Anda di halaman 1dari 14

MAJELIS DIKTI DAN LITBANG PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ENREKANG


SK Mendikbud RI Nomor: 300/M/2020, 19 Februari 20

Volume 2 Nomor 1 (2020) ISSN Online : 2716-4446

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH PADA


PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
DI SMP 3 BAE KUDUS

Lina Handayani¹, Sukirman²


Universitas Muria Kudus¹²,

Corresponding email: linahandayani83@gmail.com¹,

Abstrak
Kepala sekolah mempunyai peran ganda, salah satunya adalah sebagai supervisor untuk melakukan
pengawasan. Namun ada kalanya karena tumpang tindih pekerjaan mengakibatkan tugas sebagai
supervisor tidak dilakukan dengan maksimal dan kontribusi kepala sekolah dipertanyakan karena adanya
tugas yang sama yakni supervisi yang dilakukan oleh pengawas. Adanya fenomena tersebut maka
dirumuskan permasalahan bagaimana kontribusi supervisi kepala sekolah dalam hal peningkatan
kualitas pembelajaran. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisa kontribusi yang dilakukan oleh kepala sekolah khususnya dalam hal supervisi yang telah
dilakukan pula oleh pengawas. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan dengan survey pada 39 responden. Hasil penelitian, kepala
sekolah memberikan kontribusi yang cukup kuat pada upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini
dapat dibuktikan dengan nilai persentase sebesar 59%. Peran kepala sekolah diwujudkan dengan
menjalankan fungsi-fungsi supervisi akademis pada sekolah untuk dapat memacu peningkatan Standar
Nasional Pendidikan, namun peran tersebut masih disandingkan dengan peran lain sehingga peran
sebagai supervisor belum jelas dilaksanakan dengan detail. Kesimpulan pada penelitian ini adalah
kepala sekolah berkontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran dan kepala sekolah berhasil
menjalankan peran dengan baik.

Kata Kunci : supervisi, kepala sekolah, akademik, pembelajaran

LATAR BELAKANG dengan peningkatan kualitas pembelajaran.


Pendidikan merupakan salah satu Menurut Haryati dan Rochman, 2012: 2)
indikator penting untuk dapat kualitas pembelajaran dapat diartikan
meningkatkan kualitas manusia. adanya intensitas yang bersinergi antara
Sehubungan dengan hal tersebut, guru, siswa, iklim pembelajaran dan media
manajemen pendidikan memberikan pembelajaran untuk menghasilkan proses
kontribusinya dalam hal mengatur dan hasil belajar sesuai dengan tujuan
orang-orang yang terlibat dalam bidang kurikulum. Menurut Prasetyo (2013: 12)
pendidikan untuk dapat saling bekerjasama kualitas pembelajaran merupakan suatu
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. tingkatan pencapaian yang telah diraih
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang
~ 297 ~
meliputi pembelajaran seni dalam mencapai kepala sekolah sering tidak melakukan
tujuan tersebut yakni berupa implementasi koordinasi dan menjalankan tugas dengan
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pandangan yang berbeda sehingga
pengembangan sikap siswa melalui proses pengawasan tidak berjalan dengan optimal
pembelajaran di kelas. karena menimbulkan ambigu bagi guru
untuk menentukan standar yang benar
Untukmenghasilkan tujuan dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
pembelajaran yakni berupa peningkatan Dengan demikian kontribusi dari supervisi
pembelajaran, maka peran kepala sekolah kepala sekolah sangat minim sekali pada
sangat penting. Mengacu pada Pasal 12 ayat peningkatan kualitas kerja guru di sekolah.
1 PP 28 tahun 1990 dalam kepala sekolah Sehubungan dengan adanya research gap
bertanggung jawab atas beberapa peran pada supervisi kepala sekolah, maka perlu
yakni sebagai edukator, manajer, dilakukan penelitian pula mengenai
administrator, supervisor, pemimpin, besarnya nilai kontribusi dari supervisi
inovator, motivator, figur dan mediator; kepala sekolah terhadap kinerja guru.
maka peran kepala sekolah sebagai seorang
manajer dan leader terhambat karena Peran sebagai supervisor bukan
banyaknya tugas yang harus diembannya hanya dijalankan olehkepala sekolah,
(Mulyasa, 2004:41). Pada Permendiknas RI namun juga dilakukan oleh pengawas. Hal
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar tersebut sebagaimana tercantum dalam
Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa salah satu kompetensi Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
yang harus dikuasai oleh kepada sekolah Pengawas Sekolah. Pada aturan tersebut
adalah supervisi. Adapun hal-hal yang dinyatakan bahwa pengawas memiliki 6
berkaitan dengan supervisi adalah sebagai (enam) dimensi kompetensi yakni :
berikut: merencanakan program supervisi kompetensi kepribadian, kompetensi
akademik dalam rangka meningkatkan manajerial, kompetensi supervisi akademik,
profesionalisme guru, melaksanakan kompeensi evaluasi pendidikan, kompetensi
supervisi akademik terhadap guru dengan penelitian dan pengembangan serta
menggunakan pilihan pendekatan dan kompetensi sosial. Keenam dimensi
teknik yang sesuai dengan kondisi guru, kompetensi pegawas yang berhubungan
menindaklanjuti hasil supervisi terhadap dengan peningkatan hasil pembelajaran
guru dengan cara memberikan umpan balik adalah kompetensi supervisi akademik.
dalam rangka meningkatkan Adanya aturan mengenai supervisi yang
profesionalisme guru. Berdasarkan pada dilakukan juga oleh pengawas, maka
aturan tersebut, maka peran kepala sekolah berdasarkan kedua aturan tersebut yakni
sebagai supervisor sangat dinantikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
sehingga dapat digunakan sebagai sarana Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
mencapai tujuan pendidikan yakni Pengawas Sekolah dan Permendiknas RI
peningkatan kualitas pembelajaran. Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah,
Peran kepala sekolah sebagai maka guru akan mendapatkan supervisi
supervisor dibuktikan dengan penelitian. sebanyak 2 (dua) macam yakni supervisi
Menurut penelitian Sulistianto (2014) yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
bahwa supervisi kepala sekolah mempunyai supervisi yang dilakukan pengawas. Namun,
pengaruh positif pada kinerja guru. Namun adanya aturan tersebut tidak sejalan dengan
pada penelitianPramesti (2016) supervisi fenomena yang terjadi karena kepala
kepala sekolah hanya memberikan sekolah sangat jarang bahkan tidak efektif
kontribusi sebesar 1,8% pada kinerja guru. untuk melakukan supervisi. Hal ini
Menurut penelitian Setyawati dan Rohiat sebagaimana dikatakan oleh Pengurus
(2017) adanya supervisi yang dilakukan Ikatan Guru Indonesia (IGI) bahwa guru
oleh kepala sekolah dan pengawas sangat mengharapkan untuk dilakukan
membutuhkan adanya koordinasi, namun supervisi idealnya 2 (dua) kali dalam
pada kenyataannya antara pengawas dan setahun yakni awal semester dan akhir
~ 298 ~
semenster. Disisi lain, kepala memiliki suportif. Adanya perbedaan pandangan
tugas administrasi yang sangat beraneka tersebut, maka kontribusi dari supervisi
ragam dan memiliki berbagai peran kepala sekolah perlu dilakukan penelitian
sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 ayat lebih lanjut sehingga dapat membuktikan
1 PP 28 tahun 1990 yakni kepala sekolah peran kepala sekolah dalam hal peningkatan
bertanggung jawab atas beberapa peran pembelajaran. Adanya latar belakang
yakni sebagai edukator, manajer, mengenai peran kepala sekolah dalam
administrator, supervisor, pemimpin, peningkatan kualitas pembelajaran, maka
inovator, motivator, figur dan mediator. dapat dirumuskan masalah yakni
Dengan demikian maka tugas kepala bagaimana kontribusi supervisi kepala
sekolah menjadi tidak optimal pada sekolah dalam hal peningkatan kualitas
pengawasan. Hal yang sama diungkapkan pembelajaran. Adapun tujuan dilakukan
oleh guru pada SMP 3 Bae Kudus pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
wawancara tanggal 6 Januari 2020 bahwa dan menganalisa kontribusi yang dilakukan
kepala sekolah sudah mempunyai berbagai oleh kepala sekolah khususnya dalam hal
tugas, maka untuk supervisi lebih efektif supervisi yang telah dilakukan pula oleh
jika dijalankan oleh pengawas sesuai pengawas.
dengan tugas pokok dan fungsinya. Adanya
fenomena gap tersebut, maka peran kepala Adanya peran kepala sekolah
sekolah sebagai supervisor khususnya bagi sebagaimana telah dijelaskan di atas,
peningkatan pembelajaran harus dilakukan digunakan untuk memberikan bimbingan
penelitian lebih lanjut. bagi guru dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pelaksanaan tugas pengawasan Menurut Depdiknas dalam Prasetyo (2013:
juga mempunyai gap dan tumpang tindih 13) kualitas pembelajaran memiliki
sebagaimaa dikatakan oleh Purwanto indikator sebagai berikut.
(2005:76) bahwa supervisi pendidikan 1. Perilaku pembelajaran guru yakni
mempunyai pengertian yang luas, yaitu keterampilan guru dalam mengajar
segala sesuatu bantuan dari para pemimpin yang menunjukkan karakteristik
sekolah, yang tertuju kepada perkembangan umum yang berhubungan dengan
kepemimpinan guru – guru dan personil pengetahuan.
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan – 2. Perilaku atau aktivitas siswa yakni
tujuan, pendidikan. Ia berupa dorongan, aktivitas yang dilakukan oleh siswa
bimbingan, kesempatan bagi pertumbuhan di sekolah.
keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti 3. Iklim pembelajaran yakni suasana
bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan kelas yang kondusif dan suasana
pembaharuan-pembaharuan dalam sekolah yang nyaman.
pendidikan dan pengajaran, pemilihan 4. Materi pembelajaran yang
alat-alat pelajaran dan metode-metode berkualitas dengan disesuaikan
mengajar yang lebih baik, cara-cara pada tujuan pembelajaran dan
penilaian yang sistematis terhadap fase kompetensi yang harus diwujudkan.
seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. 5. Media pembelajaran yakni fasilitas
Dengan kata lain: Supervisi pendidikan yang disediakan untuk proses
adalah suatu aktivitas pembinaan yang interaksi antara siswa dengan guru
direncanakan untuk membantu para guru pada bidang ilmu yang relevan.
dan pegawai sekolah lainnya dalam 6. Sistem pembelajaran yakni ciri
melakukan pekerjaan mereka secara efektif. khas keunggulan yang berhubungan
Disisi lain, diungkapkan oleh Powell dan dengan penekanan dan kekhususan
Brodsky yang dikutip oleh Jasmani (2013; lulusannya.
97) menyatakan, model supervisi adalah
prinsip – prinsip disiplin proses tutorial Menurut Sanjaya (2006: 52)
yang diubah menjadi ketrampilan praktis, terdapat beberapa faktor yang dapat
dengan empat fokus yang tumpang tindih, mempengaruhi kegiatan proses
yakni administrasi, evaluasi, klinis dan pembelajaran yakni sebagai berikut.
~ 299 ~
1. Faktor guru yakni teacher perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
formative experience dan teacher pelaporan dan pengawasan kegiatan
training experience. untuk mencapai penyelenggaraan
2. Faktor siswa yakni individu yang pendidikan yang efektif dan efisien.
dikembangkan sesuai dengan tahap 7. Standar Pembiayaan yakni standar
perkembangannya. yang berkaitan dengan biaya untuk
3. Faktor sarana prasarana yakni penyelenggaraan satuan
segala sesuatu yang mendukung pendidikan.
kelancaran proses belajar mengajar. 8. Standar Penilaian Pendidikan yakni
4. Faktor lingkungan yakni faktor standar nasional yang berkaitan
organisasi sekolah pada umumnya, dengan mekanisme, prosedur dan
dan kelas pada khususnya yang alat penilaian pendidikan.
dapa berpengaruh pada proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan SNP dan
peningkatan kualitas pembelajaran, maka
Untuk mewujudkan peran dari kepala sekolah sebagai
adanyapeningkatan kualitas pembelajaran supervisor harus ditingkatkan dan terlihat
juga harus berpedoman pada Standar Mutu kontribusinya dalam peningkatan kualitas
Pendidikan (SNP) di Indonesia yang pembelajaran. Menurut Hadis (2010: 34)
ditetapkan dalam Standar Nasional salah satu teknik supervisi yang dapat
Pendidikan yang tercantum dalam dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun supervisi akademik. Supervisi akademik
2013. Adapun standar tersebut adalah merupakan perbaikan dari proses yang
sebagai berikut. berkesinambungan yang dilaksanakan
1. Standar Kompetensi Lulusan yakni secara terus menerus. Supervisi akademik
kemampuan minimal pengetahuan, dilakukan dengan menjunjung tinggi pada
keterampilan dan sikap yang wajib komitmen untuk melakukan perbaikan
dimiliki oleh siswa untuk dapat secara terus menerus (continous quality
dinyatakan lulus. improvement) yang digunakan sebagai
2. Standar Isi yakni standar yang salah satu prinsip dasar dan manajemen
berkaitan dengan cakupan dan terpadu. Menurut Suhardan (2010: 15)
kedalaman materi pelajaran untuk peranan supervisi akademik kepala sekolah
mencapai standar kompetensi dan profesionalisme guru di sekolah sangat
lulusan yang dituangkan dalam besar, karena supervisi yang dilakukan
bahan kajian, mata pelajaran dan kepala sekolah secara terus menerus dan
silabus pembelajaran. kontinu dapat meningkatkan mutu
3. Standar Proses yakni standar yang pembelajaran yang pada akhirnya dapat
berkaitan dengan prosedur dan meningkatkan mutu pendidikan di
pengorganisasian pengalaman Indonesia. Supervisi akademik menjadi
belajar untuk mencapai standar dasar atau landasan kegiatan pengawasan
kompetensi lulusan. profesional, yang menjadi kajian adalah
4. Standar Pendidik dan Tenaga sistem pemberian bantuan yang dilakukan
Kependidikan yakni standar oleh kepala sekolah untuk meningkatkan
nasional yang berkaitan dengan kemampuan profesional guru,sehingga guru
kualifikasi minimal yang harus menjadi lebih mampu dalam menangani
dipenuhi oleh pendidik dan tenaga tugas pokok membelajarkan peserta
kependidikan. didiknya. Berupa perangkat program dan
5. Standar Sarana dan Prasarana yakni prosedur kegiatan di sekolah yang ditujukan
standar yang berkaitan dengan untuk memperbaiki dan meningkatkan
prasyarat minimal fasilitas fisik mutu pembelajaran yang dilakukan guru.
yang diperlukan untuk mewujudkan Kurang intensifnya pelaksanaan supervisi
standar kompetensi lulusan. akademik disebabkan banyaknya tugas
6. Standar Pengelolaan yakni standar administratif kepala sekolah sehingga sulit
nasional yang berkaitan dengan meluangkan waktu untuk melakukan
~ 300 ~
supervisi akademik secara intensif. Kondisi pada aturan-aturan sehingga mengharuskan
demikian jika terus berlanjut akan kepala sekolah menjalankan peran tersebut
memberikan iklim yang kurang kondusif walaupun kurang optimal. Sehubungan
terhadap peningkatan profesionalisme guru dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan
dan mutu pendidikan. Begitu pentingnya penelitian untuk menilai kontribusi kepala
peran dan fungsi guru bagi dunia sekolah dalam hal supervisi sebagai upaya
pendidikan, maka kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
mempunyai peran sentral dalam mengelola
personalia khususnya terhadap kompetensi Mengacu pada kajian teori di atas,
profesional guru di sekolah, sehingga dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud
sangat penting kepala sekolah untuk dengan supervisi akademik kepala sekolah
memahami dan menerapkan kompetensi adalah kegiatan membantu guru secara
supervisi akademik dengan baik. langsung dalam mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan
Menurut Mulyasa(2003:76) akademik, bahan-bahan pengajaran, metode
supervisi merupakan suatu proses yang mengajar, dan penilaian pengajaran untuk
dirancang secara khusus untuk membantu memberikan kontribusi positif terhadap
para guru dan supervisor mempelajari tugas pencapaian tujuan sekolah.Adapun
sehari-hari di sekolah, agar dapat indikator-indikator dari supervisi kepala
menggunakan pengetahuan dan sekolah adalah: 1) Pengarahan, 2)
kemampuannya untuk memberikan layanan Membantu memecahkan masalah guru, 3)
yang lebih baik pada orang tua peserta didik Melaksanakan pengawasan, 4)
dan sekolah, serta berupaya menjadikan Menciptakan hubungan antarpribadi, dan 5)
sekolah sebagai masyarakat belajar yang Penilaian hasil kerja. Berdasarkan pada
lebih efektif. Faktor-faktor yang urian teori di atas maka dapat diperoleh
mempengaruhi supervise yaitu: (1) hipotesis bahwa terdapat kontribusi
hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan supervisi kepala sekolah pada upaya
hirarkis, (2) dilaksanakan secara demokratis, peningkatan kualitas pembelajaran.
(3) berpusat pada tenaga kependidikan Hipotesis tersebut harus dibuktikan dengan
(guru), (4) dilakukan berdasarkan penelitian.
kebutuhan tenaga pendidik (guru), dan (5)
merupakan bantuan professional.
METODE PENELITIAN
Dengan adanyaperan kepala Peneltian ini bertujuan untuk
sekolah yang sangat variatif, maka kepala mendeskripsikan kontribusi dari variabel
sekolah harus mampu untuk menjalankan supervisi kepala sekolah dengan
peran tersebut secara seimbang. Namun, peningkatan kualitas pembelajaran pada
menurut research gap dan phenomena gap guru SMP 3 Bae Kudus. Metode penelitian
yang terjadi di masyarakat, peran kepala yang digunakan adalah metode survey
sekolah sebagai supervisor disebut tumpang dengan pendekatan kuantitatif. Dengan
tindih dengan peran pengawas sehingga menggunakan metode ini diharapkan dapat
kontribusi dari kepala sekolah tersebut menyelesaikan permasalahan dalam
diragukan. Hal yang sama terjadi pada SMP lembaga pendidikan yang berkenaan
3 Bae Kudus bahwa kepala sekolah jarang dengan efektivitas pembelajaran. Dalam
melakukan supervisi secara khusus karena penelitian ini diharapkan dapat diketahui
banyaknya peran yang harus dijalankan. pula seberapa besar hubungan dan
Tugas-tugas administratif yang sangat kontribusi antara peran kepala sekolah
banyak dan peran kepala sekolah sebagai sebagai supervisor dengan upaya
pemimpin untuk memberikan guidance atau peningkatan kualitas pembelajaran.
petunjuk dan pengaruh atau infuence
kepada guru menjadikan waktu kepala Menurut Silalahi (2009: 75),
sekolah tersita untuk menjalankan dalam pandangan positivistik atau
tugas-tugas tersebut. Disisi lain, peran kuantitatif, suatu teori harus dapat diuji
kepala sekolah sebagai supervisor terdapat secara empiris. Ini disebut “the
~ 301 ~
deductivenomological model of dijadikan responden penelitian. Adapun
explanation” dan “the tujuan penggunaan rensponden dengan
hypothetico-deductive model of theory metode survey adalah untuk menampung
development”. Dalam pendekatan seluruh pendapat dan penilaian guru
positivistik, deduksi memainkan satu terhadap kontribusi kepala sekolah
peranan sentral dalam laporan penjelasan khususnya dalam hal supervisi. Tujuan
dan positivis mengadopsi apa yang telah penggunaan metode survey adalah untuk
diistilahkan “covering law” atau melakukan evaluasi dan koreksi atau peran
“deductive-nomological model”.Sementara dan kontribusi kepala sekolah dalam hal
itu untuk mendukung hasil penelitian supervisi dalam upaya peningkatan kualitas
kuantitatif, diperlukan data pendukung yang pembelajaran.
bersifat kualitatif, yaitu dengan melakukan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara Pengumpulan datadalam penelitian
dilakukan dengan narasumber yang ini menggunakan kuisioner sebagai
berkaitan dengan penelitian, yaitu guru. instrumen. Adapun setiap pernyataan pada
kuesioner dinilai berdasarkan skala Likert
Penelitian inidilaksanakan di SMP yakni SS (Sangat Setuju) dengan poin 5, S
3 Bae Kudus, Jawa Tengah. Adapun (Setuju) dengan poin 4, KS (Kurang Setuju)
populasi pada penelitian ini adalah guru dengan poin 3, TS (Tidak Setuju) dengan
pada SMP 3 Bae Kudus dengan jumlah 39 poin 2 dan STS (Sangat Tidak Setuju)
guru. Pada penelitian ini, pemilihan dengan poin 1.
responden dilakukan secara survey yakni
dengan menggunakan seluruh guru untuk
Tabel 1. Profil Responden

KRITERIA JUMLAH %
Usia (per Januari 2020) < 30 Tahun 4 10.3%
30-40 tahun 22 56.4%
>40 tahun 13 33.3%

Masa Kerja < 5 Tahun 2 5.1%


5-10 Tahun 32 82%
>10 Tahun 5 12.8%

Pendidikan formal terkahir S2 2 5.1%


S1 37 94.9%
SMA/ Sederajat 0

Teknik pengolahan data cara uraian tentang hasil tanggapan responden


menganalisis data dilakukan dengan terhadap butirbutir pernyataan yang
langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing diajukan dalam kuesioner. Hasil analisis
data (menyeleksi data). b. deskriptif ini disajikan dalam bentuk
Mengelompokkan data (coding). c. distribusi frekuensi dan persentase dengan
Tabulasi data. d. Penghitungan skor. kriteria pengambilan keputusan pada tabel
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan berikut.
Deskripsi variabel penelitian merupakan
Tabel 2. Kriteria Persentase Skor Jawaban

Responden
Interval Kriteria
20%-36% Tidak Baik
36,01%-52% Kurang Baik
52,01%-68% Cukup Baik Sumber: Narimawati (2007)
68,01%-84% Baik
84,01%-100% Sangat Baik

~ 302 ~
peran kepala sekolah pada SMP tersebut
tetapi sebagai bahan evaluasi dan
HASIL DAN PEMBAHASAN pengetahuan untuk melakukan stategi
Penelitian ini dilakukan pada SMP pembelajaran pada tahun berikutnya dalam
3 Bae Kudus. Adapun tujuannya adalah rangka meningkatkan kualitas pembelajaran
untuk melakukan penilaian kontribusi kepala dan kualitas pendidikan sebagaimana tujuan
sekolah pada SMP 3 Bae Kudus karena awal diadakannya proses belajar mengajar.
selama ini peran kepala sekolah sebagai Pada penelitian ini, peneliti
supervisor dianggap kurang optimal. Kurang membedakan karakteristik guru berdasarkan
optimalnya peran kepala sekolah disebabkan masa kerja guru yang ada pada SMP 3 Bae
oleh banyaknya tugas dan tanggung jawab Kudus. Adapun hasil dari pengumpulan data
kepala sekolah dalam menjalankan adalah sebagai berikut.
manajemen pendidikan di SMP 3 Bae Kudus.
Penelitian ini bukan untuk menjatuhkan

Tabel . Karakteristik Guru BerdasarkanMasa Kerja Tahun 2020


No Karakteristik n %
1. Lama Kerja
a. 0-5 Tahun 2 5.1
b. 6-10 Tahun 32 82.1
c. 11-15 Tahun 2 5.1
d. 16-20 Tahun 3 7.7
Total 39 100
Sumber : Data Guru SMP 3 Bae Kudus

Berdasarkan pada Tabel 1, maka dapat secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan
diketahui bahwa mayoritas guru sudah kurangnya koordinasi antara kepala sekolah
mengajar pada SMP 3 Bae Kudus antara dengan pengawas dalam hal penerapan
6-10 tahun, yakni dengan jumlah 32 orang pengawasan. Kepala sekolah dan pengawas
guru atau 82.1%. membuat standar kualitas yang berbeda
dalam hal melakukan penilaian terhadap
Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan tugas guru. Dengan demikian,
menguji validitas dan reliabilitas. Nilai uji adanya penilaian yang berbeda
validitas, dinyatakan valid karena nilai t menimbulkan ambugi pada pelaksanaan
hitung < r tabel (0,316), dan nilai reliabilitas tugas guru sehingga guru mengalami
diperoleh 0,895< 0,6 sehingga dinyatakan kebingungan untuk menerapkan atau
reliabel. mengimplementasikan standar minimal
Pada praktek penyelenggaraan pendidikan yang ada pada SNP.
supervisi kepala sekolah, memang sering Pada penelitian ini, peneliti
terjadi benturan dengan pengawas yang menguraikan indikator-indikator dari
melakukan tugas yang sama yakni supervisi. supervisi kepala sekolah yang dilakukan
Adanya tumpang tindih peran kepala pada SMP 3 Bae Kudus. Adapun indikator
sekolah dalam menjalankan tugas, maka adalah sebagai berikut:
tugas sebagai supervisor kurang dilakukan
1. Pengarahan

~ 303 ~
No. Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS skor Ideal
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Kepala sekolah memberikan 0 8 26 3 2 118 195
petunjuk pengarahan mengenai
kegiatan sekolah yang dinilai tidak
tepat.
2 Kepala sekolah memberikan saran 0 14 4 17 4 107 195
penyempurnaan pada pekerjaan
guru yang tidak tepat
3 Kepala sekolah memberikan 0 5 31 2 1 118 195
perintah secara rinci kepada guru
sesuai dengan pedoman aturan yang
berlaku pada supervise akademik.
0 27 61 22 7 343 585
343/585*100% = 0,568
Sumber : Hasil Penelitian (2020)
Pengarahan dilakukan dengan mengarahkan guru untuk menggunakan
menjalankan beberapa indikator yakni media teknologi untuk menarik minat
petunjuk, saran dan perintah. Pada proses siswa, jadi ketika guru menggunakan
menjalankan tugas sebagai kepala sekolah, metode konvensional dianggap metode
maka tugas sebagai supervisor menjadi tersebut sangat tidak layak untuk jaman
tumpang tindih dengan tugas sebagai sekarang. Disisi lain, pengawas
kepala. Dengan demikian, tugas sebagai memberikan apresiasi pada setiap materi
supervisor seakan tidak terlihat oleh guru, dan media yang digunakan oleh guru
walaupun kepala sekolah pada umumnya walaupun konvensional, pengawas
telah melaksanakan tugas tersebut. melihat bahwa guru mempunyai
pengarahan, saran dan perintah dilakukan kemampuan yang variatif sehingga
oleh kepala sekolah untuk memperbaiki penggunaan materi dan media disesuaikan
kualitas pembelajaran yang dinilai kurang dengan kemampuan guru asal dapat
sempurna, namun adanya standar memenuhi tuntutan yakni kualitas materi
penilaian yang berbeda dengan penagwas yang sesuai dengan kurikulum. Adanya
mengakibatkan guru mengalami standar yang berbeda, mengakibatkan
kebingungan. Adapun contoh riil kepala guru menjadi bingung harus memenuhi
sekolah menjalankan tugas supervisi standar yang mana. Hal ini terjadi karena
adalah ketika kepala sekolah memberikan kurangnya koordinasi antara kepala
pengarahan mengenai materi dan sarana. sekolah dan pengawas. Kerja kepala
Kepala sekolah cenderung memilih untuk sekolah dalam hal pengarahan supervisi,
menggunakan materi-materi pembelajaran maka diperoleh hasil 0,568. Angka
yang kekinian dan memilih penggunaan tersebut dapat dikategorikan cukup baik,
media yang kekinian sesuai dengan namun masih membutuhkan perbaikan
perkembangan teknologi informasi dan karena kurangnya koordinasi antara
komunikasi. Kepala sekolah sering pengawas dengan kepala sekolah.

~ 304 ~
2. Membantu memecahkan masalah guru
No. Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS Skor Ideal
(5) (4) (3) (2) (1)
4 Kepala sekolah berperan dalam 0 1 15 22 1 94 195
penyelesaian masalah yakni menunjukkan
kepada guru mengenai pemahaman suatu
masalah.
5 Kepala sekolah dalam upaya untuk 0 16 17 5 1 126 195
memecahkan masalah dilakukan dengan
mengorganisasi data dan menulis
informasi yang relevan untuk pemecahan
masalah.
6 Kepala sekolah menyajikan penyelesaian 0 4 25 8 2 109 195
masalah secara sistematis.
7 Kepala sekolah memilih metode 0 13 17 8 1 120 195
penyelesaian masalah yang tepat.
8 Kepala sekolah mengembangkan strategi 0 8 20 8 3 111 195
pemecahan masalah sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.
9 Kepala sekolah mampu menyelesaikan 0 7 27 3 2 117 195
masalah dengan bijak.
49 121 54 10 677 1170
677/1170*100% = 0,578
Sumber : Penelitian (2020)

Untuk menjalankan peran sebagai Pemecahan masalah dilakukan secara aktif


supervisi, kepala sekolah membantu oleh kepala sekolah. Hal ini dilakukan agar
memecahkan permasalahan dengan suasana sekolah menjadi suasana yang
indikator sebagai berikut: kondusif. Walaupun tugas kepala sekolah
a. Menunjukkan pemahaman masalah. dalam hal administratif tergolong banyak,
b. Mengorganisasi data dan menulis namun kepala sekolah selalu berupaya
informasi yang relevan dalam untuk menjalankan tugas sebagai problem
pemeahan masalah. solver. Adapun bukti kepala sekolah dapat
menjalankan tugas sebagai penyelesai
c. Menyajikan masalah dalam
masalah selama menjalankan tugas
berbagai bentuk. sebagai supervisor adalah kepala sekolah
d. Memilih pendekatan dan metod e mampu memecahkan masalah standar biaya
pemecahan masalah yang tepat. yang selama ini menjadi polemik. Adanya
e. Mengembangkan strategi bantuan dari pemerintah berupa BOS dan
pemecahan masalah. PIP, maka sekolah tidak lagi boleh
f. Menyelesaikan permasalahan melakukan pungutan dalam bentuk apapun.
Namun jika dilihat dari volume kegiatan
proses belajar mengajar yang sangat padat
~ 305 ~
dan variatif sesuai dengan tunutan zaman, mungkin. Sehubungan dengan uraian
maka sekolah menjadi kesulitan untuk tersebut, maka hasil penghitungan
dapat memenuhi semua tuntutan tersebut. prosentase menunjukkan 0,578 atau
untuk menjawab permasalahan tersebut, dikategorikan cukup baik. Adanya penilaian
maka kepala sekolah memilih tugas dan tersebut karena kepala sekolah tidak
aktivitas berdasarkan skala prioritas, menyelesaikan masalah secara keseluruhan.
mengeluarkan biaya seefektif dan seefisien
3. Melaksanakan pengawasan
No. Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS Skor Ideal
(5) (4) (3) (2) (1)
10 Kepala sekolah mensupervisi perilaku 0 15 16 7 1 123 195
pembelajaran guru khususnya dalam hal
keterampilan mengajar.
11 Kepala sekolah mengawasi perilaku atau 0 18 7 12 2 119 195
aktivitas yang dilakukan oleh siswa di
sekolah.
12 Kepala sekolah mengawasi iklim sekolah 0 31 4 3 1 143 195
agar tercipta suasana belajar yang
kondusif.
13 Kepala sekolah menilai materi 0 11 21 4 3 118 195
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
14 Kepala sekolah menilai media 0 15 20 2 2 126 195
pembelajaran yang digunakan oleh guru
disesuaikan dengan materi yang
diajarkan.
15 Kepala sekolah mengawasi system 0 8 29 2 0 123 195
pembelajaran yang membedakan sekolah
ini dengan sekolah lain sehngga dapat
digunakan sebagai bahan keunggulan.
0 98 97 30 9 752 1170
752/1170*100% = 0642
Sumber : penelitian (2020)

Adapun tugas yang dilakukan oleh kepala meningkatkan kualitas pembelajaran


sekolah ketika menjalankan fungsi adalah sebagai berikut.
penagwasan adalah sesuai dengan
penagwasan atau supervisi akademik yang a. Perilaku pembelajaran guru yakni
dilakukan oleh kepala sekolah. Adapun keterampilan guru dalam mengajar yang
indikator dari supervisi akademik untuk menunjukkan karakteristik umum yang
berhubungan dengan pengetahuan.
~ 306 ~
b. Perilaku atau aktivitas siswa yakni siswa dengan guru pada bidang ilmu yang
aktivitas yang dilakukan oleh siswa relevan.
di sekolah. f. Sistem pembelajaran yakni ciri khas
c. Iklim pembelajaran yakni suasana keunggulan yang berhubungan dengan
kelas yang kondusif dan suasana penekanan dan kekhususan lulusannya.
sekolah yang nyaman.
d. Materi pembelajaran yang berkualitas Peran kepala sekolah sebagai supervisor
dengan disesuaikan pada tujuan ditunjukkan dalam hasil penghitungan
pembelajaran dan kompetensi yang sebesar 0,642 atau dapat diketegorikan
harus diwujudkan. cukup baik. Hasil tersebut dikarenakan
e.Media pembelajaran yakni fasilitas yang kepala sekolah mempunyai aturan yang
disediakan untuk proses interaksi antara sangat rigid dalam hal indikator superv
ise akademik.
4. Menciptakan hubungan antarpribadi
No. Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS Skor Ideal
(5) (4) (3) (2) (1)
16 Kepala sekolah berbicara 0 6 12 20 1 81 195
dengan pernyataan yang
positif.
17 Kepala sekolah 0 19 16 3 1 131 195
merupakan pribadi yang
bertanggung jawab pada
seluruh aktivitas
pembelajaran.
18 Kepala sekolah selalu 0 6 26 6 1 115 195
memberikan umpan balik
pada pekerjaan guru
sebagai bahan
pertimbangan strategi
pembelajaran di masa
yang akan datang.
19 Kepala sekolah 0 15 17 5 2 123 195
memberikan perhatian
pada seluruh proses
belajar mengajar
khususnya dalam hal
peningkatan kualitas
hubungan antarpersonal
sehingga tercipta
suasana mengajar yang
kondusif.

0 46 71 34 5 450 780
450/780*100% = 0,577
Sumber : Penelitian ke

~ 307 ~
komunikasi dan menciptakan hubungan
antarpribadi dengan baik yakni dengan
Tugas kepala sekolah untuk membangun komunikasi 2 (dua) arah
menciptakan hubungan antarpribadi secara efketif dan efisien. Kepala sekolah
dengan seluruh individu yang ada yang modern selalu ditunjukkan yakni
di sekolah harus memenuhi dengan membangun keterbukaan,
indikator berikut. pernyataan yang positif bukan
a. Pernyataan positif memberikan komentar atau kritik negatif,
b. Tanggung jawab melainkan membangun diskusi. Disisi lain,
c. Umpan balik kepala sekolah tidak mudah disanggah
d. Perhatian oleh guru dalam hal penentuan standar
Hubungan antarpribadi terkadang sulit yang berhubungan dengan kualitas
untuk diimplementasikan karena watak pembelajaran. Kepala sekolah mempunyai
manusia yang beraneka ragam. Untuk standar yang dinilai tinggi oleh guru
menjalin hubungan antarpribadi tersebut sehingga guru lebih sulit untuk mengikuti
diperlukan cara menghargai, menghormati standar tersebut jika tidak mendengarkan
dan menerima kekurangan serta kelebihan instruksi dengan jeli. Hasil kepala sekolah
dari orang lain. sebagaimana dalam hasil dalam hal menciptakan hubungan
wawancara mendalam pada sejumlah guru antarpribadi diberikan skor sebesar 0,577
yang ada pada SMP 3 Bae Kudus pada atau dikategorikan cukup baik.
tanggal 20 Januari 2020, diketahui bahwa
kepala sekolah mampu menjalankan

5. Penilaian hasil kerja


No. Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS Skor Ideal
(5) (4) (3) (2) (1)
20 Kepala 0 9 18 11 1 113 195
sekolah
selalu
memberikan
penilaian
yang
objektif.

113/195*100% = 0,579
Sumber : Penelitian (2020)

Penilaian pada hasil kerja selalu dilakukan masing-masing indikator. Adapun rata-rata
oleh kepala sekolah. Penilaian bukan hsil dari kontribusi kepala sekolah dalam
hanya dalam bentuk angka tetapi juga hal peningkatan kualitas pembelajaran
narasi yang diunakan untuk memberikan secara rata-rata adalah sebesar 0,588 atau
ilustrasi bagi guru untuk dapat sebesar 59% atau cukup baik. Pada hasil
meningkatkan kinerja dalam upaya penelitian di atas, maka dapat diketahui
peningkatan kualitas pembelajaran. bahwa tugas kepala sekolah sebagai
supervisor tentu memberikan kontribusi.
Berdasarkan pada hasil penilaian, Dengan demikian, penelitian ini dapat
maka dapat diketahui bahwa kepala sekolah menjawab hipotesis bahwa kepala sekolah
memberikan kontribusi terhadap supervisi sebagai supervisor dapat memberikan
akademik yang dapat dilihat pada kontribusi pada peningkatan kualitas
~ 308 ~
pembelajaran. Tugas kepala sekolah yang dengan objektif. Hal tersebut
tumpang tindih membuat pekerjaan yang dilakukan karena fungsi penelitian
dilakukan kepala sekolah tidak dapat dinilai adalah untuk memperbaiki
satu per satu namun harus diberikan fenomena yang ada sehingga dapat
penilaian secara holistik. Untuk digunakan sebagai acuan atau
menjalankan perannya sebagai kepala pedoman untuk menyelesaikan
sekolah, individu kepala sekolah harus permasalahan tugas kepala sekolah
mampu mewujudkan Pasal 12 ayat 1 PP 28 yang tumpang tindih sehingga
tahun 1990 yakni kepala sekolah tugas sebagai supervisor dapat
bertanggung jawab atas beberapa peran dilakukan dengan baik.
yakni sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, pemimpin,
inovator, motivator, figur dan mediator.
Dengan demikian, ketika kepala sekolah DAFTAR PUSTAKA
menjalankan fungsi yang lain, maka fungsi
sebagai supervisor juga melekat pada
pekerjaan tersebut walaupun belum Hadis, Abdul dan B, Nurhayati. 2010.
dijalankan secara sempurna. Manajemen Mutu Pendidikan.
Alfabeta: Bandung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Haryati, Titik dan Noor Rochman. 2012.
Adapun kesimpulan pada penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran
ini adalah sebagai berikut. Pendidikan Kewarganegaraan
Melalui Praktik Belajar
1. Kepala sekolah mempunyai Kewarganegaraan (Project Citizen).
kontribusi yang cukup kuat pada Jurnal Ilmiah CIVIS. Vol. 2, No.2.
pelaksanaan supervisi dalam rangka Tahun 2012
meningkatkan kualitas
pembelajaran. Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa. 2013.
2. Peran yang tumpang tindih kepala Supervisi Pendidikan.Jogjakarta:
sekolah, tetap dapat melakukan AR – RUZZ MEDIA
supervisi dengan baik, meskipun
Mulyasa, E. 2003. Standar Kompetensi
kurang optimal. Hal ini dapat
dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT.
dibuktikan dengan hasil penilaian
Remaja Rosdakarya.
guru pada SMP 3 Bae Kudus.
Dengan demikian, masih terdapat
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah
faktor lain yang ikut berperan atau
Profesional. Bandung: Remaja
memberikan kontribusi dalam hal
Rosdakarya
peningkatan kualitas pembelajaran.
Saran pada penelitian ini adalah Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen
sebagai berikut. Sumber Daya Manusia, Aplikasi
Contoh dan Perhitungannya.
1. Adanya unsur subjektifitas pada Jakarta: Agung Media.
jawaban responden. Hal ini
dilakukan responden karena Pramesti, Diana.2016.Pengaruh Supervisi
perasaan yang tidak nyaman untuk Kepala Sekolah, Motivasi Kerja
menilai atasan yakni kepala sekolah Guru, Iklim Kerja Guru, dan Status
khususnya dalam hal supervisi. Sosial Ekonomi terhadap Kinerja
Guru SMA Negeri di Kota
2. Unsur subjektifitas responden akan
Pangkalpinang.S2 thesis, UNY.
berpengaruh pada hasil penelitian
yang kurang akurat. Seharusnya, Prasetyo, Hendrawan. 2013. Pengaruh
selaku responden, setiap pertanyaan Tingkat Kepuasan Siswa Dan
dan pernyataan dapat dijawab
~ 309 ~
Minat Belajar Terhadap Prestasi Sudjana, Nana. 2011. Supervisi Pendidikan
Belajar Praktek Dan Teori Pada Konsep dan Aplikasinya bagi
Mata Diklat Body And Painting Di PengawasSekolah. Bekasi :
Smk Piri 1 Yogyakarta Tahun Binamitra Publising.
2011/2012
Journal .http://eprints.uny.ac.id/100 Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi
40/ Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

M. Ngalim Purwanto. 2005.Administrasi Sulistianto, A. 2014. Pengaruh Supervisi


dan Supervisi pendidika.Bandung: Kepala Sekolah Dan Komunikasi
Remaja Rosdakarya. Interpersonal Terhadap Kinerja
Guru SMA Negeri 1 Paninggaran
Setyawati, Yulis dan Rohiat. 2017. Pekalongan. Economic Education
Koordinasi Antara Kepala Sekolah Analysis Journal, 3(3)/2014
Dan Pengawasdalam Pelaksanaan Retrieved from
Supervisi Akademik. Manajer https://journal.unnes.ac.id/sju/index
Pendidikan, Volume 11, .php/eeaj/article/view/4503
Nomor5,Juli2017, hlm. 455-463

~ 310 ~

Anda mungkin juga menyukai