembelajaran dengan kurikulum baru tersebut dimulai pada musim gugur tahun
2005.
Social Studies merupakan bagian dari program utama dalam reformasi
tersebut. Secara tradisional, Ilmu Politik, Ilmu Sejarah, Politik dan Geografi
adalah subjek yang terpisah dan berbasis pengetahuan. Kurikulum lama
menekankan akumulasi informasi dalam bidang pengetahuan tertentu, tetapi
mengabaikan pengembangan pengetahuan yang komprehensif dalam disiplin
ilmu yang saling berkaitan sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan
masalah. Dalam reformasi tersebut: “Pendidikan Moral” (kelas 1-6) dan
“Masyarakat” (kelas 4-6) diganti tema komprehensif “Moralitas dan Kehidupan”
(kelas 1-2) dan “Moralitas dan Masyarakat” (kelas 3-6); sedangkan di tingkat
sekolah menengah, “Sejarah”, dan “Geografi” diintegrasikan ke dalam satu
subjek: “Sejarah dan Masyarakat”.   Untuk tingkat menengah atas masih secara
tradisional
yaitu  Sejarah  dan  Geografi  sebagai program individu tetapi dibawah payung
"Humaniora dan Masyarakat." Integrasi ini bertujuan untuk membuat konten
studi sosial lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa.

2.6 PEMBELAJARAN IPS KOREA SELATAN

13
Kurikulum Social Studies di Korea Selatan tidak dimulai sampai 1946,
ketika Korea Selatan dibebaskan dari penjajahan Jepang dan berada dibawah
pemerintah militer sementara AS tahun1945-1947. Tujuan utama dari kurikulum
baru adalah untuk menghapus sisa-sisa imperialisme Jepang dari pikiran dan
mengajarkan tentang demokrasi. Kurikulum ini sebagian besar mengikuti model
“Democration Citizenship Education” di Amerika yang terdiri dari tiga mata
pelajaran: Kewarganegaraan, Geografi, dan Sejarah. Kurikulum di Korea telah
dimodifikasi beberapa kali, tetapi subyek dan tujuan utama tidak mengalami
banyak perubahan.
Kurikulum di Korea Selatan telah direvisi secara berkala untuk memenuhi
tuntutan baru pendidikan, perubahan masyarakat, dan batas-batas disiplin ilmu
baru. Kurikulum kelas direvisi pada tahun 1997 untuk memperkaya pendidikan
dasar, meningkatkan kemandirian siswa, pendidikan yang beorientasi pada
kebutuhan praktis siswa, dan peningkatan pemberian otonomi pada tingkat lokal
dan persekolahan. Kurikulum untuk kelas ke-7 bertujuan membentuk
individu yang kreatif, memahami budaya dunia yang beragam, dan berkontribusi
terhadap budaya Korea Selatan dalam upaya mengembangkan masyarakat yang
demokratis.
Semua siswa Korea Selatan dari kelas satu sampai sepuluh mengikuti
kurikulum seragam, yang mensyaratkan bahwa siswa
mengambil “Kemasyarakatan” (Studi Sosial, Sejarah, danGeografi) dan “Sejarah
Korea (mulai dari kelas 7). Siswa di kelas 11 dan 12 dapat mengambil “Tema-
tema Ilmu Sosial” sesuai minat pendidikan mereka ke depan. Kelas rendah (kelas
satu dan dua) mempelajari ilmu-ilmu sosial dengan buku naskah cerita. Mulai
kelas tiga sampai dengan sepuluh, geografi, sejarah, dan ilmu-ilmu sosial lainnya
diintegrasikan ke dalam program yang disebut “Kemasyarakatan”. Siswa di kelas
11 dan 12 belajar ilmu sosial secara terpisah dengan buku-buku teks tertentu
berdasarkan jejak mereka dan kebijakan sekolah.
BAB III

14
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

15
https://www.academia.edu/19500335/
Perbandingan_Sistem_Pendidikan_Korea_Selatan_dan_Indonesia
https://www.academia.edu/10248200/Konsep_Dasar_IPS_-_Pengantar_IPS

16

Anda mungkin juga menyukai